Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

SEJARAH PERADABAN ISLAM Dra. Hj. Shafiah, M.Pd.I.

PERADABAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN SAFAWI

OLEH:

RAHMA SUGIHARTINI 180101010924

MUHAMMAD RIZKY KURNIAWAN 180101011069

LAILATUL RAHMI 180101011171

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
taufiq, hidayah, serta inayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bisa terwujud atas
bantuan dan jasa dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk
itu penulis tidak lupa mengucap terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Sejarah Peadaban Islam, Ibu Dra. Hj. Shafiah, M.Pd.I. yang telah
memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah
ini, maka dari itu kami mengharapkan banyak kritik serta saran agar kami dapat
memperbaikinya dimasa yang akan datang.

Banjarmasin, 22 April 2019

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................1

PEDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi.........................................................2

B. Perkembangan pada masa Kerajaan Safawi..........................................................5

C. Penyebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi.....................................8

BAB III........................................................................................................................12

PENUTUP....................................................................................................................12

A. Kesimpulan..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah, Islam sudah tersebar di seantero Jazirah Arab.
Islam terus melakukan ekspansi di bawah kendali pada masa Khalifah Ar-
Rasyidin dan selanjutnya oleh Dinasti Umayyah kemudian Dinasti Abbasiyah. Di
akhir pemerintahan Dinasti Abbasiyah, islam semakin merosot selama beberapa
abad.
Di tengah-tengah keterpurukan islam, munculah tiga kerajaan besar, yaitu
Kerajaan Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal
di India. Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, Kerajaan
Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat dan dalam
perkembangannya, Kerajaan Safawi sering bentrok dengan kerajaan Turki
Usmani. Pada makalah ini akan di uraikan tentang peradaban islam pada masa
Kerajaan Safawi di Persia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi?
2. Bagaimana perkembangan pada masa Kerajaan Safawi?
3. Apa penyebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi.
2. Untuk mengetahui perkembangan pada masa Kerajaan Safawi.
3. Untuk mengetahui penyebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Safawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan
Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat.
Berbeda dengan dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mughal),
kerajaan Safawi menyatakan, syi’ah sebagai mazhab Negara. Karena itu, kerajaan
ini dapat di anggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran
dewasa ini.
Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M. Kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu
yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Usmani. Nama Safawiyah
diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi it
terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu
terus di lestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang ke enam, Musa Al-
Kazhim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M)
yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya
dalam kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya1 tersebut.
Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru
dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat
teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah
bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang
mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Safi Al-Din ini semakin
penting, terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf
murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di
Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar Ardabil, Safi Al-Din

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 138
menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi
gelar “khalifah”.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali
menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Oleh
karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi
tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang
bermazhab selain Syi’ah..
Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud konkretnya
pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.
Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah
itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di
tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu
(domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat
menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun
Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun
Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada
tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpin
dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun
Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan
kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun
Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini seorang putri Uzun Hasan. Dari
perkawinan ini lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan
Safawi di Persia.
Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kera Koyunlu,
membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai
rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal,
sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunlu
berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena
itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu
mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan
Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.
Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut
balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub
pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama
saudaranya, Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di Fars selama empat setengah tahun
(1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu,
dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara
sepupu Rustam dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi,
tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara,
dan Ali terbunuh dalam serangan ini (1494 M).
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang
saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama pasukannya
bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan
para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anaotalia. Pasukan yang dipersiakan
tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukan
ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan
berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamirkan dirinya
sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I.
Adapun penguasa-penguasa Kerajaan Safawi adalah:
1. Ismail (1501-1524)
2. Tahmasp I (1524-1576)
3. Ismail II (1576-1577)
4. M. Khudabanda (1577-1787)
5. Abbas I (1588-1628)
6. Safi Mirza (1628-1642)
7. Abbas II (1642-1667)
8. Sulaiman (1667-1694)
9. Husein (1694-1722)
10. Tahmasp II (1772-1732)
11. Abbas III (1732-1736)2
B. Perkembangan Pada Masa Kerajaan Safawi
1. Kondisi Politik dan Sosial Kerajaan Safawi
Keadaan politik pada masa kerajaan Safawi mulai bangkit kembali
setelah Abbas naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata
administrasi Negara dengan cara yang lebih baik.
Kondisi memprihatinkan kerajaan Safawi bisa di atasi setelah raja
safawi kelima Abbas I naik tahta, ia memerintah dari tahun 1587-1629 M.
Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I dalam rangka memulihkan
politik kerajaan safawi adalah:
a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan
dan pengontrolan dari pusat.
b. Pemindahan ibukota ke Isfahan,
c. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas
kerajaan safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang
anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan
perang banga Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak
raja Tamh I.
d. Mengadakan perjanjian dengan Turki Usmani.
e. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khutbah jumat.
Reformasi politik yang dilakukan oleh Abbas I tersebut berhasil
membuat kerajaan safawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I mulai
memusatkan perhatiannya merebut kembali wilayah-wilayah
kekuasaannya yang hilang.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kerajaan safawi dan turki
usmani sebelum abad ke-17 sudah saling bermusuhan dan safawi banyak
mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik tahta kerajaan safawi
dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Usmani banyak mengalami

