Anda di halaman 1dari 11

Mata kuliah: Sejarah Peradaban dan Islam

Dosen:Muhammad Asra, S.Hum., M.A

Tugas makalah
SEJARAH dan PERADABAN ISLAM II
DINASTI MUWAHHIDUN

Disusun oleh:

SUCI RAMDHAYANI ARIANTO


ANDI FANI PRATIWI.

INSTITUT AGAMA ISLAM AL MAWADDAH WARAHMAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

T,A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir jaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya
yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “DINASTI MUWAHHIDUN” ini sengaja dibahas karena sangat
penting untuk kita yang tinggal di jaman yang sangat maju ini untuk bisa membandingkan terhadap
perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mensyiarkan agama islam. Baik pensyiarannya itu di
Makkah maupun di Madinnah.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kepada Dosen Sejarah Peradaban Islam kami untuk memberikan kritikan dan
sarannya kepada kelompokn kami agar dalam penyusunan makalah ini lebih baik.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya kepada
semua pihak yang membaca makalah ini.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 1
C. Tujuan mempelajari……………………………………………….. 1

II. PEMBAHASAN
DINASTI MUWAHHIDUN………………………………………………….........2
A. Proses berdiri dan berkembangnya dinasti muwahhidun……………........ 2
B. Kemajuan yang dicapai dinasti muwahhidun……………………............. 5
C. Kemunduran dan kehancuran dinasti muwahhidun..……........….…....6
III. PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………..........…….... 7
B. Saran……………………………………………………..........………….. 7
Daftar pustaka………………………………………………............................ 8

ii
BAB I

A. Latar Belakang

Pada masa Daulah Bani Umayyah (al-Walid Ibn Abdul Malik), Islam sudah mulai tersebar
luas ke seluruh pelosok Jazirah Arabia dan Afrika serta benua Eropa. Salah satu daerah yang pada
waktu itu diduduki Islam adalah Spanyol. Islam masuk ke Spanyol melalui proses perjalanan yang
cukup panjang, mulai dari kedatangan Abdurrahman al-Dakil sampai jatuhnya kerajaan Islam pada
tahun 1492 M yang merupakan fase-fase perjalanan sejarah Islam di Eropa. Di Spanyol ini, Islam
memainkan peranan yang sangat besar, mulai pertama kali menginjakkan kaki sampai jatuhnya
kerajaan terakhir disana.

Fase sejarah yang dilalui umat Islam di Spanyol dibagi dalam enam periode: periode pertama
(711-755 M), periode kedua (755-912 M), periode ketiga (912-1013 M), periode keempat (1013-1086
M), periode kelima (1086-1248 M), periode keenam (1248-1492 M). Pada periode kelima muncullah
Dinasti Muwahhidun.

Kemunculan Dinasti Muwahhidun telah membawa semangat politik baru di wilayah Maghrib
dan Tunisia yang ditandai dengan tundukknya pada khalifah Abbasiyah di Bagdad. Dinasti ini telah
sanggup menunda kekalahan politik Islam untuk beberapa waktu terakhir keberadaannya di
penghujung abad ke 15 M ketika benteng Islam di Seville jatuh ke tangan orang-orang Kristen.

Dinasti Muwahhidun sendiri berasal dari sebuah gerakan pemurnian agama (puritan) yang
kemudian berhasil berkuasa, para pemuka spiritual dan panglima perang memegang pemerintahan dan
memperluas wilayahnya dengan tujuan ingin memurnikan Islam dan memperluas ajarannya sampai ke
Afrika. Namun, informasi mengenai dinasti Muwahhidun ini sulit ditemukan, karena sedikitnya
literatur-literatur yang membahasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses berdiri dan berkembangnya dinasti muwahhidun?


2. Bagaimana kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti muwahhidun?
3. Bagaimana kemunduran dan kehancuran yang dicapai muwahhidun?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses berdiri dan berkembangnya dinasti muwahhidun.


2. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti muwahhidun.
3. Untuk mengetahui kemunduran dan kehancuran dinasti muwahhidun.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun.

