Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

CORAK PENDIDIK ISLAM DI KERAJAAN SHAFAWIYAH

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Pendidikan Islam Klassik Dan Modern

Dosen Pengampu:

Dr. H. Muh. Jafar Aras, M. Ag

Disusun oleh:

USMAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM
AS’ADIYAH SENGKANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepeninggal Rasulullah, Islam sudah tersebar di seantero Jazirah Arab.

Islam terus melakukan ekspansi di bawah kendali pada masa Khalifah Ar-

Rasyidin dan selanjutnya oleh Dinasti Umayyah kemudian Dinasti Abbasiyah.

Di akhir pemerintahan Dinasti Abbasiyah, islam semakin merosot selama

beberapa abad.

Di tengah-tengah keterpurukan islam, munculah tiga kerajaan besar,

yaitu Kerajaan Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan

Kerajaan Mughal di India. Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak

kemajuannya, Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini

berkembang dengan cepat dan dalam perkembangannya, Kerajaan Safawi

sering bentrok dengan kerajaan Turki Usmani. Pada makalah ini akan di

uraikan tentang peradaban islam pada masa Kerajaan Safawi di Persia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi?

2. Bagaimana perkembangan pada masa Kerajaan Safawi serta penyebab

kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi?

1
2

3. Bagiamana Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi

2. Untuk mengetahui perkembangan pada masa Kerajaan Safawi serta

penyebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi

3. Untuk mengetahui Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya,

kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat.

Berbeda dengan dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan

Mughal), kerajaan Safawi menyatakan, syi’ah sebagai mazhab Negara. Karena

itu, kerajaan ini dapat di anggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya

Negara Iran dewasa ini.

Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M.

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,

sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah,

didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan

Usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-

1334 M) dan nama Safawi it terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi

gerakan politik. Bahkan, nama itu terus di lestarikan setelah gerakan ini

berhasil mendirikan kerajaan.

Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi

sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang ke enam, Musa

Al-Kazhim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301

M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan

3
4

ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil menantu oleh

gurunya1 tersebut.

Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan

guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini

sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf

Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi

golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Safi

Al-Din ini semakin penting, terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu

dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan

yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar

Ardabil, Safi Al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-

muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”.

Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali

menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Oleh

karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi

tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang

bermazhab selain Syi’ah..

Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud konkretnya

pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas

gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.

Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa

Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2011, hlm. 138
5

wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu

tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar

Bakr, AK-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di

istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.

Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat

menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun

Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun

Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal.

Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang

dipimpin dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran

tersebut.

Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun

Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan

kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun

Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini seorang putri Uzun Hasan. Dari

perkawinan ini lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan

Safawi di Persia.

Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kera Koyunlu,

membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai

rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal,

sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK

Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti

Safawi. Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan
6

Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga

pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk

menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi

Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali

bersama saudaranya, Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di Fars selama empat

setengah tahun (1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota

AK Koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara

sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan, Ali bersaudara

kembali ke Ardabil. Akan tetapi, tidak lama kemudian Rustam berbalik

memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan ini

(1494 M).

Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail,

yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama

pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan

hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anaotalia.

Pasukan yang dipersiakan tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).

Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan

Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharus, dekat

Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz,

ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini

Ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia

disebut juga Ismail I.


7

Adapun penguasa-penguasa Kerajaan Safawi adalah:

1. Ismail (1501-1524)

2. Tahmasp I (1524-1576)

3. Ismail II (1576-1577)

4. M. Khudabanda (1577-1787)

5. Abbas I (1588-1628)

6. Safi Mirza (1628-1642)

7. Abbas II (1642-1667)

8. Sulaiman (1667-1694)

9. Husein (1694-1722)

10. Tahmasp II (1772-1732)

11. Abbas III (1732-1736)2

B. Perkembangan Pada Masa Kerajaan Safawi Serta Penyebab

Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

1. Perkembangan Pada Masa Kerajaan Safawi

a. Kondisi Politik dan Sosial Kerajaan Safawi

Keadaan politik pada masa kerajaan Safawi mulai bangkit

kembali setelah Abbas naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia

menata administrasi Negara dengan cara yang lebih baik.

Kondisi memprihatinkan kerajaan Safawi bisa di atasi setelah

raja safawi kelima Abbas I naik tahta, ia memerintah dari tahun 1587-

2
Istianah Abu Bakar. Sejarah Peradaban Islam. UIN Malang Press. Malang,
hlm 132.
8

1629 M. Langkah-langkah yang ditempuh Abbas I dalam rangka

memulihkan politik kerajaan safawi adalah:

1) Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan

dan pengontrolan dari pusat.

2) Pemindahan ibukota ke Isfahan,

3) Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas

kerajaan safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang

anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan

perang banga Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak

raja Tamh I.

4) Mengadakan perjanjian dengan Turki Usmani.

5) Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khutbah jumat.

Reformasi politik yang dilakukan oleh Abbas I tersebut

berhasil membuat kerajaan safawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I

mulai memusatkan perhatiannya merebut kembali wilayah-wilayah

kekuasaannya yang hilang.

Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kerajaan safawi dan turki

usmani sebelum abad ke-17 sudah saling bermusuhan dan safawi

banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas I naik tahta

kerajaan safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Usmani

banyak mengalami kemenangan. Abbas I mengarahkan serangan-

serangannya ke wilayang Kerajaan Turki Usmani pada tahun 1602 M,

saat Turki Usmani berada di bawah kekuasaan Sultan Muhammad III.


9

Pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tarbiz, Sirwan,

dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis

dapat dikuasai tahun 1605-2906 M. Selanjutnya, pada tahun 1622 M,

pasukan Abbas berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah

pelabuhan Gumrun menjadi Pelabuhan Bandar Abbas.

Pada tahun 1902 M pecahlah peramg Turki dengan Austria dan

tentara Turki yang lain terpaksa pergi memadamkan pemberontakan

kaum tarekat Jalaliah (Maulawiyah) di Asia kecil. Kesempatan ini

diambil oleh Skeh Abbas dan berhasil merebut kembali Tibriz dari

tangan Turki. Setelah itu, dirampas juga Sirwan dan akhirnya

diambilnya Baghdad kembali yang sudah berkali-kali jatuh ketangan

Turki.

Kemudian, ia sanggup menaklukkan negeri Kaukasus dan

diperkuatnya batas-batas kekuasaan sampai ke Balakh dan Merv. Pada

bulan maret 1622 M ia dapat pula merampas Pulau Hurmuz yang telah

sekian lama menjadi pangkalan kekuatan bangsa Portugis. Sesudah

Syah Abbas I, tidak ada lagi Raja Safawi yang kuat dan akhirnya

kerajaan ini dapat ditaklukkan oleh Nadir Syah.

b. Kondisi Keagamaan

Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti

masa khalifah-khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar

syiah menjadi agama Negara. Tetapi ia menanamkan sikap toleransi.

Paham syiah tidak lagi menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat
10

hidup bebas mengerjakan ibadahnya. Bukan hanya itu saja, pendeta-

pendeta Nasrani dibolehkan mengembangkan ajaran agamanya

dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah

menjadi penduduk setia di kota Isfahan.

c. Kondisi Ekonomi

Stabilitas politik kerajaan safawi pada masa Abbas I ternyata

telah memacu perkembangan perekonomian safawi, terlebih setelah

kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi

Bandar Abbas. Dengan di kuasainya Bandar ini, salah satu jalur

dagang laut antara timur dan barat yang biasa di perebutkan oleh

Belanda, Inggris dan Perancis sepenuhnya menjadi milik Kerajaan

Safawi.