2
Istianah Abu Bakar. Sejarah Peradaban Islam. UIN Malang
Press. Malang, hlm 132.
kemenangan. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayang
Kerajaan Turki Usmani pada tahun 1602 M, saat Turki Usmani berada di
bawah kekuasaan Sultan Muhammad III. Pasukan Abbas I menyerang dan
berhasil menguasai Tarbiz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan Nakh
Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-2906 M.
Selanjutnya, pada tahun 1622 M, pasukan Abbas berhasil merebut
kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi Pelabuhan
Bandar Abbas.
Pada tahun 1902 M pecahlah peramg Turki dengan Austria dan
tentara Turki yang lain terpaksa pergi memadamkan pemberontakan kaum
tarekat Jalaliah (Maulawiyah) di Asia kecil. Kesempatan ini diambil oleh
Skeh Abbas dan berhasil merebut kembali Tibriz dari tangan Turki.
Setelah itu, dirampas juga Sirwan dan akhirnya diambilnya Baghdad
kembali yang sudah berkali-kali jatuh ketangan Turki.
Kemudian, ia sanggup menaklukkan negeri Kaukasus dan
diperkuatnya batas-batas kekuasaan sampai ke Balakh dan Merv. Pada
bulan maret 1622 M ia dapat pula merampas Pulau Hurmuz yang telah
sekian lama menjadi pangkalan kekuatan bangsa Portugis. Sesudah Syah
Abbas I, tidak ada lagi Raja Safawi yang kuat dan akhirnya kerajaan ini
dapat ditaklukkan oleh Nadir Syah.
2. Kondisi Keagamaan
Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa
khalifah-khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar syiah
menjadi agama Negara. Tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Paham
syiah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas
mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani
dibolehkan mengembangkan ajaran agamanya dengan leluasa sebab sudah
banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota
Isfahan.
3. Kondisi Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan safawi pada masa Abbas I ternyata telah
memacu perkembangan perekonomian safawi, terlebih setelah kepulauan
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas.
Dengan di kuasainya Bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur
dan barat yang biasa di perebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis
sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Safawi.
Di samping sector perdagangan, Kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan di sector pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile
crescent). Namun setelah Abbas I mangkat perekonomian, safawi lambat
laun mengalami kemunduran dan puncak kemundurannya terjadi pada
masa Syafi Mirza, tetapi saudagar-saudagar bangsa asing banyak berdiam
di Iran dan mengendalikan kegiatan ekonomi. 3
4. Kondisi Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang
berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengeahuan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa kerajaan
safawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus
berkembang.
Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di di majelis istana, yaitu
Baha Al-Din Al-Syairazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad,
Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan
observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalam bidang ini, kerajaan
safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan islam
lainnya pada masa yang sama.4
Di antara pujangga yang gemerlapan bintangnya, ialah Muhammad
Bagir ibn Muhammad Damad, ahli filsafat dan ilmu pasti. Abbas sendiri
asyik dengan ilmu tersebut, bahkan tidak segan Abbas mengadakan
penyelidikan sendiri. Beliau tidak lengah menggerakkan kemajuan
pengetahuan-pengethauan khusus mengenai agama, terutama ilmu fiqh.
Diantara ulama besar yang sangat ternama pada waktu itu ialah
Baharuddin Al-Alimi, selain seorang ahli agama beliau pun ahli
kebudayaan yang mengetahui soal-soal dari berbagai segi. Pada waktu itu,

