Anda di halaman 1dari 4

Nama: Putri wahyuni prs

NIM: 2108202112

Jurusan: HES/C

KONSEP TENTANG ITTIHAD DAN HULUL

Konsep penyatuan ini bagi Abu Yazid al-Bustami dikenal dengan istilah Ittihad,
bagi al-Hallaj dikenal dengan istilah Hulul dan lbnu Arabi menyebutnya dengan
istilah wahdat al-wujud.Jadi dalam ittihad yang dilihat satu wujud, sedang dalam
hulul ada dua wujud tetapi bersatu dalam satu tubuh.

1. Pengertian Ittihad
Dari sudut etimologi, ittihad (Al-Ittihad) berarti persatuan, dalam kamus sufisme
bearti persatuan antara manusia dengan tuhan. Menurut istilah Al-Ittihad adalah
penyatuan batin dan rohaniah dengan Tuhan. Karena tujuan fana’ dan baqa’ itu
sendiri adalah Ittihad. Hal ini sejalan dengan pendapat Mustafa Zahri yang
mengatakan bahwa fana’ dan baqa’ tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan
paham ittihad. Dalam ajaran ittihad sebagai salah satu metode tasawuf sebagaimana
yang dikatakan oleh Al-Badawi yang dilihat hanya satu wujud yang berpisah dari
yang lain karena yang dilihat dan dirasakan hanya satu wujud. Maka dalam ittihad
ini bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai (manusia) dengan yang
dicintai (Tuhan).
Al-Ittihad yang dibawa oleh Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin Surusyan al-
Bustami. Al-Ittihad mengajarkan persatuan antara Tuhan dengan hamba yang sudah
mencapai kesucian, sehingga seorang sufi yang berada pada tingkat al-Ittihad
merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang
mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehinggga salah satu dari mereka
dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, “Hai aku. Al-Ittihad dicapai
dengan melalui fana dan baqa. Fana merupakan hancurnya perasaan kesadaran akan
adanya tubuh kasar manusia, yang tersisa adalah manusia secara rohani. Untuk itu
sebelum memasuki tahap fana seorang sufi harus memperhatikan 4 hal yaitu; Al-
Sukr yaitu keadaan antara cinta dengan fana. Al-Syathahat adalah ungkapan-
ungkapan aneh yang dikeluarkan oleh sufi. Zawal al-Hujab adalah keadaan sufi
yang tidak menginginkan lagi sesuati kecuali Allah. Ghalbat al-Syhud; keadaan
seorang sufi baik dari segi perasaan, kesadaran dan penyaksian sampai kepada
puncak fana’, lalu dia lupa dirinya dan tidak ada selain Allah.
Ittihād itu akan tercapai kalau seorang sufi telah dapat menghilangkan
kesadarannya. Dia tidak mengenal lagi wujud tubuh kasarnya dan wujud alam
sekitarnya. Namun lebih dari itu sebenarnya. Menurut Nicolson, dalam faham
ittihād hilangnya kesadaran adalah permulaan untuk memasuki tingkat ittihād yang
sebenarnya dicapai dengan adanya kesadaran terhadap dirinya sebagai Tuhan.
Keadaan inilah yang disebut dengan kesinambungan hidup setelah kehancuran dan
hilangnya kesadaran (fana’) yang merupakan awal untuk memasuki pintu ittihād itu
adalah pemberian Tuhan kepada seorang sufi.
Contoh Ittihad para sufi yaitu ungkapan Abu Yazid tentang peristiwa mi’rajnya
berikut ini merupakan contoh sedang terjadinya ittihad. Dia mengatakan : Pada
suatu ketika aku dinaikkan ke hadirat Tuhan dan Ia berkata : Abu Yazid makhluk-
Ku ingin melihat engkau, Aku Menjawab : Kekasih-Ku, aku tidak ingin melihat
mereka. Tetapi jika itulah kehendak-Mu, maka aku tidak berdaya untuk menentang
kehendak-Mu. Hiasilah aku dengan keesaan-Mu, sehingga jika makhluk-Mu melihat
daku, mereka akan berkata : Telah kami lihat Engkau. Tetapi yang merasa lihat akan
aku tidak ada di sana. Dalam bagian awal ungkapan itu melukiskan alam ma’rifah
dan selanjutnya memasuki alam fana’ ‘an nafs sehingga ia berada sangat dekat
dengan Tuhan dan akhirnya terjadi perpaduan. Situasi ittihād ini lebih jelas lagi
dalam ungkapannya. Tuhan berkata : semua mereka kecuali engkau adalah
makhluk-Ku. Ataupun berkata: Aku adalah Engkau, Engkau adalah aku dan aku
adalah Engkau. Selanjutnya Abu Yazid berkata : ‫ﻻﺇ< ﻪﻟﺍ< ﻻ< ﷲﺍ< ﺎﻧﺃ< ﱏﺇ< ﱏﺪﺒﻋﺎﻓ< ﺎﻧﺃ‬
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku
2. Pengertian Hulul
Hulul adalah bentuk masdar dari kata kerja halla yang berarti tinggal atau
berdiam diri. Secara terminologis kata al-hulul diartikan dengan paham bahwa
Tuhan dapat menitis ke dalam makhluk atau benda. Jadi pengertian hulul secara
garis besarnya adalah menmpati suatu tempat. Hulûl secara etimologis berasal dari
kata hall-yahull-hulûl berarti berhenti atau diam. Adapun secara harfiah dapat
didefinisikan Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia
yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana’.
Al-Hulul berkedudukan paling tinggi dalam bertasawuf karena untuk melalui ini
seorang yang bertasawuf harus terlebih dahulu melaui beberapa tingkatan atau
tahapan sebelumnya.
Al-Hulul memiliki dua bentuk, yaitu :
• Al-Hulul Al-Jawari yakni keadaan dua esensi yang satu mengambil tempat
pada yang lain (tanpa persatuan), seperti air mengambil tempat dalam bejana.
• Al-Hulul As-Sarayani yakni persatuan dua esensi (yang satu mengalir didalam
yang lain) sehingga yang terlihat hanya satu esensi, seperti zat air yang mengalir di
dalam bunga.
3. Perbedaan antara ittihad al-Bustami dengan hulul al-Hallaj adalah dalam hulul diri
al-hallaj tidak melebur atau hilang, sementara dalam ittihad diri Abu Yazid hancur
dan yang ada hanya diri Tuhan. Jadi dalam ittihad yang dilihat satu wujud, sedang
dalam hulul ada dua wujud tetapi bersatu dalam satu tubuh.
4. Hubungan Ittihad dan Hulul
Ittihad secara terminologis berarti persatuan si hamba dengan tuhan. Dalam
tasawuf, Abu Manshur al-Hallaj menyatakan bahwa hulul adalah pengalaman
spiritual seorang sufi sehingga ia dekat dengan Tuhan, lalu Tuhan memilih
kemudian menempati dan menjelma padanya.
5. Tokoh Ittihad dan Hulul
a. Tokoh Ittihad
Jika mempelajari tentang ittihad, kita akan mengenal Abu Yazid Al-Bustomi.
Abu Yazid Al-Bustomi adalah seorang penyebar dan pembawa ajaran ittihad
dalam tasawuf. Lahir di Bistam, Persia pada tahun 874 M. Kehidupannya yang
sederhana menaruh sayang dan kasih pada fakir miskin. Sebagian besar
waktunya dipergunakan untuk beribadah dan memuja Tuhan, yang dimulai
dengan timbulnya faham fana’ dan baqa’.
 Dia menjelaskan, suatu malam ia bermimpi dengan berkata “Tuhanku, apa
jalannya untuk sampai kepadamu ? Dia menjawab : Tinggalkan dirimu dan
datanglah”. Setelah mengetahui proses pendekatan diri kepada Tuhan, ia
meninggalkan dirinya ke hadirat Allah melalui fana. Dekat atau belum
keberadaannya dapat dilihat melalui “Syatahat” yang diucapkan. Syatahat adalah
ucapan yang dikeluarkan seorang sufi pada permukaan ia berada di pintu
gerbang ittihad.
b. Tokoh Hulul
Hulul diajarkan oleh Husein Ibnu Mansur Al-Hallaj, lahir di kota Persia pada
tahun 858 M. Menurut pemikiran tasawufnya ia mengatakan bahwa “aku ingin
untuk tidak mengingini”. Dan “Aku tidak ingin dari Tuhan kecuali Tuhan”.
Dari ucapannya yang telah ganjil adalah ketika ia mencapai ittihad : “Maha suci
Aku, Maha suci Aku, Maha suci Aku”. Dan kalimat yang ganjil yang
dikeluarkan tatkala ia mencapai proses hulul adalah seperti ucapan “Tuhan
mempunyai sifat kemanusiaan dan manusia mempunyai sifat ketuhanan, nasut
dan lahut, ia mengambil hadits sebagai dasar pemikirannya “Tuhan menciptakan
Adam sesuai bentuknya”.
Karena ucapan-ucapan yang ganjil itu menyebabkan ia dihukum mati dengan
tuduhan menyebarkan ajaran sesat dan membahayakan, juga mempunyai
hubungan erat dengan golongan oposisi yaitu Syiah dan Qaramithah. Akhirnya
pada tahun 922 M, ia dijatuhi hukuman mati. Jasadnya dibakar dan dibuang ke
sungai Tigris.

Anda mungkin juga menyukai