ILMU TASAWUF
TASAWUF FALSAFI
Oleh :
Syabil Gema Syuhada
11190331000011
A. Definisi
1. Latihan Rohaniah
2. Iluminasi
3. Peristiwa alam yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan
4. Penciptaan ungkapan-ungkapan syathahiyyat
Nama lengkap Ibn ‘Arabi adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-
Tha’I Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H, dari
keluarga berpangkat, hartawan, dan ilmuwan.
Ajaran-Ajaran Tasawuf
a. Wahdat Al Wujud
Ajaran ini berisi tentang pandangan bahwa Tuhan dan Alam merupakan
satu kesamaan. Menurut penjelasan Ibn Taimiyah, Wujud itu sesungguhnya hanya
satu dan wajib Al-Wujud yang dimiliki oleh khaliq juga mukmin Al-Wujud yang
dimiliki olehh makhluk. Selain itu, orang-orang yang mempunyai paham ini
mengatakan bahwa wujud alam sama dengan wujud Tuhan, tidak ada perbedaan.
Menurut Ibn ‘Arabi, wujud semua yang ada ini hanya satu dan wujud
makhluk pada hakikatnya adalah wujud Khaliq pula. Secara hakikat, keduanya
sama, cuman dalam hal ini sudut pandang pancaindra lahir dan akal memiliki
keterbatasan dalam menangkap hakikat apa yang ada padad Dzat-Nya dari
kesatuan Dzatiah yang segala sesuatu berhimpun pada-Nya. Ibn ‘Arabi juga
menambahkan bahwa antara yang menyembah dan disembah adalah satu.
b. Haqiqah Muhammadiyyah
Ajaran ini berisi pandangan Ibn ‘Arabi mengenai proses Tuhan menciptakan alam
semesta. Menurutnya, ada 5 fase penciptaan, yaitu :
1. Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu dzat mandiri dan tidak berhajat
kepada suatu apa pun.
2. Wujud haqiah Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari
wujud Tuhan dan dari sini muncul segala yang wujud.
Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa Nur Muhammad itu qadim dan
merupakan sumber emanasi dengan berbagai macam kesempurnaan ilmiah dan
amaliah yang terealisasikan pada diri para nabi semenjam Adam sampai
Muhammad dan kalangan para wali dan Insan Kamil ( Manusia Sempurna )
c. Wahdatul Adyan
2. Al-Jili (1365-1417 M)
Nama lengkapnya adalah ‘Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Ia lahir pada
tahun 1365 M, di Gilan, sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspia dan wafat pada
tahun 1417 M.
Ajaran-Ajaran Tasawuf
a. Insan Kamil
1. Islam
3. Shalah
5. Syahadah
6. Shiddiqiyah
Nama lengkap Ibn Sab’in adalah ‘Adbul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn
Nashr, seorang sufi yang juga filosof dari Andalusia. Dia terkenal terkenal di Eropa
karena jawaban-jawabannya atas pertanyaan Frederik II, penguasa Siciilia.
Ajaran-Ajaran Tasawuf
a. Kesatuan Mutlak
Ajaran ini berisi gagasan kalangan tasawuf filosofis yang menyebut bahwa
wujud adalah satu yaitu wujud Allah semata. Wujud-wujud lainnnya hanyalah
wujud yang satu itu sendiri. Dalam paham ini, Ibn Sab’in menempatkan
ketuhanan pada tempat pertama. Sebab, menurutnya wujud Allah adalah asas
segala yang ada pada masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sementara wujud
materi yang tampak justru dia rujukkan pada wujud mutlak yang rohaniah.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa paham ini bercorak spiritual dalam
menafsirkan wujud.
Pemikiran-pemikiran Ibn Sab’in banyak merujuk kepada dalil-dalil Al-
Qur’an, yang diinterpretasikannya secara filosofis ataupun khusus. Pendapat Ibn
Sab’in tentang kesatuan mutlak sebagai hasil intrepretasi terhadap dalil-dalil Al-
Qur’an merupakan dasar dari paham mengenai hubungan akrab antara hamba
dengan Tuhan.
Pertanyaan :
Dari : Dhiya As-Syamsi Jamharira
No Urut : 03
1. Dalam Tasawuf, kita mempelajari hal-hal yang berbau metafisika, dan pada pembahasan
ini, kita mempelajari tasawuf filsafat, terus bagaimana cara memfilsafakan tasawuf yang
berbau metafisika tersebut untuk bisa dirasionalkan, sedangkan tasawuf itu berbicara
mengenai rasa, dan di filsafat rasa tidak di bicarakan.
Jawaban :
Memang benar bahwa filsafat menuntut rasionalitas. Akan tetapi, yang perlu diingat
bahwa disini kita membahas Tasawuf Falsafi yang secara definisi memang menggunakan
pendekatan filosofis. Maksud dari pendekatan filosofis itu sendiri ialah dengan mencoba
untuk berpikir secara radikal dan substansial dalam menginterpretasikan dalil-dail Al-
Qur’an yang dalam hal ini juga menjadi dasar dalam tasawuf Falsafi. Meskipun begitu,
tasawuf falsafi tetap tidak kehilangan unsur mistikisme yang padanya eksistensi rasa akan
sangat membantu untuk mencapai tujuan tasawuf. Justru dengan adanya pendekatan
filosofis dapat membantu mengonfirmasi subjektifitas rasa dan menjadi perangkat untuk
mendalami luasnya samudera jiwa dan kebijaksanaan manusia melalui sudut pandang
yang lebih terbuka, meluas, dan mendalam.
2. Bagaimana cara kerja seseorang untuk menetralkan tasawuf dengan filsafat, karena
tasawuf itu sendiri tidak dominan kepada akal/tidak masuk kepada akal, sedangkan
filsafat itu harus masuk akal ?
Jawaban :
Agaknya pemakaian kata “menetralkan” terkesan kurang tepat. Sebab pada dasarnya
disini memang ada unsur perpaduan antara tasawuf dan filsafat. Mungkin lebih tepatnya
bagaimana cara untuk mengimbangi tasawuf dan filsafat. Oleh karena itu, cara terbaik
untuk mengimbanginya yaitu dengan mempertajam feeling dan keyakinan kita akan hal-
hal yang agaknya gaib. Namun, yang jelas, kita perlu kembali mengingat bahwa tasawuf
falsafi memang menggunakan pendekatan filosofis. Dalam hal ini, kita tidak membahas
lagi mengenai masuk atau tidak masuk akalnya suatu hal. Tetapi bagaimana
menggunakan pendekatan filosofis untuk menunjang dominansi rasa.
DAFTAR PUSTAKA