Anda di halaman 1dari 29

FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT BARAT

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Filsafat Islam

Dosen Pengampu : Dr. Aef Wahyudin,M.Ag

Disusun oleh :

Irma Erviana Safitri

1174010081

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang tokoh filsafat yaitu Jaen-
Paul Sartre dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterima kasih pada Bapak Dr. Aef Wahyudin,M.Ag selaku Dosen mata kuliah
Filsafat Islam UIN SGD Bandung Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan tugas.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai tokoh filsafat dan apa pemikirannya. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bandung, Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 3

Latar Belakang………………………………………………………………….. 3

Rumusan Masalah………………………………………………………………. 3

Tujuan…………………………………………………………………………... 3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 4

Pengertian Filsafat Islam……………………………………………………….. 4

Kemunculan Filsafat Islam……………………………………………………... 6

Istilah-istilah penyebutan Filsafat Islam………………………………………... 9

Hakikat Filsafat Islam…………………………………………………………... 10

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Filsafat Islam ………………………… 11

Filsafat Barat …………………………………………………………………… 11

Filsafat Barat Setetelah Renaisans……………………………………………… 14

Pengertian Filsafat Barat ……………………………………………………….. 18

Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat Barat…………………………………….. 20

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 28

Kesimpulan……………………………………………………………………… 28

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa
terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu
oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi
itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi
sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan
manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari
tahu dan ahirnya menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika
proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu
pengetahuan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat islam?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?
3. Bagimana perbedaan antara filsafat islam dan filsafat barat?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu filsafat islam.
2. Untuk menjelaskan apa itu filsafat barat.
3. Untuk menjelaskan perbandingan antara filsafat islam dan filsafat barat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam


Filsafat memiliki beberapa arti yaitu philo atau philein yang artinya cinta,
shopia atau wisdom atau wijsbegerte artinya kebijaksanaan, dan dapat
diartikan love of wisdom (lover wisdom) yang artinya mencintai
kebijaksanaan.
Pokok-pokok dalam filsafat :
1. Bebas
 Tidak ada yang menghalangi pikiran itu bekerja (kerja akal
tidak ada yang menghalangi).
 Bebas apa saja untuk dipikirkan tidak ada yang haram (kerja
akal tentang apa saja .
2. Radikal
 Berpikir mendalam sampai ke akar-akarnya sesuatu (sumber
sebab), bahkan melampaui batas-batas fisik menju sesuatu
yang tidak fisik (metafisika). Seperti benang kusut.
3. Sistematis
 Adanya pentahapan langkah-langkah untuk mencapai hakikat
sesuatu.
4. Universal
 Melihat dan berpikir tentang sesuatu sebagai hakikat yang
circular tidak linear
5. Makna dan Nilai
 Menemukan makna subtansial yang terkandung dalam suatu
itu, yakni berupa nilai (kebenaran, kebaikan dan keindahan)

5
Islam sendiri memiliki beberapa arti yaitu assalama assalaama asslaamah yang
artinya bersih lahir dan batin atau selamat dari cacad, assilmu assalmu artinya
damai dan tentang, dan al istislam artinya pasrah dn berserah diri.

Pengertian filsafat islam menurut para pakar :

1. Muhammad Athif Al Iroqi filsafat isalam ialah pokok-pokok dasar


pemikiran Islam
2. Ibrohim Madkur filsafat islam adalah pemikiran yang lahirdalam dunia
Islam untuk menjawab tantangan zaman, meliputi Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat, dll
3. Ahmad Fu’ad Al Ahnawi filsafat islam adalah pembahasan tentang
alam dan manusia yang dilandasi ajaran islam.

Sehingga dapat ditarik penjelasan pengertian filsafat islam adalah berpikir


terhadap sesuatu secara bebas, radikal, sistematis, rasional, sampai pada
makna dan nilai, yang prosesnya tidak hanya logis empiris tapi juga spiritual
transcendental dalam menemukan hakikat sesuatu (yaitu kebenaran, kebaikan,
dan kebijaksanaan) guna memberi keselamatan, ketenangan dan kedamaian.

B. Kemunculan Filsafat Islam


1. Aspek Doktrin
Sebelum filsafat dikenal oleh kaum Muslim, mereka terlebih dahulu
mengenal ilmu kalam. Ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan dan
berbagai cabangnya, termasuk di dalamnya tentang kenabian dan hari
akhir. Awal mula kemunculan ilmu kalam adalah perdebatan mengenai
Al-qur’an itu qadim atau hadits, namun benihnya sudah ada sejak Nabi
Muhammad wafat. Yaitu siapakah pengganti atau pemimpin setelah beliau
wafat. Dan mulai terlihat dengan jelas ketika terjadinya perpecahan
diantara umat Islam pada perang shiffin antara Sayyidina Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan.

6
Dalam perang shiffin terjadilah peristiwa tahkim yaitu pihak Muawiyah
meminta damai dan kembali pada kitabullah sambil mengangkat mushaf
Qur’an. Awalnya Sayidina Ali menolak, namun sebagian pengikutnya
memaksa agar kembali pada kitabullah yang akhirnya beliau
menyetujuinya. Pada saat itu Muawiyah meminta agar kepemimpinan
umat dipilih oleh rakyat dan mengosongkan terlebih dahulu
kepemimpinan yang sudah ada dan masing-masing pihak mengutus
delegasinya. Pihak Sayidina Ali mengutus Abu Musa al-Al’asyari dan
pihak Muawiyah mengutus Amr bin ‘Ash. Dengan siasatnya yang cerdik
Amr bin ‘Ash berhasil memenangkan kepemimpinan Muawiyah dan
menurunkan Sayidina Ali.

Setelah peristiwa tersebut umat Islam terpecah menjadi tiga golongan


yaitu pengikut setia Sayidina Ali yang kemudian dikenal dengan sebutan
Syi’ah, golongan yang keluar dari barisan Sayidina Ali yang merasa
kecewa dengan hasil keputusan yang didapat, padahal merekalah yang
menyuruh beliau untuk menerima perdamaian dengan Muawiyah, mereka
kemudian disebut kaum Khwarij. Dan golongan yang tidak berpihak pada
keduanya dan menangguhkan penilaian (salah dan benar) terhadap
keduanya, golongan ini dikenal dengan kaum Murjiah.

Golongan-golongan ini kemudian menjadi semacam madzhab yang


mempunyai doktrinnya sendiri-sendiri dengan mencari pembenaran Al-
Qur’an dan Hadits. Sebagaimana yang dilakukan kaum khwarij yang
menganggap kafir yang bukan dari golonganya dan harus membunuh
aktor dalam peristiwa tahkim, yaitu Sayidina Ali, Muawiyah bin Abi
Sufyan, Amr bin Ash dan Abu Musa al-Asy’ari, karena mereka dianggap
kafir.

7
Mereka pun kemudian terpecah-pecah lagi dan semuanya mengatakan
bahwa apa yang mereka yakini adalah dari Qur’an dan hadits. Mereka
menggunakan dalil naqli sekigus dalil aqli. Dan belakangan munculalah
kaum Mu’tazilah dengan teologi rasionalnya yang banyak meminjam
konsep-konsep Yunani dalam hal logika tanpa mengikatkan diri pada
ajaran filsafat Yunani.

Kaum Mu’tazilah meletakan dasar kebebasan berpikir dan kebebasan


berkehendak dalam teologinya. Mereka menggunakan alat yang bernama
logika formal yang biasa digunakan oleh filsafat dalam mencari
kebenarannya. Dan dari sinilah benih filsafat Islam ditanamkan.

2. Aspek Sejarah
Latar belakang kemunculan filsafat Islam adalah karena adanya
penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa arab yang
tersimpan di perpustakaan kuno daerah-daerah yang telah dikuasai oleh
kaum muslim, seperti Alexandria, Antioch, Edessa, Harran dan
Judinsapur. Kota-kota tersebut dulunya adalah pusat ilmu pengetahuan.

Pada masa berakhirnya Bani Umayah dan permulaan Bani Abbasiyyah


penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani atau pun Suryani
diterjamahkan dengan bantuan orang-orang terpelajar dari berbagai pusat
tersebut. Penerjemahan tersebut memakan waktu sekitar 150 hingga 200
tahun. Pada masa berikutnya bahasa Arab menjadi bahasa ilmu
pengetahuan selama 700 tahun.

Penerjemahan di masa Harun Ar-Rasyid (786-809 M) difokuskan pada


karya-karya Aristoteles dan karya-karya bangsa Persia.kemudian

8
dilanjutkan oleh Al-Makmun yang dikenal sangat tertarik dengan
kebebasan berpikir yang berkuasa 813-833 M. Beliau mengadakan
hubungan kenegaraan dengan raja-raja romawi, Bizantium yang berpusat
di Konstantinopel.

Dengan adanya berbagai macam interaksi dengan dunia luar dan


penerjemahan buku inilah yang mengakibatkan kemunculan filsafat di
dunia Islam. Metode-metode filsafat mulai digunakan dalam menafsirkan
ajaran Islam yang bersumber dari Qur’an dan Hadits. Seperti yang
dilakukan Al-Kindi yang dikenal sebagai babak filsuf Islam atau Arab
yang menafsirkan Qur’an secara rasional bahkan dengan cara filosofis.

Pada awal kemunculannya corak filsafat Islam kebanyakan beraliran


paripatetik yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani khususnya Aristoteles.
Walau demikian bukan berarti filosof muslim hanya mengekor pada
pemikiran Yunani, melainkan melakukan kritik dan menambahkah
permasalahan-permasalahan baru yang harus diselesaikan. Permasalahan-
permasalahan ini sebelumnya tidak ada pada masa Yunani. Selain
paripatetik ada juga aliran Iluminisionis dan Hikmah Muta’aliyah yang
merupakan ciri khas pemikiran/filsafat Islam.

