Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dekade ini, sudah banyak terlihat manusia yang tidak mengenal dirinya,terutama
manusia-manusia yang mengaku bahwa dirinya umat islam. Tak herankiranya jika banyak
dari manusia yang tidak bisa merasakan kebahagiaan batindan mengetahui tujuan hidup
sebenarnya. Hal ini dikarenakan minimnya perhatian pada pendidikan islam terutama pada
pendidikan tasawuf. Pendidikan tasawuf ditinjau dari segi kebahasaan adalah
menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan
panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban
demi tujuan yang lebihmulia.1

Penghayatan dalam mempelajari tasawuf akan menimbulkan perasaan nyaman pada


lahir dan batin manusia. Tasawuf adalah manifestasi dari ihsan,yang membimbing manusia
mengenal dirinya sendiri hingga akhirnya mengenalTuhan,

‫من عرف نفسه عرف ربه‬

Berbagai macam metode yang digunakan oleh para ulama-ulama islam untuk
mengenal tuhan. Semua metode itu bertitik balik ke tasawuf. Tasawuf sendiri, secara
keseluruhan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi.
Ajaran tasawuf Amali lebih menekankan kepada hal-hal yang praktis. Selanjutnya tasawuf
Falsafi yanglebih bersifat pada teoritis. Tasawuf ini menekankan pada teori-teori yang
memiliki ungkapan sistematis dan filosofi.Tingkat urgensi mempelajari tasawuf ini sama
dengan mempelajari ilmutauhid dan ilmu fikih. Ketiganya adalah satu-kesatuan yang tidak
dapat dipisahkanyang dipandang sebagi fondasi keberagaman islam.Pemahaman terhadap
pembagian tasawuf dapat membantu manusia (umat islam) untuk tidak mudahnya me-label
seseorang itu sesat, musyrik dan lainhal sebagainya. Karena banyak dari ajaran-ajaran
tasawuf Falsafi yang

1.
Samsul Munir Amin,Ilmu Tasawuf , (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm 5
1.
menimbulkan banyak asumsi jika tidak dipikirkan terlebih dahulu dan benar-benarmatang
oleh orang-orang awam.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:

1.Bagaimana pengertian tasawuf nazhari/falsafi?

2.Siapa tokoh dari tasawuf nazhari/falsafi dan ajarannya?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain:

1.Mengetahui pengertian tasawuf nazhari/falsafi

2.Mengetahui tokoh dari tasawuf nazhari/falsafi dan ajarannya

2.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tasawuf Nazhari/Falsafi


Tasawuf Falsafi dapat juga dinamakan tasawuf nazhari ataupun tasawuf syi‟i.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antaravisi intuitif dan visi
rasional. Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.2

Namun, intisaridari keaslian tasawuf yang diajarkan tidak hilang. Gaya


pengungkapannya pun sesuai dengan bahasa filsafat yang sulit dimengerti jika tidak dicerna
secara benar.Sehingga tasawuf falsafi tidak dapat dikategorikan pada tasawuf yang
murni.Ajaran dan metode tasawuf falsafi bukanlah berdasarkan pada filsafatyang harus ada
aspek rasionalitas ataupun empiris. Karena tasawuf falsafi didasarkan pada rasa ( dzauq ).3
Dalam ranah keilmuan islam, ungkapan-ungkapan dengan bahasa filsafat dinamakan
Syatahiyyat, yakni suatu ungkapan yang sulit difahami dan banyak menimbulkan
kesalahpahaman pihak luar sehingga dapat menimbulkan banyak tragedi.

Menurut At-Taftahzani, tasawuf falsafi mulai muncul dengan jelas dalam khazanah
islam sejak abad VI (keenam) Hijriah, meskipun para tokohnya barudikenal seabad
kemudian. Sejak abad ini tasawuf falsafi terus hidup dan semakin berkembang. Terutama
dikalangan para sufi yang juga filsuf sampai menjelang akhir-akhir ini.4

Adanya pemaduan antara ajaran tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf falsafi ini
secara tidak langsung telah membuat ajaran-ajaran tasawuf falsafi bercampur sejumlah ajaran
filsafat di luar islam, seperti Yunani, Persia,India, dan agama Nashrani. Hal ini dilakukan
oleh para tokoh tasawuf falsafi guna untuk mengajarkan pengertian tasawuf kepada orang-
orang, masyarakat, bangsa-

2
Ibid., hal. 171
3
Rasa ( dzauq ) adalah pemenuhan pada kepuasan batiniah yang tidak lepas dari syariat islam.
4
M. Sholihin dan Rosihon Anwar,Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 171

3.
bangsa lain. Mengingat saat itu adalah masa ekspansi Islam yang telah meluas.Akan
tetapi, orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak berubah.Tasawuf falsafi memiliki objek
tersendiri yang berbeda dengan tasawufsunni. Menurut Ibnu Khaldun, dalam karyanya,
Muqaddimah, meyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi perhatian para sufi
falsafi, antara lainyaitu:

1. Mujahadah (memerangi hawa nafsu) Latihan rohaniah dengan rasa (dzauq),intuisi, dan
intropeksi diri.

2. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib. Seperti sang pencipta, sifat-sifat-
Nya, arsy, malaikat, wahyu, kenabian, roh, dan hakikatrealitas. Para sufi falsafi melakukan
latihan rohaniah dengan mematikankekuatan syahwat dan menggairahkan roh dengan cara
menggiatkan berdzikir.

