Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK FILSAFAT

KELOMPOK 11
Dosen Pengampu : Mohammad Yahdi S. Hi, M. Sh

Di susun Oleh :
Putri Wahyuni PRS (2108202112)
Nita Andesoeta (2108202113)
Gita Yulia Rahmah (2108202114)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
Tahun Ajaran 2020
FILSAFAT ISLAM

Latar Belakang

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk


memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang melewati penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku
di alam itu dapat dimengerti.Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam.Fenomena
alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu
muncul.Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau
simplifikasi atas fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap


kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran
yang berbeda.Pengetahuan indrawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut.Tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif yang biasa disebut
dengan filsafat.

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ISLAM

Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu kata philein atau philos
dansophia. Kata philien atau philos berarti cinta (love), tapi dalam maknanya yang luas yakni
berupa hasrat ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, dan kebenaran.
Sedangkan kata sophia berarti kebijaksanaan (wisdom). Sehingga secara sederhana, filsafat
adalah mencintai kebijaksanaan (the love of wisdom).

Filsafat Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan Islam. Jadi filsafat
Islam, Islamic philosophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.Islam
menempati posisi sebagai sifat, corak, dan karakter dari filsafat.Filsafat Islam bukan filsafat
tentang Islam, bukan the philosophy of Islam.Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan
radikal namun tetap berada pada makna, yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang
menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati.

Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam.
Seperti juga pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang Islam.
Karena berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan bertentangan satu
sama lain adalah hal yang wajar. Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat
Muslim merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas,
pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau
peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.

POKOK-POKOK MASALAH YANG DI BAHAS DALAM FILSAFAT ISLAM

Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu, politik,
penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah tersebut termasuk
hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas
masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau
kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.

1. HUBUNGAN FILSAFAT (AKAL) DAN AGAMA


Hubungan filsafat dan agama merupakan hubungan yang sangat erat kaitannya.Filsafat
dan agama safawi tidak bisa bertentangan.Dalam kajiannya filsafat membahas tentang
kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang kebenaran.Keduanya sama-sama
membahas tentang kebenaran.Selanjutnya agama disamping wahyu juga menggunakan akal,
filsafat juga memakai akal.Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat yang membahas al-haqq
al-awwal. Membahas soal Tuhan diwajibkan dalam islam. Oleh karena itu mempelajari
filsafat dalam islam tidak dilarang.
Al-Farabi berpendapat bahwa filsafat dapat mengganggu keyakinan orang awam. Oleh
karena itu, ia menyarankan agar filsafat tidak dibocorkan dan tidak disampaikan kepada
orang awam. Para filsuf seharusnya menulis pemikiran filsafatnya dalam bahasa dan gaya
yang tidak jelas, agar kalau jatuh ke tangan awam, mereka tidak dapat memahaminya
sehingga tidak mengancam keyakinan mereka.
Sedangkan Ibn Rusyd menjelaskan hubungan filsafat dan wahyu mengatakan, bahwa
filsafat ialah tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengatahui semua yang ada ini. Al-
Quran sebagaimana dapat dilihat dari ayat-ayat yang mengandung kata-kata afalaa yandzurun
(mengapa mereka tidak memperhatikan/berpikir), afalla yatadabbarun (mengapa mereka
tidak merenungkan), laayatin li ulil al-bab (sebagai tanda bagi orang-orang yang berpikir, dan
sebagainya, menyuruh agar manusia berpikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk
mengetahui Tuhan. Dengan demikian.Tuhan sebenarnya menyuruh manusia agar berfilsafat.
Oleh karena itu, ia berpendapat, bahwa berfilsafat hukumnya wajib, atau sekurang-kurangnya
sunah. Selanjutnya Ibn Rusyd menambahkan jika pendapat akal bertentangan dengan wahyu
maka teks wahyu harus diberi interpretasi sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan pendapat
akal. Menurutnya, bahwa ayat-ayat Al-Qur’an disamping mengandung arti lahir, juga
megandung arti batin. Umpamanya surga, dalam arti lahir, berbentuk jasmani.Adapun dalam
arti batin, yang dimaksud surga ialah kesenangan spiritual atau intelektual.
2. TENTANG KEJADIAN ALAM (TIMBULNYA YANG BANYAK DARI YANG
MAHASATU)
Dalam membahas Tuhan, para filsuf itu ingin menjelaskan keesaan mutlak
Tuhan.Menurut al-Kindi, misalnya bahwa Tuhan adalah unik, tidakmengandung arti juz’i
(particular) dan tidak pula mengandung arti kulli (universal).Ia adalah semata-mata satu.
Hanya ialah yang satu, selain-Nya mengandung arti banyak. Untuk menjauhkan Tuhan dari
arti banyak al-Farabi sebagaimana Plotinus berpendapat, bahwa alam ini memancar dari
Tuhan dengan melalui akal-akal yang jumlahnya sepuluh.Antara alam materi dan Tuhan
terdapat pengantara.Tuhan berpikir tentang diri-Nya dan dari pemikiran ini timbullah
tama.Akal pertaman berpikir tentang Tuhan, dan dari prmikiran ini tibullah akal kedua. Akal
kedua ini berpikir tentang Tuhan, dna timbullah akal ketiga denhgan demikian seterusnya
sehingga terwujud akal kesepuluh.
Akal pertama selanjutnya berpikir tentang dirinya dan dari pemikiran kedua inilah timbul
langit pertama. Akal-akal lainnya juga berpikir tentang dirinya masing-masing, dan dari
pemikiran ini timbullah bintang-bintang, Saturnus, Jupiter, Mars, Matahari, Venus,
Mercurius, bulan, dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Dengan demiian Tuhan Yang
Maha Esa tidak mempunyai hubungan langsung malahan jauh dari alam materi yang
mengandung arti banyak ini.Demikianlah pendapat al-Farabi.
Ibn Sina mempunyai filsafat emanasi yang sama dengan al-Farabi. Bagi Ibn Sina akal-
akal itu ialah malaikat, dan Akal Kesepuluh yang mengatur Bumi adalah Jibril.Menurut
mereka kejadian alam adalah kejadian dalam bentuk pancaran yang tidak mempunyai
permulaan waktu.Dapat dipahami bahwa materi asal yang menjadi dasar alam bagi mereka
bersifatqodim, dalam arti tidak mempunyai permulaan dalam waktu.