Itulah sejarah singkat tentang lahirnya filsafat Islam, yang memunculkan


banyak tokoh filsafat di dunia Islam seperti, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ar-Razi,
Al-farabi, Suhrawardi, At-Thusi, Ibnu Rusyd, Ibnu Bajah, Ikhwanus
Shafa, Mulla Shadra dll. Yang masing-masing mempunyai pemikirannya
sendiri-sendiri.
C. Istilah-istilah penyebutan filsafat islam
1. Filsafat Islam

9
Alasan disebut filsafat islam karena inspirasi dan pemikiran berasal
dari sumber Islam (Al-Qur’an dan sunnah), Islam bukan hanya sekedar
unsur agama tapi juga peradaban dan kebudayaan (merupakan kajian
filsafat), masalah yang dibahas banyak persoalan Islam, ada beberapa
filosof yang menggunakan istilah Filsafat Islam. Semisal Al-Kindi, Al
farabi, Ibnu Rusyd, dll.
2. Filasafat Muslim
Alasan disebut filsafat muslim karena filosof dibesarkan di keluarga
muslim, filosofnya beragama Islam.
3. Filsafat Arab
Alasan disebut filsafat arab karena filsafatnya menggunakan bahasa
Arab, seperti halnya Filsafat Yunani, Filsafat India, Filsafat Barat dll.
Disiplin ilmu ini menggunakan bahasa Arab. Karena ada pemikir-
pemikir yang non-Islam (Majusi, Nasrani, dll) yang mereka berfilsafat
tentang Islam stsu dikutip dalam Filsafat Islam. Sejarah Arab lebih
dulu ada sebelum perdaban Islam.
4. Filsafat dalam Islam
Alasan disebut Filsafat dalam Islam karena meliputi aspek
kebudayaan, semisal filsafat manusia, ekonomi, dll.
5. Filsafat Dunia Islam
Alasan disebut FIlsafat Dunia Islam karena terjadi dikalangan
masyarakat dunia islam.
D. Hakikat Filsafat Islam
Hakikat Filasafat Islam dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
1. Dari sisi eksistensinya
 Bahwa Filsafat Islam terlahir didalam Islam itu sendiri. Artinya
berasal dan dibangun dari tradsi berpikir yang ada di dalam
sejarah Islam itu sendiri bukan dari yang lain.

10
Karena Hakikat Filsafat Ilsam adalah Filsafat kenabian
Muhammad (prophetic Philosophy) yang hal ini tidak ada
dalam Filsafat Yunani, yaitu semua hal tradisi dan sunnah
berpikir yang dilakukan oleh Nabi. Karena Nabi memiliki
kekuatan akal imajinatif atau suci yang bias
menghubungkannya dengan ‘aqlun fa’al’ untuk mencapai
kebenaran tertinggi (Ibnu Sina, AlFarabi ada yang
menyebutkan Fils Kenabian).
 Bahwa Filsafat Islam terlahir bersal dan dibangun awalnya dari
tradisi pemikiran Yunani. Kemudian ketika bersentuhan
dengan Islam menjadi dipaadukan antara pemikiran Yunani
dengan pemikiran Islam.
2. Dari sisi Fungsionalnya
 Bahwa Hakikat Filsafat Islam adalah Hubungan dialetika
fungsionalnya, antara Kerja akal dan nilai fungsional wahyu
(berpikir menemukan hakikat dengan semangat moral-etik.
 Hubungan dialetika, dalam Q.S Al-Isro : 17 : 36 yang artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Hati  Transendentalisme (Muta’aliyah) 
Intuisi
Akal  Rasionalisme (Uquliyah) 
kontemplasi
Inderaw  Empirisme (Tajribiyah) 
Evidensi

11
Hubungan keseluruhan dialetika funsional sebagai cermin
dialetika akan dan wahyu.
E. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Filsafat Islam
a. Ontology adalah bidang filsafat mengenai objek yang dikaji secara
mendalam sampai pada hakikatnya. Kajian mendalam mengenai objek
segala sesuatu yang ADA dan segala sesuatu yang MUNGKIN ADA
(baik yang mujudat maupun yang ghoi’ibat) yaitu; teologi, eskatologi,
kosmologi, humaniora, kebudayaan.
b. Epistemology adalah bidang mengenai sumber pengetahuan dan
bagaimana proses cara memperoleh pengetahuan. Sumber dan
prosesnya melalui :
Inderawi  Empirisme
Akal  Rasinalisme
Hati/rasa/jiwa  Intuisisme
Al-Qur’an/hadits  Wahyu
c. Aksiologi adalah bidang filsafat yang mengkaji keguunaan. Untuk
menemukan hakikat nilai. Dengan menemukan hakikat nilai akan
memperoleh keindahan (estetika) dan kebaikan (etika).
F. Filsafat Barat
Sejak manusia ada filsafat pun sudah ada, karena arti dari filsafat secara
sederhana adalah cinta kebijaksaan, kebenaran pertama, pengetahuan yang
luas, kebajikan intelektual. Hal semacam ini tentu sudah ada, karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang berakal yang selalu ingin mencari
tahu segala sesuatu dalam hidupnya. Hanya saja untuk istilah filsafat itu
sendiri baru muncul pada zaman Yunani Kuno dan dari sanalah istilah filsafat
itu lahir, dan kebanyakan kalangan barat menganggap bahwa Yunanilah yang
dianggap sebagi tanah kelahiran filsafat, sehingga seringkali kalangan barat
mengesampingkan pemikiran filsafat yang berasal dari luar Yunani, seperti