3. Peristiwa-peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan.

4.Penciptaan ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar(Syatahiyyat ).

Dari tinjauan mujahadah dan intuisi yang dihasilkan darinya sepertimaqom


(tingkatan) dan ahwal (kondisi), merupakan titik temu antara merekadengan sufi-sufi lainnya
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun:

“Sesuatu yang tidak dipersoalkan oleh seseorang pun. Intuisi mereka dalam tasawuf adalah
benar, dan menghasilkan sebuah kebahagiaan.”5

Adapun karakteristik khusus yang dimiliki tasawuf falsafi dan membedakan dengan
tasawuf yang lainnya 6 adalah:

1. Tasawuf falsafi banyak mengonsepsikan pemahaman ajarannya Dengan menggabungkan


antara pemikiran rasional filosofis dan perasaan (dzauq).

Abu Wafa’ Al-Ghanimi Al-Taftazani,Tasawuf Islam, Telaah Historis dan Perkembangannya,(Jakarta: Gaya
5

Media Pratama, 2008), hlm. 235


6
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf , (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm. 267

4.
2. Seperti halnya tasawuf lain, tasawuf falsafi didasarkan pada latihan-latihan rohaniah (

Riyadhah ), yang dimaksudkan untuk peningkatan moral dan mencapai kebahagiaan.

3. Tasawuf falsafi memandang iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagai hakikat
realitas, yang menurut penganutnya dapat dicapai Dengan fana.

4. Tasawuf falsafi selalu menyamarkan ungkapan-ungkapan tentang hakikatrealitas dengan


berbagai simbol atau terminologi.

2.2 Tokoh Tasawuf Nazhari/Falsafi dan Ajarannya

Tokoh-tokoh tasawuf falsafi antara lain Abu Yazid AL-Bhustami(Ittihad), Al-Hallaj (Hulul),
Ibnu „Arabi (wahdah al-wujud), Al-Jilli (insan kamil),Ibnu Sab‟in (kesatuan mutlak) dan
Ibnu Masarrah. Para sufi ini memiliki teori-teori atau ajaran-ajaran yang berbeda dalam
menggambarkan tingkatan manusia dengan tuhannya.

Abdul Karim Al-Jilli

Biografi Singkat Abdul Karim Al-Jilli

Nama lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli. Ia lahir pada tahun 1365
Masehi di Jilan (Gilan), sebuah provinsi disebelah selatan Kasfia dan wafat pada tahun 1417.
Nama Al-Jilli diambil dari tempat kelahirannya, Gilan. Ia adalah sufi yang terkenal dari
Baghdad. Riwayathidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah
sumbermengatakan bahwa beliau melakukan perjalanan ke India tahun 1387. Kemudian
beliau belajar tasawuf dibawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, pendiri dan pemimpin
tarekat Qadiriyyah yang sangat terkenal. Di samping itu, beliau berguru pula kepada Syaikh
Syarafuddin Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabid (Yaman) pada tahun 1393-1403 M.7

 Ajaran Tasawuf Abdul Karim Al-Jilli

7
R. A. Nicholson,Studies in Islamic Mysticism , Idarah-I Adabiyat-i Delli, India, 1981, hlm. 81

5.
Suatu hal yang terpenting dalam ajaran tasawuf Abdul Karim Al-Jilliadalah paham
insan kamil. Menurutnya, insan kamil adalah nuskhah dan copy tuhan, seperti yang
disebutkan dalam hadits:

‫خلق هللا ادم علي صورته‬

“Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya. (HR. Al-Bukhari)”

Sebagaimana diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup, pandai,mampu


berkehendak, melihat, dan mendengar. Manusia (Adam) pun memilikisifat-sifat seperti itu.
Melalui ini, dilihat dari sisi penciptaannya, merupakan salahseorang insan kamil dengan
segala kesempurnaannya sebab pada dirinya terdapatsifat dan nama Ilahiah.

Beberapa pendapat Al-Jilli mengenai konsep ajaran tasawufnya (InsanKamil) adalah:

1. Nama-nama dan sifat-sifat Ilahiah itu pada dasarnya merupakan milik insan kamil sebagai
suatu kemestian yang inheren dengan esensinya sebagai sifat dan nama-nama tersebut tidak
memiliki tempat berwujud,melainkan insan kamil.

2. Perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan cermin yang
seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya, kecualidengan menggunakan cermin itu.

3. Duplikasi al-kamal (kesempurnaan) adalah sama, semua dimiliki oleh manusia, Al-Kamal
dalam konsep Al-Jilli mungkin dimiliki oleh manusiasecara professional (bi al-quwwah) dan
mungkin pula secara aktual (bi al-fiil), seperti yang terdapat dalam para wali dan para nabi
meskipun dalam intensitas yang berbeda.

Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sorang Sufi harus menempuh jalan panjang
berupa stasiun-stasiun atau dalam istilah Arab disebut maqamat. A-Jilli dengan membawa
filsafat insan kamil merumuskan beberapa maqam yang

6.
harus dilalui seorang sufi, yang menurut istilah nya disebut Al-Martabah atau jenjang
atau tingkat.8

Tingkat-tingkat itu adalah :

1. Islam.

Islam, yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi
tidak hanya dilakukan secara ritual saja,melainkan harus dipahami dan dirasakan lebih dalam.

2.Iman.

Membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakan dasar-
dasar Islam.

3. As-Shalah.

Yakni dengan maqam ini, seorang sufi mencapai tingkat ibadah yangterus-menerus
kepada Allah dengan penuh perasaan khauf dan iraja‟. Tujuan ibadah pada maqam ini adalah
menuju nuthqah ilahiyah padalubuk hati sang hamba, sehingga ketika mencapai kasyaf, ia
akan menaati syariat Tuhan dengan baik.

4. Ihsan.

Pada maqam ini menunjukan bahwa seorang sufi telah mencapaitingkat menyaksikan
efek (atsar) nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya, ia merasa seakan-akan berada
dihadapan-Nya.Persyaratan yang harus ditempuh pada maqam ini adalah adalahsikap
istiqamah dalam tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh, rida,dan ikhlas.

5. Syahadah.

Seorang sufi pada maqam ini telah mencapai iradah yang bercirikan,yaitu mahabbah
kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan hal-hal
yang menjadi keinginan pribadi. Syahadah terbagi dalam dua tingkatan, yaitu mencapai
mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, yang merupakan tingkat

8
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf , (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm. 285.
7.
paling rendah, dan menyaksikan Tuhan pada semua makhluknya secara „ainl yaqin,
merupakan tingkat paling tinggi.

6. Shuiddiqiyah.

Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian hakikat yang makrifat,yang diperolah


secara bertahap dari, al-yaqin, „ain al -yaqin, danhaqq-yaqin. Keriga tahapan tersebut
diperoleh secara bertahap.

7.Qurbah.

Maqam ini merupakan maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan
diri dalam sifat dan nama yang mendekati sifatdan nama Tuhan.

8.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antaravisi intuitif


yang didasarkan pada rasa dan visi rasional. Terminologi falsafitersebut berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Namun, intisari
dari keaslian tasawuf yang diajarkan tidak hilang.Gaya pengungkapannya pun sesuai dengan
bahasa filsafat yang sulit dimengerti jika tidak dicerna secara benar. Sehingga tasawuf falsafi
tidak dapat dikategorikan pada tasawuf yang murni.

Tasawuf falsafi memiliki objek tersendiri yang berbeda dengan tasawufsunni.


Menurut Ibnu Khaldun, dalam karyanya, Muqaddimah , meyimpulkan bahwa ada empat
objek utama yang menjadi perhatian para sufi falsafi, antara lainyaitu:

1. Mujahadah (memerangi hawa nafsu) Latihan rohaniah dengan rasa (dzauq), intuisi, dan
intropeksi diri.

2. Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib. Seperti sang pencipta, sifat-sifat-
Nya, arsy, malaikat, wahyu, kenabian, roh, dan hakikat realitas. Para sufi falsafi melakukan
latihan rohaniah Dengan mematikan kekuatan syahwat dan menggairahkan roh dengan cara
menggiatkan berdzikir.

3. Peristiwa -peristiwa dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan.

4. Penciptaan ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar( Syatahiyyat ).

Tokoh-tokoh tasawuf falsafi antara lain Abu Yazid AL-Bhustami (Ittihad), Al- Hallaj
(Hulul), Ibnu „Arabi (wahdah al -wujud), Al-Jilli (insan kamil), Ibnu Sab‟in (kesatuan
mutlak) dan Ibnu Masarrah. Para sufi ini memiliki teori-

9.
teori atau ajaran-ajaran yang berbeda dalam menggambarkan tingkatan
manusiadengan tuhannya.

Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sorang Sufi harus menempuh jalan panjang
berupa stasiun-stasiun atau dalam istilah Arab disebut maqamat. A-Jilli dengan membawa
filsafat“insan kamil” merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang
menurut istilah nya disebut Al-Martabah atau jenjang atau tingkat.

Tingkat-tingkat itu adalah :

1. Islam.

2. Iman.

3. As-Shalah.

4. Ihsan.

5. Syahadah.

6. Shuiddiqiyah.

7. Qurbah.

10.
Daftar Pustaka

Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf . Jakarta: AMZAH.

Al-Taftazani, Abu Wafa‟ Al-Ghanimi. 2008. Tasawuf Islam, Telaah Historis dan
Perkembangannya. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Anwar, Rosihon dan Sholihin. 2008. Ilmu Tasawuf.Bandung: Pustaka Setia.

R. A. Nicholson. 1981. Studies in Islamic Mysticism, Idarah-I Adabiyat-i Delli,

India

11.

Anda mungkin juga menyukai