Disusun oleh :
1174010081
BANDUNG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang tokoh filsafat yaitu Jaen-
Paul Sartre dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterima kasih pada Bapak Dr. Aef Wahyudin,M.Ag selaku Dosen mata kuliah
Filsafat Islam UIN SGD Bandung Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan tugas.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai tokoh filsafat dan apa pemikirannya. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Latar Belakang………………………………………………………………….. 3
Rumusan Masalah………………………………………………………………. 3
Tujuan…………………………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 4
Kesimpulan……………………………………………………………………… 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa
terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu
oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi
itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi
sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan
manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari
tahu dan ahirnya menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika
proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu
pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat islam?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat barat?
3. Bagimana perbedaan antara filsafat islam dan filsafat barat?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu filsafat islam.
2. Untuk menjelaskan apa itu filsafat barat.
3. Untuk menjelaskan perbandingan antara filsafat islam dan filsafat barat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Islam sendiri memiliki beberapa arti yaitu assalama assalaama asslaamah yang
artinya bersih lahir dan batin atau selamat dari cacad, assilmu assalmu artinya
damai dan tentang, dan al istislam artinya pasrah dn berserah diri.
6
Dalam perang shiffin terjadilah peristiwa tahkim yaitu pihak Muawiyah
meminta damai dan kembali pada kitabullah sambil mengangkat mushaf
Qur’an. Awalnya Sayidina Ali menolak, namun sebagian pengikutnya
memaksa agar kembali pada kitabullah yang akhirnya beliau
menyetujuinya. Pada saat itu Muawiyah meminta agar kepemimpinan
umat dipilih oleh rakyat dan mengosongkan terlebih dahulu
kepemimpinan yang sudah ada dan masing-masing pihak mengutus
delegasinya. Pihak Sayidina Ali mengutus Abu Musa al-Al’asyari dan
pihak Muawiyah mengutus Amr bin ‘Ash. Dengan siasatnya yang cerdik
Amr bin ‘Ash berhasil memenangkan kepemimpinan Muawiyah dan
menurunkan Sayidina Ali.
7
Mereka pun kemudian terpecah-pecah lagi dan semuanya mengatakan
bahwa apa yang mereka yakini adalah dari Qur’an dan hadits. Mereka
menggunakan dalil naqli sekigus dalil aqli. Dan belakangan munculalah
kaum Mu’tazilah dengan teologi rasionalnya yang banyak meminjam
konsep-konsep Yunani dalam hal logika tanpa mengikatkan diri pada
ajaran filsafat Yunani.
2. Aspek Sejarah
Latar belakang kemunculan filsafat Islam adalah karena adanya
penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa arab yang
tersimpan di perpustakaan kuno daerah-daerah yang telah dikuasai oleh
kaum muslim, seperti Alexandria, Antioch, Edessa, Harran dan
Judinsapur. Kota-kota tersebut dulunya adalah pusat ilmu pengetahuan.
8
dilanjutkan oleh Al-Makmun yang dikenal sangat tertarik dengan
kebebasan berpikir yang berkuasa 813-833 M. Beliau mengadakan
hubungan kenegaraan dengan raja-raja romawi, Bizantium yang berpusat
di Konstantinopel.
9
Alasan disebut filsafat islam karena inspirasi dan pemikiran berasal
dari sumber Islam (Al-Qur’an dan sunnah), Islam bukan hanya sekedar
unsur agama tapi juga peradaban dan kebudayaan (merupakan kajian
filsafat), masalah yang dibahas banyak persoalan Islam, ada beberapa
filosof yang menggunakan istilah Filsafat Islam. Semisal Al-Kindi, Al
farabi, Ibnu Rusyd, dll.
2. Filasafat Muslim
Alasan disebut filsafat muslim karena filosof dibesarkan di keluarga
muslim, filosofnya beragama Islam.
3. Filsafat Arab
Alasan disebut filsafat arab karena filsafatnya menggunakan bahasa
Arab, seperti halnya Filsafat Yunani, Filsafat India, Filsafat Barat dll.