12
filsafat China dan India, karena dianggap tidak bersentuhan dengan peradaban
Yunani.
Jika ditelusuri lebih jauh mengenai arah perkembangan filsafat. Maka akan
diketahui bahwa awal kemunculan pemikiran filsafat itu ada ketika adanya
sebuah peradaban atau mungkin peradaban itu muncul karena adanya filsafat.
Secara umum peradaban yang mempunyai hubungan dengan Yunani kuno
adalah peradaban yang ada di Mesopotamia (kaldan/Irak), kemudian
menyebar ke Alexandria dan dari sanalah orang-orang Yunani belajar filsafat.
Pada awalnya orang-orang Yunani adalah orang yang lebih mempercayai
mitos dan dongeng-dongeng sebagai kebenaran daripada menggunakan
akalnya.
Pada abad 6 SM barulah bermunculan orang-orang yang menentang
kepercayaan yang berdasarkan mitos kepada kebebasan berpikir untuk
menelusuri semua misteri yang ada. Para pemikir itu menginginkan jawaban
dari segala misteri yang ada di alam ini haruslah dapat diterima akal
(rasional). Karena adanya kebebasan berpikir inilah kemudian muncul
berbagai konsep berdasarkan akal murni.
Dalam buku filsafat umum yang ditulis Muzairi, menyebutkan ada tiga faktor
yang menyebabkan munculnya filsafat di Yunani, yaitu:
Bangsa Yunani yang kaya akan mitos, dimana mitos dianggap sebagai awal
dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Kemudian mitos itu
disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga
muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan
lain-lain.
Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sanat penting untuk
pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai
edukatif.

13
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teori kreatif.

G. Filsafat Barat Setetelah Renaisans


Pada masa abad pertengahan bisa dikatakan bahwa filsafat barat dalam
keadaan yang terpuruk. Kebebasan berpikir sangat dibatasi dan dibelunggu
oleh sebuah institusi keagamaan yang bernama gereja. Setiap orang harus
memilih antara agama dan ilmu pengetahuan, jika dia memilih sebagai orang
yang taat pada Tuhan (gereja), maka dia harus memutuskan hubungan dengan
ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan (filsafat) dianggap menentang
agama. Kalaupun ada, maka semuanya harus tunduk pada gereja.

Setelah perang salib perkembangan ilmu pengetahuan di Barat mulai


berkembang dan perdaganganpun berkembang dengan pesat, selain itu banyak
penemuan-penemuan geografis dan percetakan buku yang terjadi pada
pertengahan abad xv, pusat-pusat kota jatuh pada pemilik bank dan orang
yang punya uang dan terjadi peralihan ekonomi dari perekonomian rumah
tangga ke perekonomian kapitalisme. Kota-kota Bandar mengalami kemajuan
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banyaknya muatan barang dan
luasnya perdagangan dengan pelayaran ke daerah-daerah yang jauh yang
memunculkan para banker, pasar bursa, adanya perserikatan para pedagang,
pengrajin, dan pengusaha untuk memperluas hasil produksinya. Semua itu
mengakibatkan adanya sebuah sistem monopoli kekuasaan uang
(kapitalisme). Para raja dan rohaniawan hanyalah wayang-wayang yang
dikendalikan oleh kapitalis.

14
Kapitalisme dan liberalisme awal ini memunculkan kebebasan individu yang
tak terikat lagi oleh iman gereja. Individu-individu ini bebas berpikir dan
berusaha mencari kebenaranya masing-masing, kebebasan ini mengakibatkan
berkembangya ilmu pengetahuan dengan pesat. Yang akhirnya ilmu
pengetahuan (filsafat) dapat mengalahkan dominasi gereja dan terjadilah
sekulerisasi dan otonomi manusia. Dengan latar belakang seperti ini, maka
kebanyakan filosof barat banyak bersandar pada kebenaran rasional dan
indrawi serta tidak mempercayai wahyu ilahi atau yang bersumber dari hati.

Kemudian munculah berbagai macam aliran filsafat yang ada di Barat.


Diantaranya yaitu, rasionalisme, empirisme dan positivism. Walau mereka
berbeda-beda, namun ada satu hal yang sama yaitu, semuanya bersifat
antrophosentrisme (berpusat pada manusia).

a. Rasionalisme
Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan
pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir
bagi penentuan kebenaran. Manusia dengan akalnya memiliki kemampuan
untuk mengetahui struktur dasar alam semesta secara apriori. Pengetahuan
diperoleh tanpa melalui pengalaman inderawi.

Tokoh-tokoh aliran ini yaitu, Rene Descartes, Leibniz, Cristian Wolff dan
Spinoza. Dari tokoh-tokoh ini Descarteslah yang menjadi tokoh sentral
dalam aliran rasionalisme dan disebut sebagai babak filsafat modern.
Walau kebanyakan kaum rasionalis menafikan adanya Tuhan, namun
Descartes masih memberi ruang pada Tuhan dengan asumsi Tuhan yang
menciptakan akal, juga Tuhan yang mencipatakan alam semesta. Tuhan
bagi kaum rasionalis seperti seorang matematikawan agung yang telah
meletakan dasar rasionalis pada manusia.