Pada masa akhir Murabithun, Abdullah ibn Tumart, seorang sufi Mesjid Cardoba, melihat
sepak terjang kaum Murabithun, ia ingin memperbaikinya. Ia kemudian berangkat ke Baghdad dan
menambah ilmu kepada iman al—Ghazali. Setelah dirasa memadai ia kembali, tinggal di Maroko.
Disitu ia mulai mengkeritik dan mencela perbuatan raja-raja Murabithun yang bersalahan dengan
syari’at Islam, yang menurut fahamnya tidak mengikuti sunnah Rasul.
Selain itu, dalam catatan sejarah, Ibnu Tumart pernah belajar di pusat-pusat studi Islam
kenamaan, seperti di Cardoba, Alexandria, Makah dan Bagdad. Dikota Bagdad, Ibnu Tumart pernah
belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam
pengembaraan ilmiahnya banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu,
diantaranya adalah soal tidak diperlukan lagi bagi para penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir
Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat
Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada
umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta ijma’ sahabat sebagai dasar
dari ajaran Islam. Selain itu ia menolak ra’yu dan Qias sebagai dasar hukumPemikiran keagamaan dan
hukum yang stagnan (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan dinasti
Murabithun, dijadikan sebagai motifasi dirinya untuk pergi ke Bahdad mencari ilmu. Sekembalinya
dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian
ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam di bawah Murabithun, mengalami penyimpangan.
Gerakan ini didasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam, berdasarkan Tauhid. Karena itu,
gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun.

Meskipun Ibnu Tumart dianggap sebagai pencetus gerakan Muwahidun, namun ia sendiri
tidak pernah menjadi sultan.Yang lebih terkenal adalah Abd al-Mu’min yang awalnya sebagai
panglima. Ia akhirnya memimpin dinasti al-Muwahhidun selama 33 tahun (1130-1163) dengan
membawa kemajuan pesat.

Ibnu Tumart sebagai pencetus , mula-mula pergi ke Tanmaal di wilayah Sus untuk menyusun
kekuatan. Yang pertama dilakukan adalah memberantas paham golongan Murabbitun yang
menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid menentang kekafiran, antrophomorpisme dan mengajak
ummat menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar walau harus dengan kekerasan. Murid-murid disuruh
membuat benteng agar sukar bagi musuh hendak memasukinya. Di Tanmaal inilah Ibnu Tumart
merumuskan system militernya sebagai organisasi pemerintahan .

Ensiklopedi IslamIII, penyebutan nama gerakan ini dengan nama Al-Muwahhidin, yang
artinya golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi
fahan al- tajsim, yang menganggap bahwa Tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme). Ibnu Tumart
sendiri mendakwahkan bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam kitab
suci Al-Qur’an, seperti “tangan Tuhan”, tidak dapat ditakwilkan (dijelaskan), tapi dia harus dipahami
apa adanya. Justru itu faham al-tajsim adalah benar-benar musyrik dan harus diperangi. Ibnu Tumart
menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan

2
kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan prinsipnya, Ibnu Tumart tidak segan-segan
menggunakan kekerasan. Seperti yang dilakukannya kepada saudara perempuan seorang gebernur di
kota Fez, dengan cara memukul gadis tersebut karena tidak memakai kerudung. Bahkan tradisi yang
sudah berurat berakar pun, seperti minuman khamar, musik dan kesenangan terhadap pakaian yang
mewah, ditentang habis-habisan oleh Ibnu Tumart.

Sikap keras yang diperankan oleh Ibnu Tumart ini ditentang oleh sebagian besar masyarakat,
terutama ulama dan penguasa. Untunglah dakwahnya kemudia diterima dan mendapat dukungan dari
berbagai suku Berber seperti suku Haraqah, Hantamah, Jaduniwiyah, dan Janfisah.

Setelah mendapat pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka
di sukunya, pada tahun 1121 M ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan
pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip ketauhidan.

Untuk mengujudkan semua keinginannya, Ibnu Tumart mengirim sejumlah pengikutnya ke


berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu kejalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan
menyelamatkan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah.
Anjuran yang selalu diajarkan kepada pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat undang-
undang, shlalat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku akidah
Muwahihidun.