3. TENTANG ROH DAN KELANGSUNGAN HIDUP


Menurut al-Kindi, bahwa roh bersifat sederhana, substansinya berasal dari substansi
Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Roh
adalah lain dari badan, dan mempunyai wujud tersendiri. Dengan perantara rohlah manusia
memperoleh pengetahuan pancaindra dan pengetahuan akal. Pengetahuan pancaindra hanya
mengenai yang lahir saja dan dalam hal ini manusia dan binatang sama. Pengetahuan akal
menggambarkan hakikat, dan hanya dapat diperoleh manusia, dengan syarat ia harus
melepaskan dirinya terlebih dahulu dari sifat kebinatangan yang terdapat dalam tubuhnya.
Jika roh telah meninggalkan keinginan badan, bersih dari segala noda kematerian dan
senantiasa berpikir tentang hakikat wujud, ia akan menjadi suci dan ketika itu dapatlah ia
menangkap gambaran segala hakikat. Adapun fungsi roh tak ubahnya seperti cermin yang
dapat menangkap gambaran dari benda-benda yang ada di depannya.Karena roh adalah
cahaya dari Tuhan, roh dapat menangkap ilmu-ilmu yang ada pada Tuhan. Tetapi kalau roh
kotor, maka sebagai cermin yang kotor, ia tak dapat menerima pengetahuan yang
dipancarkaan Tuhan itu.
Keberadaan roh bersifat kekal dan tidak akan hancur dnegan hancurnya bdan. Ia tidak
hancur karena substansinya berasal dari sbstansi Tuhan. Selama roh berada dalam badan, ia
tidak memperoleh kesenangan dan pengetahuan yang sebenarnya. Kesennagan ini hanya
diperoleh setelah roh bercerai dengan badan. Setelah terlepas dari ikatan badan, roh akan
pergi ke Alam al-Haqq (dunia kebenaran) atau Alam Al’Aql (Alam akal) di atas bintang-
bintang di dalam lingkungan cahaya Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapapt melihat Tuhan.
Disinilah terletak kesenangan abadi dari roh.
Gambaran tentang pembagian roh secara lebih terang dan lebih baik ke dalm beberapa bagian
tentang daya yang ada padanya, diberikan oleh Ibn Sina sebagai berikut:
a. Roh tumbuh-tumuhan yang memiliki daya makan (al-ghaziyah), tumbuh (amunmiyah),
dan berkembang (al-muwalidah).