Disiplin ilmu ini menggunakan bahasa Arab. Karena ada pemikir-
pemikir yang non-Islam (Majusi, Nasrani, dll) yang mereka berfilsafat
tentang Islam stsu dikutip dalam Filsafat Islam. Sejarah Arab lebih
dulu ada sebelum perdaban Islam.
4. Filsafat dalam Islam
Alasan disebut Filsafat dalam Islam karena meliputi aspek
kebudayaan, semisal filsafat manusia, ekonomi, dll.
5. Filsafat Dunia Islam
Alasan disebut FIlsafat Dunia Islam karena terjadi dikalangan
masyarakat dunia islam.
D. Hakikat Filsafat Islam
Hakikat Filasafat Islam dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
1. Dari sisi eksistensinya
Bahwa Filsafat Islam terlahir didalam Islam itu sendiri. Artinya
berasal dan dibangun dari tradsi berpikir yang ada di dalam
sejarah Islam itu sendiri bukan dari yang lain.
10
Karena Hakikat Filsafat Ilsam adalah Filsafat kenabian
Muhammad (prophetic Philosophy) yang hal ini tidak ada
dalam Filsafat Yunani, yaitu semua hal tradisi dan sunnah
berpikir yang dilakukan oleh Nabi. Karena Nabi memiliki
kekuatan akal imajinatif atau suci yang bias
menghubungkannya dengan ‘aqlun fa’al’ untuk mencapai
kebenaran tertinggi (Ibnu Sina, AlFarabi ada yang
menyebutkan Fils Kenabian).
Bahwa Filsafat Islam terlahir bersal dan dibangun awalnya dari
tradisi pemikiran Yunani. Kemudian ketika bersentuhan
dengan Islam menjadi dipaadukan antara pemikiran Yunani
dengan pemikiran Islam.
2. Dari sisi Fungsionalnya
Bahwa Hakikat Filsafat Islam adalah Hubungan dialetika
fungsionalnya, antara Kerja akal dan nilai fungsional wahyu
(berpikir menemukan hakikat dengan semangat moral-etik.
Hubungan dialetika, dalam Q.S Al-Isro : 17 : 36 yang artinya :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Hati Transendentalisme (Muta’aliyah)
Intuisi
Akal Rasionalisme (Uquliyah)
kontemplasi
Inderaw Empirisme (Tajribiyah)
Evidensi
11
Hubungan keseluruhan dialetika funsional sebagai cermin
dialetika akan dan wahyu.
E. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Filsafat Islam
a. Ontology adalah bidang filsafat mengenai objek yang dikaji secara
mendalam sampai pada hakikatnya. Kajian mendalam mengenai objek
segala sesuatu yang ADA dan segala sesuatu yang MUNGKIN ADA
(baik yang mujudat maupun yang ghoi’ibat) yaitu; teologi, eskatologi,
kosmologi, humaniora, kebudayaan.
b. Epistemology adalah bidang mengenai sumber pengetahuan dan
bagaimana proses cara memperoleh pengetahuan. Sumber dan
prosesnya melalui :
Inderawi Empirisme
Akal Rasinalisme
Hati/rasa/jiwa Intuisisme
Al-Qur’an/hadits Wahyu
c. Aksiologi adalah bidang filsafat yang mengkaji keguunaan. Untuk
menemukan hakikat nilai. Dengan menemukan hakikat nilai akan
memperoleh keindahan (estetika) dan kebaikan (etika).
F. Filsafat Barat
Sejak manusia ada filsafat pun sudah ada, karena arti dari filsafat secara
sederhana adalah cinta kebijaksaan, kebenaran pertama, pengetahuan yang
luas, kebajikan intelektual. Hal semacam ini tentu sudah ada, karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang berakal yang selalu ingin mencari
tahu segala sesuatu dalam hidupnya. Hanya saja untuk istilah filsafat itu
sendiri baru muncul pada zaman Yunani Kuno dan dari sanalah istilah filsafat
itu lahir, dan kebanyakan kalangan barat menganggap bahwa Yunanilah yang
dianggap sebagi tanah kelahiran filsafat, sehingga seringkali kalangan barat
mengesampingkan pemikiran filsafat yang berasal dari luar Yunani, seperti
12
filsafat China dan India, karena dianggap tidak bersentuhan dengan peradaban
Yunani.