Sejak ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil
menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari
sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi
kelompoknya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya dakwah Ibnu
Tumart adalah murni didasari oleh keagamaan, artinya tidak didasari oleh kepentingan-kepentingan
lain melainkan semata-mata menegakkan tauhid secara murni. Namun seiring dengan waktu dan
jumlah pengikutnya semakin bertambah karena didasari dengan dakwahnya dapat diterima oleh orang
banyak, disisi lain Dinasti Murabitun semakin lemah, akhirnys Ibnu Tumart berambisi untuk
menjatuhkan dan merebut kekuasaan Dinasti Murabithun.

Selanjutnya dibentuklah kota sebagai pusat pemerintahan, yaitu suatu daerah di bagian
Selatan Maroko, dan dari sini pulalah dilancarkan seruan perang suci untuk menaklukan daerah-
daerah sekitarnya. Sarana utama yang digunakan dalam kordinir kegitan jama’ah, Ibnu
Tumart membangun sebuah Mesjid yang megah di Ibu kota Dinasti al-Muwahhidin.

Adapun stuktur Negara dala pemerintahan Al-Muwahidun yang di bentuk Ibnu Tumart terdiri
dari beberapa unsur sebagai berikut :

1. Al-Asyrah, (dewan Sepuluh), semacam Dewan Menteri disebut juga dengan nama Ahl al-Jama’
ah.
2. Al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) , semacam senat.
3. Al-sabi’in (Dewan Tujuh Puluh) , semacam Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Al-Talabah, Dewan Ahli yang terdiri dari Ulama-ulama Yunior.
5. Ahl-Dar, (keluarga Istana).
6. Kabilah Haragah, yaitu Kabilah Ibnu Tumart sendiri.
7. Ahl Tainmul (Pasukan Inti), mewakili beberapa kabilah.
8. Kabilah Jadmiwah

3
9. Kabilah Janfisah.
10. Kabilah Hantamah.
11. kabilah Al-Muwahhidun
12. Para Prajurit.
13. Al-Girrat, yaitu rakyat biasa .

Dari keempat belas stuktur diatas, masing-masing kelompok telah mempunyai tugas dan
tanggungjawabnya, namun kedudukan yang paling tinggi adalah urutan pertama (al-‘Asyrah)
yang sekaligus berwenang untuk memilih, mengangkat dan membai’at imam atau kepala
pemerintahan. Dan semua struktur yang ada sama-sama mempunyai kewajiban dan tugas yang sama
dalam mensukseskan dakwah Al-Muwahhidin.

Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika Gubernur Sus dengan pasukannya menyerang
suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi pasukan itu dapat
dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan pertama ini membangkitkan semangat
kelompok Muwahhidun untuk melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok
Muwahiddun berusaha menaklukan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal.

Setelah mempunyai pengikut yang besar, maka pada tahun 1129 dengan jumlah pasukan 40.000
orang dibawah komando Abu Muhammad Al-Basyir Al-Wansyarisi, mereka menyerang kota
Marrakech, sebagai salah satu kota penting dalam dinasti Al-Murabithun, yang terkenal dalam
sejarah dengan nama “Perang Buhairah”. Dalam peperangan ini pihak Al-Muwahhidun menderita
kekakalahan, banyak diantara prajuritnya yang gugur serta beberapa anggota al-Asrah termasuk
komandannya sendiri Al-Wansyarisi, dan empat bulan kemudian Ibnu Tumart sendiri juga wafat.

Sesudah Ibnu Tumart meninggal dunia, Abdul Mukmin bin Ali, dibai’at sebagai penggantinya.
Setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh Dewan 10 orang.Ia diberi gelar bukan Al-mahdi,
melainkan Khalifah. Pada masa kepemimpinannya inilah Al-Muwahhidin banyak meraih
kemenangan dalam beberapa peperangan.

Setelah dinyatakan sebagai khalifah, langkah pertama dilakukannya adalah menundukkan


kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun
1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen,
Fez, Tangier dan Aghmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada
tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun di kuasai Muwahhidun.

