Anda di halaman 1dari 5

BOOK PEPORT

A. Identitas Buku
1. Judul
2. Judul asli
3. Penulis
4. Penerjemah
5. Penerbit
6. Tahun terbit
7. Jumlah halaman
8. Dimensi

: Filsafat Pendidikan dalam Al Quran


:
: Dr. Muhammad Fadhil al-Jamali
: Asmuni Solihan Zamakhsyari
: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
: Cetakan pertama 1995
: 153 halaman
: 17 x 12 cm

B. Uraian Isi Buku


Sesuai dengan judulnya, buku yang terdiri dari 12 bab ini memuat perihal pandangan
filosofis atau lebih tepatnya prinsip-prinsip umum yang terdapat dalam Alquran tentang
pendidikan. Buku ini dibuka dengan bagian pendahuluan (mukaddimah) yang disinggung di
dalamnya mengenai kelatahan sebagian besar umat Islam dalam membangun world view.
Sebagian mereka ada yang menjadikan filsafat Barat (anthroposentris/sekular) yang ekstrim
sebagai pandangan hidup, sebagian lagi ada yang berpegang teguh pada filsafat Timur yang
usang dan ketinggalan zaman, kemudian sisanya adalah mereka-mereka yang mencoba
mengambil ini dan itu. Padahal sesungguhnya, Alquran merupakan asas terbaik bagi umat
Islam dalam membangun world view. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dalam berbagai
aspek kehidupan Alquran dijadikan sebagai titik berangkat dan titik berpijak, termasuk
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pada bab kedua, dalam bukunya tersebut Dr. Fadhil al-Jamali mengemukakan bahwa
Alquran merupakan kitab terbesar yang memuat prinsip-prinsip filosofis mengenai
pendidikan. Alquran di dalam banyak ayat selalu berbicara perihal kebutuhan manusia,
tentang masalah jiwa dan rohani. Selain itu juga di dalam Alquran sering disinggung tentang
bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam, dengan Tuhan.
Oleh karena itu, Alquran menentang keras terhadap pandangan yang memandang manusia
secara parsial dengan hanya melihat manusia sebagai makhluk fisik dengan mengabaikan
dimensi non fisik.
Kemudian, pada bab ketiga dijelaskan perihal tujuan pendidikan yang dirumuskan
berdasarkan kajian terhadap pesan-pesan Ilahi di dalam Alquran. Tujuan tersebut dapat
dikerucutkan menjadi empat macam, meliputi: (a) menjelaskan posisi manusia di antara
makhluk lain dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini; (b) menjelaskan hubungan
manusia dengan masyarakat dan tanggung jawabnya dalam tatanan hidup bermasyarakat; (c)
menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugas-tugasnya untuk mengetahui hikmah

