KELOMPOK 11
Dosen Pengampu : Mohammad Yahdi S. Hi, M. Sh
Di susun Oleh :
Putri Wahyuni PRS (2108202112)
Nita Andesoeta (2108202113)
Gita Yulia Rahmah (2108202114)
Latar Belakang
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu kata philein atau philos
dansophia. Kata philien atau philos berarti cinta (love), tapi dalam maknanya yang luas yakni
berupa hasrat ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan kebenaran.
Sedangkan kata sophia berarti kebijaksanaan (wisdom). Sehingga secara sederhana, filsafat
adalah mencintai kebijaksanaan (the love of wisdom).
Filsafat Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan Islam. Jadi filsafat
Islam, Islamic philosophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.Islam
menempati posisi sebagai sifat, corak, dan karakter dari filsafat.Filsafat Islam bukan filsafat
tentang Islam, bukan the philosophy of Islam.Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan
radikal namun tetap berada pada makna, yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang
menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati.
Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam.
Seperti juga pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang Islam.
Karena berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan bertentangan satu
sama lain adalah hal yang wajar. Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat
Muslim merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas,
pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau
peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.
Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu, politik,
penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah tersebut termasuk
hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas
masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau
kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.
b. Roh binatang (al-hayawanat) yang memiliki daya gerak (al-muharrikah), dan menangkap
yang terbagi dua, yaitu, Indra bersama (al-hiss al-musyatarak) yang menerima segala apa
yang ditangkap oleh pancaindra. Representasi (al-khayal) yang menyimpan segala apa
yang diterima indra bersama.
Imajinasi (al-mutakhayyilah) yang mengusun apa yang tersimpan dalam representasi.
Estimasi (al-wahmiyah) yang dapat menangkap hal-hal yang abstrak yang terlepas dari
materinya, umpamnaya keharusan lari bagi kambing yang melihat serigala; dan
Rekoleksi (al-hafidzah) yang menyimpan hal-hal abstrak yang disusun oleh estimasi.
c. Roh manusia dengan dua daya, yaitu: Praktis (al-alamiah) yang hubungannya dengan
badan dan materi; dan Teoritis (al-alamiah atau al –nadzariyah) yang hubungannya
dengan hal-hal yang abstrak.
d. Daya ini mempunyai tingkatan-tingkatan:
Akal materiil (al-‘aqal al-hayulaniy) yang baru mempunyai potensialitas untuk
berpikir dan belum dilatih walaupun sedikit
Intellectus in habitu (al-‘aql bi al-malakah) yang telah mulai dilatih untuk
berpikirtentang hal-hal yang abstrak
Akal actual (al-‘aql bi al-fi’l) yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak;
dan
Acquired intellect (al-mustafad) yang telah sanggup berpiir tentang hal-hal
abstrak dengan tak perlu lagi pada adanya upaya.
Akal dalam tingkatan ini telah dilatih begitu rupa sheingga hal-hal ynag abstrak
selamanya terdapat di dalamnya; akal dalam tingkatan inilah yang dapat menerima limpahan
ilmu pengetahuan dari akal-akal (al-aql al-Fa’al) yang berada diluar diri manusia.
Selanjutnya Ibn Sina menambahkan, bahwa sifat seseorang amat bergantung pada roh mana
dari ketiga bagian tersebut yang berpengaruh pada dirinya.Jika roh tumbuh-tumbuhan dan
roh binatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dekat menyerupai binatang.Tetapi
jika roh manusia yang berpengaruh, maka orang itu dekat menyerupai malekat dan dekat
pada kesempurnaan.
C. Filsafat sinkretis
Adalah filsafat yang memadukan pemikiran atau pendapat antara filosof. Sebagaimana
bangsa Arab yang sebagian besar telah dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, dalam filosofi
mereka setelah menaklukkan Laut Tengah mereka tidak hanya mempelajari bahkan
menterjemahkan dialog dan buku atau karya dari Plato dan Aristoteles. Kedua tokoh inilah
yang mempengaruhi banyak aliran islam karena Ia merupakan titik awal yang melandasi para
filosof selanjutnya.
Tampilnya filsafat Islam di arena pemikiran merupakan hasil interaksi agama Islam
dengan faktor ekstern. Faktor ekstern yang dimaksud adalah budaya dan tradisi non Islam yang
sepanjang sejarah diwakili oleh Eropa dibelahan Barat, serta India, Iran, dan Cina di belahan
Timur.
Kalau kita lacak dalan khazanah Islam, buku-buku yang menguraikan ihwal filsafat
Islam, memang sudah cukup banyak ditulis. Akan tetapi hampir selalu saja terkesan adanya
beberapa aspek yang terasa kurang puas. Akhirnya, setiap karya seperti itu memuat daftar
panjang istilah-istilah filsafat Islam yang patut di dihargai dan harus apresiasi secara mendalam.
Haidar Bagir tidak mau ketinggalan, ia pernah menghadirkan sebuah karya yang dijuduli
“Buku Saku Filsafat Islam” (2005), yang sekalipun dinamai “saku” namun buku tersebut cukup
memadahi untuk mengantarkan kita memahami filsafat Islam secara holistik. Islam sebagai
sebuah sumber peradaban, dipandang ikut meletakkan “prosesi batu pertama” bangunan budaya
dan peradaban modern yang saat ini berkembang pesat di Barat. Di abad pertengahan itulah
Islam merupakan juru ‘penyelamat’ bagi peradaban Yunani, Persia dan Romawi dengan cara
menerjemahkannya ke dalam bahasa dan tradisi Islam.
Kemajuan Islam era pertengahan tidak saja mewarisi pengetahuan Yunani-Romawi, akan
tetapi telah memodifikasi dan menyempurnakan pengetahuan sebelumnya. Hal ini dibuktikan
dengan hasil usaha kreatif cendikiawan muslim seperti al-Kindi, Ibn Sina, al-Farabi, al-Razi dan
setelahnya, selain mengadopsi kekayaan pengetahuan mereka, juga melahirkan teori dan
pengetahuan orisinil yang sama sekali baru.
Peradaban Yunani, Persia dan Romawi jelas menyumbangkan peradaban yang sangat
berharga bagi Islam. Peradaban Zoroastrian (Sassanian) telah mencapai puncak renaisan
kebudayaannya pada abad ke enam, sebelum Islam datang di tanah Arab. Hal ini yang kemudian
menjadi pembawa obor bagi peradaban Barat, bersama-sama membawa sebuah sinkronisme
kreatif baru pemikiran ilmiah dan filosofis Yunani, Hebrew, India (Hindu), Syirian, dan
Zoroaster.
Pusat urat syarafnya berada di akademi terbesar pada masa itu, yaitu Akademi Jundi
Shapur, di Persia bagian Tenggara. Bahkan bukan itu saja, setelah lahirnya Islam dan penaklukan
Persia oleh orang-orang Arab, perkembangan kebudayaan terpenting dalam Islam, misalnya
bidang sains, teknologi, matematika, logika, filsafat, kimia, musik, etika, geografi, bahkan
teologi dan sastra, adalah kontribusi pemikir dan cendikiawan Persia yang pada permulaan
Abad-abad Islam telah menulis dalam bahasa Arab dan atas nama Islam.
Filsafat peripatetisme adalah paham kelanjutan dari pengaruh ide-ide Aristotelian yang
bersifat diskursif-demontrasional. Corak dari Aristotelian yaitu hylomorfisme, suatu paham yang
cenderung bersifat material. Peripatetisme dimulai sejak al-Kindi, yang melewati antara lain, al-
Farabi, Ibn Sina, Ibn Thufail dan Ibn Bajjah hingga Ibn Rusyd. Mungkin, hanya Ibn Rusyd saja
yang agak berani membersihkan Aristotelianisme dari Neo-Platonisme. Filsafat iluminasi
(Israqiyyah) berbicara mengenai suatu kilatan-mendadak dalam bentuk pemahaman atau ilham
sebagai suatu arus cahaya. Asal mulanya, teori ini berakar dari pola-pola Platonik, yang selama
periode Hellenistik dan Romawi aliran ini diserap dan tergabungkan dalam pikiran Kristiani dan
Yahudi.
1. AL-KINDI
Al-Kindi menpunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq al- Kindi. Ia
berasal dari keluarga bangsawan Arab dari Kindah di Arabia Selatan, dialah satu
satunya filsuf islam yang berasal dari keturunan Arab, dan karenanya ia disebut
Failasauf al-A’rab (Filsuf Orang Arab). Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi ia juga
seorang ilmuwan yang menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lain yang ada pada
zamannya. Hal ini di buktikan dengan buku buku yang ditinggalkannya seperti
matematika, geometri, astronomi, farmakologi, ilmu jiwa, dan lain sebagainya. Hal-hal
yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a. Filsafat tentang Alam
Alam bagi al-kindi bukan kekal di zaman lampau (qadim), tetapi meempunyai
permulaan. Karena itu, ia lebih dekat dengan hal ini pada filsafat platinus yang
mengatakan yang maha satu adalah sumber dari alamini dan sumber dari segala
yang ada. Alam ini adalah alam emanasi dari yang maha satu tetapi paham emanasi
ini kelihatannyatidak jelas dalam filsafat al-Kindi
b. Hubungan Filsafat dan Agama
Menurut al-Kindi, bahwaa anrtara filsafat dan agama tidak ada pertentangan, ilmu
tauhid Atau teologi adalah cabang termulia dari filsafat.Filsafat membahas tentang
kebenaran atau hakikat sesuatu.kalau ada hakikat-hakikat meski ada hakikat yang
pertama (Al-haqq al- Awwal).Hakikat yang pertama itu adalah tuhan. Dengan
demikian, pemikiran filsafat sejalan dengan agama yang juga membicarakan
tentang tuhan.
c. Falsafah tentang Jiwa
Menurut al-Kindi, bahwa jiwa manusia mempunyai tiga daya yaitu daya bernafsu
yang berpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang
berpusat di kepala.Daya berpikir inilah yang selanjutnya disebut akal. Dalam
pemikirannya ini, aal-kindi banyak dipengaruhu oleh Aristoteles, Platon dan
Plotinus
2. IBNU BAJJAH
Ibnu Bajjah adalah seorang filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah
kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ibnu Yahya Ibnu Al-
Sha’igh, yang lebih terkenal dengan nama ibnu bajjah. Menurut beberapa literatur, Ibnu
Bajjah bukan hanya seorang filosof, tetapi ia juga seorang saintis yang menguasai
beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, fisika, musikus, dan
matematika. Beliau juga membuat beberapa karya tulis yang terpenting dalam bidang
filsafat yaitu:
a. Kitab tadbir al- mutawwahid, ini adalah kitab yang paling popular dan
panting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta
usaha-usaha individu menjauhan diri dari segala macam keburukan-keburukan
dalam masyarakat negara yang disebutnya sebagai insan muwahhid (manusia
penyiendiri).
b. Risalat al-Wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan), manusia,
alam, dan kedokteran.
c. Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan
akal Fa’al.
d. Kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
3. AL-FARABI
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan
Ibn Uzlagh al- Farabi.Di masa kecilnya al-farabi belajar tentang agama, Bahasa Arab,
Turki, dan Persia. Sewaktu muda ia tinggal di Baghdad yang merupakan pusat ilmu
pengetahuan dan filsafat. Di sana ia belajar filsafat, logika, matematika, metafisika,
etika, ilmu politik, music, dan lain sebagainya. Al-Farabi pun menulis sejumlah buku
antara lain berkaitan dengan logika , ilmu politik, etika, fisika, ilmu jiwa, metafisika dan
lain sebagainya. Selain al-Kindi al-Farabi pun mempunyai gelar yaitu al-Muallim al-
Tsani (Guru Kedua).Adapun guru pertamanya adalah Aristoteles. Di dunia Latin ia di
kenal dengan nama Alpharabius.
Hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a. Jiwa. jiwa adalah jauhar rohani sebagai form dari jasad. Kesatuan keduanya
merupakan kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya
mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa
binasa bagi jiwa.Jiwa manusia berasal dari ilahi, sedangkan jasad berasal dari
alam khalq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala
jasad siap menerimanya.
b. Rekonsiliasi Al-Farabi. Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasi beberapa
ajaran filsafat sebelumnya, seprti Plato dan Aristoteles dan juga antara agama
dan filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai filosof sinkretisme yang
mempercayai kesatuan filsafat. Al-Farabi =berkeyakinan bahwa aliran filsafat
yang bermacam-macam itu hakikatnya hanya satu, karena tujuan filsafat ialah
memikirkan kebenaran, sedangkan kebenaran itu hanya satu macam dan
serupa pada hakikatnya. Jutru itu semua aliran filsafat pada prinsipnya tidak
ada perbedaan kalau pun beda hanya pada lahirnya.
Kesimpulan
Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna,
yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati
yang tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunah.Perbedaan filsafat Islam dengan filsafat
Barat adalah filsafat Barat memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara agama dengan
filsafat sedangankan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan agama.
Latar belakang lahirnya filsafat islam adalah karena pada abad ke 16 umat islam
menjalankan ibadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Tokoh-tokoh dalam filsafat Islam
diantaranya, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Bajjah.Pokok-pkok masalah yang dibahas dalam filsafat
Islam adalah hubungan filsafat (akal) dan agama, tentang kejadian alam, dan tentang roh serta
kelangsungan hidup.
Cara menyikapi perbedaan pendapat para filosof mengenai filsafat islam adalah dengan
cara sikap terbuka dan toleransi. Dengan mempelajari filsafat islam kita dapat melihat segala
sesuatu tidak hanya di permukaannya saja tetapi lebih jauh dalam dan luas. Selain itu manfaat
mempelajai filsafat membuat kita memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.Filsafat mengasah pikiran untuk lebih kritis.Hal ini membuat kita tidak begitu saja
menerima sesuatu tanpa mengetahui maksudnya.
Daftar Pustaka
https://studiislam2farmasi2a2016.blogspot.com/2016/05/ppt-filsafat-islam.html?m=1
https://ervinaprestiant.wordpress.com/2011/12/21/filsafat-islam/