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, hlm.
253.
4
Badri Yatim, op.cit., hlm. 144
hidup juga filosof Shadaruddin Asyaerozi, ahli filsafat ketuhanan yang
banyak mempengaruhi timbulnya paham bahai yang sekarang mengakui
diri mereka agama baru.
Setelah Abbas I wafat, kondisi ilmu pengetahuan dan seni
mengalami banyak kemunduran.5
5. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu
kota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri
bangunan bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah,
jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan
juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik.
Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802
penginapan, dan 273 pemandian umum.
Di bidang seni kemajuan tampak begitu terlihat dalam gaya
arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang
dibangun pada tahun 1611 M dan masjid Syaikh Luth Allah yang
dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam
bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun,
mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak
zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang
pelukis timur ke Tarbiz. Pelukis itu bernama Bizhad.
Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan safawi.
Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang
dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan
besar islam yang di segani oleh lawan-lawannya., terutama dalam bidang
politik dan militer. Walaupaun tidak setaraf dengan kemajuan islam di
masa klasik, kerajaan ini telah memberikan kontribusinya mengisi
peradaban islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu
pengetauan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejarah.6
C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

5
Dedi Supriyadi, op.cit., hlm. 258
6
Badri Yatim, op.cit., hlm. 145
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut di perintah oleh
enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas
III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi Kerajaan Safawi tidak
menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Safi Mirza, cucu Abbas I adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat
kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya.
Kemajuan yang pernah dicapai Abbas I segera menurun. Kota Qandahar
(sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan Kerajaan Safawi.
Abbas II adalah raja yang suka minum minuman keras sehingga ia jatuh
sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wazir-wazirnya, pada
masa itu kota Qandahar dapat direbut kembali.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak
kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersikap
masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim.
Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah
yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini
membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka
bentrok dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun
1709 M dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Herat, suku Ardabil Afghanistan berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud sebagai penguasa
Qandahar. Ia berhasil mempersatukan kekuasaannya dengan merebut negeri-
negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Ia bahkan berusaha menguasai Persia.
Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya
mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur di
Qandahar dengan gelar Hussein Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuan
ini, Mir Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada tahun 1721 M, ia dapat
merebut Kirman. Tak lama kemudian ia dan pasukannya menyerang Isfahan,
mengepungnya selama enam bulan dan memaksa Shah Husein untuk menyerah
tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25
oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.
Salah seorang putra Husein, bernama Tahmasp II, dengan dukungan
penuh suku Qazar di Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah
berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astrabad.
Pada tahun 1762 M Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari
suku Afhsar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki
Isfahan. Asyraf pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan di gempur dan
dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh
dalam peperangan itu. Dengan demikian dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun
pada bulan agustus 1732 M Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun
setelah itu tepatnya 8 maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja
menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan
Safawi di Persia.
Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerjaan Safawi ialah
konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan Usmani
berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran syiah merupakan ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung
lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa
Shah Abbas I, namun tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan
setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar
Islam itu.
Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para
pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan
tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi
kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun
menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein.
Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghullam (budak-budak)
yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti
Qhizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak di siapkan secara
terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh
Qizilbash. Sementara itu anggota Qizilbas yang baru ternyata tidak memiliki
militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash yang sebelumnya.
Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi
konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.7

7
Badri Yatim, op.cit., hlm. 159
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M. Kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di
Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu
yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Usmani. Nama Safawiyah
diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi it
terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu
terus di lestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Kemajuan Pada Masa Kerajaan Safawi:
1. Politik dan Sosial
2. Ekonomi
3. Keagamaan
4. Pengetahuan
5. Bangunan fisik dan seni
Penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan safawi:
1. Ketidakcakapan para pemimpin dekadensi moral yang melanda
pemimpinnya
2. Gagalnya kebijakan pemusatan pemerintahandan ekonomi
3. Lemahnya system pertahanan serta keamanan
4. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani
5. Terjadinya konflik intern dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.8

8
istianah Abu Bakar, op.cit., hlm. 133
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Istianah Abu. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Malang: UIN Malang
Press.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.
www.academia.edu Senin, 22 Apr. 19. 17:50

Anda mungkin juga menyukai