Sejak Marrakech dikuasai, pada tahun 1146 Abdul Mukmin bin Ali memindahkan ibu kota
pemerintahan dari Tinmal ke kota tersebut dan dari sana ia menyusun ekspansinya ke berbagai
daerah, sehingga ia bisa menguasai Al-Jazair (1152), Tunisia (1158), Tripoli –Libya (1160).

Dalam masa pemerintahan Abdul Mukmin bin Ali inilah, wilayah kekauasaan Al-Muwahidun
membentang dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah barat, merupakan suatu prestasi
gemilang yang belum pernah dicapai Dinasti atau Kerajaan manapun di Afrika Utara.

Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan puteranya sendiri
yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti ayahnya ingin memperluas
wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.

Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang dilakukannya ke
Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu Hafs, mereka berhasil

4
merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri, dan berhasil menguasai
wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus menghancurkan pertahanan tentara Kristen di
daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini), sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang
mengakibatkan kematiannya.

Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat
kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun, panglima
Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan Alfonso VIII setelah
menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya kembali ke Sevilla (sebagai
ibu kota baru).

Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam pertempuran di


Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah ditaklukan
memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.

Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat kita
rangkumkan sebagai-berikut:

1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal


2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir

B. Kemaujuan –Kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun


Berbagai kemajuan telah dicapai oleh Dinasti Muwahhidun, diantaranya adalah:
a. Politik dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan
Samudera Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.
b. Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia
dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa.
Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji
dan pemungutan pajak.
c. Arsitektur.
Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda, menara pada
Mesjid Jami’ di Sevilla, Bab Aquwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah
di Maroko dan menara Hasan di Rabath. Juga mendirikan rumah sakit di Marakesy
yang tidak tertandingi.
d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Tercatat cendikiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (533H/ 1139 M) . Ia
seorang ahli filsafat dan musik, disebut Avencape atau Abenpace. Selain itu ada Ibn
Tufayl (Abebecer), seorang dokter istana Muwahhidun pada masa Abu Ya’kub Yusuf. Ia
dikenal juga dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isybili (581 h/1185-
1186 M). Cendikiawan yang lebih terkenal adalah Averrous (Ibnu Rusyd 1126-1198
M). Ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, ahli hukum, juga seorang
polimek.Tahun 578 h ia menggantikan Ibnu Tufayl sebagai kepala Tabib (dokter Istana)
pada masa Ya’ kub Yusuf. Ia juga seorang qadhi di Cordoba.

5
C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun.
Sejak khalifah dipegang oleh Muhammad Al-Nasir, dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan
kelemahan-kelemahannya. Karena Khalifah tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyusun strategi
militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Sehingga dalam pertempuran pasukan
Muwahhidun senantiasa mengalami kekalahan.
Kekalahan ini tentu membawa derita yang cukup panjang dalam hati khalifah dan akhirnya ia
meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalusia diserahkan kepada anaknya Abu
Ya’kub Yusuf II dengsn gelar Al-Muntasir. Karena usia yang masih muda baru berusia 15 tahun, ia
tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan dikalangan keluarga istana tidak
dapat dihindari, terutama setelah kematian nya pada tahun1224 M. Hal itu terjadi karena khalifah Al-
Muntasir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah.
Melihat kenyataan ini, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan
pemerintahannya masing-masing didaerah-daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan
Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil
dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran secara total baru terjadi
pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Bani Ahmar dari kerajaan Arab Madinah.
Dari uraian diatas telah dijelaskan setelah Al-Nasir wafat selanjutnya kekuasaan dinasti
Muwahidun dipimpin oleh khalifah yang lemah. Maka setelah mengalami kejayaan selama satu abad,
dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan pada akhirnya mengalami kehancuran. Adapun
faktor kemunduran tersebut antara lain disebabkan sebagai-berikut:
a. Perebutan tahta dikalangan keluarga kerajaan.
b. Melemahnya control terhadap penguasa daerah.
c. Mengendurnya tradisi disiplin .
d. Memudarnya keyakinan Ibn Tumar, bahkan namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara.
e. Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen Andalusia dan lain –lain.

Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai
Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun
melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen.
Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah,
meskipun peninggalan- peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya
.

6
7
8

Anda mungkin juga menyukai