Jika ditelusuri lebih jauh mengenai arah perkembangan filsafat. Maka akan
diketahui bahwa awal kemunculan pemikiran filsafat itu ada ketika adanya
sebuah peradaban atau mungkin peradaban itu muncul karena adanya filsafat.
Secara umum peradaban yang mempunyai hubungan dengan Yunani kuno
adalah peradaban yang ada di Mesopotamia (kaldan/Irak), kemudian
menyebar ke Alexandria dan dari sanalah orang-orang Yunani belajar filsafat.
Pada awalnya orang-orang Yunani adalah orang yang lebih mempercayai
mitos dan dongeng-dongeng sebagai kebenaran daripada menggunakan
akalnya.
Pada abad 6 SM barulah bermunculan orang-orang yang menentang
kepercayaan yang berdasarkan mitos kepada kebebasan berpikir untuk
menelusuri semua misteri yang ada. Para pemikir itu menginginkan jawaban
dari segala misteri yang ada di alam ini haruslah dapat diterima akal
(rasional). Karena adanya kebebasan berpikir inilah kemudian muncul
berbagai konsep berdasarkan akal murni.
Dalam buku filsafat umum yang ditulis Muzairi, menyebutkan ada tiga faktor
yang menyebabkan munculnya filsafat di Yunani, yaitu:
Bangsa Yunani yang kaya akan mitos, dimana mitos dianggap sebagai awal
dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Kemudian mitos itu
disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga
muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan
lain-lain.
Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sanat penting untuk
pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai
edukatif.
13
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teori kreatif.
14
Kapitalisme dan liberalisme awal ini memunculkan kebebasan individu yang
tak terikat lagi oleh iman gereja. Individu-individu ini bebas berpikir dan
berusaha mencari kebenaranya masing-masing, kebebasan ini mengakibatkan
berkembangya ilmu pengetahuan dengan pesat. Yang akhirnya ilmu
pengetahuan (filsafat) dapat mengalahkan dominasi gereja dan terjadilah
sekulerisasi dan otonomi manusia. Dengan latar belakang seperti ini, maka
kebanyakan filosof barat banyak bersandar pada kebenaran rasional dan
indrawi serta tidak mempercayai wahyu ilahi atau yang bersumber dari hati.
a. Rasionalisme
Rasionalisme dapat didefinisikan sebagai paham yang menekankan
pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir
bagi penentuan kebenaran. Manusia dengan akalnya memiliki kemampuan
untuk mengetahui struktur dasar alam semesta secara apriori. Pengetahuan
diperoleh tanpa melalui pengalaman inderawi.
Tokoh-tokoh aliran ini yaitu, Rene Descartes, Leibniz, Cristian Wolff dan
Spinoza. Dari tokoh-tokoh ini Descarteslah yang menjadi tokoh sentral
dalam aliran rasionalisme dan disebut sebagai babak filsafat modern.
Walau kebanyakan kaum rasionalis menafikan adanya Tuhan, namun
Descartes masih memberi ruang pada Tuhan dengan asumsi Tuhan yang
menciptakan akal, juga Tuhan yang mencipatakan alam semesta. Tuhan
bagi kaum rasionalis seperti seorang matematikawan agung yang telah
meletakan dasar rasionalis pada manusia.
15
Mereka menolak pengetahuan yang didapat dari cerapan inderawi dengan
mengatakan bahwa pengetahuan yang didapat dari pengetahuan inderawi
itu sifatnya berubah-ubah, sehingga tidak bisa dijadikan landasan sebagai
keputusan akhir dalam ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan berupa
metode deduktif sebagaimana terdapat dalam logika, matematika, dan
geometri.
b. Empirisme
Istilah “empirisme” berasal dari Yunani “empeiria” yang berarti
“pengalaman”. Bertolak belakang dengan rasionalisme yang memandang
akal budi sebagai satu-satunya sumber dan penjamin kepastian kebenaran
pengetahuan, empirisme memandang hanya pengalamanlah sumber
pengetahuan manusia.