15
Mereka menolak pengetahuan yang didapat dari cerapan inderawi dengan
mengatakan bahwa pengetahuan yang didapat dari pengetahuan inderawi
itu sifatnya berubah-ubah, sehingga tidak bisa dijadikan landasan sebagai
keputusan akhir dalam ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan berupa
metode deduktif sebagaimana terdapat dalam logika, matematika, dan
geometri.

b. Empirisme
Istilah “empirisme” berasal dari Yunani “empeiria” yang berarti
“pengalaman”. Bertolak belakang dengan rasionalisme yang memandang
akal budi sebagai satu-satunya sumber dan penjamin kepastian kebenaran
pengetahuan, empirisme memandang hanya pengalamanlah sumber
pengetahuan manusia.

Tokoh-tokohnya yaitu David Hume, John Locke, dan Bishop Barkeley.


Mereka mengatakan bahwa apapun yang ada dalam benak manusia,
semuanya itu berdasarkan pengalaman. Sangat mustahil kita mengetahui
sesuatu tanpa pernah mengalami terlebih dahulu, oleh karenanya metode
yang digunakan adalah induksi. Epistemology yang mereka gunakan
adalah nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu (tidak satu pun
yang ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data
inderawi.

Dalam bukunya Donny Gahral Adian dan Akhyar Yusuf Lubis, Pengantar
Filsafat Ilmu Pengetahuan menyebutkan bahwa Perkembangan awal
empirisme pada abad 17 disebut juga empirisme atomistic, karena
memahami data-data inderawi yang terpilah-pilah dan tidak punya
hubungan satu sama lain. Sedangkan perkembangan pada abad 20 bisa

16
disebut juga dengan empirisme logis atau positivism yang membatasi
pengalaman sebatas apa yang dipahami dan bahasa merupakan gambaran
kenyataan. Namun empirisme logis ini ditentang oleh empirisme radikal
atau pragmatism yang mengatakan bahwa pengalaman adalah seluruh
peristiwa yang dialami oleh manusia baik cipta, rasa dan karsa serta
interaksinya dengan alam disekitarnya.

c. Positivisme
Positivisme merupakan kelanjutan dari empirisme. Hanya saja positivisme
membatasi pengalaman sebagai sesuatu yang bisa diamati saja. Banyaknya
penemuan teknologi dan sains serta revolusi industri Inggris pada abad 18
menjadi penyebab kemunculan positivisme. Positivisme mengistirahatkan
kerja filsafat dari spekulasinya tentang metafisika. Fungsi filsafat hanyalah
menemukan prinsip-prinsip umum yang sama dengan ilmu pengetahuan
dan darinya umat manusia dibimbing dalam hidupnya.

Tokoh positivisme yaitu, Henri Saint Simon dan muridnya Auguste


Comte. Comte membuat tiga tahap perkembangan sejarah yaitu;

 Teologis, pada tahap ini manusia menganggap bahwa semua kejadian


yang ada di alam berkaitan langsung dengan kekuatan ilahi. Ini pun
masih bisa dibedakan dalam beberapa sub bagian yaitu, animisme
dinamisme, politheisme dan monotheisme.
 Metafisis, pada tahap ini kekuatan ilahi digantikan oleh prinsip-prinsip
metafisika yaitu kodrat.
 Positivis-Ilmiah, pada tahap ini manusia mulai meninggalkan kekuatan
absolut baik yang berupa ilahiah maupun yang kodrati dan beralih

17
pada observasi, pengukuran dan kalkulasi guna memahami hukum di
jagad raya ini.
Positivisme berubah menjadi semacam doktrin keagamaan dengan cara
melembagakan pandangan objektif-positivisnya pada semua jenis ilmu
baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial harus
berada dibawah payung positivisme. Dan pandangan inilah yang
mendominasi pandangan dunia pada abad 20.

Itulah sedikit pembahasan sejarah perkembangan filsafat yang ada di


Barat. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan orang yang
berada di belahan dunia selain barat yang menganut filsafat barat, apakah
ia juga termasuk tokoh filsafat barat? Kita bisa mengatakan bahwa secara
geografis, filsafat barat adalah filsafat yang muncul di dunia barat, namun
setelah filsafat itu menjadi sebuah aliran/pemikiran. Maka ketika orang itu
mengekor pada pandangan barat ia termasuk di dalamnya, walaupun ia
seorang timur sekalipun.
H. Pengertian Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya,
tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika
salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry
telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati
terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang
oleh negara.
Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius
menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka
John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan
menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-

18
terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada
dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne
Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx,
Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah
bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam
filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. Tema Ontology
Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang
dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya
tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
2. Tema Epistemology
Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan
logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah
satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang
filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran
dan keyakinan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-
pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis
dan metode dialektis.
3. Tema Aksiolgi

