PENDAHULUAN
pada zaman
Isfahan.
Mazhab
ini
menampung
perkembangan
Hikmah
Mutaaliyyah
dan
wujud.
Filsafat
wujud
ini
sintesa.
Mulla
Shadra
telah
mengembangkan
sebuah
Iluminasionis
para
sufi
menurut
Mulla
Shadra
harus
sejelas-jelasnya
antara
keduanya
dan
tidak
dan
juga
ajaran
syariat
secara
umum.
Semua
itu
dengan
mazhab
Al-Hikmah
Al-Mutaliyah
(theosophy
transcendental).
1. Hikmah Mutaliyah
Hikmah Mutaliyah adalah salah satu pemikiran Mulla Shadra
yang
pertama,
dimana
dalam
pemikirannya
ini
dia
berusaha
dan
Wijdan.
Mulla
Shadra
mengakui
bahwa
masalah
3 Ibid., h. 123.
4 Ibid., h. 124
tidak bisa dijangkau oleh akal dan yang mustahil bagi akal. Menurut
Shadra untuk mengukur sebuah kebenaran akal dan menghindari dari
kesalahan rasional maka kita sangat membutuhkan wahyu, oleh
sebab itu hikmah itu tidak bisa diterima jika tidak mendasarkanya
pada agama. Dan seseorang yang tidak mengetahui hakikat akan
segala sesuatu bukanlah seorang ahli hikmah bagi Mulla Shadra. 5
Bahwa
untuk
menemukan
kebenaran
kita
tidak
cukup
hanya
tidak
dipadukan
dengan
wahyu.
Mulla
Shadra
berusaha
oleh
banyak
pemikir
Islam
sebagai
seorang
yang
5 Ibid., h. 125
6 Ibid., h. 125
semua
metafisika,
oleh
karena
itu
jika
seseorang
tidak
dua
proposisi
diantaranya
yaitu:
1.Wujud
tidak
ada.
Kemudian
wujud
dalam
arti
konseptual
adalah
7 Ibid., h. 125
Rahman
menyatakan
keambiguitasan
wujud
yang
yang
mumkin
adalah
sama
dari
sisi
predikat
yang
ada.
Lawan
darinya
adalah
ashalah
al-Mahiyah
ini
sebenarnya
mulai
merebak
semenjak
Ibnu
Sina
10 Ibid., h. 45-49
11 Fazlur Rahman, Filsafat Shadra (Bandung: Pustaka), h. 48-49. Lihat juga Jurnal alHuda Vol. III. No. 1. 2003 pada tulisan dengan judul Filsafat Wujud.
kelompok
yang
lain
mengatakan
bahwa
wujudlah
yang
lainnya.
Adapun
Shadra
pada
awal
perjalanan
12 Hussein Shahab, Filsafat Wujud dalam Jurnal al-Huda Vol. III. No. 1. 2003
13 Seyyed Hosen Nashr (edt), Ensiklopedi Tematik , h. 917-918
lengkapnya
adalah
Muhammad
bin
Ibrahim
Yahya
Qawami Syirazi, sering dipanggil dengan julukan Shadruddin AsySyirazi atau Mulla Shadra atau Shadra. Di kalangan muridnya, dia
lebih dikenal sebagai Shadr Al-Mutaallihin. Ia dinamakan dengan
julukan itu karena ketinggian pengetahuannya tentang Hikmah. 14 Ia
dilahirkan di Syiraz yaitu sebuah kota yang paling terkenal di Iran,
dikawasan sekitar Persepolis tahun 979/980 H atau 1571/1572 M.
Ayahnya bernama Ibrahim bin Yahya, ayahnya adalah seorang
bangsawan terhormat di kota tersebut.
Sejak masih anak-anak, Mulla Shadra telah menunjukkan tandatanda kepintarannya. Hal ini cukup lumrah diterima, karena ia berasal
dari keluarga yang sangat mampu, sehingga ia memperoleh fasilitas
belajar yang cukup memadai.
Tidak lama di Syiraz ia pindah ke Isfahan, sebuah kota pusat
kebudayaan yang penting pada masa itu dan melanjutkan studinya
pada Mir Damad Mir Abul Qasim Fendereksi (w. 1640 M). Lalu
akhirnya ia kembali ke Syiraz sebagai guru pada sebuah Sekolah
Agama yang didirikan oleh Gubernur Propinsi Fars. Ia telah berziarah
tujuh kali ke Mekkah dengan berjalan kaki dan iapun wafat di
Basharah pada tengah perjalanannya sepulang naik haji yang ketujuh
kalinya pada tahun 1641 M.15
Aliran Hikmah Mutaaliah didirikan oleh Mulla Shadra pada era
kekuasaan dinasti safawi (1501-1736 M), sebuah dinasti berasaskan
14 Dalam Madzhab Isyraq (Shadra), ketinggian ilmu pengetahuan seseorang
tentang hikmah akan diberi gelar hakim Al-Mutaallih yang berarti seorang filsuf
atau ahli hikmah yang sudah menjadi seperti Tuhan, lihat, Syaifun Nur, Mulla
Shadra: Pendiri Madzhab Al-Hikmah Al-Mutaaliyah (Jakarta: Teraju, 2003), h. 3
karya
pendeknya,
juga
menjadi
risalah
pemikiran
pasca
menggunakan
pendekatan
morfologis,
metafisis,
dan
dalam
waktu
berlandaskan
atas
al-Harakah
al-
10
5) Kasr
Al-Ashnam
Al-Jahiliyah
fi
Dhaimni
al-Mutashawifin
Al-Lamaah
Al-Masyiriqiyyah
Fi
Al-Funun
Al-Mantiqiyah
ini
berisikan
tentang
metafisika,
kosmologi,
dan
eskatologi.
9) Mafatih Al-Ghaib (kunci alam ghaib).
Kitab ini tersusun setelah Mulla Shadra berhasil mencapai
puncak kematangan ilmu, berisikan doktrin tentang metafisika,
kosmologi, dan eskatologi yang berlandaskan atas dalil-dalil naqli.
10)
Al-Quran)
Kitab membicarakan ayat-ayat Quran yang sukar dipahami dan
metaforis dari sudut gnosis.
13)
ini
membahas
tentang
ketetapan,
kebebasan,
dan
11
14)
19 Syaifan Nur, Filsafat Wujud Mulla Sadar (Yogyakarta: Pustaka Pelajat, 2001), h.
58.
12
lainnya
seperti
teologi,
paripatetisme,
gnosisme,
dan
13
BAB III
KESIMPULAN
14
pertarungan
filosofis
sejak
zaman
Yunani
Kuno
hingga
momentumnya
konsep Trancendent
sebutan Hikmah
di
tangan
Theosophy-nya
Mutaaliyah.
atau
Konsep
Mulla
Shadra
dengan
juga
dikenal
dengan
tersebut,
secara
ontologis
didasarkan atas tiga hal: prinsip wujud, gradasi wujud, dan gerak
substansial.
Dari paparan makalah
hal. Pertama, semesta ini, menurut Shadra, bukan hanya ilusi tetapi
benar-benar mempunyai eksistensi sama seperti eksistensi Tuhan.
Namun, ia tidak menyimpulkan sebagai wahdatul wujud, tetapi
mengajukan tasykik
al-wujud sebagai
solusinya,
yakni
bahwa
berbeda
dengan
para
filosof
sebelumnya
yang
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hikmah
Al-
16