Dalam bukunya Donny Gahral Adian dan Akhyar Yusuf Lubis, Pengantar
Filsafat Ilmu Pengetahuan menyebutkan bahwa Perkembangan awal
empirisme pada abad 17 disebut juga empirisme atomistic, karena
memahami data-data inderawi yang terpilah-pilah dan tidak punya
hubungan satu sama lain. Sedangkan perkembangan pada abad 20 bisa
16
disebut juga dengan empirisme logis atau positivism yang membatasi
pengalaman sebatas apa yang dipahami dan bahasa merupakan gambaran
kenyataan. Namun empirisme logis ini ditentang oleh empirisme radikal
atau pragmatism yang mengatakan bahwa pengalaman adalah seluruh
peristiwa yang dialami oleh manusia baik cipta, rasa dan karsa serta
interaksinya dengan alam disekitarnya.
c. Positivisme
Positivisme merupakan kelanjutan dari empirisme. Hanya saja positivisme
membatasi pengalaman sebagai sesuatu yang bisa diamati saja. Banyaknya
penemuan teknologi dan sains serta revolusi industri Inggris pada abad 18
menjadi penyebab kemunculan positivisme. Positivisme mengistirahatkan
kerja filsafat dari spekulasinya tentang metafisika. Fungsi filsafat hanyalah
menemukan prinsip-prinsip umum yang sama dengan ilmu pengetahuan
dan darinya umat manusia dibimbing dalam hidupnya.
17
pada observasi, pengukuran dan kalkulasi guna memahami hukum di
jagad raya ini.
Positivisme berubah menjadi semacam doktrin keagamaan dengan cara
melembagakan pandangan objektif-positivisnya pada semua jenis ilmu
baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial harus
berada dibawah payung positivisme. Dan pandangan inilah yang
mendominasi pandangan dunia pada abad 20.
18
terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada
dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne
Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx,
Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah
bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam
filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. Tema Ontology
Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang
dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya
tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
2. Tema Epistemology
Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan
logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah
satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang
filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran
dan keyakinan. Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang
berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-
pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis
dan metode dialektis.
3. Tema Aksiolgi
19
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi berasal dari
kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai.
I. Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat Barat
a. Filsafat Islam
1. Paripatetik
Istilah paripatetik merujuk kepada istilah Aristoteles yang selalu
berjalan mengelilingi muridnya. Beberapa filosof yang dikategorikan
dalam aliran ini adalah Al-Kindi, Alfarabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan
Nasruddin Thusi. Ciri khas aliran ini dari segi metodologis atau
epistemologis adalah:
Penjelasan filosof paripatetik bersifat sangat diskursif (bahsi) yakni
mengunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal yang
dikenal juga dengan sebutan silogisme.
Mengguunakan konsep ilmu hushuli (perolehan) yakni diketahui
secara tidak langsung melalui perantara.
Sangat mengandalkan rasional, sehingga kurang memperhatikan
intiutif.
Mempercayai Hylomorfisme, yaitu ajaran yang mengatakan bahwa
apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur utama, yakni materi
(hyle) dan bentuk (morfis). Bentuk-bentuk benda bersifat kategoris.
Adanya teori emanasi yang membedakan dengan aristotelianisme
murni.
Dalam teori wujudnya, ibn sina mengatakan wujud adalah yang nyata
ata real.
Berkaitan dengan masalah emanasi ini, awalnya Alfarabi kecewa atas
buku metafisika Aristoteles yang tidak banyak membicarakan masalah
ketuhanan yang merupakan tema pokok dalam Islam, begitu juga Ibn
20
Sina merasa kecewa dengan hal itu. Kemudian Alfarabi menemukan
teori emanasi Plotinus, pendiri aliran neo-platonik. Dan akhirnya
Alfarabi dapat menghasilkan teori emanasi yang lebih cangih di
banding Plotinus. Dan kemudian di susul pula dengan teori emansi Ibn
Sina yang lebih cangggih dari teori emanasi Alfarabi.
Ibn sina mengatakan bahwa bentuk dan materi itu hanya bergantung
kepada tuhan (akal aktif) dan lebih jauh lagi bahwa eksistensi yang
tersusun juga tidak hanya disebabkan oleh bentuk dan materi saja,
tetapi harus terdapat “ sesuatu yang lain “ . akhirnya ia menjelaskan
kepada kita bahwa “ segala sesuatu kecuali Allah yang Esa yang
esensi-Nya adalah tunggal dan maujud, memperoleh eksistensinya dari
sesuatu yang lain didalam dirinya sendiri, ia layak untuk mendapatkan
ketidakadaan yang mutlak. Sekarang ia bukan materi sendiri tanpa
bentuknya, atau bentuk sendiri tanpa materinya yang layak
mendapatkan ketidakadaan itu, tetapi adalah semuanya ( bentuk dan
materi).
2. Illuminasi (Isyroqi)
Aliran ini diidrikan oleh Suhrawardi Al-maqtul. Adapun metodologi
yang digunakan adalah:
21
ia mencoba memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif /
irfani berkaitan dengan pengalaman mistis, maka illuminasi
menggunakan konsep ilmu hudhuri,karena dalam pengertian mistis
seperti itu objek penelitian telah hadir pada diri seseorang sehingga
modus pengenalan seperti ini serring disebut ilmu hudhuri
Memiliki konsep Metafisika cahaya, Tuhan adalah cahaya diatas
cahaya (nurul anwar) yang merupakan sumber dari segala cahaya.
Benda-benda tidak memiliki definisi kategoris sebagaimana yang
dipercayai kelompok paripatetik, yang membedakan hanyalah
intensitas cahaya yang dimikinya, semakin banyak cahaya semakin
tinggi derajatnya contohnya, hewan dan manusia tidak bisa dibedakan
secara kategoris melalui esensinya tetapi disebabkan kenyataan bahwa
manusia memiliki cahaya lebih dibanding hewan. Jadi bentuk-bentuk
benda lebih bersifat relatif (lebih atau kurang).
Bagi Suhrawardi essensilah yang real, bukan eksistensi
3. Hikmah Muta’aliyah
22
Aliran ini diwakili oleh Mulla Sadra yang mana ia berhasil
menistensiskan ketiga aliran filsafat sebelumnya, yakni paripatetik,
iluminasi dn irfani. Adapun karakteristik filsafat hikmah ini adalah
mereka tidak hanya percaya pada akal diskursif tapi juga percaya pada
pengalaman mistik.
Membicarakan adanya kesatuan antara akal dan ma’qul, karena yang
dipikirkan tidak mungkin secara rasional ada tanpa yang berpikir
(Tidak mungkin ada ma’qul tanpa akal).
Memiliki konsep wahdatul wujud, jika Suhrawardi mengatakan yang
utama (prinsipil) adalah essensi/mahiyyah, Mulla Sadra mengatakan
yang utama adalah wujud/ eksistensi. Esensi hanyalah sebatas yang
kita pahami/ konsep, sedangkan wujud sejati adalah eksistensi.
sebelum kita meyakini bahwa sesuatu itu ada, kita harus meyakini
terlebih dahulu bahwa ada itu sendiri adalah ada
Dalam konsep wahdatul wujudnya, yang membedakan wujud yang
satu dengan yang lain bukanlah kewujudan mereka (eksistensi??) tapi
esensi-esensi mereka. Wujud tuhan dan wujud kerikil tidaklah berbeda
dari sudut kewujudan tetapi berbeda dalam sudut derajat dan
gradasi/tasykik.
Adanya penemuan teori “perubahan trans-substansial”, yakni
perubahan bisa terjadi bukan hanya pada tingkat aksidental tetapi juga
substansial.
Jika selama ini kita percaya bahwa subsatansi hewan telah fixed tidak
bisa berubah menjadi yang lain, ia mengakui bahwa substansi tidaklah
begitu fix ia dapat berubah secara signifikan. Ia juga mengatakan
bahwa perubahan substansial itu terjadi karena bentuk-bentuk material
yang selalu berubah-rubah. Sehingga mula sadra pun dikenal sebagi
filosof proses.
b. Filsafat Barat
23
1. Aristoteles
2. Henry Bergson
Ia adalah filosof perancis terkemuka abad 20, Bertrand Russel
mengupasnya dengan agak lengkap karena filsafatnya merupakan
contoh yang sangat bagus tentang pemberontakan melawan akal yang
berawal dari Rousseau secara bertahap makin mendominasi berbagai
bidang kehidupan dan pemikiran dunia.
24
Kalsifikasi filsafat Bergson berbeda dengan yang lainnya. Klasifikasi
filsafat yang biasanya dipengaruhi oleh metode atau hasilnya (“empiris
dan apriori “adalah klasifikasi menurut metodenya kemudian “realis
dan idealis “adalah klasifikasi menurut hasilnya). Upaya untuk
mengklasifkasi filsafat Bergson dengan salah satu dari cara tersebut
hampir tidak mungkin berhasil, karena filsafatnya hampir mengiris
semua bidang yang diakui tersebut.
Salah satu ciri khas filsafat Bergson adalah ia mengganggap waktu dan
ruang sangat berbeda. Ruang merupakan karakteristik materi, dan
waktu adalah karakteristik esensial kehidupan atau pikiran. Filsafat
Bergson membagi antara naluri dan intelek. Naluri sebaiknya disebut
intuisi, yang Bergson maksud dengan intuisi adalah naluri yang
menjadi tak terpengaruh, sadar-diri, mampu menyesuaikan objeknya
dan memperluasnya secara tak terbatas, urainnya tentang kerja intelek
tidak selalu mudah untuk diikuti, sedangkan intelek selalu berpikiran
seolah-olah tertarik pada kontemplasi materi yang tidak bergerak.
3. Plato
25
Bagi Plato, filsafat adalah semacam visi, yakni visi tentang kebenaran.
Visi ini tidak semata-mata bersifat intelektual, tidak juga bersifat
kebijaksanaan. “Cinta intelektual terhadap tuhan “dalam filsafat
Spinoza sama dengan persatuan erat antara pikir dan rasa. Barangsiapa
yang pernah mengerjakan karya kreatif tertentu, pasti pernah
mengalaminya dengan taraf yang berbeda-beda, suatu suasana batin
dimana setelah lama berupaya keras, tiba-tiba kebenaran atau
keindahan muncul atau seolah-olah muncul dengan keagungan yang
tak terduga.
26
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak
benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat
relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan
sesuatu yang menurutnya benar.Eksistensialisme mempersoalkan
keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan.
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab, yang biasa diartikan
tunduk patuh atau Atau berserah diri. Tindak dan ucap seorang muslim harus
senantiasa berada dalam koridor hukum dan ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah SWT, sebagai manifestasi dari ketundukan mereka. Jika kata filsafat
disandingkan dengan kata Islam, maka bisadimaknai bahasa berpikir kefilsafatan di
sini merupakan berpikir dengan Islam yang berperan sebagai worldview-nya.
Filsafat barat merupakan cara berpikir filsafat dengan berasas pada pandangan
hidup (worldview) atau peradaban (culture) yang dianut oleh bangsa-bangsa “Barat”.
Filsafat semacam ini merupakan filsafat yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah jajahan mereka. Permulaan dari sebutan
fIlsafat Barat ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah
peradaban Barat.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahzaki.blogspot.co.id/2011/10/filsafat-barat.html
https://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/07/perbedaan-mendasar-filsafat-
islam-dan-barat__/
http://www.academia.edu/15943064/Pengertian_Filsafat_and_Perbedaan_Filsafat_
Barat_dan_Islam
29