19
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari
kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai.
I. Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat Barat
a. Filsafat Islam
1. Paripatetik
Istilah paripatetik merujuk kepada istilah Aristoteles yang selalu
berjalan mengelilingi muridnya. Beberapa filosof yang dikategorikan
dalam aliran ini adalah Al-Kindi, Alfarabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan
Nasruddin Thusi. Ciri khas aliran ini dari segi metodologis atau
epistemologis adalah:
Penjelasan filosof paripatetik bersifat sangat diskursif (bahsi) yakni
mengunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal yang
dikenal juga dengan sebutan silogisme.
Mengguunakan konsep ilmu hushuli (perolehan) yakni diketahui
secara tidak langsung melalui perantara.
Sangat mengandalkan rasional, sehingga kurang memperhatikan
intiutif.
Mempercayai Hylomorfisme, yaitu ajaran yang mengatakan bahwa
apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur utama, yakni materi
(hyle) dan bentuk (morfis). Bentuk-bentuk benda bersifat kategoris.
Adanya teori emanasi yang membedakan dengan aristotelianisme
murni.
Dalam teori wujudnya, ibn sina mengatakan wujud adalah yang nyata
ata real.
Berkaitan dengan masalah emanasi ini, awalnya Alfarabi kecewa atas
buku metafisika Aristoteles yang tidak banyak membicarakan masalah
ketuhanan yang merupakan tema pokok dalam Islam, begitu juga Ibn

20
Sina merasa kecewa dengan hal itu. Kemudian Alfarabi menemukan
teori emanasi Plotinus, pendiri aliran neo-platonik. Dan akhirnya
Alfarabi dapat menghasilkan teori emanasi yang lebih cangih di
banding Plotinus. Dan kemudian di susul pula dengan teori emansi Ibn
Sina yang lebih cangggih dari teori emanasi Alfarabi.

Kemudian, berkaitan dengan teori hylomorphis Aristoteles, Ibn Sina


mengemukakan bahwa “ dunia secara keseluruhan ada bukan karena
kebetulan, tetapi ia diberikan oleh tuhan, ia diperlukan dn keperluan
ini diturunkan dari tuhan”. Inilah prinsip Ibn Sina tentang eksistensi.
Dari sudut pandang metafisik, teori tersebut berupaya melengapi
analisis Aristoteles tentang suatu maujud menjadi dua elemen yang
diperlukan, yaitu bentuk dan materi.

Ibn sina mengatakan bahwa bentuk dan materi itu hanya bergantung
kepada tuhan (akal aktif) dan lebih jauh lagi bahwa eksistensi yang
tersusun juga tidak hanya disebabkan oleh bentuk dan materi saja,
tetapi harus terdapat “ sesuatu yang lain “ . akhirnya ia menjelaskan
kepada kita bahwa “ segala sesuatu kecuali Allah yang Esa yang
esensi-Nya adalah tunggal dan maujud, memperoleh eksistensinya dari
sesuatu yang lain didalam dirinya sendiri, ia layak untuk mendapatkan
ketidakadaan yang mutlak. Sekarang ia bukan materi sendiri tanpa
bentuknya, atau bentuk sendiri tanpa materinya yang layak
mendapatkan ketidakadaan itu, tetapi adalah semuanya ( bentuk dan
materi).

2. Illuminasi (Isyroqi)
Aliran ini diidrikan oleh Suhrawardi Al-maqtul. Adapun metodologi
yang digunakan adalah:

21
ia mencoba memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif /
irfani berkaitan dengan pengalaman mistis, maka illuminasi
menggunakan konsep ilmu hudhuri,karena dalam pengertian mistis
seperti itu objek penelitian telah hadir pada diri seseorang sehingga
modus pengenalan seperti ini serring disebut ilmu hudhuri
Memiliki konsep Metafisika cahaya, Tuhan adalah cahaya diatas
cahaya (nurul anwar) yang merupakan sumber dari segala cahaya.
Benda-benda tidak memiliki definisi kategoris sebagaimana yang
dipercayai kelompok paripatetik, yang membedakan hanyalah
intensitas cahaya yang dimikinya, semakin banyak cahaya semakin
tinggi derajatnya contohnya, hewan dan manusia tidak bisa dibedakan
secara kategoris melalui esensinya tetapi disebabkan kenyataan bahwa
manusia memiliki cahaya lebih dibanding hewan. Jadi bentuk-bentuk
benda lebih bersifat relatif (lebih atau kurang).
Bagi Suhrawardi essensilah yang real, bukan eksistensi

Teori emanasi iluminassionis lebih ekstensif dibanding kaum


peripatetik, baik dari segi istilah, struktur, maupun jumlah akal
maupun malaikat-malaikat yang muncul dalam bagian teori emanasi.

Suhrawardi pernah mengklasifikasi pencari kebanaran kedalam tiga


kelompok : pertama, mereka yang memiliki pengalaman mistik yang
mendalam tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan
pengalaman secacra diskursif. Kedua, mereka yang memiliki
kecakapan nalar diskursif tetapi tidak memiliki pengalaman mistis
yang cukup mendalam, ketiga mereka yang disamping memiliki
pengalaman mistis yang mendalam dann otentik juga memiliki
kemampuan nalar dan bahasa diskursif.

3. Hikmah Muta’aliyah

22
Aliran ini diwakili oleh Mulla Sadra yang mana ia berhasil
menistensiskan ketiga aliran filsafat sebelumnya, yakni paripatetik,
iluminasi dn irfani. Adapun karakteristik filsafat hikmah ini adalah
mereka tidak hanya percaya pada akal diskursif tapi juga percaya pada
pengalaman mistik.
Membicarakan adanya kesatuan antara akal dan ma’qul, karena yang
dipikirkan tidak mungkin secara rasional ada tanpa yang berpikir
(Tidak mungkin ada ma’qul tanpa akal).
Memiliki konsep wahdatul wujud, jika Suhrawardi mengatakan yang
utama (prinsipil) adalah essensi/mahiyyah, Mulla Sadra mengatakan
yang utama adalah wujud/ eksistensi. Esensi hanyalah sebatas yang
kita pahami/ konsep, sedangkan wujud sejati adalah eksistensi.
sebelum kita meyakini bahwa sesuatu itu ada, kita harus meyakini
terlebih dahulu bahwa ada itu sendiri adalah ada
Dalam konsep wahdatul wujudnya, yang membedakan wujud yang
satu dengan yang lain bukanlah kewujudan mereka (eksistensi??) tapi
esensi-esensi mereka. Wujud tuhan dan wujud kerikil tidaklah berbeda
dari sudut kewujudan tetapi berbeda dalam sudut derajat dan
gradasi/tasykik.
Adanya penemuan teori “perubahan trans-substansial”, yakni
perubahan bisa terjadi bukan hanya pada tingkat aksidental tetapi juga
substansial.
Jika selama ini kita percaya bahwa subsatansi hewan telah fixed tidak
bisa berubah menjadi yang lain, ia mengakui bahwa substansi tidaklah
begitu fix ia dapat berubah secara signifikan. Ia juga mengatakan
bahwa perubahan substansial itu terjadi karena bentuk-bentuk material
yang selalu berubah-rubah. Sehingga mula sadra pun dikenal sebagi
filosof proses.
b. Filsafat Barat

23
1. Aristoteles

Dalam filsafat paripatetik, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan


“ hylomorpise” yang mana teori tersebut merujuk kepada Aristoteles ,
yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini
terdiri atas dua unsur utama, yakni materi (hyle) dan bentuk(morfis).
Pembicaraan metafisika Aristoteles mengenai soal materi dan wujud
ini lebih tepat dimulai dengan doktrin Aristoteles tentang Universalia.
Sedangkan jalan untuk memahami universalia kita harus terlebih
dahulu memehami doktrin akal biasa (common sense).

Wujud dan materi tidak dapat dipisahkan. Materi dalam bahasa


Yunani disebut hule dapat disebut bahan yang masih berada dalam
proses atau produk (Edel 1982). Materi dikatakan juga sebagi unsur
kemungkinan dan perubahan yang paling sederhana yang terdapat
dalam suatu hal. Sedangkan wujud (morphe) bersifat tetap, permanen,
dan dikenal (Amstrong 1949). Meskipun materi tidak menentukan
dirinya sendiri, tetapi ia juga memiliki kemampuan menentang
kekuatan yang meembentuknya, jadi tidak semata-mata bersifat passif.
Akibatnya materi tidak pernah berbentuk yang sempurna, terus
menerus akan mengalami perubahan wujud sebagai potensi. Teori
aristoteles mengenai wujud dan materi ini berkaitan dengan konsep
potensi dan aktus.

2. Henry Bergson
Ia adalah filosof perancis terkemuka abad 20, Bertrand Russel
mengupasnya dengan agak lengkap karena filsafatnya merupakan
contoh yang sangat bagus tentang pemberontakan melawan akal yang
berawal dari Rousseau secara bertahap makin mendominasi berbagai
bidang kehidupan dan pemikiran dunia.

24
Kalsifikasi filsafat Bergson berbeda dengan yang lainnya. Klasifikasi
filsafat yang biasanya dipengaruhi oleh metode atau hasilnya (“empiris
dan apriori “adalah klasifikasi menurut metodenya kemudian “realis
dan idealis “adalah klasifikasi menurut hasilnya). Upaya untuk
mengklasifkasi filsafat Bergson dengan salah satu dari cara tersebut
hampir tidak mungkin berhasil, karena filsafatnya hampir mengiris
semua bidang yang diakui tersebut.

Salah satu ciri khas filsafat Bergson adalah ia mengganggap waktu dan
ruang sangat berbeda. Ruang merupakan karakteristik materi, dan
waktu adalah karakteristik esensial kehidupan atau pikiran. Filsafat
Bergson membagi antara naluri dan intelek. Naluri sebaiknya disebut
intuisi, yang Bergson maksud dengan intuisi adalah naluri yang
menjadi tak terpengaruh, sadar-diri, mampu menyesuaikan objeknya
dan memperluasnya secara tak terbatas, urainnya tentang kerja intelek
tidak selalu mudah untuk diikuti, sedangkan intelek selalu berpikiran
seolah-olah tertarik pada kontemplasi materi yang tidak bergerak.