b. Roh binatang (al-hayawanat) yang memiliki daya gerak (al-muharrikah), dan menangkap
yang terbagi dua, yaitu, Indra bersama (al-hiss al-musyatarak) yang menerima segala apa
yang ditangkap oleh pancaindra. Representasi (al-khayal) yang menyimpan segala apa
yang diterima indra bersama.
Imajinasi (al-mutakhayyilah) yang mengusun apa yang tersimpan dalam representasi.
Estimasi (al-wahmiyah) yang dapat menangkap hal-hal yang abstrak yang terlepas dari
materinya, umpamnaya keharusan lari bagi kambing yang melihat serigala; dan
Rekoleksi (al-hafidzah) yang menyimpan hal-hal abstrak yang disusun oleh estimasi.

c. Roh manusia dengan dua daya, yaitu: Praktis (al-alamiah) yang hubungannya dengan
badan dan materi; dan Teoritis (al-alamiah atau al –nadzariyah) yang hubungannya
dengan hal-hal yang abstrak.
d. Daya ini mempunyai tingkatan-tingkatan:
 Akal materiil (al-‘aqal al-hayulaniy) yang baru mempunyai potensialitas untuk
berpikir dan belum dilatih walaupun sedikit
 Intellectus in habitu (al-‘aql bi al-malakah) yang telah mulai dilatih untuk
berpikirtentang hal-hal yang abstrak
 Akal actual (al-‘aql bi al-fi’l) yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak;
dan
 Acquired intellect (al-mustafad) yang telah sanggup berpiir tentang hal-hal
abstrak dengan tak perlu lagi pada adanya upaya.

Akal dalam tingkatan ini telah dilatih begitu rupa sheingga hal-hal ynag abstrak
selamanya terdapat di dalamnya; akal dalam tingkatan inilah yang dapat menerima limpahan
ilmu pengetahuan dari akal-akal (al-aql al-Fa’al) yang berada diluar diri manusia.
Selanjutnya Ibn Sina menambahkan, bahwa sifat seseorang amat bergantung pada roh mana
dari ketiga bagian tersebut yang berpengaruh pada dirinya.Jika roh tumbuh-tumbuhan dan
roh binatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dekat menyerupai binatang.Tetapi
jika roh manusia yang berpengaruh, maka orang itu dekat menyerupai malekat dan dekat
pada kesempurnaan.

Ciri khas filsafat islam

A. Sebagai filsafat religious-spiritual


Dikatakan filsafat religious, karena filsafat Islam tumbuh di Jantung Islam dan tokoh-
tokohnya dididik dengan ajaran-ajaran Islam, ataupun semangat Islam dan hidup dengan
suasana Islam. Topic-topik yang terkandung dalam filsafat Islam bersifat religious, bermula
dengan mengesakan Tuhan dan menganalisa secara universal kemudian menggambarkan
Allah Yang maha Agung adlah bersifat abstrak dan suci, dimana keesaan mutlak dan
kesempurnaan total bagi-Nya. Karena Ia adalah pencipta, menciptakan alam sejak azali
mrngatur dan menatanya. Filsafat religious ini sangat memberikan perhatian kepada jiwa
karena di dalam jiwa manusia terdapat Nur dan Ilahi. Filosof Islam berpendapat bahwa ruh
merupakan sumber gerak dan sebagian saran kebahagiaaan.

B. Sebagai filsafat rasional


Filsafat rasional sangat bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan,
manusia dan alam. Karena akal merupakan sesuatu pertama yang diciptakan Allah. Terdapat
2 tugas akal. Pertama bertugas mengendalikan badan dan tingkah laku, kedua, menerima
pandangan-pandangan inderawi. Pada kenyataannya para filosof Islam memiliki
kecenderungan rasional sejalan dengan Mu1tazilah yang mengagungkan akal. Mereka
sepakat bahwa kebebasan berkehendak dan kemerdekaan manusia untuk berbuat. Mereka
mengartikan teks-teks agama yang tidak sejalan dengan logika. Dan untuk mewujudkan itu,
mereka mengadakan berbagai jenis majelis dan diskusi

C. Filsafat sinkretis
Adalah filsafat yang memadukan pemikiran atau pendapat antara filosof. Sebagaimana
bangsa Arab yang sebagian besar telah dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, dalam filosofi
mereka setelah menaklukkan Laut Tengah mereka tidak hanya mempelajari bahkan
menterjemahkan dialog dan buku atau karya dari Plato dan Aristoteles. Kedua tokoh inilah
yang mempengaruhi banyak aliran islam karena Ia merupakan titik awal yang melandasi para
filosof selanjutnya.

D. Filsafat yang berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan


Filsafat Islam berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan karena dalamkajjian filosof
terdapat ilmu pengetahuan dan problematika saintis, dan sebaliknya dalam kajian saintis
terdapat prinsip dan teori filosofis. Mereka memberikan pemecahan atas masalah fisika.
Contohnya buku al-syifa,ensiklopedi filsafat Arab terbesar, karena buku ini berisi logika,
fisika, matematika dan metafisika. Para filosof Islam adalah ilmuan diantara mereka ada
ilmuan yang menonjol. Misalnya al-Kindi adalah seorang ilmuan sebelum menjadi filosof, Ia
mengkaji masalah-masalah sistematis dan fisis.

Karakteristik filsafat islam

Tampilnya filsafat Islam di arena pemikiran merupakan hasil interaksi agama Islam
dengan faktor ekstern. Faktor ekstern yang dimaksud adalah budaya dan tradisi non Islam yang
sepanjang sejarah diwakili oleh Eropa dibelahan Barat, serta India, Iran, dan Cina di belahan
Timur.

Kalau kita lacak dalan khazanah Islam, buku-buku yang menguraikan ihwal filsafat
Islam, memang sudah cukup banyak ditulis. Akan tetapi hampir selalu saja terkesan adanya
beberapa aspek yang terasa kurang puas. Akhirnya, setiap karya seperti itu memuat daftar
panjang istilah-istilah filsafat Islam yang patut di dihargai dan harus apresiasi secara mendalam.

Haidar Bagir tidak mau ketinggalan, ia pernah menghadirkan sebuah karya yang dijuduli
“Buku Saku Filsafat Islam” (2005), yang sekalipun dinamai “saku” namun buku tersebut cukup
memadahi untuk mengantarkan kita memahami filsafat Islam secara holistik. Islam sebagai
sebuah sumber peradaban, dipandang ikut meletakkan “prosesi batu pertama” bangunan budaya
dan peradaban modern yang saat ini berkembang pesat di Barat. Di abad pertengahan itulah
Islam merupakan juru ‘penyelamat’ bagi peradaban Yunani, Persia dan Romawi dengan cara
menerjemahkannya ke dalam bahasa dan tradisi Islam.

Kemajuan Islam era pertengahan tidak saja mewarisi pengetahuan Yunani-Romawi, akan
tetapi telah memodifikasi dan menyempurnakan pengetahuan sebelumnya. Hal ini dibuktikan
dengan hasil usaha kreatif cendikiawan muslim seperti al-Kindi, Ibn Sina, al-Farabi, al-Razi dan
setelahnya, selain mengadopsi kekayaan pengetahuan mereka, juga melahirkan teori dan
pengetahuan orisinil yang sama sekali baru.

Peradaban Yunani, Persia dan Romawi jelas menyumbangkan peradaban yang sangat
berharga bagi Islam. Peradaban Zoroastrian (Sassanian) telah mencapai puncak renaisan
kebudayaannya pada abad ke enam, sebelum Islam datang di tanah Arab. Hal ini yang kemudian
menjadi pembawa obor bagi peradaban Barat, bersama-sama membawa sebuah sinkronisme
kreatif baru pemikiran ilmiah dan filosofis Yunani, Hebrew, India (Hindu), Syirian, dan
Zoroaster.

Pusat urat syarafnya berada di akademi terbesar pada masa itu, yaitu Akademi Jundi
Shapur, di Persia bagian Tenggara. Bahkan bukan itu saja, setelah lahirnya Islam dan penaklukan
Persia oleh orang-orang Arab, perkembangan kebudayaan terpenting dalam Islam, misalnya
bidang sains, teknologi, matematika, logika, filsafat, kimia, musik, etika, geografi, bahkan
teologi dan sastra, adalah kontribusi pemikir dan cendikiawan Persia yang pada permulaan
Abad-abad Islam telah menulis dalam bahasa Arab dan atas nama Islam.

Filsafat Islam memiliki karakteristik sekaligus sebagai keunikan tersendiri. Setidaknya,


terdapat tiga karakteristik yang dapat kita diketemukan dalam khazanah ini, yaitu peripatetisme
(Masysya’iyyah), iluminasi (Israqiyyah) dan teosofi transenden (al-hikmah al-muta’aliyah).
Ketiga karakteristik tersebut sudah sering dikaji oleh para sarjana muslim.

Filsafat peripatetisme adalah paham kelanjutan dari pengaruh ide-ide Aristotelian yang
bersifat diskursif-demontrasional. Corak dari Aristotelian yaitu hylomorfisme, suatu paham yang
cenderung bersifat material. Peripatetisme dimulai sejak al-Kindi, yang melewati antara lain, al-
Farabi, Ibn Sina, Ibn Thufail dan Ibn Bajjah hingga Ibn Rusyd. Mungkin, hanya Ibn Rusyd saja
yang agak berani membersihkan Aristotelianisme dari Neo-Platonisme. Filsafat iluminasi
(Israqiyyah) berbicara mengenai suatu kilatan-mendadak dalam bentuk pemahaman atau ilham
sebagai suatu arus cahaya. Asal mulanya, teori ini berakar dari pola-pola Platonik, yang selama
periode Hellenistik dan Romawi aliran ini diserap dan tergabungkan dalam pikiran Kristiani dan
Yahudi.

TOKOH TOKOH FILSAFAT MUSLIM

1. AL-KINDI
Al-Kindi menpunyai nama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq al- Kindi. Ia
berasal dari keluarga bangsawan Arab dari Kindah di Arabia Selatan, dialah satu
satunya filsuf islam yang berasal dari keturunan Arab, dan karenanya ia disebut
Failasauf al-A’rab (Filsuf Orang Arab). Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi ia juga
seorang ilmuwan yang menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lain yang ada pada
zamannya. Hal ini di buktikan dengan buku buku yang ditinggalkannya seperti
matematika, geometri, astronomi, farmakologi, ilmu jiwa, dan lain sebagainya. Hal-hal
yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a. Filsafat tentang Alam
Alam bagi al-kindi bukan kekal di zaman lampau (qadim), tetapi meempunyai
permulaan. Karena itu, ia lebih dekat dengan hal ini pada filsafat platinus yang
mengatakan yang maha satu adalah sumber dari alamini dan sumber dari segala
yang ada. Alam ini adalah alam emanasi dari yang maha satu tetapi paham emanasi
ini kelihatannyatidak jelas dalam filsafat al-Kindi
b. Hubungan Filsafat dan Agama
Menurut al-Kindi, bahwaa anrtara filsafat dan agama tidak ada pertentangan, ilmu
tauhid Atau teologi adalah cabang termulia dari filsafat.Filsafat membahas tentang
kebenaran atau hakikat sesuatu.kalau ada hakikat-hakikat meski ada hakikat yang
pertama (Al-haqq al- Awwal).Hakikat yang pertama itu adalah tuhan. Dengan
demikian, pemikiran filsafat sejalan dengan agama yang juga membicarakan
tentang tuhan.
c. Falsafah tentang Jiwa
Menurut al-Kindi, bahwa jiwa manusia mempunyai tiga daya yaitu daya bernafsu
yang berpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang
berpusat di kepala.Daya berpikir inilah yang selanjutnya disebut akal. Dalam
pemikirannya ini, aal-kindi banyak dipengaruhu oleh Aristoteles, Platon dan
Plotinus

2. IBNU BAJJAH
Ibnu Bajjah adalah seorang filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah
kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ibnu Yahya Ibnu Al-
Sha’igh, yang lebih terkenal dengan nama ibnu bajjah. Menurut beberapa literatur, Ibnu
Bajjah bukan hanya seorang filosof, tetapi ia juga seorang saintis yang menguasai
beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, fisika, musikus, dan
matematika. Beliau juga membuat beberapa karya tulis yang terpenting dalam bidang
filsafat yaitu:
a. Kitab tadbir al- mutawwahid, ini adalah kitab yang paling popular dan
panting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik serta
usaha-usaha individu menjauhan diri dari segala macam keburukan-keburukan
dalam masyarakat negara yang disebutnya sebagai insan muwahhid (manusia
penyiendiri).
b. Risalat al-Wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan), manusia,
alam, dan kedokteran.
c. Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan
akal Fa’al.
d. Kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.

3. AL-FARABI
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan
Ibn Uzlagh al- Farabi.Di masa kecilnya al-farabi belajar tentang agama, Bahasa Arab,
Turki, dan Persia. Sewaktu muda ia tinggal di Baghdad yang merupakan pusat ilmu
pengetahuan dan filsafat. Di sana ia belajar filsafat, logika, matematika, metafisika,
etika, ilmu politik, music, dan lain sebagainya. Al-Farabi pun menulis sejumlah buku
antara lain berkaitan dengan logika , ilmu politik, etika, fisika, ilmu jiwa, metafisika dan
lain sebagainya. Selain al-Kindi al-Farabi pun mempunyai gelar yaitu al-Muallim al-
Tsani (Guru Kedua).Adapun guru pertamanya adalah Aristoteles. Di dunia Latin ia di
kenal dengan nama Alpharabius.
Hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran filsafatnya adalah sebagai berikut:
a. Jiwa. jiwa adalah jauhar rohani sebagai form dari jasad. Kesatuan keduanya
merupakan kesatuan secara accident, artinya masing-masing keduanya
mempunyai substansi yang berbeda dan binasanya jasad tidak membawa
binasa bagi jiwa.Jiwa manusia berasal dari ilahi, sedangkan jasad berasal dari
alam khalq, berbentuk, berupa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala
jasad siap menerimanya.
b. Rekonsiliasi Al-Farabi. Al-Farabi telah berhasil merekonsiliasi beberapa
ajaran filsafat sebelumnya, seprti Plato dan Aristoteles dan juga antara agama
dan filsafat. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai filosof sinkretisme yang
mempercayai kesatuan filsafat. Al-Farabi =berkeyakinan bahwa aliran filsafat
yang bermacam-macam itu hakikatnya hanya satu, karena tujuan filsafat ialah
memikirkan kebenaran, sedangkan kebenaran itu hanya satu macam dan
serupa pada hakikatnya. Jutru itu semua aliran filsafat pada prinsipnya tidak
ada perbedaan kalau pun beda hanya pada lahirnya.

Kesimpulan

Filsafat Islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna,
yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati
yang tetap berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunah.Perbedaan filsafat Islam dengan filsafat
Barat adalah filsafat Barat memiliki paham sekularisme yang memisahkan antara agama dengan
filsafat sedangankan filsafat Islam bersifat universal namun berlandaskan agama.

Latar belakang lahirnya filsafat islam adalah karena pada abad ke 16 umat islam
menjalankan ibadah hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Tokoh-tokoh dalam filsafat Islam
diantaranya, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Bajjah.Pokok-pkok masalah yang dibahas dalam filsafat
Islam adalah hubungan filsafat (akal) dan agama, tentang kejadian alam, dan tentang roh serta
kelangsungan hidup.

Cara menyikapi perbedaan pendapat para filosof mengenai filsafat islam adalah dengan
cara sikap terbuka dan toleransi. Dengan mempelajari filsafat islam kita dapat melihat segala
sesuatu tidak hanya di permukaannya saja tetapi lebih jauh dalam dan luas. Selain itu manfaat
mempelajai filsafat membuat kita memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.Filsafat mengasah pikiran untuk lebih kritis.Hal ini membuat kita tidak begitu saja
menerima sesuatu tanpa mengetahui maksudnya.
Daftar Pustaka

https://studiislam2farmasi2a2016.blogspot.com/2016/05/ppt-filsafat-islam.html?m=1

https://ervinaprestiant.wordpress.com/2011/12/21/filsafat-islam/

Anda mungkin juga menyukai