penciptaan dengan memakmurkan bumi ini; dan (d) menjelaskan hubungan manusia dengan
Allah sebagai pencipta lama semesta. Keempat tujuan pendidikan tersebut saling berkait
kelindan antara satu dengan yang lain. Tiga yang pertama merupakan pendorong tercapainya
tujuan yang keempat. Sebab, tujuan yang keempat inilah yang menjadi tujuan akhir dari
pendidikan Islam.
Pada bab keempat diuraikan tentang pendidikan manusia menurut pandangan Alquran
atau lebih tepatnya pandangan Alquran terhadap manusia dalam kapasitasnya sebagai
makhluk terdidik (peserta didik). Dr. Fadhil al-Jamali menjelaskan bahwa manusia terdiri dari
dua dimensi. Dimensi ruh yang merupakan dimensi esensial manusia dan dimensi jasad
(jism) sebagai dimensi artifisial. Oleh karenanya, Alquran dalam menjelaskan tentang
manusia dalam kapasitasnya sebagai peserta didik selalu mengisyaratkan agar proses
pendidikan mampu mengakomodasi perkembangan kedua dimensi tersebut secara seimbang,
bukan sebuah model pendidikan yang timpang dan berat sebelah.
Selanjutnya pada bab kelima dan keenam, dijelaskan dengan sedikit lebih detail
mengenai tujuan pendidikan yang kedua dan ketiga, yakni manusia dalam kapasitasnya
sebagai makhluk sosial dan manusia dalam interaksinya dengan alam. Masyarkat menurut
konsepsi Alquran adalah masyarakat yang saling hidup dalam suatu tatanan yang teratur
laiknya bangunan. Di dalam Alquran oleh Dr. Fadhil al-Jamali diidentifikasi beberapa
panduan pokok bagaimana sesungguhnya struktur masyarakat yang ideal menurut Alquran,
meliputi; kesatuan (QS. al-Anbiya: 92), solid (QS. Ali Imran: 103), persaudaraan (QS. alHujurat: 10), persamaan dalam perbedaan (unity in diversity) (QS. al-Hujurat: 13, al-Rum:
12), tolong menolong (QS. al-Maidah: 3), musyawarah (QS. Ali Imran: 159), keadilan (QS.
al-Taubah: 34-35), menepati janji (QS. al-Maidah: 1), konstruktif (QS. Hud: 88), membela
diri (QS. al-Baqarah: 190), mawas diri (QS. al-Anfal: 60), dinamis (QS. al-Raad: 11),
sederhana (QS. al-Araf: 31)) serta kebebasan dalam berpikir dan berakidah (QS. Yunus: 99
dan 108). Kemudian, panduan Alquran kepada manusia dalam berinteraksi dengan alam
didasarkan pada prinsip-prinsip; pertama, alam diciptakan atas landasan kebenaran,
keteraturan dan hkimah. Jadi alam tidak diciptakan dengan tanpa tujuan yang jelas dan mainmain. Kedua, alam diciptakan untuk kepentingan manusia, oleh karenanya sungguh sangat
tepat jika mansuia muatan-muatan keteraturan dan rahasia alam. Hingga menghantarkan
manusia kepada kesadaran akan keagungan Penciptanya. Ketiga, penciptaan alam untuk
kepentingan manusia tidak serta merta memberi kebebasan kepada manusia untuk secara
berlebihan mengeksplorasi alam tanpa batasan hingga pada akhirnya yang terjadi adalah
kemusnahan dan kerusakan.

Pada bab ketujuh dielaborasi secara lebih jauh perihal tujuan inti dari pendidikan
Islam yakni menjelaskan hubungan manusia dengan Penciptanya. Eksistensi manusia dan
eksistensi alam merupakan pancaran dari eksistensi Allah swt. Manusia dalam hal ini dituntut
untuk mampu menyadari hal tersebut. Sebab itu, manusia harus beribadah kepada-Nya
dengan melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi tindakan yang merugikan. Manifestasi
dari kesadaran akan eksistensi Allah swt tersebut terejewantah dalam konsep tauhid.
Bab kedelapan dari buku yang terbit 20 tahun lalu ini berisi tentang penjelasan
mengenai inti dan pendekatan yang ditempuh dalam penyelenggaraan pendidikan yang
termuat di dalam Alquran. Dijelaskan bahwa inti dan muara pendidikan Islam tidak lain
adalah upaya menyadarkan manusia akan posisinya dalam kehidupan ini, yang kemudian
berujung pada empat tujuan pendidikan sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu.
Pendidikan manusia yang digambarkan di dalam Alquran dapat didekati dengan empat
pendekatan yakni iman, akhlak, ilmu dan amal. Hanya saja keempatnya tidak dipandang
secara

terpisah

melainkan

sebagai

satu

kesatuan

yang

utuh.

Karenaya,

dalam

penyelenggaraan pendidikan Islam keempat hal tersebut dijadikan satu paket sebagai satu
pendekatan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Pada bab kesembilan diusut mengenai bagaimana sesungguhnya pandangan Alquran
tentang ilmu pengetahuan. Tidak dapat disangkal bahwa Alquran sangat menekankan tentang
urgensitas ilmu pengetahuan dan keharusan untuk menguasainya. Ilmu dan kehidupan
manusia tak ubahnya seperti kepala dan jasad. Kisah tentang penciptaan Adam as dan
bagaimana ia diajarkan oleh Allah tentang perbendaharaan ilmu (nama-nama) merupakan
contoh kecil tentang pentingnya ilmu pengetahuan menurut Alquran. Ilmu pengetahuan
merupakan tanda atau perantara untuk mengetahui Allah swt. Ilmu juga merupakan perantara
untuk mengetahui segala sesuatu dan potensi alam serta agar mampu memberdayakannya
guna kemaslahatan hidup. Selain kisah Adam as, juga terdapat isyarat-isyarat lain yang
digunakan Alquran untuk menjunjukkan urgensi ilmu pengetahuan seperti mempelajari
bahasa (QS .al-Rahman: 1-4), pentingnya membaca dan menulis (QS. al-Alaq: 1-5)), posisi
orang yang berilmu (QS. al-Zumar: 9), peranan dan kedudukan ilmu (QS. al-Mujadalah: 11),
belajar dan jihad (QS. al-Taubah: 122) serta banyak lagi. Isyarat Alquran tentang pentingnya
ilmu pengetahuna tidak terbatas kepada disiplin ilmu tertentu melainkan mencakup semua
ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Beberapa diantaranya seperti mempelajari agam (QS. alTaubah: 122), mempelajari diri sendiri dan alam (QS. Fushilat: 53), ilmu sejarah dan
arkeologi (QS. Muhammad: 10), ilmu botani (QS. Abasa: 24-32, Al-Hajj: 5, Yasin: 36),
zoologi (QS. al-Ghasyiyah: 17, al-Mulk: 19, Fathir: 12), embriologi (QS. al-Muminum: 12-