Jika dibolehkan menambahkan ilustrasi filsafat Bergson, kita bisa


mengatakan bahwa alam semesta adalah rel kabel yang amat besar
yang didalam kehidupan adalah kereta yang berjalan ke bawah. Intelek
itu terwujud lantaran melihat kereta yang turun ketika melewati kereta
yang naik yang didalamnya kita berada. Sedangkan perhatian kita
yang terpusat pda kereta kita sendiri tentu saja adalah naluri atau
intuisi. Intelek berkaitan dengan ruang sedangkan naluri atau intuisi
beerkaitan dengan waktu.

3. Plato

25
Bagi Plato, filsafat adalah semacam visi, yakni visi tentang kebenaran.
Visi ini tidak semata-mata bersifat intelektual, tidak juga bersifat
kebijaksanaan. “Cinta intelektual terhadap tuhan “dalam filsafat
Spinoza sama dengan persatuan erat antara pikir dan rasa. Barangsiapa
yang pernah mengerjakan karya kreatif tertentu, pasti pernah
mengalaminya dengan taraf yang berbeda-beda, suatu suasana batin
dimana setelah lama berupaya keras, tiba-tiba kebenaran atau
keindahan muncul atau seolah-olah muncul dengan keagungan yang
tak terduga.

Pengalaman ini mungkin hanya menyangkut masalah kecil saja,


mungkin pula menyangkut masalah alam semesta.Untuk sesaat
pengalaman itu amatlah meyakinkan, keraguan mungkin timbul
belakangan. Tetapi untuk sesaat itu yang tampil adalah kepastian yang
begitu tegas. Menurut Plato, sebagian besar karya kreatif yang terbaik
dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, sastra & filsafat adalah hasil
pengalaman demikian.

Namun yang jadi permasalah adalah, apakah dalam konsep


pengalaman mistis Suhrawardi terinspirasi dari pengalam Plato???

4. Nietzsche & Sartre


Nietzsche sering dianggap sebagai eksistensialis pertama ketika orang
membahas filsafatnya. [13]Eksistensialisme adalah gerakan filsafat
yang menitikberatkan pada kebebasan manusia. Sedangkan dalam
wikipedia [14]dijelaskan bahwa eksisensialisme adalah aliran filsafat
yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung
jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara
mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya

26
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak
benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat
relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan
sesuatu yang menurutnya benar.Eksistensialisme mempersoalkan
keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan.

Gerakana filsafat eksistensialisme dipopulerkan oleh filosof prancis


Jean-Paul Sartre (1909-1980). Sukar untuk mengkategorikan
eksistensialisme karena pada dasarnya eksistensilisme menolak
kategorisasi. Namun demikian, kesamaan yang sangat umum dimiliki
para filosof dalam gerakan Ini adalah perhatian mereka terhaddap
gerakan kebebasan manusia, keyakinan bahwa umat manusia memiliki
kapasitas bawaan untuk memilih tindakan mereka sendiri secara bebas
dan tidak ditentukan sebelumnya. Menurut Sartre satu hal yang pasti
dimiliki semua orang adalah kebebasan.

Sartre menyatakan bahwa kita “dikutuk untuk bebas”. Kita tidak


punya pilihan lain selain bebas, dan pura-pura tidak bebas hanyalah
merupakan penipuan diri. Nietzsche juga sepakat dengan Sartre bahwa
tidak ada dunia objektif, tidak ada fakta mentah, tidak ada kemutlakan.
Sartre juga mengatakan bahwa eksistensi manusia mendahului
esensinya. Dunia sebagaimana kita memahaminya adalah dunia yang
telah kita rekatkan pada diri kita sendiri, bukan dari luar dunia kita.

27
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Islam merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab, yang biasa diartikan
tunduk patuh atau Atau berserah diri. Tindak dan ucap seorang muslim harus
senantiasa berada dalam koridor hukum dan ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah SWT, sebagai manifestasi dari ketundukan mereka. Jika kata filsafat
disandingkan dengan kata Islam, maka bisadimaknai bahasa berpikir kefilsafatan di
sini merupakan berpikir dengan Islam yang berperan sebagai worldview-nya.

Filsafat barat merupakan cara berpikir filsafat dengan berasas pada pandangan
hidup (worldview) atau peradaban (culture) yang dianut oleh bangsa-bangsa “Barat”.
Filsafat semacam ini merupakan filsafat yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah jajahan mereka. Permulaan dari sebutan
fIlsafat Barat ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah
peradaban Barat.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahzaki.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-barat.html

https://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/07/perbedaan-mendasar-filsafat-
islam-dan-barat__/

http://www.academia.edu/15943064/Pengertian_Filsafat_and_Perbedaan_Filsafat_
Barat_dan_Islam

catatan mata kuliah Filsafat Islam jurusan BKI semester II kelas B

29

Anda mungkin juga menyukai