Di samping sector perdagangan, Kerajaan Safawi juga

mengalami kemajuan di sector pertanian terutama di daerah bulan

sabit subur (fortile crescent). Namun setelah Abbas I mangkat

perekonomian, safawi lambat laun mengalami kemunduran dan

puncak kemundurannya terjadi pada masa Syafi Mirza, tetapi

saudagar-saudagar bangsa asing banyak berdiam di Iran dan

mengendalikan kegiatan ekonomi. 3

d. Kondisi Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa

yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu

3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, hlm.
253.
11

pengeahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada

masa kerajaan safawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi

keilmuan terus berkembang.

Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di di majelis istana,

yaitu Baha Al-Din Al-Syairazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn

Muhammad, Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang

pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.

Dalam bidang ini, kerajaan safawi mungkin dapat dikatakan lebih

berhasil dari dua kerajaan islam lainnya pada masa yang sama.4

Di antara pujangga yang gemerlapan bintangnya, ialah

Muhammad Bagir ibn Muhammad Damad, ahli filsafat dan ilmu pasti.

Abbas sendiri asyik dengan ilmu tersebut, bahkan tidak segan Abbas

mengadakan penyelidikan sendiri. Beliau tidak lengah menggerakkan

kemajuan pengetahuan-pengethauan khusus mengenai agama,

terutama ilmu fiqh. Diantara ulama besar yang sangat ternama pada

waktu itu ialah Baharuddin Al-Alimi, selain seorang ahli agama beliau

pun ahli kebudayaan yang mengetahui soal-soal dari berbagai segi.

Pada waktu itu, hidup juga filosof Shadaruddin Asyaerozi, ahli filsafat

ketuhanan yang banyak mempengaruhi timbulnya paham bahai yang

sekarang mengakui diri mereka agama baru.

4
Badri Yatim, op.cit., hlm. 144
12

Setelah Abbas I wafat, kondisi ilmu pengetahuan dan seni

mengalami banyak kemunduran.5

e. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan,

ibu kota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut

berdiri bangunan bangunan besar lagi indah seperti masjid, rumah

sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil

Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang

ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162

mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.

Di bidang seni kemajuan tampak begitu terlihat dalam gaya

arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah

yang dibangun pada tahun 1611 M dan masjid Syaikh Luth Allah

yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula

dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian

dan tenun, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai

dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M

membawa seorang pelukis timur ke Tarbiz. Pelukis itu bernama

Bizhad.

Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan

safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun.

Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu

5
Dedi Supriyadi, op.cit., hlm. 258
13

dari tiga kerajaan besar islam yang di segani oleh lawan-lawannya.,

terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupaun tidak setaraf

dengan kemajuan islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan

kontribusinya mengisi peradaban islam melalui kemajuan-kemajuan

dalam bidang ekonomi, ilmu pengetauan, peninggalan seni, dan

gedung-gedung bersejarah.6

2. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut di perintah

oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M),

Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732

M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut, kondisi

Kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi

justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada

kehancuran.

Safi Mirza, cucu Abbas I adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia

sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat

pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai Abbas I segera menurun.

Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari

kekuasaan Kerajaan Safawi.

Abbas II adalah raja yang suka minum minuman keras sehingga ia

jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wazir-

wazirnya, pada masa itu kota Qandahar dapat direbut kembali.

6
Badri Yatim, op.cit., hlm. 145
14

Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia

bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya,

rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah

Husein yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar

kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap

penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan

Sunni Afghanistan, sehingga mereka bentrok dan berhasil mengakhiri

kekuasaan Dinasti Safawi.

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada

tahun 1709 M dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah

Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Herat, suku Ardabil

Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir

Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Ia berhasil mempersatukan

kekuasaannya dengan merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan

Safawi. Ia bahkan berusaha menguasai Persia.

Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya

mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya sebagai gubernur

di Qandahar dengan gelar Hussein Quli Khan (budak Husein). Dengan

pengakuan ini, Mir Mahmud menjadi lebih leluasa bergerak. Pada tahun

1721 M, ia dapat merebut Kirman. Tak lama kemudian ia dan pasukannya

menyerang Isfahan, mengepungnya selama enam bulan dan memaksa

Shah Husein untuk menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722
15

M Shah Husein menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud memasuki kota

Isfahan dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putra Husein, bernama Tahmasp II, dengan

dukungan penuh suku Qazar di Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai

raja yang sah berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota

Astrabad.

Pada tahun 1762 M Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan

dari suku Afhsar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang

menduduki Isfahan. Asyraf pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di

Isfahan di gempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729

M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian

dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun pada bulan agustus 1732 M

Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III (anak

Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu

tepatnya 8 maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja

menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan

kerajaan Safawi di Persia.

Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerjaan Safawi

ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan

Usmani berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran syiah merupakan

ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua

kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak

ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I, namun tak lama
16

kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat

dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.

Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian

para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses

kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat

narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya

selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani

pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein.

Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghullam (budak-

budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang

tinggi seperti Qhizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak

di siapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani

seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu anggota Qizilbas yang

baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan

anggota Qizilbash yang sebelumnya.

Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya

terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan

keluarga istana.7

7
Badri Yatim, op.cit., hlm. 159
17

C. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah

Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah

berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh

karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-

Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi,

filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah,

teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang

kehidupan lebah.

Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog

dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia

menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang

matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli

agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam bidang

ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding

Mughal dan Usmani.

Berdasarkan data diatas maka ada beberapa fakta pendidikan pada saat

itu, yaitu:

1. Banyak kaum terpelajar pada saat itu.

2. Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan.

Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data

versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.

3. Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para

kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga


18

pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard

(1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain (1687)

4. Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan paham

syiah, oleh sebab itu para penguasa pada waktu itu mendatangkan para

pengajar dan buku-buku sertakurikulum yang mempropagandakan paham

syiah dari libanon dan daerah syiah lainnya.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M. Kerajaan

Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah

kota di Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat Safawiyah, didirikan

pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Usmani.

Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334

M) dan nama Safawi it terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi

gerakan politik. Bahkan, nama itu terus di lestarikan setelah gerakan ini

berhasil mendirikan kerajaan.

2. Kemajuan Pada Masa Kerajaan Safawi:

a. Politik dan Sosial

b. Ekonomi

c. Keagamaan

d. Pengetahuan

e. Bangunan fisik dan seni

Penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan safawi:

a. Ketidakcakapan para pemimpin dekadensi moral yang melanda

pemimpinnya

b. Gagalnya kebijakan pemusatan pemerintahandan ekonomi

c. Lemahnya system pertahanan serta keamanan

d. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani

19
20

e. Terjadinya konflik intern dan perebutan kekuasaan di kalangan

keluarga istana.8

3. Berdasarkan data diatas maka ada beberapa fakta pendidikan pada saat itu,

yaitu:

a. Banyak kaum terpelajar pada saat itu.

b. Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan

pendidikan. Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan,

dalam data versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.

c. Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para

kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun

lembaga pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim

Advard (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain

(1687)

d. Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan

paham syiah, oleh sebab itu para penguasa pada waktu itu

mendatangkan para pengajar dan buku-buku sertakurikulum yang

mempropagandakan paham syiah dari libanon dan daerah syiah

lainnya.

8
istianah Abu Bakar, op.cit., hlm. 133
21

B. Saran

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis hususnya dan bagi

pemerhati psikologi pada umumnya . Kritik dan saran atas segala kekurangan

dari tulisan ini penulis akan terima dengan lapang dada.


DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers,1993.

Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Uin Jakarta press, 2007

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.

Suwito, Sejarah sosial Pendidikan Islam, Prenata Media, Jakarta : 2005

Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka


Alhusna.

22

Anda mungkin juga menyukai