14, al-Nur: 45, Fushilat: 11), astronomi (QS. Yasin: 37-40, Ali Imran: 190-191), matematika
dan statistik (QS. Yasin: 12, al-Kahfi: 49), fisika dan kimia (QS. al-Hadid: 25, al-Kahfi 9697), geografi (Qs. al-Zariyat: 20), geologi (QS. al-Zalzalah: 1-2, Fathir: 27)

serta lain

sebagainya.
Bab kesepuluh dari buku yang berasal dari kumpulan ceramah Dr. Fadhil al-Jamali ini
menyinggung tentang bekerja dalam pandangan Alquran. Di dalam Alquran bekerja dalam
konotasi yang positif disebut dengan aml al-shalih. Aml al-shalih merupakan buah dari
kombinasi antara iman, akhlak dan ilmu. Maka manusia dalam hal ini harus terbiasa bekerja
karena dorongan iman dan bimbingan ilmunya. Implementasinya dalam proses pendidikan
bahwa pendidik (murabbi) dituntut untuk mampu menstimulasi peserta didik agar tidak hanya
memahami konsep tetapi tidak menguasi praktik. Karena iman sebagai basis dari aml alshalih tidak cukup hanya sebatas diikrarkan melainkan lebih dari itu, iman harus
diaktualisasikan melalui tindakan-tindakan konkret.
Selanjutnya di bab kesebelas dijelaskan tentang karakter manusia dalam Alquran. Di
dalam Alquran dijelaskan bahwa sesungguhnya secara personal manusia itu bersifat unik dan
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan dalam
aspek fisik seperti warna kulit, bentuk rambut dan lain-lain serta perbedaan dalam aspek
psikologis dan sosial seperti karakter dan status sosial. Perbedaan antar manusia dalam
peranan dan kemampuannya merupakan ujian. Bahwa apakah manusia mampu menggunakan
kelebihannya untuk hal-hal yang positif dan berguna atau sebaliknya. Ayat-ayat Alquran yang
menjelaskan tentang perbedaan manusia dalam aspek psikologis khususnya karakter antara
lain; QS. al-Nahl: 71 dan 76, Nuh: 14 dan al-Nisa: 32.
Kemudian, pada bab keduabelas sebagai bab pamungkas dari buku yang penulis beli
dengan harga Rp 25.000,00 ini memuat tentang metodologi pendidikan yang diisyaratkan di
dalam banyak ayat dan surat-surat Alquran. Metode-metode tersebut berupa metode belajar
dalam perbuatan (learning by doing) yang tersirat dalam aktivitas ibadah seperti salat, puasa
dan haji dan jihad, metode dakwah amr maruf dan nahi munkar (QS. al-Zariyat: 55)),
metode kisah (QS. Yunus: 3, Yusuf: 111), metode qudwah (suri teladan) dan persahabatan
(QS. al-Ahzab: 21 dan 67-68), logika dan rasionalitas (QS. al-Nahl: 125, al-Ankabut: 46),
pertanyaan (QS. al-Naml: 59-64, al-Muminun: 84-90), perumpamaan (QS. al-Ankabut: 43),
ekspositori (QS. al-Nur: 35, Furqan: 63-67, as-Syuara: 68-69), targhib wa tarhib (QS. alZalzalah: 6-8, al-Isra: 13-14, Fushilat: 46, Ghafir: 17) serta taubat dan pengampunan dosa
(QS. al-Nisa: 110, al-Maidah: 39, al-Anam: 54, Thaha: 82, al-Baqarah: 222 dan banyak
lagi).

C.
D. Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai