Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN FANA

BAQA’ DAN
ITTIHAD

KELOMPOK 8

•Aufilia Najwa Maula


•Aulia Nurfadillah
•Aulia Nurul Izzah
•Aulya Sabillah
Pengertian Fana Baqa' dan
Ittihad
Dari segi bahasa fana berarti hilangnya wujud sesuatu.Fana berbeda dengan al-fasad yang berarti rusak.Fana artinya
tidak nampaknya sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. . Selain itu fana juga
dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin.

Sebagai akibat dari fana adalah baqa.Secara harfiah baqa berarti kekal, hidup selamanya. Sedang menurut para sufi,
baqa adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia.

Sedangkan ittihad adalah tingkah manusia yang buruk menjadi baik seolah roh nya naik dan bersatu dengan sang
pencipta. Fana dan baqa ini erat hubungannya dengan ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Tuhan,
karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad itu. Ittihad dalam pengertian lain yaitu pengalaman batin
akan kesatuan seorang sufi.
TOKOH YANG MENGEMBANGKAN FANA, BAQA, DAN
. Abu Yazid al-Bustami (w. 874 M/) IJTIHAD
Abu Yazid adalah sufi pertama yang membawa ajaran al-fana, al-baqa, dan ittihad, yakni suatu ajaran
mengenai paham meniadakan diri (jasmani), yang mana kesadaran rohani merupakan hal yang kekal saat bersatu
dengan-Nya. Nama kecilnya Thaifur. Ketika Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulut beliau
keluar kata-kata yang ganjil. Diantara ucapan ganjil tersebut, misalnya: “Tidak ada Tuhan, melainkan saya.
Sembahlah saya, amat sucilah saya, alangkah besarnya kuasaku. Selanjutnya Abu Yazid mengatakan,
‫الاله االانافعبدني‬
“Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”

Kata-kata yang keluar dari mulut Abu Yazid bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu diucapkannya
melalui diri Tuhan dalam ittihad yang dicapainya dengan Tuhan. Dengan fana’, Abu Yazid meninggalkan dirinya
dan pergi kehadirat Tuhan. Ke-fana’annya itu didapatkan oleh Abu Yazid dengan latihan-latihan yang berat.
2. Al-Junayd al-Baghdadi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junayd bin Muhammad al-Khazzaz al-
Nihawandi. Dia adalah putera seorang pedagang barang pecah belah dan keponakan Surri
al-Saqti serta teman akrab Haris al-Muhasibi. Dia meninggal di Baghdad pada tahun 297
H/910 M. Dia termasuk seorang tokoh sufi yang luar biasa, teguh dalam menjalankan
sari’at agama, sangat mendalam jiwa kesufiannya. Dia adalah seorang yang sangat faqih
(pengajar atau pemberi nasehat, saran atau pun ilmu), sering memberi fatwa sesuai
mashab yang dianutnya, mashab Abu Sauri: serta teman akrab Imam al-Shafi’i.
MEMAHAMI FANA’, BAQA’ DAN ITTIHAD DALAM PANDANGAN
AL-QUR’AN

Fana, Baqa dan Ittihad Menurut Alquran Faham fana dan baqa yang
ditujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi sebagai sejarah
dengan konsep liqa al-rabbi menemui Tuhan. Fana dan baqa merupakan
jalan menuju berjumpa dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah
yang berbunyi:

‫اد ِة َر ِبّ ٖ ٓه ا َ َح ًدا‬ ً ِ‫ع َمل ًا َصال‬


َ َ‫حا َّول َا يُ ْش ِر ْك ب ِِعب‬ َ َ‫َاني َ ْر ُج ْوا لِق‬
َ ‫اۤء َر ِبّ ٖه َفل ْيَ ْع َم ْل‬ َ ‫ف ََم ْن ك‬

Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka


hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepadanya. (QS. al-
Kahfi/18 : 110).”
Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat
Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagaimana supaya aku sampai kepada-Mu?” Tuhan
berfirman: tinggallah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru kamu kemari (bersatu). Ayat
dan riwayat tersebut memberi pentunjuk bahwa Allah Swt. telah memberi peluang
kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniah atau batiniah, yang
caranya antara lain dengan beramal saleh, dan beribadat semata-mata karena Allah,
menghilangkan sifatsifat dan akhlak yang buruk, menghilangkan kesadaran sebagai
manusia, meninggal dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat
Allah, yang kesemuanya ini tercakap dalam konsep fana dan baqa. Adanya konsep fana
dan baqa ini dapat dipahami dari isyarat yang terdapat dalam ayat sebagai berikut.

‫) َّو َي ۡب ٰقى َو ۡج ُه َر ِّب َك ُذو ۡال َج ٰل ِل َوااۡل ِ ۡك َر ِام‬26( ‫ان‬


ٍ ‫ُكل ُّ َم ۡن َعلَ ۡي َها َف‬
“Semua yang ada di dunia ini akan binasa. Yang tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemulian (QS. AlRahman, 55: 26-27).”
KESIMPULAN
fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan.
Sedangkan Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk
mencapai ma’rifat. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa
adalah berdirinya sifat-sifat terpuji. Adapun tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai
penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya
Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal. Dalam sejarah
tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa adalah Abu Yazid al-
Bustami. Ittihad adalah kondisi penyatuan hamba dengan tuhannya, setelah melalui peniadaan
diri, penyaksian, penemuan zat dengan rasa kenikmatan yang luar biasa, maka ini juga yang
disebut kebahagiaan yang tinggi atau kebahagiaan yang sempurna. Hulul diartikan sebagai
penyatuan hamba dengan tuhannya, setelah zatNya melebur kedalam tubuh hambaNya
Wihdatu al-wujud yaitu kesatuan dari dua wujud yang berbeda yaitu wujud pencipta atau
tuhan (al-khaliq) dan wujud ciptaan atau hamba (al makhluq). Wahdat al-wujud adalah
ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri,
tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian wahdat al-wujud
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai