q=BELAJAR+MEMBACA+PDF&rlz=1C1FKPE_id&oq=BELAJAR+MEMBACA+PDF&aqs=chrome..69i57j0l3j0i
22i30l6.13207j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://perjalananmarifattulah.wordpress.com/2013/10/12/rahasia-di-balik-rahasia/
https://mhmdraydi.rssing.com/chan-55084629/all_p14.html#c55084629a261?zx=814 BARU
https://www.tvtarekat.com/2020/11/nafas-nufus.html
DZIKIR NAFAS
– Mengenal Nafas
– Mengenal Asal usul nya Nafas
– Mengenal Datang nya Nafas
– Mengenal Reservoir Nafas
– Mengenal Puncak Kedatangnya Nafas
– Menghargai Nafas dengan Haqqul Yakin
– Melihat kedatangan Nafas dari Pandangan Ainul Yakin
– Tarbiyyah diri dengan Muttu Qablaan
tammutu [ hadits]
– Latih pergerakan ALLAH (memulangkan Zat, Sifat, Asma, Af’al ALLAH) Dengan Muraqabah
dan Musyahadah
Bila PERNAFASAN baik, maka akan baiklah perjalanan RUH dengan ROBBnya.
EMOSI amat mempengaruhi PERNAFASAN, baik ia dalam keadaan marah, “stress” atau
tenang.
apa gunanya sebatang JASAD walaupun ia seorang raja, seorang yang cantik dan kaya jika tidak
ada ROH dan NYAWA, maka akan di kebumikan dengan secepat mungkin (mayat namanya).
ROH dan KEROHANIAN amat penting dalam memahami pengertian hidup dan perjalanan
hidup ini .
Bagiamana mengenal turunnya dan naiknya NAFAS ini dari sebatang tubuh
yang tidak ada Hawl dan Quwwah..??
NAFAS adalah Al-Hayat yang datang dari Tuhan, NAFAS adalah RAHASIA ILAHI.
manakala para ahli “tenaga dalam” mengamalkan PERNAFASAN untuk mengaktifkan tenaga
ghaibnya sehingga dapat melakukan perkara dg kekuatan JASAD.
Kaum Sufi menamakannya sebagai NASMA yaitu gabungan antara RUH, JASMANI dan
JASAD.
Zikir NAFAS adalah lentera pengerak semua sistem ROHANI dan JASMANI.
Pecahan zikir ini ialah zikir NUFUS, zikir TANAFAS dan zikir ANFAS. ~> Keempat-empatnya
saling berkaitan diantara satu sama lain.
Bermula dari NAFAS itu karena ANFAS, Hidup ANFAS itu karena NUFUS,
Hidup NUFUS itu dengan RAHASIA
dan RAHASIA itulah merupakan DIRI RAHASIA ALLAH.
NUFUS, ANFAS dan TANAFAS itu adalah satu perkara yang ghaib ~> yang wujud tanpa dapat
dirasakan dan tak bisa dilihat seperti juga NAFAS.
Kurang etis jika membicarakan sesuatu yang tidak boleh dibuktikan dengan ILMU YAKIN,
ataupun AINUL YAKIN. Karena ini akan menimbulkan fitnah besar kepada pembicaranya
kelak.
Sudah menjadi ghalibnya manusia akan menolak sesuatu yang tidak tercapai oleh AKAL dan
ILMUnya, meskipun jalan paling baik adalah jika ia mendiamkan diri (tawakuf) disamping
belajar untuk memahaminya.
Kedudukan Sistem Bathin dan Spiritual ini bergerak dengan Kuasa Qudrat yang mutlak dan
hanya dapat dilihat dengan MATA HATI/ BASHIRAH oleh mereka yang telah HIDUP HATI
mereka secara zahir dan bathin.
Tanpa ILMU MATA HATI memang HATI tidak akan terbuka dan hidup, dan
tidak akan dapat memperhatikan
KEAJAIBAN HATI ini.
Kedudukan ANFAS ialah di HIDUNG.
ANFAS , NAFAS , TANAFAS dan NUFUS ini merupakan satu “kuasa” ataupun keadaan yang
keluar masuk (bergerak) dalam tubuh seseorang manusia.
sekali-kali INSAN tidak akan mengenal ROBB nya tanpa ILMU KALIMAH LA ILAHA
ILLALLAH.
Diantara keempat unsur ini, NAFASlah yang bisa dirasa dan disentuh serta mudah untuk
diyakini (kalau kita membicarakannya) karena setiap orang bisa merasakan dengan perasaan
zahir.
Justru itu dalam bab ini kita membicarakan Zikir NAFAS saja.
Ada ROH tapi tidak ada NAFAS, tidak akan bermanfaat ROH itu pada JASAD itu.
NAFAS yaitu angin yang keluar masuk dari lubang hidung dan mulut (dari luar tubuh ke dalam
tubuh).
Fungsi Oksigen (O²) ini ialah untuk memutarkan DARAH dalam JANTUNG, menyebabkan
NYAWA bergerak.
Oksigen (O²) itu dihirup dari luar yang diproses oleh tumbuh-tumbuhan dan alam seluruhnya.
Justru perawatan yang paling baik ialah membina motivasi seseorang pada kekuatan dalam tubuh
dg mendekatkan manusia itu dengan ROBBnya.
Zikir yang digabungkan dengan teknik pernafasan yang betul, atau disebut oleh ahli Tasawuf
sebagai ZIKIR NAFAS, akan memberi kesan yang hebat.
Imam Ghazali mengatakan ZIKIR yang dilakukan dengan cara menahan NAFAS akan
mempercepat proses PENSUCIAN HATI (membakar MAZMUMAH).
Pernafasan yang betul akan memaksimumkan penyerapan OKSIGEN (O²) yang amat penting
dalam kehidupan dan kesehatan manusia.
Kekurangan Oksigen (O²) menyebabkan seseorang mengalami berbagai penyakit seperti kanker,
gangguan saraf, leukemia dll.
Sebaiknya bagi Pemula Mata Dipejamkan, mulut tertutup rapat dan lidah sedikit ditekuk diatas
( langit-lagit).
Tarik NAFAS perlahan-lahan dan dalam-dalam, dada digembungkan, perut dikempeskan se-
kempes mungkin dan dikeraskan, agar energi yang dibangkitkan besar, dengan penuh perasaan,
Rasakan seolah – olah energi ILAHI masuk melalui pusat ( umbilicus ) naik keatas menembus
ubun-ubun sampai ke titik omega (titik tak berhingga).
> Penarikan Nafas harus dengan tertib dan juga *secara natural tanpa dipaksa
atau pun didesak,* sebab hal ini akan gagal menghasilkan satu proses yang mukammil.
> Lanjutkan terapi pernapasan dengan dada tetap digembungkan, dan perut tetap dikempeskan
dan dikeraskan.
Menarik NAFAS dengan membayangkan menghirup udara yang bersih dan sehat, lepaskan
napas dengan membayangkan membuang penyakit, racun dan udara kotor.
NAFAS ditahan agar proses biologis didalam paru-paru berlangsung sempurna, yaitu : oksigen
(O²) yang di udara diserap oleh paru-paru ( secara maximal ) dan udara kotor beracun ( CO2 )
dilepaskan ke-udara untuk kemudian di buang keluar saat melepaskan napas.
( Dengan bernapas biasa maka proses berlangsung tidak sempurna, karena belum sempat terjadi
pertukaran secara lengkap, udara sudah dikeluarkan lagi dari paru-paru ).
Ketika anda berNAFAS tepat pada tarikan Oksigen (O²), maka yang harus anda fokuskan ialah
lafadz “HU (Dia)”.
baru setelah hembusan NAFAS maka fokuskan pada lafadz “ALLAH”. begitu terus berulang-
ulang.
Perlu diingat,
bahwa pada lafadz “HU” harus benar-benar anda rasakan,
“HU” mengalir di pembuluh-pembuluh nadi dan menyebar ke segenap penjuru organ tubuh.
Pada lafadz “ALLAH” ketika dihembuskan, rasakan bahwa yang diluar tubuh anda tidak lepas
dari “Tangan-NYA”.
Jika anda ikhlas karena ALLAH semata , maka anda akan bertatapan dengan- NYA, tentunya
bukan dengan panca indera, tapi lebih dari itu.
Jika anda ingin tahu metode Zikir NAFAS Wali Songo yang lain (kecuali Raden Syarif
Hidayatullah/Sunan Gunung Jati) tinggal membalik “HU” pada Hembusan NAFAS, dan
“ALLAH” pada Tarikan NAFAS .
Waktu ingin melakukan zikir NAFAS kita wajib memulangkan Zat, Sifat, Af’al kita kepada Zat,
Sifat, Af’al ALLAH ~> yang berarti memulangkan segala wujud kita yang zahir kepada wujud
kita yang batin yaitu RUH
dan pulangkan wujud RUH pada hakikatnya Wujud Yang Qadim Zat ALLAH juga.
La maujud illaLlah
tiada yang ada di alam ini pada
hakikatnya melainkan ALLAH juga.
La hayun,
La muridun,
1) Mati Hissii
yaitu seolah-olah sudah bercerai RUH dari JASAD, tidak ada daya upaya walau sedikitpun juga,
pada hakikatnya hanya ALLAH yang berkuasa, kemudian dimusyahadahkan di dalam HATI
dengan menyaksikan kebesaran sifat JALAL dan JAMAL-NYA serta KESUCIAN-NYA.
Hendaklah melakukan MIRAJ artinya menaikkan NAFAS kita melalui alam “Qaba qawsain au
adna” yaitu
antara kening merasa penuh limpah dalam alam Qudus yaitu dalam benak kepala kita hingga
hilang segala ingatan yang lainnya.
Ini dinamakan mati ma’nawi yaitu hilang segala sesuatu didalam HATImu melainkan hanya
berhadapan pada ALLAH juga.
3) Mati dalam Hidup dan Hidup dalam kematian, inilah hakikat matilah kamu sebelum kamu di
matikan.
Mati segala usaha ikhtiar segala daya upaya diri kita, kita hanya mendirikan sembahyang dengan
melihat pada mata hati, dari ALLAH, dengan ALLAH dan untuk ALLAH.
Dari NAFAS yg menggerakkan JASAD dan pada hakikatnya, semua itu ALLAH juga yang
menggerakkan semuanya..
sebagaimana firmaNYA:
“Dan tiadalah yang melontar oleh engkau ya MUHAMMAD Sala Allahu Alaihi Wasalam –
ketika engkau melontar tetapi ALLAH yang melontarnya…”.
Pada pandangan dzahirnya perbuatan hamba, tetapi pada pandangan matahati perbuatan ALLAH
juga.
Zikir NAFAS adalah Ummul Zikir yang mampu memberi kekuatan Rohani
adalah Zikir Khafi, ini di jelaskan dalam beberapa hadits sohih.
Zikir NAFAS adalah sebagai NUR CAHAYA yang memancar keseluruh JIWA seorang
pengamal Zikir NAFAS , besar faedahnya untuk memecahkan kekentalan darah hitam yang
berada dihati yang dianggap sebagai istana Iblis itu.
Selagi istana Iblis tidak terpecah dan hancur musnah, NUR QALBI sebagai penyuluh lampu
Ma’rifat yang diharapkan itu tidak mungkin diperoleh.
NUR itu tidak akan bersinar menyuluh kegelapan dalam diri. Kalau pun ia menyala tetapi
cahayanya tidak terang
MAN ARAFA NAFSA FAQAD ARAFA RAB’BAH WAMAN ARAFA RAB’BAH FASADA
JASAD.
“Siapa yang mengenal dirinya, tentu dia mengenal ROBBnya dan siapa yang mengenal
ROBBnya, maka binasalah dirinya.”
Apabila RUH diturunkan ke bumi, RUH berhajat pada Sifat IFTIQAR ALLAH untuk berfungsi
di atas muka bumi ini..
Jika tidak ada Sifat IFTIQAR, RUH tidak berfungsi. Ini disebabkan karena RUH memiliki sifat
yang suci dan tinggi yang tidak ada pengetahuan dan kehendak terhadap alam yang rendah
(dunia).
Oleh karena itu diperlukan Sifat IFTIQAR untuk melaksanakan tugas sebagai KHALIFAH, di
kehidupannya dan dunia.
Sifat Qudrat,
Hayat,
Iradat,
Ilmu.
Sebelum RUH dimasukkan ke dalam JASAD, ALLAH melapisi RUH AL-QUDSI dengan
lapisan-lapisan sampai ke Alam “MULKIAH” yang disebut “QISWAH UNSURIAH” yaitu
Alam JABARUT,
Alam MALAKUT
Alam MULKI
karena kekuatan RUH AL-QUDSI dapat menghancurkan JASAD, sebagaimana cahaya matahari
yang dihalangi cahayanya dengan berbagai lapisan Ozone agar tidak terbakar bumi ini karena
kepanasannya.
1. QUDRAT (Kuasa)
yaitu dinyatakan pada (RUH JASMANI) dan diletakkan dalam JASAD.
RUH memerlukan JASAD untuk bergerak di atas muka bumi. (NASMA “fizikal”: kuasa batin
yang hebat).
2. ILMU (ilmu)
dinyatakan pada (RUH SULTANI) dan menjadi AKAL apabila digabungkan dgn unsur AIR dan
diletakkan pd OTAK.
RUH tidak akan dapat berfikir untuk kehidupan di dunia tanpa ILMU bangsa dunia. (AIR: akal –
ilham, laduni pandangan tajam hikmah).
3. HAYAT (hidup)
ia dinyatakan pada (RUH AL HAYAT) dan menjadi NAFAS apabila bergabung dgn UDARA.
Ruh memerlukan NAFAS untuk berhubung dgn NAFAS.
4. IRADAT (berkehendak)
ia dinyatakan pada (RUH SAIRANI RAWANI) dan menjadi NAFAS apabila digabungkan dgn
unsur API dan diletakkan di JANTUNG/ QALBU.
RUH adalah NUR CAHAYA yang tinggi yang dibalut dengan beberapa lapisan pakaian sebelum
di turunkan ke alam dunia ini agar JASAD tidak terbakar.
“Manusia itu rahasiaKU dan AKU adalah rahasia manusia.” (Hadits Qudsi)
Setiap RUH mempunyai tempat/ daerah ketika RUH berada dalam JASAD
Setiap INSAN wajib mengetahui bagaimana mengolah setiap lapisan tersebut agar tersingkap
baginya Rahasia.
Kenali dirimu dengan merenungkan kedalam dirimu, niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu
tanpa huruf, tanpa suara, tanpa dalil dan tanpa perantara.
Galillah Rahasia alam dirimu sendiri sehingga berjumpa dengan air dari alam Malakut, alam
Jabarut dan akhirnya Lahut, niscaya kamu akan dapat menyaksikan kembali bagaimana dirimu
berhimpun dan bertasbih di alam Lahut serta menyaksikan bagaimana dirimu bersaksi akan diri
KeTuhanan
sebagaimana firmannya:
”Adakah AKU Tuhan Kamu, (Ruh menjawab) Bahkan! Kami menyaksikan.” (QS. al-Araf:172)
Siapa yang sampai ke alam ini, ia mengambil ilmunya dari ALLAH tanpa perantara yaitu ilmu
LADUNI.
Di alam ini, ia beribadah dari ALLAH, dengan ALLAH dan untuk ALLAH. Pandangannya
senantiasa melihat pada 2 alam, melihat diriNya di alam zahir yaitu Af’al, Sifat dan Asma,
bermusyahadah dengan ZatNYA di alam lahut.
Adakala mereka itu FANA (lebur) penglihatan di alam ini ketika mentajallikan rahasiaNYA
sehingga tidak ada yang dilihat melainkan ALLAH swt.
Adakah Mengenal JASAD yang di kenali oleh semua orang kafir dan mushrik agar dengan itu
mereka bisa mengenal ROBB mereka?
Mempunyai senjata lengkap namun tidak mengenal maqam Musuh akan menempuh kekalahan.
Mengenal senjata dan musuh tetapi tidak ada tarbiyah dari orang yg mengenal perjalanan dan
kaidah juga akan binasa dalam kesesatan.
Siapa yang benar Mengenal Dirinya, akan binasalah dirinya, tenggelamlah ia dalam lautan
kefakiran, tenggelam ia dalam lautan ketiadaan ke-Aku-an.
Didalam Kitab Kasaful Asrar dinyatakan bahwa wujud INSAN adalah bayang-bayang kepada
wujud Tuhan.
Tidak akan wujud bayang-bayang ini jika tidak ada yang empunya bayang-bayang, tidak
bergerak bayan-bayang melainkan bergeraknya tuan empunya bayang-bayang.
Apabila kamu memandang diri kamu, memandang kewujudan dirimu, maka kamu wajib
memahami bahwa kamu ada pemiliknya.
Wujud kamu menyatakan wujud diri-NYA. DIA ghaib dan kamu nyata,
DIA hakikat dan kamu syariat,
DIA adalah wujud dan kamu adalah bayang bagi wujud-NYA.
Semoga HATI kita tidak dibutakan sama sekali, sehingga tidak mengenal Diri-NYA, yang
meskipun Al-Ghaib tetapi sangat dekat sekali, bahkan lebih dekat DIA bila dibandingkan dengan
urat nadi yang ada di lehernya sendiri.
Itu Berarti lebih dekat DIA meskipun dibandingkan dengan keluar masuknya NAFAS dalam
dada.
“Barang siapa yang hidupnya sekarang ini (di dunia) buta (mata hatinya tidak mengetahui
keberadaan Diri Tuhannya yang dekat sekali dan Wajib Wujud-Nya), maka kelak di akhirat juga
akan lebih buta dan lebih sesat jalannya.” (Al-Isra:72)
Hendaklah anda ketahui bahwa segala apapun juga yang terjadi di alam ini pada hakekatnya
adalah Af’al (perbuatan) ALLAH s.w.t. yang terjadi di alam ini dapat digolongkan pada 2
golongan.
1) Baik pada bentuk (rupa) dan isi (hakekatnya) seperti iman dan taat.
2) Buruk pada bentuk (rupa) namun baik pada pengertian isi (hakekat) seperti kufur dan maksiat.
Dikatakan ini buruk pada bentuk karena adanya ketentuan hukum/syarak yang mengatakan
demikian.
Dikatakan baik pada pengertian isi (hakikat) karena hal itu adalah sutu ketentuan dan perbuatan
dari pada Allah Yang Maha Baik.
Maka “kaifiat” cara untuk melakukan pandangan (syuhud/musyahadah) sebagaimana
dimaksudkan diatas ialah:
“Setiap apapun yang disaksikan oleh mata hendaklah ditanggapi oleh hati bahwa semua itu
adalah Af’al (perbuatan) dari ALLAH s.w.t.”
Bila ada sementara anggapan tentang ikut sertakan “yang lain dari pada ALLAH” di dalam
proses kejadian sesuatu, maka hal tersebut tidak lain hanya dalam pengertian majazi (bayangan)
bukan menurut pengertian hakiki.
Misalnya
si A bekerja untuk mencari makan atau memberi makan anak-anaknya maka si A tergolong
dalam pengertian “yang lain dari pada ALLAH” dan juga dapat dianggap “ikut serta dalam
proses memberi makan anaknya.
Fungsi si A dalam keterlibatan ini hanya majaz (bayangan) saja, bukan dalam arti hakiki. Karena
menurut pengerti hakiki yang memberi makan dan minum pada hakikatnya ialah ALLAH,
“Dialah (ALLAH) yang memberi makan dan minum kepada saya.” (As-Syu’ara ayat 79.)
Segala macam perbuatan (sikap laku) apakah perbuatan diri sendiri ataupun perbuatan yang
terjadi di luar dirinya, adalah termasuk dalam 2 macam pengertian.
ini dinamakan MUBASYARAH (terpadu) karena adanya “perpaduan” dua kemampuan Qudrat
yaitu kemampuan kodrat gerak tangan kemampuan kodrat gerak pena.
Bagaimana kita dapat memahami gerak Qudrat ALLAH dan bagaimana kita dapat bersyuhud
dengan Qudrat ALLAH dalam setiap keadaan.
Hal ini dinamakan TAWALLUD (terlahir) karena lahirnya gerakan batu yang dilemparkan itu
adalah kemampuan kodrat gerakan tangan.
Namun pada hakekatnya, kedua macam pengertian itu (Mubasyarah dan Tawallud) adalah Af’al
ALLAH s.w.t., didasarkan kepada dalil nas AL-QUR’AN:
Apa-apa juga yang dilakukan oleh hamba, perkataan, tingkah laku, gerak dan diam, namun
semua itu sudah lebih dahulu pada Ilmu, Qoda dan Qadar/Takdir ALLAH s.w.t.
Atas dasar pandangan (musyahadah) inilah, maka Nabi s.a.w. tidak mendoakan kehancuran bagi
kaumnya yang telah menyakiti beliau.
Apabila anda selalu atas pandang (musyahadah) Tauhidul-Af’al dengan penuh yakin (tahkik)
maka terlepaslah anda dari pada penyakit dan bahaya syirik-khofi sebagaimana tersebut di atas.
Sehingga akhirnya anda akan dapat menyaksikan dengan jelas bahwa segala yang berupa UJUD
MAJAZI (ujud bayangan) ini, lenyap dan hilang sirna, dengan NYATANYA NUR
UJUDULLAH yang hakiki.
Apabila secara terus menerus anda latih dengan pandangan musyahadah demikian, sedikit demi
sedikit dengan tidak tercampur baur antara pandangan lahir dan pandangan batin, maka
sampailah anda pada suatu makom (tingkatan) yang di namakan MAQOM WIHDATUL AF’AL.
Pada tingkatan ini berarti FANA (lenyap) segala perbuatan makhluk, perbuatan anda sendiri atau
perbuatan yang lain dari anda karena “nyatanya” perbuatan ALLAH Yang Maha Hebat.Tauhidul
Asma (Ke-Esa’an Nama ALLAH s.w.t.)
Kafiat (cara-cara) memusyahadahkan tentang keEsaan nama-nama ALLAH s.w.t. adalah sebagai
berikut:
“Pandang dengan mata kepala kita lalu syuhud (pandang) dengan mata hati, bahwa segala nama
apapun juga pada hakikatnya kembali kepada sumbernya ialah nama ALLAH s.w.t.”
Alasanya ialah, bahwa nama apapun juga yang ada di dalam alam ini tentu ada yang memberi
nama (ujud musamma).
Dalam arti hakiki sudah jelas bahwa “tidak ada yang maujud/diadakan kecuali ALLAH .”
“Tiap sesuatu itu “halikun” (maujudnya) bukan di atas wujud yang sebenar benarnya) kecuali
(setiap sesuatu itu) wajah ALLAH semata-mata.” (28:20:88)
Segala yang maujud (yang diadakan) pada hakikatnya hanyalah khayalan (kosong) atau waham
(sangkaan) saja, bila dinisbahkan (dibandingkan) dengan UJUD ALLAH.
Contoh
sekeping kaca yang tembus warnanya, lalu diwarnakan dengan bermacam-macam warna.
Kemudian diletakkan di bawah cahaya matahari, tentu akan terlihat beraneka warna pada bumi
sebagaimana warna yang tercantum pada kaca tadi.
Disitu dapat terlihat jelas bahwa cahaya matahari tidak terpisah cerai dengan zat matahari sendiri
dan tidak pula berpindah cahaya matahari itu tadi. Adanya bermacam warna pada bumi
menunjukkan keEsa’an matahari.
Maha suci ALLAH dari contoh dan misal, maka pahamilah dengan kata-kata yang baik dan
sempurna, semoga anda dapat memahaminya dengan kasih sayang ALLAH s.w.t. dan dapat
sesuai dengan maksud yang sebenarnya.
Andai kata telah berhasil pada maqom (tingkatan) ini lalu kemudian TAJALLI HAK TA’ALA
(nampak nyata kebenaran ALLAH Ta’ala) bagi kita dari celah-celah dinding mazhar (kenyataan)
ini dengan 2 macam nama (isim) maka semua yang berupa mashar tersebut lenyap sirna didalam
keEsa’an (ahadiyat) ALLAH s.w.t.
Apabila TAJALLI ALLAH TA’ALA (nampak nyata) dengan asmaNYA/ nama-namaNYA
ZHOHIRUN terhadap hambaNYA, niscaya si hamba itu akan dapat melihat bahwa segala akwan
(kejadian) semua ini adalah KEBENARAN ALLAH, sepanjang pengertian bahwa zohir akwan
itu adalah dengan ZOHIRNYA ALLAH.
Berdirinya akwan itu dengan nyatanya qoyyumiyahNYA (sifat qiyamuhu ta’ala binafsi)
Berdiri ALLAH dengan sendirinya dan KEKALNYA ALLAH s.w.t. karena tidak akan mungkin
bagi akwan ini ada dengan sendirinya. Dan tidak akan mampu si hamba membedakan satu
persatu segala akwan ini.
Jelasnya hanya pada suatu pengertian bahwa makhluk ini hanya sekedar mazhar/sandaran
semata-mata. Si hamba dapat memandang (musyahadah) bahwa ALLAH adalah hakikat segala
sesuatu sebagaimana yang difirmankan oleh ALLAH didalam AL-QUR’AN:
Maksudnya,
kemanapun dan dimanapun AKAL, HATI dan ROH ini berhadapan maka di sanalah adanya
ALLAH s.w.t.
Makom Tauhidul Asma ini merupakan makom yang kedua dari makom orang-orang Arifin yang
dianugerahkan ALLAH Ta’ala kepada orang yang salik atau kepada orang lain seperti orang
yang majzub.
Makam inilah merupakan Natijah yaitu faedah yang diperoleh dan juga merupakan lanjutan
makom yang pertama, makom bagi orang yang senantiasa memandang wahdatul Af’al. Makom
Tauhidul Asma inilah yang menyampaikan anda kepada makom yang seterusnya yaitu “Tauhidul
Sifat” makom yang ketiga dari orang-orang A’rif.
ILMU Kalimah yang menyampaikan ke Maqam ini harus di praktekkan dengan Ammali Tauhid
Fi Siffat.
Bab yang ketiga ini menerangkan tauhidus sifat yang bermaksud meng-esakan ALLAH Taala
pada sifat yang berdiri pada zat-NYA:
yaitu memfanakan segala sifat makhluk sama ada sifat dirinya atau yang lain, di dalam sifat-sifat
ALLAH .
Kaifiatnya ialah anda memandang dan musyahadah dengan mata hati dan beriktikad bahwa
segala sifat yang berdiri pada zat-NYA seperti semuanya itu sifat-sifat ALLAH Taala.
Karena tidak ada zat yang bersifat dengan sifat-sifat tersebut pada hakikatnya melainkan Zat
ALLAH Taala juga.
Di adakan sifat-sifat ini pada makhluk, sekadar pinjaman (majaz) dan bukan pada hakikatnya.
Cuma sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat ALLAH Taala juga.
Apabila sudah Tahkik pandanganmu dengan keadaan demikian, niscaya segala sifat makhluk
FANA dalam sifat-sifat ALLAH Taala,
Dalil yang menunjukkan bahwa hamba tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dan yang ada pada
hamba itu muzhar sifat-sifat ALLAH Taala ialah sebagaimana firman Allah Taala, dalam hadis
Qudsi:
”Tidak menghampiri orang-orang yang menghampiri diri-KU umpama mengerjakan apa yang
AKU fardukan ke atas mereka dan senantiasalah hamba-KU berdamping diri kepada-KU dengan
mengerjakan ibadat sunat hingga AKU kasihan dia. Maka apabila AKU kasihan dia, niscaya
adalah AKU pendengarannya yang ia mendengar dengan DIA, pertuturan lidahnya yang ia
bertutur dengan DIA, penampar tangan yang ia menampar dengan DIA, berjalan kakinya yang ia
berjalan dengan DIA, dan fikiran hatinya yang ia berfikir dengan DIA.”
Kaifiat mentajalli sifat ALLAH Taala ialah memandang hak Taala, bahwa hamba yang
mendengar itu dengan ALLAH Taala, maka segala keadaan yang didengar oleh hamba fana
bersama diri-NYA.
Apabila telah tetap mentajalli sifat mendengar itu dalam HATI, maka akan melihat sifat yang
lain pula sehingga habis satu persatu seperti sifat Basar, Kalam, Ilmu dan Iradat.
Anda juga akan melihat hamba itu tidak melihat dirinya bersifat demikian yang hanya menerima
daripada sifat-sifat ALLAH Taala jua.
Apabila semua sifat yang lain terhapus, maka tajalli pula sifat-sifat ALLAH Taala ke atas kita
dan kita akan melihat, hamba itu yang bersifat Haiyun (hidup).
Apabila sifat Hayat itu Fana dari diri, ternyatalah bahwa tidak ada yang hidup melainkan
ALLAH Taala.
Apabila anda telah berhasil memperoleh makam fana, ketika itu jadilah kita baqa bisifatillah
(kekal dengan sifat-sifat ALLAH ). Ketika itu juga, kita memperoleh kemenangan kerana dapat
mengenal-NYA dengan pengenalan yang layak dan sempurna.
Oleh karena itu jadilah kita ketika itu fana fisifatillah (terhapus dalam sifat-sifat ALLAH ) dan
baqa bisifatillah.
Ketika itu juga, ALLAH Ta’ala akan memberitahu kepada kita segala rahasia sifat-NYA yang
mulia.
Kesimpulannya,
makam tauhidus sifat inilah makam yang tetap dan teguh.
Apabila sudah habis mentajallikan semua sifat itu di dalam HATI, maka dianugerahkan oleh
ALLAH Ta’ala kepadanya pada saat itu kekuatan yang dapat menanggung Tajalli Zat jika
dikehendakiNYA.
Makam inilah yang akan menyampaikan orang yang Arif itu kepada makam yang di atasnya
yaitu makam Tauhiduz Zat, makam yang keempat dari semua makam orang-orang Arif.
Kafiat mengesakan ALLAH Taala pada zat itu ialah melihat dengan mata kepala dan mata hati,
sesungguhnya tidak ada yang maujud dalam wujud ini hanya ALLAH Taala saja.
Cara ini dilakukan dengan menfana’kan kesemua zat kita dan zat yang lain dari zat kita (segala
makhluk) di bawah Zat ALLAH Taala.
Atau dengan kata lain, tidak ada yang maujud melainkan ALLAH Taala sendiri yang wujud dan
wujud yang lain selain ALLAH Taala.
Oleh karena itu wujud yang lain dari ALLAH Taala itu adalah khayalan berlaka.
Ini berarti ia ditempatkan pada yang sudah maklum yaitu pada tempat yang diadakan dan waham
(sangkaan dan batal) yang dinisbahkan kepada wujud ALLAH Taala.
Maksudnya,
yang dibunuh adalah WATAK Aku-nya NAFSU, supaya si nafsu menjadi patuh dan tunduk
mengikut HATI NURANI, RUH dan RASA dekat kepada-NYA.
Melahirkan manusia yang hanya (mempunyai) ILMU semata-mata tanpa disertakan kebersihan
rohani akan membawa kepada ke-egoan dan perdebatan yang tidak ada habis²nya.
1) Nafsu AMARAH.
Letaknya di dada agak sebelah kiri.
Tentaranya : senang berlebihan, dengki, dendam, iri hati, sombong, riya, takabbur, suka marah,
dan akhirnya tidak mengenal Tuhannya.
(Yusuf:53)
”Sesungguhnya Nafs (manusia) menyuruh berbuat kejahatan rendah.”
2) Nafsu LAWAMAH
Nafsu LAWAMAH, letaknya di dalam HATI SANUBARI, di bawah susu yang kiri kira-kira 2
jari.
Tentaranya: Ujub, senang di puji, memuji diri, menunjuk, khianat, menganiaya, bohong.
3) Nafsu MULHIMAH.
Tempatnya kira-kira 2 jari ke arah susu yang kanan dari tengah dada.
Tentaranya : suka memberi, sederhana, menerima apa adanya, belas kasih, lemah lembut,
merendah diri, taubat, sabar dan tahan menghadapi kesulitan serta siap menanggung betapa
beratnya melaksanakan kewajiban.
ALLAH menyebut JIWA ini di dalam AL-QUR’AN surah Al-Syam ayat 7-8,
”Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah).Lalu diilhamkan (Allah) kepadanya
mana yang buruk dan mana yang baiknya.”
4) Nafsu MUTHMAINNAH.
Tempatnya dalam RASA kira-kira 2 jari ke arah susu kiri dari tengah dada.
Tentaranya: Senang sedekah, tawakkal, senag ibadah, senang bersukur kepada Tuhan, ridha
kepada hukum dan ketentuan ALLAH dan takut pada ALLAH.
ALLAH menyebut JIWA ini di alam AL-QUR’AN surah Al-Fajr ayat 27,
5) Nafsu RADHIYAH.
Tempatnya dalam RASA, dalam HATI NURANI dan seluruh JASAD.
Tentaranya: pribadi yang mulia, zuhud, ikhlas, wara, ridha, menepati janji.
ALLAH menyebut JIWA ini di dalam AL-QUR’AN surah Al-Fajr ayat 28,
6)Nafsu MARDHIYAH.
Tempatnya di alam yang samar, mengarah kira-kira 2 jari ke tengah dada.
Tentaranya: Baik budi pekerti, bersih dari segala dosa makhluk, rela membantu kesusahan
makhluk, senang mengajak dan memberi pandangan kepada RUHnya makhluk.
ALLAH menyebut JIWA ini di dalam AL-QUR’AN surah Al-Fajr ayat 28,
“Dan di RidhaiNYA.”
7) Nafsu KAMILAH.
Letaknya mengarah ke dalam dada yang paling dalam.
ALLAH menyebut JIWA ini di dalam AL-QUR’AN surah Al-Fajr ayat 29-30,
Adapun zikir TANAFAS itu adalah tetap diam dengan "ALLAH HU" letaknya di tengah-
tengah antara dua telinga, dinamakan HAKEKAT ISRAFIL
.
Adapun zikir NUFUS adalah ketika naik HU dan ketika turun adalah "ALLAH"
letaknya di dalam JANTUNG
.
DIRI NUFUS ini dikenal dengan USMAN dan perkerjaanya dikenal sebagai ALI
.
Sabda Nabi SAW :
"Barangsiapa keluar masuk nafas dengan tiada zikir, maka sia-sialah ia"
Sabda Nabi SAW :
"Barangsiapa keluar masuk nafas dengan tiada zikir, maka sia-sialah ia"
TURUN NAIK NAFAS
"Jika Asma Allah diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir (mengingat) lisan, namun
jika Nama Allah diingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima
juta ucapan-ucapan (dzikir) lisan, itulah dzikir hati atau dzikir sirr
.
Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua terhubung ke jantung, Jika Nama Allah
diucapkan bahkan sekali saja (dengan hati) maka semua yang mengalir mengucapkan juga
.
Rasulullah SAW bersabda : "Wahai Abu Dzarr, Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan"
Abu Dzarr bertanya : "Apa itu khamilan?"
Sabda Rasul : "Khafi (dalam hati)"
.
Tahap pertama zikir adalah zikir Lisan, Kemudian zikir Kalbu yang cenderung diupayakan dan
dipaksakan, Selanjutnya zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan,
Serta
yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu
sendiri
.
Inilah rahasia dari sabda Nabi SAW :
"Siapa ingin bersenang-senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah"
.
Tanda bahwa sebuah zikir sampai pada Sirr (nurani yang terdalam yang menjadi tempat
cahaya
penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi
.
Zikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya, Tandanya,
apabila engkau meninggalkan zikir tersebut ia takkan meninggalkanmu
.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar
kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu), Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu
dan seluruh organ tubuhmu
sehingga seolah-olah tertarik oleh rantai
.
Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup, Namun engkau
menyaksikan cahayanya selalu naik turun
---------------
Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah ('Arsy) beserta
seluruh isinya ikut berzikir bersamamu
---------------
Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang-orang yang
memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu
---------------
Bila engkau berzikir dengan sirmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir
tersebut bersambung dengan Dzat-Nya
.
Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq as berkata : "Para malaikat tidak mencatat amal shalih
seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya,
Maka ketika Allah berfirman :
"Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)",
tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-
Nya kecuali Allah Ta'ala sendiri" 58)
.
Didalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat
pencatat amal".
(Al-Hadits)
.
Bila sang hamba mampu melanggengkan Zikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir
dan Alam Batin merupakan pengejewantahandari nama-nama-Nya maka ia akan merasakan
kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-
Nya
.
DZIKIR YANG MENEMBUS JABARUT
Ilmu Nafas sering disebut dengan Ilmu Dzikir Nafas, Yaitu Pernafasan Dengan
Mengucapkan
Dzikir "HUUU ALLAH",
Adapun Proses Dzikir Tersebut Yang Diikuti Dengan Irama Naik dan Turunnya Nafas,
Karena dengan Dzikir Nafas kita Akan Selalu Mengerti Dalam Diri kita Mempunyai
Keyakinan dan Keimanan Yang Haqiqi Yang Selalu Kembali Kepada Allah dan Hanya
Untuk Allah Semata-Mata
---------------
Nafas adalah kembaran Ruh,
Ruh adalah Hakikat dan Nafas adalah Syariatnya di Alam ini,
Makanya Ruh diibaratkan Kapal dan Ombak bagaikan Nafas,
Jika Ombak tenang Maka tenanglah Perjalanan Kapal, begitu juga dengan Ruh,
Jika Nafas seorang Tenang, Maka ia memberi Kesan pada Ruhnya, Oleh sebab itu
apabila Pernafasan itu baik dan benar Maka akan baik pulalah Perjalanan Ruh
dengan Tuhannya
---------------
Ilmu Nafas bukanlah hal yang baru dan sebenarnya sudah ada sejak Zaman
Rasulullah SAW dan diajarkan kepada para sahabat dan para pengikutnya untuk
"Tidaklah anda yang melempar ( Hai muhammad ) tetapi Allah lah yang melempar
ketika anda melempar"
---------------
Dzikir Nafas memiliki rangkaian tersendiri dan terbagi menjadi 4 bagian Yaitu :
Dzikir Nafas, Nupus, Tanapas dan Ampas,
Keempat perkara tersebut berkaitan diantara satu sama lainnya
---------------
Pertama Hidup Nafas Itu Karena Ampas,
Dan Hidup Ampas Itu Karena Nupus, Manakala Hidup Nupus Itu Dengan Rahasia dan
Rahasia Itulah Yang Merupakan Rahasia Allah,
Nupus, Ampas dan Tanapas itu Adalah Satu Perkara Yang Ghaib, Nafas Tidak Dapat
Dirasa, Diraba Serta Dilihat Wujudnya
---------------
Sabda Rasulullah SAW :
"Nafas Itu Suatu Jauhar Yang Masuk dan Keluar dari Badan, Sehingga Apabila
Menjadi Kurang Ilmu Kepadanya, Maka Yaitu Jahil Namanya, Tiada Mulia Kepada
Allah Ta'ala Pada Hari Kiamat, Didalam Kubur dan Didalam titian Sirat al-Mustaqim,
Karena Sesungguhnya Anfas Tiada Masuk Kedalam Tubuh dan Tanaffas Itu Tidak
Keluar Daripada Badan".
---------------
Sedang Nafas itu masuk dan keluar dari pada Badan.
"Dinaikkan Tanafas hingga ditempatkannya dengan Sempurna di Nufus dengan
Melihat Pada Mata hati itu dari Allah dengan Allah dan untuk Allah
---------------
Allah Mengerakkan Rohani dari Rohani Menggerakkan Al-Hayat, dari Al-hayat
Mengerakkan Nafas, dari Nafas Mengerakkan Jasad dan pada Hakekatnya Allah
yang Mengerakkan Sekalian Yang Ada.
---------------
Dzikir Nafas adalah Nur yang memancar keseluruh Jiwa bagi pengamalnya dan
besar akan Manfaatnya, dengan melakukan Dzikir Nafas akan menghancurkan
kebekuan darah hitam yang berada dihati yang dianggap sebagai istana iblis, dan
selagi istana Iblis tidak terpecah dan hancur musnah Nur Qalbi sebagai penyuluh
lampu marifat yang diharapkan itu tidak mungkin tercapai,
Imam Ghazali mengatakan :
"Dzikir Yang Dilakukan Dengan Cara Menahan Nafas akan Mempercepatkan Proses
Penyucian Hati "
---------------
Zikir Nafas menghubungkan Hayat Qalbu kita kepada Alam Roh, Nafas datang dan
pergi kepada Allah setiap saat dan setiap Nafas yang tidak berdzikir maka Nafas itu
tidak akan membawa manfaat kepada Qalbu dan Roh kita, yang pada umumnya
Manusia tidak sadar bahwa hidup dia di kuasai penuh oleh pengedaran Nafas keluar
dan masuk dari Allah tanpa Dzikir Nafas ia tidak akan memperolehi barakah dan
nikmaat dari Allah,
Sebagaimana Rasulullah SAW Bersabda :
"Barang Siapa Keluar Masuk Nafas Tanpa Dzikir Allah Maka Sia-Sialah Ia".
---------------
Adapun mengetahui Ilmu Nafas untuk memperteguh Keyakinan dan Keimanan akan
adanya Kebesaran Allah, namun disamping itu ada manfaat lain bagi seorang
hamba yang mengharap akan suatu keberkahan, Maunah bagi kehidupan sehari-
hari
---------------
Ilmu Dzikir Nafas pada zaman dahulu dipelajari dan diamalkan oleh para Nabi dan
para Wali, suatu Keilmuan yang mengarah Ketauhid atau Menyingkap Jati Diri, kita
harus Meningkatkan ketaatan Ibadah terhadap Tuhan dan dibarengi dengan Ilmu
Agama, Karena Ilmu Agama adalah Ilmu yang akan menyelamatkan diri kita dalam
kehidupan di Dunia maupun di Akhirat kelak
---------------
Keilmuan Dzikir Nafas akan menunjukkan pada anda, bagaimana caranya
mengatasi berbagai masalah yang mengintai dalam kehidupan serta memuat
berbagai alternatif solusinya, rahasia ilmu ini masih banyak hikmah dan manfaat
lainnya dan akan sangat bermanfaat pada orang-orang beristiqomah dalam
mengamalkan suatu ilmu
---------------
BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM ALLAMUMMA KUN HU SIRRULLAH, HU ALLAH MENJADI
RASA, RASA SIRR TA 'AZZAZTU BIROBBIL 'IZZATIWAL JABARUUT, WA TAWAKKALTU
'ALAL HAYYIL LADZII LAA YAMUUT, SYAAHATIL WUJUUH, WA'AMATIL ABSHOORU,
TAWAKKALTU 'ALAL WAAHIDIL QOHHAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA
BILLAAHIL 'ALIYYIL 'AZHIIM
.
Dibaca selama 7 hari dimulai pada hari senin, khasiatnya tergantung niat
sipengamalnya untuk apa
DZIKIR NAFAS
Dzikir Nafas yang Khusyuk adalah media untuk memasuki beberapa lapis dari
dimensi Alam Ruhani, Dzikir yang dikerjakan seperti layaknya Mi'raj yang pernah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW,
Kita berusaha merasakan kehadiran Allah dalam Diri dan menghadap-Nya, Jika di
Dunia saja kita tidak pernah merasakan kedalaman batin semacam ini, bagaimana
mungkin berkesempatan melihat Wajah-Nya di Alam Akhirat, Mari Menggali potensi
dan daya ruhani kita selagi ada kesempatan
.
Rasulullah SAW bersabda :
"Kalian akan melihat Tuhan kalian, seperti kalian melihat bulan pada malam
purnama"
(HR. Al-Bukhari)
.
Allah memiliki Surga yang di dalamnya tidak ada bidadari dan istana, tanpa madu
dan susu, Kenikmatan di Surga itu hanya satu, yaitu Melihat Dzat Allah
Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT,
"Wajah-wajah (orang-orang Mu’min) pada hari itu berseri-seri, Kepada TuhanNyalah
mereka melihat".
(QS. Al-Qiyamah : 22-23)
.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan :
"Andaikan malaikat dan jasmani memaksa masuk ke alam ini (Alam Lahut) yakni
segala sesuatu selain Ruh Al-Qudsi, maka keduanya pasti akan terbakar"
.
Hadis Qudsi :
"Seandainya dibuka kesucian wajah-Ku yang Mulia maka pastilah terbakar segala
sesuatu sejauh 'Mata-Ku' memandang".
(HR. Muslim)
.
Sebagaimana juga yang diungkapkan Jibril AS :
"Andaikan Aku Mendekat, Pastilah Aku Terbakar"
.
"Barang Siapa Mengenal Dirinya, Maka Dia Akan Mengenal Sifatnya,
Barang Siapa Mengenal Sifatnya, Maka Dia Akan Mengenal Nafasnya,
Barang Siapa Mengenal Nafasnya, Maka Dia Akan Mengenal Hatinya,
Dan Barang Siapa Mengenal Hatinya, Maka Dia Akan Mengenal Rasanya,
Dan Barang Siapa Mengenal Rasanya, Maka Dia Akan Mengenal Rahasianya
.
Arifbillah selalu berkata tentang RAHASIA, rahasia itu ialah AKAL, AKAL itu adalah
DIRI, Pada DIRI itulah bermula Segala-Galanya, DIRI itulah Yang Mengenal Allah, DIRI
itulah Yang Ingat, Yang Takut, Yang Harap, Yang Taat, Yang Ikhlas, Yang Cinta, Yang
Rindu.
Tapi Diri itu jugalah Yang Lupa, Yang Jahil, Yang Ingkar, Yang Zalim, Yang Riya, Yang
Ujub,
.
Apakah yang membedakan suatu diri dengan diri yg lain itu?,,, Bedanya pada
pengenalan, dan sedalam mana pengenalan itu?,,,
Kata Arifbillah "pengenalan itulah bermulanya keislaman"
Hanya yang benar-benar kenal dan menyerah-lah yang mengenalnya, Maka apakah
yang menghalang manusia dari menyerah?,,, Apa yang tidak benar dengan AKAL
fikirannya, sehingga dia sanggup menggadaikan Kebahagian Abadi buat DIRInya?,,,
Apakah yang menjadi HIJAB kepadanya?,,,
Jawab arifbillah : karena ILMUnya telah rusak, dirusakkan oleh pemikiran sekuler,
yang dirasuk-kan sebagai ilmu yang sebenar, yang datang sebagai teori dan
andaian dalam berbagai-bagai disiplin ilmu
Ilmu itu bukanlah sebenarnya ilmu, karena ia menjadi hijab antara diri dengan
HAKIKATNYA, Pendidikan moderen telah menjadikan mereka buta akan hakikat yang
sebenar, mereka tidak lagi kenal hakikat yang mendasari Pandangan Alam
.
Maka sebab itulah arifbillah merumuskan kembali ilmu hakikat itu dalam
Prolegomena to The Metaphysics of Islam, dengan harapan mereka yang mau
mendapat petunjuk akan berusaha mempelajari dan memahaminya, Mudah-
mudahan mereka akan kembali menemui diri sendiri
.
kata hadist,
AWALUDDIN MA'RIFATULLAH :
"Awal Agama Mengenal Allah"
.
Mengenal diri sekaligus Mengenal Allah, berlakunya sembah kepada Allah atas
kenal, kalau tidak kenal maka itu cuma hayalan belaka
.
MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARAFA RABBAHU :
"Barang siapa mengenal dirinya maka akan kenal pada tuhanNya"
.
INNALILLAH :
"Sesungguhnya kita berasal dari Allah"
WA ILAIHI ROJIUN :
"Akan kembali kepada Allah"
.
Pembuktian sesungguhnya kita berasal dari Allah, kata Allah dalam hadist qudsi :
"AKU ADALAH PERBENDAHARAAN YANG TERSEMBUNYI, AKU INGIN DIKENAL MAKA
KUCIPTAKAN MAHLUK (Adam) DAN SEGALA ALAM BESERTA ISINYA"
.
Kata Allah : "AKU INGIN MELIHAT DIRI DILUAR DIRIKU"
.
Sebenarnya sebelum ada langit dan bumi, sebelum ada syurga dan neraka, dan
juga sebelum ada Makhluk, dan Allah pun belum dikenal sudah adakah kita,?.... Dan
adanya kita dimana,?
Jawab :
ADANYA KITA SEMUA YAITU DI DALAM PERBENDAHARAAN ALLAH (di dalam kunhi
dzat Allah)
.
Sedangkan Allah masih seorang diri, apakah Ruh kita sudah ada,?....
Apakah sama usia Allah dengan Ruh kita,?.... Sama-Sama Tiada Awal Tiada Akhir
.
Kata Allah :
"WAHAI SEGALA PERBENDAHARAAN RUH MANUSIA, AKU INGIN MENCIPTAKAN ALAM,
PERHATIKAN DAN SEBUT KUN SECARA BERSAMA-SAMA"
.
1. KUN : jadilah tujuh lapis bumi dan isinya serta tumbuh-tumbuhan, dan binatang
di darat dan dilaut
2. KUN : jadilah tujuh lapis langit dan planet serta tata surya dan gugusan bintang
.
3. KUN : jadilah Syurga
.
4. KUN : jadilah Neraka
.
5. KUN : jadilah Malaikat
.
6. KUN : jadilah Jin
.
7. KUN : jadilah Iblis, maka sudah tujuh kali kun
.
Kesemunya tersebut kata Allah adalah berdiri sendiri dengan nyawa masing-
masing, kesemuanya aku yang mengendalikanNya yang sudah diberi tugas sesuai
perjanjian dalam bahasa ilmu
"AR-RUH NUR MUHAMMAD"
.
Sekarang kata Allah, aku ingin melihat diriku diluar diriku, dan aku mau
menciptakan Adam
.
WAHALAQTA ADAMA KASURATIHI :
kuciptakan Adam seperti rupaku kata Allah, atau seperti bentukKu, atau seperti aku
kata Allah
.
Allah memerintahkan Jibril untuk mengambil TANAH-AIR-ANGIN-API, dipertengahan
dunia di negeri mekkah, dimana nanti dibangun ka'bah baitullah oleh Nabi Ibrahim
.
Proses penciptaan Adam, kata Allah "AKAN KUBUAT ADAM SEPERTI UJUDKU" baiklah
kata Malaikat
.
Setelah Adam dibentuk persis Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala meniupkan Ruh kepada
Adam lalu Adam bersin, apa gerangan yang terjadi,?
Adam cuma bisa bernapas saja, nama napasnya idhofi,
WAHAI JIBRAIL, AKU SUDAH BISA MELIHAT DIRIKU DILUAR DIRIKU,
dan Allah Ta'ala pun sangat senang sekali
.
Walaupun sudah hidup namun Adam masih belum bisa berjalan dan bergerak,
berkata, belum bisa mendengar dan merasa, alias Adam masih kaku
.
HAI JIBRAIL BAGAIMANA INI,?.... ADAM MASIH TAK BISA APA-APA
Sekarang kata Allah: "KUN, SEMPURNALAH ADAM" setelah di KUN Adam tetap saja
belum sempurna
Kata Allah :
WAHAI JIBRAIL, KAU DIAM-DIAM SAJA KARENA AKU AKAN BERTAJALLI DI UJUD ADAM
BIAR ADAM SEMPURNA, BIAR AKU GHAIB DI DIRI ADAM DAN AKU JUGA INGIN
DIKENAL, MAKA AKU AKAN MENJADI RAHASIA DIRI MANUSIA, DAN AKU AKAN
MENETESKAN PERBENDAHARAAN DZATKU MELEWATI SULBI ADAM
.
Setelah Adam sudah sempurna, Adam tinggal didalam syurga seorang diri,
bagaimana biar Adam tak kesepian di syurga, status Adam belum tahu entah laki-
laki atau wanita, jadi Adam yatim tak punya bapak dan tak punya ibu, lalu Adam itu
binnya siapa ya,?
Sulbi Adam belum memanjang
.
ADAM MALIKUL JASAD :
Adam raja sekalian Jasad
.
MUHAMMAD MALIKUL ARWAH :
Muhammad raja sekailan Ruh"
.
ALLAH MALIKUL DZAT :
"Allah raja sekalian Dzat"
.
Sekarang Adam ditidurkan oleh Allah, Adam tidur pulas, dengan kuasa Allah
dicabutlah tulang rusuk Adam disebelah kiri untuk dijadikan SITI HAWA (nur sia)
pemula Asal, sekarang Adam tidak kesunyian lagi di syurga, dan Adam pun
dimuliakan para malaikat dan kalangan jin kenapa,?
Sebab hanya bangsa malaikat yang melihat Allah bertajalli penuh ke diri Adam,
karna itulah Adam dimuliakan betul oleh para malaikat
iblis iri dengki dengan Adam dan hawa, lalu iblis menipu daya Adam, apa sebabnya
iblis mau menipu daya Adam,?
Sebenarnya itu hanya cara Allah saja yang ingin dikenal, biar cepat turun ke bumi
.
Adapun iblis diciptakan dari Api, dia disipati Allah dengan AL-MUTAKBBIRIN tambah
TAKBUR......
Sebenarnya Adam mau dikirim ke bumi sebagai khalifah di muka bumi, atau wakil
Allah di muka bumi,,,,,, jadi AL-WAKIL dengan AL-BATHIN adalah satu
.
ZAHIRRU RABBI FI BATHINI ABDI : zahir Allah pada bathin hambanya
.
Lalu Adam diberi : nama-nama segala sesuatu
.
WA ADAMU ASMA AKULLAHA
.
WA ADAMU SIFAT AKULLAHA
.
WA ADAMU WUJUD AKULLAHA
JALANNYA DZIKIR
DZIKIR SYARIAT
Adalah :
"LAA ILAAHA ILLALLAH"
diucapkan berulang-ulang dengan lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan
atau mulut tidak berucap lagi.
Rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yang sama Maknanya dengan Waktu 12 jam,
Dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para Malaikat bumi (Malaikatul Ahyar) ketika
ALLAH SWT Menciptakan setiap Makhluknya di muka bumi
--------
DZIKIR TAREKAT
Adalah :
"ALLAH-ALLAH-ALLAH"
diucapkan berulang-ulang di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran, lalu
fokus pada Nama tadi sehingga Nama ALLAH tadi membuat dan Menciptakan Alam
bayangan hidup didepan Mata anda sendiri, jangan kaget dan takut oleh fenomena
tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah Kepada
ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dengan ayat dan doa :
AUDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIM...............
LAA ILAAHA ILLALLAH ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZ ZHALIMIN..........lalu
lafazkan...
ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN
( Allah Yang Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga
Hambanya yang beriman)
--------
DZIKIR HAKIKAT
Adalah :
"HU-HU-HU" (DIA ALLAH)
diucapkan dalam hati saja melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke
perut, usahakan perut tetap keras biarpun Nafas telah keluar, dalam bahasa Ilmu
tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah
cina yin dan yang ini adalah penyembuhan atau pengobatan pada diri secara
bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber
daya energi kekuatan manusia secara lahiriah dan bathiniah serta secara hakikat
Dzikir HU sebenarnya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan Cahaya
Nafas Yang sangat berharga pada Manusia
--------
DZIKIR MA'RIFAT
Adalah :
"HU-AH-HU-AH-HU-AH" atau "HU-WAH" (Dia Allah Bersamaku),
Sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat dan ma’rifat, dzikir
tersebut dilantunkan dalam hati saja dengan gerakan nafas HU masuk kedalam, AH
keluar nafas, ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan (Mahabbatullah) yang sangat
luas faedah hidayahnya dan karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir
rahasia Allah SWT pada gerakan kehidupan ini.
--------
DZIKIR RAHASIA MA’RIFAT
sempadan pertama, oleh yang demikian dalam tingkatan mutlak, ilmu dan lain-lain sifat hilang
dalam HU dan HU tidak terbatas oleh ilmu, pada peringkat ini, HU adalah Batin pada diri
zahirku sendiri
.
Sebenarnya ada zahir dan ada batin yaitu terbatas (tidak mutlak) dan mutlak Yang satu
janganlah
di campur adukkan dengan yang lain, Yang tidak mutlak mengetahui tentang tidak mutlaknya
dan yang mutlak mengetahui tentang mutlaknya, titik air yang mengalir ke lautan mengetahui
tentang titiknya dan juga tentang lautannya, Pengetahuan yang satu tidak bercampur dengan
yang lain, Ia tahu tentang kecilnya kawasannya dan tentang tiada hingganya tak ada
batasannya
apabila HU dan ilmu bersatu, maka tidak ada yang meliputi dan yang diliputi meliputi yang
diartikan sebagai Yang Lain di sini HU dan Sifat adalah satu
.
Hakikat benda atau sesuatu perkara bebas daripada sifat dan tidak dapat di ceritakan, misalnya
sakit, apakah itu sakit? tidak dapat di ceritakan, tiada siapa yang dapat menceritakannyadengan
perkataan atau dengan bunyi, dan memberi orang lain merasai hakikatnya, karna orang yang
merasainya akan mengetahuinya dan apabila lebih daripada batasnya, maka berakhirlah
dengan
kematian, oleh itu hanya tidak termasuk dalam lingkungan pengetahuan fikiran dan kasyaf
.
Sayyid Muhammad Gaysudraz (Wali Allah dari Gulbarga) pernah mengatakan : "jika engkau
menyembelih ayam dan menanamnya dalam tanah, semua Auliya dan Nabi-nabi bekerjasama
dengan seluruh kasyaf mereka tidak akan dapat mengatakan apakah hakikatnya pada masa
itu"
.
Ayam ialah objek atau benda yang boleh di ukur, engkau tidak tahu sedangkan sebutir pasir
yang
halus itu sebabnya ialah hakikat benda itu ialah HU Mutlak dan Wujud Mutlak yang terlampaui
dari sempadan ilmu dan kasyaf, maka Ianya tidak di ketahui dan tidak boleh di ketahui, Sifat
dapat di ketahui, sedangkan HU mempunyai sifat-sifat 'hidup, berkehendak, berkuasa, melihat,
melihat, mendengar' dan lain-lain
.
Jika HU membuang sifat-sifat ini, maka HU tidak tahu apakah HU sebenarnya, Jikaia
berlanjutan juga menyelidiki perkara ini, engkau bisa jadi gila. Jika dalam keadaan gila itu
engkau mengetahui sesuatu engkau hanya tahu yang engkau tidak tahu, oleh yang demikian,
percobaan hendak mengetahui hakikat HU adalah di larang, dan HU membuat engkau
mengetahui Diri ku
.
maksud Surah Ali Imran Ayat 30. Ilmu sendiri pun dalam keadaan ta'ajub tentang Hakikatnya
karna ilmu itu sendiri meleburkan dirinya dalam HU, dalam peringkat HU, ilmu itu sendiri
menjadi Hakikatnya, sehingga dan kecuali ada persaingan daripadanya, ianya tidak dapat tahu
HU itu, bukanlah ilmu itu tidak sempurna karna tidak tahu HU, Jika ilmu dalam keadaan fana,
maka usaha mencarinya pun akan fana juga, tidak ada kesan, di sini mencari adalah
sebenarnya
tidak mencari, puncak pengetahuan seseorang tentang HU ialah tidak tahu (jahil) dan ta'ajub.
Zunnun Al-Misri ada berkata, yang berarti "Ilmu dalam Dzat Allah ialah jahil" Tidak ada Nabi
atau Wali yang telah sampai atau akan sampai tingkat itu, Nabi pernah berkata yang berarti
"Aku
tiada tahu engkau lebih dari setakat yang dikehendaki oleh ilmu engkau" Tidak ada pandangan
yang pernah melihat tajallinya HU, Jika ada pun ia mencapai tajalli ini, maka ianya binasa atau
fana, karna tajalli HU melarutkan semua cermin manifestasi yang dengannya Nabi-nabi dan
Aulia bersangkutan
.
Nabi sebagai manifestasi atau kezahiran pertama dan Wali yang kedua, Peringkat kezahiran
yang
kedua larut dalam pertama dan yang pertama larut dan kedua-duanya meresap masuk ke
dalam
Yang Tidak TERBATAS, tajalli sifat larut dalam tajalli Zat dan Yang Mutlak jua yang kekal
.
HU tidak ada yang kedua dan pintu kamar HU tertutup dari semua yang di luar, seseorang akan
masuk ke dalamnya apabila meninggalkan diri dan menjadi tidak ada diri lagi, Yang berarti,
"Sesungguhnya HU meliputi segala-galanya"Meliputi ini adalah ibarat air meliputi ombak, salju,
embun, hujan batu dan lain-lain.
.
HU berarti ZAT MUTHLAK yaitu tanpa mengatakan sifat, Nama AKU menunjukkan ZAT
dengan semua Sifat KU, AHAD ialah peringkat di mana semua pengetahuan tidak ada , AKU itu
ENGKAU tidak boleh menggunakan perkataan ini itu kepada AKU, WAHID ialah peringkat di
mana Wujud AKU itu di isbatkan
.
HU berserta dengan tidak terbatas dan sifat-sifat tidak ada batasnya, dan ini tidak ada konsep
untuk menceritakannyayaitu HU tidak ada sifat-sifat terbatas, Maka itulah yang dikatakan Hadith
Nabi
"AKU lah yang Awal yang tidak ada apa pun sebelum KU, AKU lah yang Terakhir yang tidak
ada apa pun selepas KU, AKU lah Yang Zahir yang tidak ada apa pun atas KU, AKU lah yang
Batin yang tidak ada apa pun di bawah KU".
.
Tidak ada ghayr (yang lain), Adanya "ghayr" adalah mungkin hanya apabila wujud HU boleh
disempadankan, Nama bukanlah hanya perkataan saja tetapi ianya adalah Zat yang di
namakan
itu berserta dengan Sifat KU
.
CARA AGAR BERTUBUHKAN NUR
MUSYAHADAH adalah bermesraan antara UJUD kepada DZAT-NYA seperti mesranya
Cahaya dengan lampunya,
Pujinya HU-ALLAH
--------
SAKARATUL MAUT adalah saat RUHANI meninggalkan JASMANI, seperti kembalinya
Cahaya lampu kepada lampunya
Pujinya ALLAH-HU
Tinggallah Nyawa memuji Tuhannya dengan Pujinya AH - AH.
--------
Lalu.. kembalilah NYAWA kepada Empunya HAK, dengan pujinya :
"LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH",
Tiada dengan huruf, Tiada dengan suara.
--------
Penjelasannya Tentang Syahadat Tauhid dan Syahadat Diri.. :
Syahadat Rasul + Syahadat Tauhid = Syahadat diri,
Lazimkan Syahadat diri Tanpa Suara, Naik Nafas sudah
"LAA ILLA HA ILLALLAH,
Turun nafas U..
"MUHAMMADURRASULULLAH",
Sampai Mesra.. Tidak boleh keluar, tarik perasaan sampai ke Hati.
Bunyi lagi
"LAA ILAAHA ILLA ANTA",
tahan Nafas tidak boleh keluar, langsung tarik Nafas keatas pelan-pelan
"LAA ILAAHA ILLA HUA",
berarti lebur, saat turun Nafas juga tidak boleh dikeluarkan, pelan-pelan, mesrakan
ke bulu-bulu, kulit, dengan perasaan,
Maka inilah Hakekat Syahadat, Mesra Dzahir dan Batin, telah bertubuhkan Nur jua
adanya.
keramat napas manusia
sedemikian hebatnya rahasia napas, yg diketahui hanya org org yg ahli
hikmah,napas ini sangatlah dirahasiakan,
jika ada org datang dari kanan dan napas kita lebih banyak keluar dari kanan maka
pertanda
apa
hajatnya insya allah akan segera berhasil,apa bila dia menanyakan
sesuatu maka insya allah akan didapatnya,intinya apa bila napas dikanan tamu yg
datng,atau kawan yg datang dikanan juga, maka insya allah kebaikan yg didapat,
jika ada musuh yg kita hadapi,maka tenangkanla pikiran anda
rasakan napas kita,
bila napas kita dikanan maka jadikanlah dia berada dikanan kita, bila napas yg kuat
dikiri maka jadikanlah musuh kita dikiri kita brada, niscaya kita akan selamat dari
kejahatan dia,
dan sebaliknya jika napas kita dikiri,dan org dtg bertanya datang dikanan maka
alamat
apa yg dihajatkannya akan banyak halangan,kalau dia bertanya pekerjaan
maka pekerjaan atau usahanya akhirnya akan
bangkrut,
misalkan lagi dan kembangkan lagi dalam hal hal lainnya,
sebuah hikmah,jika kita akan keluar rumah sedangkan diluar sana lagi ada
kerusuhan,atau lagi ada perkelahian,lihatlah napas anda jika lebih keras napas
kanan, maka berangkatlah insya allah anda akan selamat, tetapi jika napas anda
dikiri,alangkah baiknya tidak usah,atau lebih berhati hati,kerena menandakan
bahaya
ketehui ulehmu bahwa sesungguhnya kata ahli hikmah bahwa napas kanan akan
menimbulkan aura panas ditubuh,dan napas kiri akan menimbulkan aura dingin
sejuk,,,
napas kanan adalah alamat sejahtra dan selamat,
napas kiri pertanda bahaya
barang siapa membiasakan napas kanan maka tiada sampai kepadanya penyakit
kerena kedinginan,tiada sampai kepadanya bahaya,dan mengobati penyakit
gangguan jin,sehat tubuhnya dan lambat tua /awet muda
apabila kita sakit panas
maka tutuplah napas kanan niscaya akan dingin sejuk
tubuh kita
demikian juga jika kita kedinginan tutup napas kiri kita maka kita akan sejuk panas,
bahwa napas kita akan bersama sama keluar kanan kiri ketika,terkejut, naik
ketempat tinggi,bertemu musuh,ketika bersetubuh dgn istri,atau ketika akan mati
dll
jika ada org bertanya datang
kepada kita tentang hal hal gaib,atau apa saja
kita
lihatlah napas kita,jika ia datang dari kiri napas kita dikiri juga
maka habarnya
benar,jika dia minta hajat maka akan terkabul,apa yg dia ucapkan maka benarlah
dia,,,,
demikian juga dia datang dan dihadapan kita dari kanan napas kita dikanan
maka
seperti diatas,
sering saya praktikkan
ada seorang wanita datang menanyakan kepada saya
apakah pacarnya benar sayang
saya liat dia datang dari kanan dan napasnya saya
juga kanan maka saya pastikan jawabannya bahwa pacarnya itu sayang dia,,,dan
bisa anda aplikasikan pada berbagai masalah hidup
jika dia datang dari kiri sedangkan napas kita dikanan ,atau datang dari kanan
napas kita dikiri
berarti
kalau dia mengajak bisnis berarti hampir bisa dipastikan
dia akan menipu atau bisnis itu bangkrut,
jika bertanya akan sesuatu usaha
maka hampir dipastikan usahanya akan
gagal,atau bertanya apa suaminya selingkuh atau tidak
maka dapat dipastikan
suaminya selingkuh
begitu besar rahasia napas ini,kerena dalam rahasia napas inilah allah letakkan
rahasia hayat, rahasia zat dan sipat
,rahasia
allah dan hambanya ,dalam sehari
semalam kita bernapas sebanyak 24,000 kali,
rahasia napas ini adalah rahasia yg sangat besar
ilmu yg sering digunakan oleh
para ahli hikmah,dalam kitab tajul muluk disana juga dibahas tentang rahasia
napas, napas lobang hidung kanan dinamakan matahari kerena sipatnya yug panas,
lobang hidung kiri dinamakan bulan kerena sipatnya dingin
wanita lebih banyak bernapas dengan hidung sebelah kiri
sehingga sifat wanita
rata rata hatinya gampang sekali dingin\
laki laki lebi banyak dengan hidung sebelah kanan sehingga gampang hatinya
panas,marah,dan gusar
jika kamu bernapas hidung kiri lebih cepat pertanda kamu lagi lelah,dan tidak
fit,atau kedinginan
coba kamu tutup hidung kiri kamu bernapaslah dengan hidung
kanan
niscaya tidak lama kamu akan segar lagi dan tubuhpun jadi hangatr,,,,coba
lah
jika anda sakit kepala badan panas
coba anda tutup dengan kapas lobang hidung
kanan
bernapaslah dengan kiri
niscaya tidak sampai 10 menit
sakit anda akan
berkurang
kerena napas kiri itu pendingin
atau anda merasa lelah yg luar biasa
coba kamu bolah balik napasnya
kadang yg
ditutup kanan 2 menit kiri
kemudian kanan lagi, trus itu anda bolak balik insya allah
badan anda sehat lagi dan segar
Sedangkan di bagian akhir, Tata Laku Hubungan Suami Istri, isinya lebih merupakan
ringkasan, analisis, sekaligus komentar penulisnya, yang diperkaya dengan literatur
penunjang. Namun, bagi pembaca awam yang tidak lagi mengerti Bahasa-bahasa
Bugis terhadulu, justru bab akhir inilah yang membatu mendapatkan intisari dari
manuskrip tua, yang hingga awal decade 2000, masih beredar di kalangan elite
terbatas, masyarakat kita.
Kepemilikan naskah ini oleh Lapawawoi yang kini dimuseumkan di Perpustakaan
Nasional, tulis Muhlis, mempertegas sirkulasi ajaran ini selain dimiliki kalangan
ulama/cendekia pesantren, pengetahuan ini juga milik bangsawan dan raja-raja
Bugis Makassar.
Selain pengetahuan bersetubuh ala bugis, Kitab Persetubuhan Bugis, juga
mengajarkan sistem rotasi waktu yang baik untuk berhubungan, dan tata cara
perawatan tubuh bagi pihak suami dan istri. Tata laku dan tahapan ini semua
dilakukan dalam satu rangkaian dan satu tempat
Untuk melangsingkan tubuh dan memperhalus kulits istri misalnya, suami tak perlu
repot-repot menyisihkan uang dan mengantar pasangannya ke pusat kecantikan
tubuh. Seperti spa center, steam room Jacuzzi, atau membayar kapster salon.
Di kitab mengajarkan rutinitas kesederhanaan namun tetap dalam bingkai
kerahasiaan, tidak diketahui oleh orang banyak.
Kitab ini menyindir perilaku suami yang langsung tidur lelap atau langsung
meninggalkan kamar tidur, sementara istri belum mendapatkan kepuasan, biasanya
akan membuat wanita terhina. Di kitab ini. Perlakuan itu diistilahkan dengan,
teretta'na narekko le'ba mpusoni (adab setelah persetubuhan).
"(h.75) . Rekko mangujuni ilao manimmu takabbereno wekka eppa/urape'ni alemu,
nupassamangi makkeda; alhamdulillahahi nurung Muhammad habibillah./ nareko
purano mualai wae, muteggoi bikka tellu, nareko purano, mualani minyak pasaula,
musaularenggi kutawwamu apa napoleammengi dodong mupogaukangeki
paimeng/Apa' nasenggao manginggi'/ Aja mu papinrai gaumu denre purai mupogau,
iya na ritu riyaseng temanginggi (hal. 157).
Kira, kira artinya bebasnya, jika air manimu sudah keluar maka bertakbirlah empat
kali. Kemudian turunkan tubuhmu dan ucamkan hamdalah dan pujian ke nabi
Muhammad. Jika engkau sudah melakuklannya, maka lakukanlah perbuatan yang
menyenangkan perasaanya. (h.76) sebagai tanda sayang. Jika usai minumlahair
dengan tiga tegukan, dan ambilah minyak gosokdan urutlah kelaminmu agar
tubuhmu pulih kembali dan agar jagan sampai kalu lelah. Janganlah kamu
mengubah perbuatanmu seperti yang kamu lakukan sebelumnya, demikianlah
maka kamu akan disebut lelaki yang tidak merasa bosan dengan istrinya,"
Sedangkan tahapn selanjutnya, usai berhubungan, ambilah air mani dari liang fajri
yang sudah bercampur dengan cairan perempuan. Letakakkanlah di telapak tangan
mu, air mani dicampur dengan air liur dari langit-langit (sumur qalqautsar) suami,
sebelum mengusap air mani tersebut ke tubuh istri, terlebih dulu membaca doa
dengan lafalan bugis, "waddu waddi, mani-manikang". Mani riparewe, tajang
mapparewe, tajang riparewekki..." (hal.158)
Aiar mani basuhan ini bisa dipijitkan ke titik-tikik 12 rangsangan agar tidak kembeli
berkerut, atau memijit bagian panggul dengan tulang kering di ujung bawah jari
kelingking, untuk membuat tubuh istri tidak melar tapi tetap ceking..
.............................................................................................................................
Mau Anak Putih, Bersetubuh Setelah Jam 5 Subuh
TEKNIK bertahan dalam persetubvuhan menjadi hal yang sangat penting dan
mendapat tempat khusus dalam Assikalaibineng. Dan sekali lagi, pihak suami
menjadi faktor kunci.
Kitab peretubuhan Bugis ini tahu betul bahwa pihak suami senantiasa lebih cepat
menyelesaikan hubungan ketimbang perempuan. Menenangkan diri, sabar,
konsentrasi, dan memulai dengan kalimat taksim amat disarankan sebelum
foreplay.
Pengetahuan praktis seperti waktu yang baik dan kurang baik untuk berhubungan
badan juga secara rinci diatur dalam kitab ini. "Tidak sepanjang satu malam
Nafas yang keluar dari lubang hidung kiri itu dinamakan Jibril, ucapannya “ALLAH”.
Nafas yang masuk melalui lubang hidung kanan itu dinamakan Izrail, ucapannya “HU”.
Maka Zikirullah yang dua itu dinamakan NUR.
Maka jadilah dua Nur, yaitu kalimah “ALLAH” satu Nur dan kalimah “HU” satu Nur.
Dua Nur ini bertemu di atas bibir dan tidak masuk ke dalam tubuh.
Amalan ini harus sampai ke derajatnya yang dinamakan Nurul Hadi.
ke arah itulah yang harus dicapai.
Nafas yang naik di dalam tubuh ke ubun-ubun dinamakan AHMAD, lalu.. turun dari ubun-ubun
sampai-lah ke Jantung Nurani dinamakan Izraill, ucapanya “ALLAH”.
Kemudian Nafas yang dari jantung naik lagi ke ubun-ubun, dinamakan Jibrill, ucapannya ialah
“HU”.
Amalan inilah yang dinamakan :
“Syuhudul Wahdah Fil Kasrah dan Syuhudul Kasrah Fil Wahdah”
Inilah Pintu Makrifat…,
NAFAS II
Yang dinamakan HATI NURANI (qalbu) itu adalah NUR yang dipancarkan dari bagian bawah
jantung (bagian Muhammad) ke arah bagian atas jantung (bagian Allah).
Adapun zikir NAFAS ketika keluar = ALLAH- dinamakan ABU BAKAR,
ketika masuk adalah HU dinamakan UMAR, letaknya NAFAS adalah di mulut.
Adapun zikir ANFAS itu adalah ketika keluar adalah = ALLAH- dan ketika masuk adalah
HU,letaknya AN
FAS pada hidung, dinamakan MIKAIL dan JIBRIL.
Adapun zikir TANAFAS itu adalah tetap diam dengan “ALLAH HU” letaknya di tengah-tengah
antara dua telinga, dinamakan HAKEKAT ISRAFIL.
Adapun zikir NUFUS adalah ketika naik HU dan ketika turun adalah “ALLAH” letaknya di dalam
jantung,diri nufus ini dikenal dengan USMAN dan perkerjaanya dikenal sebagai ALI…
Sabda Nabi S.A.W :
“Barang siapa keluar masuk nafas tanpa zikir Allah maka sia-sialah ia”.
Ber-awal Nafas itu atas dua langkah yaitu :
Satu Naik dan kedua Turun.
Maka takkala naiknya itu sampai ke langit tingkat 7
“Wan Nuzuulu Yajrii Ilal Ardhi Fa Qoola HUWALLOH”.
Dan takkala turun hingga 7 lapis bumi
Maka nafas itu bunyinya ALLAH.
Takkala masuk pujinya HUWA…
Takkala ia terhenti seketika antara keluar masuk Tanafas, pujinya AH.. AH..
Takkala ia tidur atau mati Nufus namanya Haqqu Da’im.
Ingatlah olehmu…
Dalam menjaga akan nafas ini, dengan menghadirkan makna ini senantiasa, di dalam berdiri..
dan duduk.. dan di atas segala aktifitas yang diperbuat.. hingga memberi manfaat kepada
sekalian tubuh… dan .. segala cahaya Nurul ‘Alam itu atas seluruh anggota tubuh.
Maka tetaplah me-nilik kedalam hatimu, jadikanlah engkau hidup di dalam Dua Negeri yakni
Dunia dn Akhirat dan semoga di-buka-kan Allah baginya pintu selamat.. sejahteralah di dalam
Dunia dan Akhirat… Semoga dianugerahi Allah Ta’ala sampai kepada martabat segala Nabi dan
segala Muslimin.. dan di-haramkan Allah Ta’ala tubuhnya dimakan api neraka dan badanya pun
tiada dimakan tanah di dalam kubur.
Maka tetaplah dengan hatimu wahai saudaraku…
Jangan engkau menjadi orang yang lupa dan lalai,
mudah-mudahan dibahagiakan Allah Ta’ala dan diberikan rahmatNya atas mu..
dengan senantiasa “berhadapan” slalu… hingga sampai akhir ajalmu.
NAFAS III
Normalnya nafas kita keluar masuk sehari semalam 24 000 kali
pada siang hari12 000 kali..
dan pada malam hari 12 000 kali
inilah jumlah jam sehari semalam = 24 jam,
pada siang 12 jam
dan malam 12 jam,
Demikian hal-nya seperti huruf “Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur Rasulullah”,
masing-masing mempunyai 12 huruf berjumlah 24 huruf semuanya.
Barang siapa “mengucap” dengan sempurna yang 7 kalimah itu niscaya ditutupkan Allah Ta’ala
Pintu Neraka yang 7. Juga barang siapa “mengucap” yang 24 huruf ini dengan sempurna niscaya
diampuni Allah Ta’ala yang 24 jam.
Inilah bentuk persembahnya kita kepada Tuhan kita yang tiada henti yang dinamakan Sholatul
Da’im (sekaligus melakukan puasa nafsu zahir dan batinnya).
Sabda Nabi S.A.W :
“Ana Min Nuurillah Wal ‘Aalami Nuurii”
artinya “Aku dari Cahaya Allah dan sekalian alam dari Cahaya-ku”
Sebab itulah dikatakan “Ahmadun Nuurul Arwah”
artinya “Muhammad itu bapak dari sekalian nyawa”
dan dikatakan “Adam Abu Basyar”
artinya “Adam bapak sekalian tubuh”.
Adapun Awal Muhammad Nurani
Adapun Akhir Muhammad Rohani.
Adapun Zahir Muhammad Insani
Adapun Batin Muhammad Robbani.
Mari kita bicarakan takrif dan cara-cara untuk mencapai martabat atau maqam sholat da’im..
Sholat Da’im boleh ditakrifkan sebagai sholat yang terus-menerus tanpa putus walaupun sesaat
dalam masa hidupnya yaitu penyaksian diri sendiri (diri batin dan diri zahir) pada setiap saat
seperti firman Allah yg artinya :
” YANG MEREKA ITU TETAP MENGERJAKAN SHOLAT” ( Al-Makrij-23).
Di dalam sholat tugas kita adalah menumpuhkan sepenuh perhatian dengan mata batin kita
menilik diri batin kita dan telinga batin menumpuhkan sepenuh perhatian kepada setiap bacaan
oleh angota zahir dan batin kita disepanjang mengerjakan sholat tanpa menolehkan perhatian
kearah lain.(titik)
Sholat adalah merupakan latihan diperingkat awal untuk kita melatih diri kita supaya dapat
menyaksikan diri batin kita yang menjadi rahasia Allah Taala… setelah sanggup membuat
penyaksian diri diwaktu kita menunaikan sholat,maka hendaknya kita melatih diri kita supaya
dapatlah kita menyaksikan diri batin kita pada setiap saat didalam masa hidup kita dalam waktu
dua puluh empat jam disepanjang hayat kita,
Sebab itulah kita mengucapkan Syahadah:
Maka berarti kita berikrar dengan diri kita sendiri untuk menyaksikan diri rahasia Allah itu pada
setiap saat di dalam waktu 24 jam sehari semalam.
Oleh karena itu untuk mempraktekkan penyaksian tersebut, maka kita haruslah mengamalkan
sholat da’im dalam hidup kita seharian seperti yang pernah dibuat dan diamalkan oleh
Rasulullah s.a.w, nabi-nabi dan wali wali yang agung.
Diantaranya syarat syarat untuk mendapatkan maqam sholat da’im adalah sebagai berikut :
1- Hendaklah memahami dan berpegang teguh dengan hakekat melakukan zikir nafas,
2- haruslah terlebih dahulu berhasil mendapat NUR QALBU yaitu hati nurani.
3- Telah mengalami proses pemecahan wajah KHAWAS FI AL KHAWAS,
4- Juga memahami dan dapat berpegang dengan penyaksian sebenarnya SYUHUD AL-HAQ,
Untuk mengamalkan dan mendapatkan maqam sholat da’im maka seseorang itu haruslah
memahami pada peringkat awalnya tentang hakekat melakukan zikir nafas yaitu tentang gerak-
geriknya : zikirnya.. lafaz zikirnya… letaknya.. dan sebagainya,
Hal ini telah dibahas dalam blog, oleh karena itu amalkanlah zikir nafas itu dengan sungguh
sungguh supaya kita mendapat QALBU yaitu pancaran Nur di dalam jantung kita yang menjadi
kuasa pemancar kepada makrifat untuk me-makrifat-kan diri kita dengan Allah Taala.
Sesungguhnya hanya dengan zikir nafas sajalah gumpalan darah hitam yang menjadi istana iblis
di dalam jantung kita akan hancur setelah itu baru terpancarlah NUR-QALBU dan kemudian
terpancarlah pula makrifah hingga sesorang itu memakrifatkan dirinya dengan Allah Taala dan
dapatlah diri rahasia Allah yang menjadi diri batin kita membuat hubungan dengan diri ZATUL
HAQ Tuhan Semesta Alam.
Latihan untuk menyaksikan diri ini hendaklah dibuat berperingkat, diperingkat awal melalui
sholat sebagaimana yang diterangkan di dalam bahasan yang lalu.. dalam masa proses
penyaksian diri seseorang itu akan mengalami satu proses membebaskan diri batin (KHAWAS FI
KHAWAS) dari jasad dan dengan itu maka sesorang itu akan dapat melihat wajah kesatu sampai
dengan wajah kesembilan yaitu martabat yang paling tinggi… dengan mendapat pemecahan
wajah ini maka akan dapatlah kita membuat suatu penyaksian yang sebenarnya pada setiap
saat dimasa hidupnya… pada masa beribadah (acara sholat), ataupun keadaan biasa.
Pada peringkat ini dinamakan juga peringkat martabat BAQA BILLAH yaitu suatu keadaan yang
kekal pada setiap pendengaran.., penglihatan.., perasaan… dan sebagainya,dan pada tahapan
ini mereka adalah seperti orang awam dan sulit untuk kita mengetahui derajat dirinya dengan
Allah Taala..
Umumnya mereka yang mencapai maqam sholat da’im dapatlah kembali kehadrat Allah Taala
dengan diri batin dan diri zahir tanpa terpisahkan diantara satu sama lain, mereka dapat
memilih apakah hendak mati (meninggal) atau hendak ghaib….
NAFAS V
” Alhamdulillahirabbilalamin…. “
“Matikan dirimu sebelum engkau mati”
“MATI YANG PERTAMA” = seolah-olah bercerai Roh dari Jasad..,
tiada daya upaya walau sedikitpun jua, hanya Allah jua yang berkuasa,
kemudian.. dimusyahadahkan didalam hati dengan menyaksikan kebesaranNya yaitu sifat Jalal
dan JamalNya dan kesucianNya.
Maka mati diri sebelum mati itu adalah dengan memulangkan sega
la amanah Allah yaitu Tubuh Jasad ini kepada yang menanggung amanah yaitu Rohaniah jua.
Tarik-lah ‘NAFAS’ itu dengan hakekat memulangkan dzat, sifat, afaal kita kepada Dzat, Sifat,
Afaal Allah yang berarti memulangkan segala wujud kita yang zahir kepada wujud kita yang
bathin (Roh). Dan pulangkan wujud Roh pada hakekatnya kepada Wujud Yang Qadim.
Maka..
Setelah sempurna “Mematikan diri yang pertama”
“MATI YANG KEDUA” = melakukan “Mi’raj” yang dinamakan mati maknawi, yaitu hilang segala
sesuatu didalam hatimu malainkan hanya berhadap pada Allah jua.
Dengan meletakkan nafas kita melalui alam ‘AMFAS’ yaitu antara dua kening (Kaf Kawthar)
merasa penuh limpahan dalam alam kudus kita yaitu dalam kepala kita hingga hilang segala
ingatan pada yang lain melainkan hanya hatimu berhadap pada Allah jua.
“MATI PADA PERINGKAT KETIGA” = adalah mati segala usaha ikhtiar dan daya upaya diri karena
diri kita ini tidak dapat melakukan sesuatu dengan kekuatan sendiri. sebab manusia itu
sebenarnya memiliki sifat ‘Fakir, dan Dhaif (lemah) ’.
Dinaikkan ‘TANAFAS’ hingga ditempatkannya dengan sempurna di ‘NUFUS’ dengan melihat
pada mata hati itu dari Allah, dengan Allah dan untuk Allah.
NAFAS VI
Umumnya orang tua kita dahulu banyak memiliki ilmu yang tersembunyi.
Di antaranya adalah Ilmu Nafas.
Dengan cara memperhatikan pergerakan keluar masuk nafas melalui hidung kemudian
digabungkan dengan ilmu pengetahuan yang pernah dialami (amalan), sebagian orang tua kita
mampu mengetahui apa yang akan terjadi.
Di depan pintu sebelum hendak keluar meninggalkan rumah untuk berk
erja atau merantau.., petuah dalam ilmu nafas selalu digunakan oleh orang-orang tua kita.
Periksa Nafas kiri yang kencang atau nafas kanan…
Di atas tempat tidur sebelum hendak berangkat tidur ilmu nafas selalu mereka gunakan…
Periksa Nafas kiri yang kencang atau nafas kanan…
Ada juga orang-orang tua kita yang melakukan zikir-zikir tertentu ketika masuk atau keluarnya
nafas mereka.
Tapi sayang….
Ilmu ini semakin hilang…
Dulu waktu mereka ada jarang di-turun-kan..
Kini…
Ilmu ini menjadi sangat rahasia..
Jika kita hendak mempelajarinya..,
Carilah guru yang benar-benar tahu tentang ilmu ini…
Ilmu ini sangat dalam sekali… butuh ketekunan, kesabaran..
Bagaimana kaitannya mulai dari Nafas ke Amfas sehinggaTanafas dan menjadi Nufus?
Bahkan dengan ilmu ini, si pengamalnya akan dapat mengetahui kapan saat saat kematiannya!
DZAT – SIFAT – ASMA – AF’AL
Posted on April 12, 2014 by mengungkapkan
“ Kuntu kanzan makhfiyyan, fa ahbabtu ’an uraf fa khalaqtu al-khalqa li-kay u’raf “
Aku pada mulanya adalah khazanah/rahasia yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal,
maka Aku ciptakan makhluk, agar mereka mengenali-Ku
Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dia berkata: ”Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu
benar dan dibenarkan:
“Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya
selama 40 hari dalam bentuk nuthfah [air mani], kemudian menjadi ‘alaqoh [segumpal darah]
selama waktu itu juga [40 hari], kemudian menjadi mudhghoh [segumpal daging] selama waktu
itu juga, lalu diutuslah seorang Malaikat kepadanya, lalu Malaikat itu meniupkan RUH padanya
dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib
celakanya atau keberuntungannya.
RODHITU BILLAHI ROBBA…
WA BIL ISLAMA DIINA…WA BIL MUHAMMADIN NABIYA WA RASULA…
WA BIL QURANI IMAMA…WA BIL KAABATI QIBLATA…
Maka demi Allah yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara kamu,ada yang
melakukan amalan penduduk Surga dan amalan itu mendekatkannya ke Surga sehingga jarak
antara dia dan Surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya,
lalu dia melakukan amalan penduduk Neraka sehingga dia masuk ke dalamnya.
Dan sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan penduduk Neraka dan
amal itu mendekatkannya ke Neraka, sehingga jarak antara dia dan Neraka hanya kurang satu
hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan
penduduk Surga sehingga dia masuk ke dalamnya.”
[HR. Bukhori dan Muslim]
Dari asalnya sepi di kesunyian, di Alam sebelum ada, ketika sudah ada di Alam Dunia, mengapa
terjadi keributan?
Sepi di jaman…
KUN DZAT = HIDUP
KUN SIFAT = HATI
KUN MUTLAK = KEHIDUPAN
[Alam Rahim]
Sudah jelas wujud rupa, terjadi keributan di jaman…
KUN FAYAKUN
Salah jadi Shaleh
Hadas jadi Hadist
Kotor jadi Bersih
Najis jadi Suci
[Alam Dunia]
Rupa tidak bisa diganti, itu tandanya Kun Mutlak
DZAT YANG MAHA AGUNG
1. NUR DARAH MERAH dari Saripati API, adanya pada DAGING, membesarkan dagingnya
bayi, hawanya keluar melalui TELINGA hingga bisa mendengar.
[RUHUS SAMMA’ = RASA PENDENGARAN]
2. NUR DARAH KUNING dari Saripati ANGIN, adanya pada SUMSUM, membesarkan
sumsum bayi, hawanya keluar melalui HIDUNG hingga bisa mencium dan merasa.
[RUHUN NAFASI = RASA PENCIUMAN]
3. NUR DARAH PUTIH dari Saripati AIR, adanya pada TULANG, membesarkan tulang bayi,
hawanya keluar melalui MATA hingga bisa melihat.
[RUHUL BASHAR = RASA PENGLIHATAN]
4. NUR DARAH HITAM dari Saripati BUMI, adanya pada KULIT, membesarkan kulitnya bayi,
hawanya keluar melalui LIDAH [Mulut] hingga bisa berbicara.
[RUHUL KALAMI = RASA PERKATAAN]
5. NUR DARAH BENING
Setelah bayi membesar kulitnya, membesar dagingnya, membesar tulangnya, membesar
[banyak] sumsumnya, maka keluarlah hawanya, yaitu nafsu yang empat yaitu:
1. NAFSU AMARAH berdomisili pada TELINGA
2. NAFSU SUFIAH berdomisili pada MATA
3. NAFSU LAWAMMAH berdomisili pada LIDAH
4. NAFSU MUTHMAINAH berdomisili pada HATI
Datangnya nafsu yaitu keinginan pada waktu di beri ASI, rasa menjadi kontak dengan gulungan
Api – Angin – Bumi – Air, sebab itulah adanya air susu asal dari yang empat, buktinya adalah
makanan yang di makan oleh Ibu, sebab jika Ibunya tidak makan apa-apa, tidak akan ada air
susu, ketika mulut bertemu dengan air susu, tentu ada rasa, rasa enak dan manis, terasa yang
enak, sampai ingin lagi tidak mau telat, kalau telat suka ngambek dan menjerit, semua terjadi
karena adanya pertemuan / kontak, bukti kontaknya Ibu dan Bapak keluarlah seorang bayi dari
Alam Rahim dengan hidupnya, bertemulah hawa Baathin dan Dhohir, ketika kontak dengan
Alam Dunia adanya nyawa.
Sifat nyawa yaitu nafas, hakikatnya nyawa, rasa adalah buktinya, ketika rasa kontak dengan
makanan maka akan menjadi nafsu dan banyak kemauan sudah pasti, dan bibit dari pada
kemauan adalah karena tadi sudah merasakan air susu itu enak di rasakannya.
Ada enak sudah pasti ada tidak enak. Murakabah enak dan tidak enak sudah tentu, kepada
telinga, mata, kepada penciuman begitu juga, sudah pasti ada enak dan tidak enak, bukti di
pendengaran juga begitu, ada yang enak di dengar, ada yang tidak enak di dengar sehingga
menimbulkan amarah.
Jika pendengaran kontak dengan suara yang jelek, kejadiannya menjadi rasa tidak enak, begitu
juga jika kontak dengan suara yang baik akan menimbulkan enak, seterusnya begitu. Di mata
pun bukti, ada enak di lihat dan tidak enak di lihat, malah ada penglihatan yang suka
menimbulkan amarah. Matapun tergantung kontaknya dengan sifat, sifat yang baik dan yang
buruk, jika baik maka akan menjadi enak, di penciuman pun begitu ada enak dan tidak enak,
sama dengan pendengaran. Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala KEINGINAN. SIFAT
RASA BAIK dan SIFAT RASA BURUK.
” Tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah hakikat DZAT yang Maha Suci, yang meliputi SIFAT-
Ku, yang menyertai [ASMA] Nama-Ku, dan yang menandai [AF’AL] perbuatan-perbuatan-
Ku .”
AKU = DZAT/Nurullah, SIFAT Laisa kamishlihi syaiun, Dzat yang tidak dapat diserupai oleh
sesuatu apapun, tidak ada umpamanya.
BILLA HAEFFIN, artinya tak berwarna dan tak berupa, tidak merah tidak hitam, tidak gelap
tidak pula terang.
BILLA MAKANIN, artinya tidak berarah tidak bertempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di
utara maupun di selatan, tidak di atas maupun di bawah.
DZAT yang berdiri sendiri tanpa adanya ketergantungan kepada mahluk lain ciptaan-Nya,
berbeda dengan manusia yang membutuhkan Allah, untuk bisa selamat di kehidupan Dunia dan
Akhirat, adanya Alam semesta, Dunia, Arasy, Malaikat, Idajil/Azazil, Iblis, Setan, Jinn dan
Manusia, dan semua ciptaan-Nya yang ada, adalah karena akibat dari adanya Dzat Yang Maha
Suci.
1. ALAM AHADIYAT. Sebelum Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan Alam-alam,
termasuk Alam Semesta, Arasy, Bumi dan Langit beserta isinya, yang ada hanyalah Dzat di
Kesunyian Sejati Martabat Yang Maha Suci, Alam Tunggal Sejati, Ghaibul Ghaib.
Ahadiyat tadi di 2. ALAM WAHDAT/Alam DZAT.
SIFAT adalah Laisa kamishlihi syaiun, bukti adanya JAUHAR AWWAL RASULULLAH atau
samudra hidup, pohon nyawa, wadah amal, kubur sejati, hidupnya segala rupa, seluruh isi tujuh
lapis bumi dan tujuh lapis langit, asalnya yaitu dari cahaya yang satu, yaitu JAUHAR AWWAL
RASULULLAH atau RUH ILMU RASULULLAH utusan Maha Agung.
DZAT/NURULLAH yang menjadikan Alam Dunia dan isinya, TIDAK PISAH dan TIDAK
JAUH, DZAT dan SIFAT.
Sifat = Jauhar Awwal Rasulullah = Hakikat Muhammad [Ruh Ilmu Rasulullah] atau disebut
SEJATINYA SYAHADAT, yaitu syahadatnya DZAT dan SIFAT, Ahadiat dan Wahdat, sudah
tidak pisah, seperti gula dan manisnya.
Ibarat ;
DZAT adalah MANIS, SIFAT adalah GULA
DZAT adalah WANGI, SIFAT adalah BUNGA
DZAT dan SIFAT adalah PASTI.
TIDAK AKAN ADA SIFAT, JIKA TIDAK ADA DZAT,
begitupun sebaliknya.
JAUHAR AWWAL RASULULLAH yaitu cahayanya Allah.
Keadaan di 3. ALAM WAHIDIYAT, yaitu Nur Ilmu Rasulullah sinarnya yang empat rupa dari
Jauhar Awwal Rasulullah. Dzat Sifat-Nya Allah sifatnya sangat halus, mengeluarkan cahaya
empat rupa ;
MERAH, KUNING, PUTIH, HITAM disebut NUR ILMU RASULULLAH [Nur Muhammad]
yaitu Hakikat Adam bibit untuk Alam Dhohir atau Asmanya Allah,
Di alam ketiga yaitu Alam Wahidiyat, DZAT yang pertama disebut, dua SIFAT, barulah ASMA
nomer tiga, kenyataannya sesudah adanya NUR ILMU RASULULLAH atau Hakikat Adam,
yang tiga bergulung jadi satu ;
Allah – Muhammad – Adam = “ Wa nahnu aqrobbu ilaihi min hablil wariid “ = Sifat -sifat diri
4. ALAM ILMU di telusuri dari kenyataan DZAT, SIFAT, dan ASMA Allah, yang keempatnya
AF’AL Maha Suci, yaitu Alam Ilmu, API – ANGIN – AIR – BUMI disebut ARWAH yang
menjadikan RUH dan DARAH, bibit Adam Manusia, jadi, Api, Angin, Air, Bumi adalah dari
sinarnya Nur Ilmu Rasulullah, Af’alnya Allah Yang Maha Agung, buktinya kekuasaan Allah
adalah adanya Alam Dunia dari Nur Ilmu Rasulullah cahaya yang empat.
DI LUAR NAMA :
DZATTULLAH yaitu disebut Alam, inilah yang memangku/menopang Alam Dunia
SIFATULLAH adalah Nur Ruh Ilmu Rasulullah seluas langit, tidak ada yang keluar dari DZAT
SUCI, semuanya terliputi oleh satu cahaya.
ASMATULLAH adalah Api, Air, Angin, Bumi, Asma yang Agung. Satu, cukup untuk semua,
Api, Air, Angin, Bumi menjadi huruf ALIF – LAM – LAM – HA.
DI DIRI MANUSIA :
DZATULLAH nyatanya di diri, buktinya adalah sekujur badan, yang memangku keadaan, segala
hal yang menyangkut keadaan pada wujud
SIFATULLAH nyatanya adalah rupa, rupa manusia tidak ada yang sama dengan manusia
lainnya, hanya satu di alam dunia, tawilnya adalah ALLAH HANYA SATU.
AF’ALULLAH yaitu geraknya wujud, semuanya diringkas kepada yang empat rupa, nyatanya
Dzatullahi, yaitu perkataan, sebab perkataanlah yang menjadikan semuanya, yaitu keramaian
Alam dhohir, adanya kemauan manusia, sehingga menjadi bukti dengan adanya gedung, rumah,
mobil dll karena adanya bibit dari Dzat.
SIFAT NUR ILMU RASULULLAH adalah JAUHAR LATIF. Cahaya halus yang
menghidupkan wujud manusia, matahari dalam wujud jagad shagir, yang tidak terlihat oleh mata
kepala, dan hanya bisa di lihat dengan MATA BAATHIN.
AL – ILMU NURULLAH > Ilmu Sifat untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasulullah,
Ilmu Sifat tidak akan samar, wangi bunga rose tidak akan tertukar dengan wangi bunga melati.
‘Ain > Iliyin tempat tertinggi yang bisa di capai oleh orang berilmu. Ilmu Ladunni/Ilmu Sifat,
yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan pengamalan, mulai dari mandi, shalat,
wirid, baca Qur’an dll. Melalui jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Mari’fat. Tuhan hanya bisa
dikenal jika Dia sendiri berkehendak untuk dikenali. Sifat Nur Ilmu adalah kendaraan bagi
baathin untuk sampai ke sisi-Nya, melalui Sifat Rasa Rasulullah. Tidak ada manusia yang bisa
langsung ma’rifat kepada Allah Ta’ala, kecuali Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam
melihat langsung dan berdialog dengan Allah Ta’ala.
Sifat Nur Ilmu ini akan menerangi qolbu, baathin, hati dan ruh, Sirr nya berperan menyingkap
tabir hakikat dan mengenal akan Allah Ta’ala. Hakikat akan diketahui apabila seseorang giat
mendalami pengetahuan tentang hakikat melalui proses pengamalan, khalwat atau tirakat,
muqarobah, mandi, sholat, wirid melalui bimbingan
Guru Mursyid > Allah, Ilmu Ma’sum > Ilmu Syafa’at yang bisa memisahkan unsur Sifat
Malaikat [NURR] dan unsur Sifat Jinn [API] di dalam darah, seorang guru wajib menguasai 12
pan Ilmu, jika ilmunya tidak ma’sum, maka dikhawatirkan bangsa mahluk halus akan ikut-ikutan
nyusup/masuk ke dalam pengamalan, sehingga seseorang itu tidak merasa bahwa di dalam
dirinya sudah di tempati oleh Jinn, merasa berilmu padahal Jinn yang mengendalikan.
Sifat Nur Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta
membawanya untuk menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila cahaya atau
latifah di diri sudah membuka tirai dan cahaya terang telah bersinar, maka mata baathin dapat
memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Semakin
terang cahaya Illahi yang diterima oleh hati akan menambah jelas kebenaran yang dapat
dilihatnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pandangan mata baathin yang bersumber dari
Cahaya Awwal/Jauhar Awwal Rasulullah/Ruh Ilmu Rasulullah inilah yang dinamakan Ilmu
Ladunni/Ilmu Sifat/Ilmu Syafa’at/Ilmu Shalat.
TINGKATAN MA’RIFAT :
1. Ma’rifat Sejati
2. Ma’rifat Suyudi
3. Ma’rifat Nur Imthinah [Baathin Rasulullah]
Nabi = Ilmu
Rasul = Shalat
Rasulullah = Ruh Ilmu
Muhammad = Af’al [pekerjaan]
RUH SHALAT = RASULULLAH
HAKIKAT KEHIDUPAN :
1. Sebelum Shalat
2. Di dalam Shalat
3. Di luar Shalat
SHALAT adalah KEPALA AMAL
HAKIKAT 17 RAKA’AT : 4 x 4 = 16
17 = Diri Manusia = Ghoib
[ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada]
1. DZAT
2. SIFAT
3. ASMA
4. AF’AL
1. Nur Darah Merah
2. Nur Darah Kuning
3. Nur Darah Putih
4. Nur Darah Hitam
1. Nafsu Amarah
2. Nafsu Sufiah
3. Nafsu Lawammah
4. Nafsu Muthmainah = Rahmat
1. Al-Qur’anul MAJID
2. Al-Qur’anul KARIM
3. Al-Qur’anul HAKIM
4. Al-Qur’anul ADHIM
1. RASUL PERTAMA :
NABI ADAM ‘ALAIHISSALAM.
Pertama kali Allah membuat utusan yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam, syahadatnya ;
artinya “ Kamu Muhammad adalah RASA AKU “, sudah tentu karena pangkatnya tidak salah
yaitu Muhammad Rasulullahi, ini AKU memberimu buraq untuk nanti menghadap ke hadirat
AKU “ dan akan turun kepada anak cucu, terus kepada para Wali semua sampai kepada hari
Kiamat, juga Muslimin dan para Auliya yang mendapatkan pertolongan Allah
Begitulah sejarahnya, tapi heran bangsa Islam suka mungkir, keukeuh katanya tidak akan
tersusul, Allah sudah berjanji kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam,
sudah bersabda terus sampai hari Kiamat akan turun buraq – buraq tadi, tentu saja tidak akan
ketemu, jika kita diam di Tharekat puji tidak menyusul kepada Tharekat Ilmu, tidak memakai
Ijma Qiyas, tegasnya hukum akal tidak di susul, tanpa akal tidak akan terjadi.
Hakikatnya Adam nyatanya adegan WUJUD pribadi
Hakikatnya Nuh nyatanya PENDENGARAN
Hakikatnya Ibrahim nyatanya PENGLIHATAN
Hakikatnya Musa nyatanya PERKATAAN
Hakikatnya Isa nyatanya PENCIUMAN, SIFAT NAFAS sudah pasti.
Muhammad adalah RASA JASAD dan pantas Muhammad di sebut di tiap Hadist, Penghulunya,
“ Kamu adalah utusan Kami, sekarang kamu harus ma’rifat kepada AKU, sebab kamu yang
paling dekat ”. Jika tidak punya RASA, wujud akan berbaring tidak bisa bergerak dan berbalik,
hakikatnya semua para Rasul, sudah bergulung pada jasad, tidak kekurangan lagi.
“ TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BISA MA’RIFAT DZAT KECUALI NABI
MUHAMMAD RASULULLAH SHALALLAHU ‘ALAIHI WASSALAM “.
Jika ada seseorang yang mengaku sudah TAUHID DZAT / MA’RIFAT DZAT (MAHA
GHAIB), maka dia menjadi MURTAD tidak salah lagi, orang seperti ini jangan di dekati, bisa
menjadi menular dan terkena murtad, sudah banyak yang seperti ini, yang berceritapun orang
yang ngajinya sudah puluhan tahun. Jika ngaji Hadist dan Dalil, harus di barengi ngaji QIYAS,
IJMA harus di susul, agar jangan keliru AKALnya di pakai.
Kata Hadist “ Tidak ada seorangpun yang bisa ma’rifat kepada Dzat Maha Agung “, tentu saja,
sebab yang namanya orang sudah pasti melihatnya menggunakan mata kepala, jika begitu benar
sekali, MUTAJILAH tidak salah lagi, sebab menjirimkan sudah pasti, menjirimkan Allah, ada
kita juga berbarengan ada itu, jadi ada HIDUP dua.
Hadist tidak salah yaitu perkataan para Rasul dan para Nabi, yang salah sudah pasti yang
ngajinya, ma’na kitab tidak dipikirkan lagi. Ma’na kitab Qur’an, ada dua yang sudah di tulis di “
Lam yakunil Syahrul bariyyah, Khairul bariyyah “, ma’na yang kasar dan ada ma’na yang halus,
kasar untuk Neraka, yang halus untuk bagian Surga, kata Qur’an adalah begitu, apakah akan
tidak percaya kepada dalil Qur’an yang sudah pasti, dalil tidak boleh di rubah, ma’na pun begitu
juga, hanya saja wajib dengan Ilmunya, ma’na dalil di mengerti keluar dan ke dalamnya, hukum
Qiyas di jalankan, sebab untuk menyempurnakan maksud tidak ada jalan lagi harus memakai
akal, Ilmu Lahir dan Ilmu Baathin.
Katanya tadi di Hadist di sebut, “ Tidak ada yang bisa ma’rifat kepada Allah kecuali Baginda
Nabi Muhammad Rasul “, benar sekali, tapi jangan menetapkan saja ke situ. Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam Mekah itu adalah yang menjadi bibit, bibitnya yang ma’rifat, tapi
carilah hakikat Nabi yang ada di wujud ;
RASULULLAH ITU TIDAK PUPUS SEBAB JIKA PUPUS DUNIA INI PASTI LEBUR
yang pupus adalah majajinya, hakikatnya tidak mati. Carilah RASA Rasulullah tegasnya RASA
Allah di sekujur wujud, jika sudah ketemu, tentu saja ma’rifat, kepada Dzat Maha Agung karena
itulah yang ma’rifat. Orang berilmu mengenal Allah harus melalui SIFAT RASA
RASULULLAH [Jauhar Awwal] = TAUHID SIFAT / MA’RIFAT SIFAT.(GHAIBUL GHAIB)
Al-insan al-kamil adalah manusia yang telah memiliki dalam dirinya SIFAT NUR ILMU
RASULULLAH nyatanya yaitu RASA dan awasnya BAATHIN.
“ BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA, MAKA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA
“
Wujud orang tidak akan bisa melihat,tetap saja paling bodoh, tidak punya daya dan upaya pasti,
hanya RASA Maha Agung yang tetap tahu, yang MELIHAT TIDAK MEMAKAI MATA,
BERKATA TIDAK MEMAKAI BIBIR, MENDENGAR TIDAK MEMAKAI TELINGA.
Yang ghaib di wujud kita harus ketemu supaya bisa pulang, pulang kepada RASA AKHIRAT
dahulu yaitu RASA Allah, sebab jika tidak ketemu sekarang tentu tidak akan bisa pulang kepada
rasa yang tadi, akan tetap di RASA DUNIA / IMAN DUNIA, balik lagi ke Dunia menjadi
gentayangan menjadi arwah (Sifat Nyawa), terkurung oleh Alam Dunia, tegasnya belum keluar,
masih tetap di “pembuangan”, buktinya banyak siluman, jinn, dedemit.
RUKUN SHALAT :
1. Rukun Qalbi adalah rukun yang bersumber pada hati
2. Rukun Fi’li adalah rukun yang bersumber pada perbuatan/tindakan dari anggota badan
3. Rukun Qauli adalah rukun yang bersumber pada ucapan/bacaan/pekerjaan
“Aku berlindung dengan ridha-Mu dari amarah-Mu, dan aku berlindung dengan ampunan-Mu
dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu”.
RISALAH MAKRIFAT: ~~
~~TAUHID DAN MAKRIFATULLAH.~~
Menurut Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakandari,
siapapun yang merenung secara mendalam akan menyadari bahwa semua makhluk
sebenarnya menauhidkan Allah SWT lewat tarikan nafas yang halus.
Jika tidak, pasti mereka akan mendapat siksa.
Pada setiap zarah, mulai dari ukuran sub-atomis (kuantum) sampai atomis,
yang terdapat di alam semesta terdapat rahasia nama-nama Allah.
Dengan rahasia tersebut, semuanya memahami dan mengakui keesaan Allah.
Allah SWT telah berfirman,
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa
(dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari
(QS 13:15).
Jadi, semua makhluk mentauhidkan Allah dalam semua kedudukan sesuai dengan
rububiyah Tuhan serta sesuai dengan bentuk-bentuk ubudiyah yang telah ditentukan
dalam mengaktualisasikan tauhid mereka.
Lebih lanjut Syeikh
mengatakan bahwa sebagian ahli makrifat berpendapat bahwa orang yang bertasbih
sebenarnya bertasbih dengan rahasia kedalaman hakikat kesucian pikirannya dalam
wilayah keajaiban alam malakut dan kelembutan alam jabarut.
Sementara sang salik, bertasbih dengan dzikirnya dalam lautan qolbu.
Sang murid bertasbih dengan qolbunya dalam lautan pikiran.
Sang Pecinta bertasbih dengan ruhnya dalam lautan kerinduan.
Sang Arif bertasbih dengan sirr-nya dalam lautan alam gaib.
Dan orang shiddiq bertasbih dengan kedalaman sirr-nya dalam rahasia cahaya yang
suci yang beredar di antara berbagai makna Asmaasma dan Sifat-sifat-Nya
disertai dengan keteguhan di dalam silih bergantinya waktu.
Dan dia yang hamba Allah bertasbih dalam lautan pemurnian dengan
kerahasian sirr-al-Asrar dengan memandang-Nya, dalam kebaqaan-Nya.
Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari membagi tauhid dalam konteks makrifatullah
menjadi empat samudera makrifat,
berikut ini uraian untuk setiap tahapan ma’rifat tauhid dengan intepretasi pribadi, iaitu :
· Tauhid Af’al sebagai pengesaan terhadap Allah SWT dari segala macam perbuatan.
Maka hanya dengan keyakinan dan penyaksian saja segala sesuatu yang terjadi di
alam adalah berasal dari Allah SWT.
· Tauhid al-Asma adalah pengesaan Allah SWT atas segala nama. Ketika yang
mewujud dinamai, maka semua penamaan pada dasarnya dikembalikan kepada Allah
SWT. Allah sebagai Isim A’dham yang Mahaagung adalah asal dari semua nama-nama
baik yang khayal maupun bukan. Karena dengan nama yang Maha Agung “Allah” inilah,
Allah memperkenalkan dirinya.
· Tauhid As Sifat, adalah pengesaan Allah dari segala sifat. Dalam pengertian ini maka
manusia dapat berada dalam maqam Tauhid as-Sifat dengan memandang dan
memusyadahkan dengan mata hati dan dengan keyakinan bahwa segala sifat yang
dapat melekat pada Dzat Allah, seperti Qudrah (Kuasa), Iradah (Kehendak), ‘Ilm
(Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama (mendengar), Basar (Melihat), dan Kalam
(Berkata-kata) adalah benar sifat-sifat Allah. Sebab, hanya Allah lah yang mempunyai
sifat-sifat tersebut. Segala sifat yang dilekatkan kepada makhluk harus dipahami secara
metaforis, dan bukan dalam konteks sesungguhnya sebagai suatu pinjaman.
· Tauhid az-Dzat berarti mengesakan Allah pada Dzat. Maqam Tauhid Az- Dzat
menurut Syekh al-Banjari adalah maqam tertinggi yang, karenanya, menjadi terminal
terakhir dari memandangan dan musyahadah kaum arifin. Dalam konteks demikian,
maka cara mengesakan Allah pada Dzat adalah dengan memandang dengan
matakepala dan matahati bahwasanya tiada yang maujud di alam wujud ini melainkan
Allah SWT Semata.
Tauhid Af’al pada pengertian Syeikh al-Banjari akan banyak berbicara tentang
kehendak Allah SWT yang maujud sebagai ikhtiar dan sunnatullah manusia yaitu takdir.
Apakah kemudian takdir yang dialami seseorang disebut baik atau buruk, maka itulah
kehendak Allah sesungguhnya yang terealisasikan kepada semua makhluk yang
memiliki kehendak bebas untuk memilah dan memilih, dengan pengetahuan terhadap
aturan dan ketentuan yang sudah melekat padanya sebagai makhluk sintesis yang
ditempatkan dalam suatu kontinuum ruang-waktu relatif.
Tauhid Af’al adalah Samudera Pengenalan, di samudera inilah salik sebagai pencari
wasiat Allah harus mendekat ke pintu ampunan Allah untuk bertobat dan menyucikan
dirinya,
menyibakkan pagar-pagar awal dirinya dengan ketaatan kepada-Nya dan
meninggalkan kemaksiatan pada-Nya, mendekat kepada-Nya untuk menauhidkan-Nya,
beramal untuk-Nya agar memperoleh ridha-Nya.
Kalau saya proyeksikan ke dalam sistem qolbu yang diulas sebelumnya mempunyai
tujuh karakteristik dominan, maka di Samudera Af’al inilah seorang salik harus berjuang
untuk me-metamorfosis-kan qolbunya dari dominasi nafs ammarah, menuju lawammah,
menuju mulhammah, dan mencapai ketenangan dengan nafs muthmainnah.
Dalam Samudera Asma-asma, maka hijab-hijab tersingkap dengan masingmasing
derajat dan keadaannya.
Ia yang menyingkapkan, sedikit demi sedikit akan semakin melathifahkan dirinya ke
dalam kelathifahan Yang Maha Qudus memasuki medan ruh ilahiah-nya (dominasi
qolbu oleh ruh yang mengenal Tuhan).
Samudera Asma-asma adalah Samudera Munajat dan Permohonan, difirmankan oleh
Allah SWT bahwa
“Dan bagi Allah itu beberapa Nama yang aik (al-Asma al-Husna) maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu
(QS 7:180).”
Di samudera inilah salik akan diuji dengan khauf dan raja, keikhlasan, keridhaan,
kefakiran, kezuhudan, dan keadaan-keadaan ruhaniah lainnya.
Di tepian Samudera Asma-asma adalah lautan kerinduan yang berkilauan karena
pendar-pendar cahaya rahmat dan kasih sayang Allah. Di Lautan Kerinduan atau
Lautan Kasih Sayang atau Lautan Cinta Ilahi,
sinar kemilau cahaya Sang Kekasih menciptakan riak-riak gelombang yang menghalus
dengan cepat, menciptakan kerinduan-kerinduan ke dalam rahasia terdalam. Lautan
Kerinduan adalah pintu memasuki hamparan Samudera Kerahasiaan.
Tauhid as-Sifat adalah Samudera Kerahasiaan atau Samudera Peniadaan karena di
samudera inilah semua makhluk diharuskan untuk menafikan semua atribut kediriannya
sebagai makhluk, semua hasrat dan keinginan, kerinduan yang tersisa dan apa pun
yang melekat pada makhluk tak lebih dari suatu anugerah dan hidayah kasih sayang-
Nya semata, maka apa yang tersisa dari Lautan Kerinduan atau Lautan
Cinta Ilahi adalah penafian diri.
Apa yang melekat pada semua makhluk adalah manifestasi dari rahmat dan kasih
sayang-Nya yang dilimpahkan, sebagai piranti ilahiah yang dipinjamkan dan akan
dikembalikan kepada-Nya.
Siapa yang kemudian menyalahgunakan semua pinjaman Allah ini, maka ia harus
mempertanggungjawabkan dihadapan-Nya.
Qolbu yang didominasi merahasiaan ilahiah didominasi kerahasiaan sirr dengan suluh
cahaya kemurnian yang menyemburat dari kemilau yang membutakan dari samudera
yang paling rahasia sirr al–asrar yakni Samudera Pemurnian dari Tauhid Az-Dzat.
Di tingkatan Tauhid az-Dzat segala sesuatu tiada selain Dia,
inilah Samudera Penghambaan atau Samudera Pemurnian/Tanpa Warna sebagai
tingkatan ruhaniah tertinggi dengan totalitas tanpa sambungan.
Suatu tingkatan tanpa nama, karena semua sifat, semua nama, dan semua af’al sudah
tidak ada.
Bahkan dalam tingkat kehambaan ini, semua deskripsi tentang ketauhidan hanya
dapat dilakukan oleh Allah Yang Mandiri,
“Mengenal Allah dengan Allah”.
Inilah maqam Nabi Muhammad SAW, maqam tanpa tapal batas, maqam
Kebingungankebingunan Ilahiah.
Maqam dimana semua yang baru termusnahkan dalam kedekatan yang hakiki sebagai
kedekatan bukan dalam pengertian ruang dan waktu, tempat dan posisi. Di maqam ini
pula semua kebingungan, semua peniadaan, termurnikan kembali sebagai yang
menyaksikan dengan pra eksistensinya.
Ketika salik termurnikan di Samudera Penghambaan, maka ia terbaqakan didalam-Nya.
Eksistensinya adalah eksistensi sebagai hamba Allah semata.
Maka, di Samudera Penghambaan ini menangislah semua hati yang terdominasi
rahasia yang paling rahasia (sirr al-asrar),
Aku menangis bukan karena cintaku pada-Mu dan cinta-Mu padaku,
atau kerinduan yang menggelegak dan bergejolak yang tak mampu
kutanggung dan ungkapkan.
Tapi, aku menangis karena aku tak akan pernah mampu merengkuh-Mu.
Engkau sudah nyatakan Diri-Mu Sendiri bahwa “semua makhluk akan
musnah kalau Engkau tampakkan wajah-Mu.”
Engkau katakan juga, “Tidak ada yang serupa dengan-Mu.”
Lantas, bagaimanakah aku tanpa-Mu,
Padahal sudah kuhancurleburkan diriku karena-Mu.
Aku menangis karena aku tak kan pernah bisa menyatu dengan-Mu.
Sebab,
Diri-Mu hanya tersingkap oleh diriMu Sendiri
Dia-Mu hanya tersingkap oleh DiaMu Sendiri
Engkau-Mu hanya tersingkap oleh EngkauMu Sendiri,
Sebab,
Engkau Yang Mandiri adalah Engkau Yang Sendiri
Engkau Yang Sendiri adalah Engkau Yang Tak Perlu Kekasih
Engkau Yang Esa adalah Engkau Yang Esa
Engkau Yang Satu adalah Engkau Yang Satu.
Maka dalam ketenangan kemilau membutakan Samudera PemurnianMu,
biarkan aku memandangMu dengan cintaMu,
menjadi sekedar hambaMu dengan ridhaMu,
seperti Muhammad yang menjadi Abdullah KekasihMu.
Penghuraian tauhid yang dilakukan oleh Syekh al-Banjari memang didasarkan
pada langkah-langkah penempuhan suluk yang lebih sistematis.
Oleh karena, pentauhidan sebenarnya adalah rahasia dan ruh dari makrifat,
maka dalam setiap tingkatan yang diuraikan menjadi Tauhid Af’al, Asma-asma,
Sifat-sifat dan Dzat, sang salik diharapkan dapat merasakan dan menyaksikan tauhid
yang lebih formal maupun khusus, yang diperoleh dari melayari keempat
Samudera Tauhid tersebut. Hasil akhirnya ,
kalau tidak ada penyimpangan yang sangat mendasar,
sebenarnya serupa dengan pengalaman makrifat para sufi lainnya
yakni pengertian bahwa ujung dari makrifat semata-mata adalah
mentauhidkan Allah sebagai Yang Maha Esa dengan penyaksian
dan keimanan yang lebih mantap sebagai hamba Allah. RAHSIANYA MENGENAL ZAT
ALLAH DAN ZAT RASULULLAH ~~
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana
itulah makrifat dimulakan:-
1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan
mengenal yang baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Artinya: Awal agama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal
yang Qadim dan yang baharu,
maka dapatlah membedakan diantara Tuhan dengan hamba.
BAITULLAH KALBU MUKMININ
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga
yang sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat
menjelajahnya !
apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang
mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu !
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan
hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih !
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan
baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka
masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!
~~PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan
ialah
"Peperangan dalam diri sendiri (Hati)",
setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang.
Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merusakkan anak Adam !
Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku pasti kecundang!Keluar masuk
nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam
nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang !
~~ ASAL USUL MAKRIFAT
Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali
Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri
mengajar kepada Habib An Najmi.
Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al
Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.
Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al
Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.
Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan
Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALWAT yang dinamakan
Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang
sulit.
~~ API MA'RIFATULLAH ~~
Dengan berlindung kepada Allah Swt,
Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali.
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan,
sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung,
Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar
yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada
pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara
langit dan bumi.
(buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya,
dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya.
Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi
zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis
menurut bahasa Taurat,
dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis
dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan
bahasa Injil,
dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa
Arab.
Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka
akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu,
dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha
Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja,
yaitu “ ALLAH ”.
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523.
disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat
yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai,
Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya,
kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah
diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya
terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun
rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah,
jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal
kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja,
yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja,
sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan
mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia
penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt
dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan
Ha.
Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau
huruf demi hurufnya.
1• Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif () ا,
maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah,
artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
2• Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal () ل,
maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi,
artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
3• Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( )ل,
maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu,
Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya
Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah.
Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin,
yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH,
kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ( ) لpertama dan
Lam ( ) لkeduanya,
maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu
huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca
lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf,
artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran),
seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya
juga akan ada kesudahannya,
akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan
yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya,
yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama
(Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah).
Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan),
ILLA (Ada Tuhan),
Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan
Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU,
maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama,
kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan
Zat Allah,
maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam,
bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat,
yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU
maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal,
yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas,
Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka
dipahamhan Ada Zat Allah,
begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu
(A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah,
berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam
Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya
dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu
berbunyi ALLAH,
nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab
yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat
28 huruf yang ada.
Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala
urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu
maka yang ada hanya satu saja yaitu :
satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha,
dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah,
dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA,
dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah).
Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat
banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf
yang ada diatas lafald Allah tadi,
yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid
adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada,
maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah,
Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara,
inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah,
seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
PERISTILAHAN MAKRIFAT.~~
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti mengetahui atau mengenal
sesuatu.
Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di sini
berarti mengenal Allah ketika Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.
Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf; antara lain:
a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang
mengatakan:
"Marifat adalah ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya
(Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya."
b. Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat Abuth
Thayyib As-Saamiriy yang mengatakan:
"Ma'rifat adalah hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi)...dalam keadaan hatinya selalu
berhubungan dengan Nur Ilahi..."
c. Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin
Abdillah yang mengatakan:
"Ma'rigfat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat
ketenangan (dalam akal pikiran).
Barangsiapa yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya)."
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada tingkatan
ma'rifat.
Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan ma'rifat, memiliki tanda-tanda tertentu,
sebagaimana keterangan Dzuun Nuun Al-Mishriy yang mengatakan;
ada beberapa tanda yang dimiliki oleh Shufi bila sudah sampai kepada tingkatan
ma'rifat, antara lain:
a. Selalu memancar cahaya ma'rifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya.
Karena itu, sikap wara' selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat
nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf, belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa
membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak membutuhkan kehidupan
yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang
kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT.,
sehingga Asy-Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa ma'rifat yang
dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena merasa
selalu bersama-sama dengan Tuhan-nya.
Begitu rapatnya posisi hamba dengan Tuhan-nya ketika mencapai tingkat ma'rifat,
maka ada beberapa Ulama yang melukiskannya sebagai berikut:
a. Imam Rawiim mengatakan,
Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan ia berada di muka cermin; bila
ia memandangnya, pasti ia melihat Allah di dalamnya.
Ia tidak akan melihat lagi dirinya dalam cermin, karena ia sudah larut (hulul) dalam
Tuhan-nya. Maka tiada lain yang dilihatnya dalam cermin, kecuali hanya Allah SWT
saja.
b. Al-Junaid Al-Bahdaadiy mengatakan,
Shufi yang sudah mencapai tingkatan ma'rifat, bagaikan sifat air dalam gelas, yang
selalu menyerupai warna gelasnya.
Maksudnya, Shufi yang sudah larut (hulul) dalam Tuhan-nya selalu menyerupai sifat-
sifat dan kehendak-Nya. Lalu dikatakannya lagi bahwa seorang Shufi,
selalu merasa menyesal dan tertimpa musibah bila suatu ketika ingatannya kepada
Allah terputus meskipun hanya sekejap mata saja.
c. Sahal bin Abdillah mengatakan,
sebenarnya puncak ma'rifat itu adalah keadaan yang diliputi rasa kekagumam dan
keheranan ketika Shufi bertatapan dengan Tuhan-nya, sehingga keadaan itu membawa
kepada kelupaan dirinya.
Keempat tahapan yang harus dilalui oleh Shufi ketika menekuni ajaran Tasawuf,
harus dilaluinya secara berurutan; mulai dari awaluddin makrifatullah" jadi
pertama1.makrifat 2.syareat.3.tarekat 4.hakekakt,5.makrifat syareat 6.makrifat
tarekat,7.makrifat hakekat 8.makrifat makrifat(makrifat putus) hanya DZAT ALLAH
Sudah tidak ada makrifat lagh
AL MAWAQIF WAL MUKHOTOBAT
(Yang ditegakkan berdiri dan diajak bertutur kata)
ULASAN
ABDUL HASAN ASY-SYADZILI
Dokter Abdul Halim Mahmoud dalam bukunya yang berjudul “Abdul Hasan Asy-Syadzily”
yang diterbitkan di tahun 1387 H – 1967 H. Mengatakan bahwa beliau adalah seorang Arif
Billah, seorang sufi penuh perjuangan, lahir di tahun 593 H – wafat 656 H.
Dan dalam hal ini Abdul Hasan Asy-Syadzilly penuh berhasrat hendak “Meringankan” dan
“Menggampangkan” kandungan isi kitab itu, agar mereka yang berkemampuan bersedia untuk
menerima, dapat memahami. Dan beliau dalam hal ini bersedia menyediakan “Kunci
pembukanya” bagi setiap yang merindukan alam hikmat kebijaksanaan; sayang sekali sampai
akhir hayat niat baik beliau belum sampai terlaksana.
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah membawakan sebuah kisah : Pada
suatu hari pernah terjadi suatu pertemuan di Cairo di rumah Azky As Sarrakh, dalam pertemuan
tersebut Asy Syeikh Abdul Hasan Asy-Syadzilly memegang sebuah kitab “Almawaqif wal
Mukhotobat” Kitab tersebut beliau baca di hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Al Marsi...
Berdasarkan pada tulisan Doktor Abdul Halim Mahmoud mengenai kehidupan Asy-Syadzily
(yang pernah berguru pada Abdus Salam bin Masysy) teranglah sudah bahwa buku “Almawaqif
wal Mukhotobat” karangan Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri yang kami
terjemahkan dan disusun dalam Bahasa Indonesia dengan Judul “Melihat Allah” sudah dikenal
dan diketahui oleh Ibn Athaillah As-Iskandari penulis kitab :Al Hikam” yang sudah tidak asing
lagi bagi kita, bahwa sudah dikenal pula oleh Abul Abbas Al-Marsi (Guru Ibn Athaillah) murid
Abul Hasan Asy-Syadzilly. Dalam buku tersebut terdapat banyak persamaan perihal kata-kata
“Allah berkata kepadaku” dan lain-lain yang serupa dengan itu. Semoga ridha dan Rahmat Allah
kepada beliau-beliau..........
1.
TENTANG TAUHID
“Wahai hamba, engkau tiada memiliki sesuatu pun, kecuali apa yang Aku kehendaki
untuk menjadi milikmu. Tiada juga engkau memiliki dirimu, karena Akulah Maha Pencipta-Nya;
Tiada pula engkau memiliki jasadmu, maka Akulah yang membentuk-Nya; Hanya dengan
pertolongan-Ku engkau dapat berdiri; dan dengan “Kalimat-Ku” engkau datang ke dunia ini.
“Wahai hamba! Katakanlah Tiada Tuhan melainkan Allah, kemudian tegakkan berdiri di
jalan yang benar, maka Tiada Tuhan melainkan AKU. Dan tiada pula wujud yang sebenarnya
wujud kecuali untuk-Ku, dan segala yang selain daripada-Ku, adalah dari bantuan tangan-Ku
dan dari tiupan Roh-Ku.
“Wahai hamba! Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku dan untuk-Ku, jangan
sekali-kali engkau merebut apa yang menjadi kepunyaan-Ku. Kembalikan segala sesuatu
kepada-Ku, niscaya akan Ku buahkan pengembalianmu dengan tangan-Ku dan Ku tambah
padanya dengan kemurahan-Ku. Serahakan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya Ku
selamatkan engkau dari segala sesuatu.
“Hai hamba! Sesungguhnya engkau telah melihat Daku sebelum dunia terhampar dan
engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat. Dan kepada-Ku-lah engkau akan kembali.Aku
ciptakan sesgala sesuatu untuk mu dan Aku labuhkan tirai (Hijab) atasmu. Lalu engkau pun
tertutup dengan tirai dirimu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain,
yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan pada dirinya dan menjadi penghijab
dari pada Ku.
Setelah kesemuanya itu, maka Aku-pun kembali menyata di balik kesemuanya itu, dan
dari belakang kesemuanya itu Ku perkenalkan diri-Ku; Ku katakan kepadamu bahwasanya Aku-
lah Maha Pencipta; Aku yang menciptakan kesemuanya itu dan bahwasanya Aku menjadikan
engkau Khalifah (Pengurus yang berkuasa di Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah bahwa
kesemuanya itu adalah amanah (titipan) pada sisi-mu. Dan diharuskan pada pengemban
amanah itu untuk mengembalikannya.
“Dan ... barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan
memberinya pahala yang besar” (QS. Al-FtKh 48:1).
“Dan sesungguhnya... kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan
perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat” (QS.Thaha 20:115)
“Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela
kalau engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk
menggantungkan dirimu pada sesuatu (Selain-Ku) karena Aku pencemburu padamu”.
“Hai Hamba!!!! Aku tidak rela engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu, walau
harapanmu akan surga sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan engkau hanya untuk-
Ku; supaya engkau berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang tiada mana.
Ku Ciptakan engkau atas pola gambar-Ku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat dan
berkemauan serta berbicara. Dan aku jadikan engkau mempunyai kemampuan untuk
TAJALLINYA (menyatakan) nama-nama-Ku, dan... tempat untuk pemeliharaan-Ku”.
Engkau teman duduk se majelis dengan-Ku, maka tiada pembatas antara-Ku dan
antaramu.
“Hai hamba!! Tiada antara-Ku dan antaramu... antara Aku lebih dekat kepadamu, maka
pandanglah kepada-Ku, karena aku senang memandang kepadamu”.
2.
UJIAN
<*> Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi manusia<*>
Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat yang
akan sirna dan bahwa tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh Allah untuk menguji
Ruh.
Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan
keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti dengan pelanggaran-pelanggaran,
adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh.
Tiada wujud yang sebenarnya, kalau di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan
kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji Ruh agar dapat
diketahui dan dikenal sampai di martabat yang dapat dicapai.
Apakah Ruh itu bisa mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu Roh mengarahkan segenap
kemampuannya untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu tertarik oleh jasad
dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.
“Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai dinding kukuh yang
menghijab atasmu untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya) dan.... andaikan
engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada langit-langit dan bumi, tentu saja
akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya
syahwat dan keinginan”.
“Karena pengujian-Ku kepadamu maka aku coba engkau dengan syahwat-syahwat yang
bersifat tidak menetap pada dirimu di bawah kekuasaan hukummu dan tidak pula bisa menetap
pada dirimu atas dasar penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu itu yang condong dan
berkeinginan, dan ia pulalah yang mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak
condong ke situ dan tidak pula berkeinginan maupun mengejar kepuasan dan kelezatan”.
“Engkau yang sebenarnya adalah di balik dinding yang merupakan syahwat dan di
belakang tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu roh yang suci
bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa
condong pada apa pun dan tidak pula berkeinginan”.
Dari arah lain DIA menyeru : “Hai hamba !! Engkau dalam keadaan lapar lalu engkau
lahap makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku; dan AKU pun bukan dari
padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang berdaya untuk mengalahkan tabiatnya
sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata bahwa hamba tersebut telah mengenal dirinya dan
telah pula mencapai kemuliaan nasabnya dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan
berkait kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab pada tanah).
Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang
minum daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku, dan
barang siapa yang tidak merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku, kecuali orang yang
hanya menyauk sekali sauk dengan tangannya (sekedar pembasah tenggorokan)”. (QS. Al-
Baqarah 2:249).
Ayat tersebut di atas mengandung juga hikmah puasa, maka... yang demikian itu
merupakan kenyataan roh tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri dari
perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian untuknya. Begitu halnya
bila seorang sedang berpuasa menolak makanan berarti telah memahami sifatnya (yang asli),
bahwa roh itu tidak memerlukan makanan dan minuman.
Allah berseru kepada hamba-Nya : “Aku ciptakan engkau adalah melulu untuk-Ku,
tinggal di samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam lingkungan
pemeliharaan-Ku.
Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan yang mengelilingi dari segala
jurusan demi cemburu-Ku atasmu.
Kemudian Aku berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku Buka pada bendungan tadi
pintu-pintu sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak bilangan apa yang telah Ku
nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang merangsang.
Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon yang rindang yang dikelilingi
genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!
Lalu aku pun bersumpah demi karunia-karunia-Ku, selama engkau menjarak keluar
daripada-Ku untuk minum, melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan diharapkan engkau
akan dapat kembali berdampingan dengan-Ku, dan tidak pula engkau akan berhasil
mendapatkan minuman yang engkau harap-harapkan, maka.... sesungguhnya jika terjadi hal
demikian, berarti engkau telah sesat jalan daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa Aku
adalah sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah tempatmu berlindung yang
tunggal bagimu, dan sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu. Dari pada-Kulah
segala pertolongan dan bantuan, dan dengan Aku pulalah kehidupan sejati yang
sesungguhnya.
3.
Arti Makna Nama-Nya “YANG MAHA PERKASA”
“Tidaklah Aku dapat dipandang oleh mata, tidak pula dapat dilihat oleh pandangan;
Tidak pula Ilmu pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku;
Aku Yang Maha Perkasa yang tidak dapat dicapai bagaimanapun, dan... tak dapat
dijumpai walau dengan sebutan nama-Ku.
Setiap ucapan kata telah nampak bernyata, maka Akulah yang menciptakannya dan
merangkai huruf-hurufnya. Tidak akan melampaui kesemuanya itu adalah bahasa-bahasa yang
dikenal dan diketahui yang disifatkan. Aku adalah yang tidak dapat dijangkau dan diserupakan
dengan apapun. “Laisa Kamitslihi Syai-‘un” (QS.Asy-Syura 42:11).
“Akulah Allah Yang Maha Suci yang tidak dapat dimasuki dan dijumpai oleh tubuh-tubuh
dan tidak oleh huruf-huruf sekalipun dan tidak pula dapat dicapai oleh kalimat-kalimat”.
Hai Hamba!! Jangan salah terka bahwa setiap yang dhahir itu dapat dilihat... Akulah
Raja yang menyata dengan Kemurahan dan tersembunyi dengan Keperkasaan.
Hai hamba!! Akulah Yang Dahir yang tidak dapat dilihat dan dipandang oleh mata, dan
Akulah Yang Batin yang tidak dapat disentuh oleh prasangka dan persangkaan yang
bagaimanapun.
Hai hamba!! Akulah Yang Maha Kekal, yang mana kekekalan Ku tidak dapat diberitakan
oleh abad; Dan Akulah Yang Esa yang jauh dari bilangan dan perhitungan”.
“Setiap sesuatu akan dituntut oleh asal mulanya, sebagaimana tubuh dintuntut oleh asa
mulanya. Yang Satu itu AKU, Yang Maha Tunggal dan sendirian, dan tidaklah Aku dari sesuatu
lalu sesuatu itu akan menuntut pada-Ku.
Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan menyertai Ku.
Aku adalah mutlak, tiada satu pun ikatan, dan Aku bebas tanpa ada sesuatu yang
menentukan”.
4.
BERSANDING BERSAMA ALLAH
“Apabila eggkau berhimpun dengan selain Ku, kemudian berpisah, niscaya tidak dapat
engkau berhimpun (lagi)”.
“Hendaklah enggkau bersanding dengan Ku, niscaya engkau akan berhimpun dengan
yang menghimpun segala yang bersanding dengan Ku. Dan engkau akan mendengar dengan
pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran, maka engkan akan mencakup selain
dirimu dan engkau akan memberitakan tentang DIA dan tidaklah engkau akan dicakup oleh
selainmu lalu DIA memberitakan perihalmu”.
“Orang yang berdiri di Hadirat Ku tidaklah ia akan ditawan oleh pesona keindahan dan
tidaklah ia dikejutkan oleh kegentaran, karena ia melihat Yang Nayat (Adh-Dhahir) dan bukan
kenyataan-kenyataan (yang berbilang) Ia akan melihat keindahan yang bukan dapat dinamakan
keindahan lagi. Ia akan nampak Yang Mutlak yang tidak lagi terikat (Al Mqayyad), ia akan
melihat yang menentukan dan bukan yang ditentukan”.
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi para yang berdiri di Hadirat Ku; Pekabaranku
baga para Pengenal-Pengenal Diri Ku (Arifin)”.
“Karenatu, bersucilah engkau untuk berdiri tegak (Al Waqfah), Jika tidak demikian
halmu, Akan Ku campakan engkau, jangan sampai ada atasmu kekuasaan lain selain Ku
semata-mata”.
Dengan pendirian yang demikian, engkau akan melihat segala sesuatu selain Allah itu,
dengan kelainan yang senyata-nyatanya dan berlepas dirilah engkau dari kesemuanya itu”.
5
H U R U F
Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka
atas Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima pembatasan. Zat
Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan (Penanggalan - Tajried) dan
Ama’ dan Sifat adalah urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).
Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya
dikarenakan Zat Allah semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan perkakas
dan alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya,
apalagi memeberitakan tentang-Ku.
Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa
dan bberapa ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat berbicara.
Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di atas segala.
Apa yang Aku ciptakan sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan
hukum apapun atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.
Telah kukatakan kepada huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan
(penyalur huruf) itu dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu.
Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :
“Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari
daya tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari rangsangan-
rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan ma’rifatmu,
bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.
Itulah sebenarnya penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy,
dan itu adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah setiap orang, malainan
oleh orang-orang tertentu.
“Andaikan perjalananmu berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya
sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, dan tergoda oleh teka-
tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya akan Ku catat
engkau dari golongan ahli sihir yang tidak berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang
mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku mereka adalah penyembah-
penyembah huruf selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu
malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.
Hai hamba!! “Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh kali
tiada ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu dari
rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke dalam
khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan
keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana engkau melihat Ku???”
6.
ARTI AYAT : “Dan Bahwa Hanya Kepada Tuhanlah Kesudahan Segala
Sesuatu” (Qs. An Najm 53:42)
“Aku yang melindungi engkau dari api neraka, maka dimana letak ketenengan dirimu??
“Ku menangkan engkau dari Surga, maka dimana pula letak kenikmatanmu??
“Hanya Aku ketenangan mu, dan di sisi Ku kediamanmu, dan di anatara kedua tangan
Ku tempat berdirimu, andaikan engkau ingin mengetahui”.
“Ku ciptakan engkau untuk Ku... berada di sanding Ku... supaya engkau menjadi tatapan
pandangan Ku dan Aku menjadi tujuan pandangan mu”.
“Aku tidak rela engkau hanya berada dalam kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja,
maka Ku dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar dapat mencapai untuk
melihat Ku, sebagaimana ayat di bawah ini :
“Hai manusia, sesungguhnya engkau telah bersusah payah dengan kegiatan kerjamu
untuk menuju Tuhan mu, maka pastilah engkau akan menjumpai Nya” (QS. Al-Insyqaq 84:6).
Tafsiran dari “Kad khu ilallahi” adalah kerja giat penuh dengan kesungguhan untuk
tujuan menemui “Nya”. Tanpa jumpa dengan DIA, tiadalah arti ketenangan dan kebahagiaan.
7.
ARTI MAKNA “ISLAM”
Maka engkau senantiasa menghimpun kemauan kerasmu atas Ku, tiada bagian bagi
selain Ku terhadap dirimu kecuali hanya kehadiranmu bersamanya, dengan akal budimu saja,
maka jangan engkau bersukaria atas karunia yang dianugrahkan-Nya kepadamu dan jangan
cepat-cepat marah kepada orang yang menyakiti hatimu, jangan pula bermegah karena
kejayaanmu dan menepuk dada menyombongkan ilmu pengetahuanmu.
Waspadalah, jangan terperdaya terhadap karunia-Ku dan jangan putus harapan karena
Ujian dan cobaan Ku, dan jangan jinak bermanja dengan sesuatu selain Ku”.
“Laksanakan saja apa yang menjadi perintah Ku tanpa menoleh ke belakang, halmu jika
demikian sama dengan Malaikat Ku yang berkemauan teguh”.
8.
SEBUTAN “AKU”
“Tidak akan diucapkan kalmiat “AKU” melainkan oleh orang yang berkawan dengan
kelengahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat :
Ku, pesona dunia masih mencengkeram dirimu, masing-masing akan menyambar dirimu
dengan seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja dalam kegaiban yang kelam daripada
Ku.
Maka apabila engkau telah melihat “AKU” dan “Aku” pun telah bernyata di hadapanmu,
tetapkan keteguhanmu, maka tiada Aku lagi malinkan “AKU”.
“Telah ku ciptakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan, antara lain tujuan itu
adalah “Cintamu kepada dirimu sendiri” itulah tetesan faham (kalimat) yang engkau warisi, kata-
katamu “aku” adalah egomu sendiri (AKU berlepas diri dari anggapan yang demikian). Dan
tidak lain Zat itu melainkan kepunyaan Ku, dan tidak lain “Aku” itu kecuali untuk Ku semata.
AKULAH yang DIA itu AKU, adapun hakikatmu, bukanlah zat dan bukan pula persoalan, hanya
sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat wahami (dugaan), hal ini
disebabkan karana caramu berpikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan.
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada “menyaksikan dan disaksikan”, dua menjadi
satu dalam bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan persoalan yang dicapai... adapun
hakikatmu sendiri tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi atasnya, jauh dari segala
itu semua. Engkau bukan lagi zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh dari Roh Ku, tiada
nisbah bagimu melainkan pada-Ku”.
Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali di kala terangkat daripadamu tirai
penutup dan engkau memandang Ku, ketika itulah lenyap keadaan dirimu yang menyatu,
penyatuan yang bersifat serba duga (wahami), lalu engkau menyadari atas hakikat dirimu dan
engkau dapati dirimu yang sebenarnya yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan, tetapi
hanya semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah) sutu yang tidak terbagi, (Jauhar)
tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka engkau tidak lagi mengulangi dan
mengatakan “AKU” tetapi mengatakan “Engkaulah Tuhanku”, dan telah engkau ketahui, bahwa
“AKU” adalah untuk Ku semata, dan bahwa engkau adalah hamba Ku”.
Seruan Allah kepada para arifin : Jikau engkau sudah tiba kepada melihat Ku, maka
tidak akan ada tuntutan, dan apabila tidak ada tuntutan maka hilanglah sebab, dan jika sebab
telah musnah maka tiada lagi nisbah, sempai di sini sirnalah hijab”.
9.
ILMU PENGETAHUAN
ILMU adalah merupakan satu upaya untuk mencapai sesuatu yang terdiri dari bagian-
bagian dalam ulah lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan adanya gerak dan
perjalanan disertai tata tertib dan peraturan-peraturannya yang tertentu yang ada padanya;
Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang ketentuan-ketentuan.
“Ilmu itu sendiri merupakan tirai penutup atas apa yang sudah menjadikan
pengetahuannya; yang seyogyanya tidak demikian halnya.
Seorang yang banyak berilmu (“Ulama) terdinding oleh kesadarannya sendiri, sama
halnya dengan si dungu terdinding oleh kelengahannya. Sungguh pun begitu ilmu itu mencerai-
beraikan akal si alim, disebabkan karena ilmu itu terpetak-petak dalam beberapa bidang dan
arah tujuan pemikiran”.
Ilmu itu sendiri memiliki jalan-jalan dan saluran-saluran, lalu sampai kepada cabang-
cabang. Tiap-tiap cabang mempunyai jalan keluar sendiri-sendiri, sampai di sini tidak dapat
dielakkan lagi akan terjadinya perselisihan, dan dari perselisihan menjurus ke arah kesesatan.
Akal, setelah mengetahui kesemuanya itu, lalu mengadakan penyaringan di antara
pelbagai macam kemungkinan-kemungkinan, maka terperosoklah ia ke dalam aneka ragam
kesimpang-siuran.”.
“Seorang yang berilmu masih dalam ikatan serba dua “Menyaksikan dan disaksikan”,
begitu pula halnya seorang pengenal (Arifin) ... yang tidak... dan yang lain halnya... adalah
seorang Waqif di Hadirat Ku (orang yang berdiri tegak di tempat penghentian pencapaian), ia
adalah tunggal... karena dia telah sirna (fana) meniadakan keserba-duaan lagi, menyadari dan
kembali pada pribadinya sendiri dalam kesederhanaan dan kesatuannya (ringan lunglai
terlepas dari daya tarik apappun dan senyawa-menyatu)”.
“Maka seharusnya puncak dari ilmu, akal dan pikiran itu mengembalikan pada
kedudukan asalnya dari segi bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada Yang “SATU”
ialah Allah Maha Penciptanya. Dari sini bertolak ke arah pengenalan (Makrifah) barau dapat
disebut orang arif. Tetapi pandang pengenalan seorang sufi jauh dari kesemuanya ini, lebih
tinggi menjulang dan tidak menilai ilmu, karena pengenalannya kepada Allah semata-mata,
makrifat yang tunggal, mengenal ke Esaan-Nya, dalam sifat-sifat-Nya, Asma-Nya, Af-al-Nya,
Taqdis-Nya dan ke Maha Sucian-Nya”.
Hai hamba yang berilmu! “Bilamana ilmumu dapat melepaskan engkau dari ilmu mu,
maka engkau akan tiba pada perjalanan pengenalan (Makrifat), tetapi kalau engkau menyatu
dengan ilmu mu, maka ilmu itu akan menjadi penghijab bagimu; Dudukkan ilmu itu pada tempat
yang seyogyanya menjadi penghantar ke arah makrifat dan bukan engkau yang menyatu
dengan ilmu mu”.
“Setelah engkau tiba di ambang pintu makrifat, dan memasukinya, maka engkau akan
terheran-heran dan menginsafi kebodohanmu di hadapan Zat Illahiat dan inti mula pertamanya.
Seorang sufi mewejang : “Kebodohan, kedunguan adalah tirai penutup yang asli dan tak
mungkin tersingkap tentang Zat Ilahiat, kecuali pada Hari Kebangkitan (Kiamat) kala seorang
hamba dikehendaki-Nya untuk memandang dengan pandangan mata.
Adapun sebelum itu maka tiadalah mungkin melihat Allah dengan terang-terangan, dan
apa yang dialami seorang abid ialah menyaksikan Allah pada sesuatu yang di dalamnya
terdapat bekas dari tangan pembuatnya, ayat-ayat-Nya, hikmah-Nya, tadbir-Nya (yang
diuraikan-Nya). Dan itu merupakan penglihatan akal serta matahati atau melihat Nur-Nya.
Adapun Zat, akan tetap tinggal terselubung oleh selimut gaib yang mutlak.
Dan di kala seorang abid mencapai puncak makrifat, maka ia menyadari akan
kebodohannya di hadapan Zat itu; Dan menyadari pula akan kelemahan semua usaha-usaha
dan cara-cara yang selama ini diandalkan; ia akan memulai perjalanannya kepada Allah
dengan menempuh penyaksian. Maka akan keluarlah ia dari alam nyata selain Allah. Keluar
dari ilmunya, amalnya, makrifatnya, ifatnya, namanya dan juga kelura huruf dan ibarat, dan apa
saja yang diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan ibarat.
Dengan pelepasan, penanggalan segalanya itu tadi adalah pintu untuk mencapai
“Penglihatan” serta jalan masuk menuju “Hadirat-Nya” dan penghentian jalan terakhir dari
“penyaksian” maka ia masuk didorong oleh kekuatan cahaya yang menetap (tidak membiarkan
dan tidak meninggalkan).
Yang demikian adalah, apa yang diuraikan dalam gambaran seorang sufi “Penglihatan
hati (Ru’yah Qolbiah) terhadap Zat yang tertutup terselubung dan terhijab dengan Nur demi
Nur-Nya; dan itu merupakan permulaan disertai kenyataan yang dikawani oleh poros tempat
persembunyian segala sesuatu dan (dikawani) pula oleh keadaan dari kelenyapan yang
sepenuh-penuhnya... tiada sesuatu... selain Nur itu.
Ketahuilah bahwa Nur itu bukanlah Zat, tetapi hanyalah suatu ayat (tanda bukti) dari
sekian banyaknya tanda-tanda bukti, dan juga sebagai hijab dari sekian banyaknya hijab-hijab
dan juga isim dari berbagai Asma-Nya (nama-nama-Nya) dan Asma adalah hijab atas yang
bernama dan yang dinamai.
Dan ini bukanlah penyaksian pandangan mata. Dalam hal ini penyaksian pandangan
mata tidak mungkin sama sekali selagi di dunia ini, dan tidaklah bagi insan yang memiliki
bentuk jasad insani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dari apa yang terjadi, dan apa yang
dialami Nabi Musa As. Yang tidak memiliki daya kemampuan memandang, hingga jatuh
pingsan; dan bukti yang dijadikan contoh tidak pula memiliki kemampuan tersebut hingga
hancur lumat berbutir-butir,
“Dan tatkala Musa datang di tempat yang telah ditentukan, dan Tuhannya berkata-kata
dengannya, lalu berkatalah Musa :”Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah diri-Mu padaku supaya aku
dapat memandang-Mu”. Ia pun berfirman : “Tidak sekali-kali engkau dapat melihatk-Ku, tetapi
pandanglah ke bukit itu; jika ia dapat tetap di tempatnya, maka engkau akan melihat pada-Ku”,
Maka tatkala Allah “memperlihatkan diri” kepada bukit tadi, bukit itupun hancur luluh menjadi
lumat dan jatuhlah Musa dalam keadaan tak sadar diri. Maka tatkala sadar, berkatalah Musa
“Maha Suci Engkau! Aku taubat kepada-Mu, dan aku adalah orang pertama yang beriman
kepada Mu”.
Perhatikan! Musa tidak jatuh pingsan karena melihat Zat Ilahy, tetapi ia baru melihat
tajallinya Zat atas sesuatu yang lain, yakni bukit itu, baru tajalli-Ny saja, dapatkah engkau
membayangkan betapa mungkin terjadi jika sekiranya Musa melihat Zat-Nya.
Dalam ilmu penegtahuan insani terdapat segi tantangan, karenanya setiap sesuatu
tujuan pemikiran diiringi oleh pemikiran akal yang menguraikan kebalikannya. Demikian juga
kejahilan insani, yang di dalam kejahilannya terdapat tantangan (dari kebalikannya). Tidak
demikian halnya dengan ilmu pengetahuan Rabbani (Ilahy) yang Ladunni (Ilmu yang didapat
langsung dari Alloh), maka ilmu yang demikian, begitu juga kebodohan yang berupa
“pengetahuan ketidaktahuan”, maka ia adalah suatu kejahilan yang asli, yang tiada tantangan
kebalikannya, karena kejahilan terhadap Zat Ilahiat adalah merupakan sampainya kepada
hakikat yang terakhir, yang berkesudahan (nihaiyah), justru Allah itu Yang Maha Suci (Majhul
al-Hawiyah) yang tak dapat diketahui karena tiada sapun yang menyerupai-Nya (Dan itulah sifat
Zatiyah).
“Keluarlah engkau dari ilmumu yang kebalikannya adalah kejahilan, keluarlah engkau
dari makrifat yang kebalikannya adalah pengingkaran... niscaya engkauakan jinak terhadap apa
yang engkau ketahui, Ilmu itu berseteru dengan kejahilan, dan kejahilan itu adalah huruf...
kejahilan itu menjadi seteru ilmu dalam kejahilannya terdapat huruf”.
Keluarlah engkau dari huruf, niscaya engkau mengetahui ilmu yang tiada seterunya,
yaitu Ilmu Rabbani (jika engkau sudah sampai ke taraf ilmu ini), maka engkau akan menjahili
suatu kejahilan yang tiada lagi berseteru dengan kejahilan yang berupa pengetahuan. (Al Jahlul
Irfani)”.
“Jika engkau telah mengetahui suatu ilmu yang tiada seteru, dan jika engkau menjahili
kejahilan yang tiada bersetru pula, maka engkau bukan lagi tergolong dari penduduk bumi dan
langit”.
“Jika engkau sudah bukan lagi menjadi penduduk bumi, maka Aku tidak akan
membebani engkau pekerjaan ahli bumi; Juga kalau engkau tidak lagi menjadi peduduk langit,
maka Akupun tidak lagi membebani engkau menjadi pekerja ahli langit”.
Dan penghambaan itu merupakan hijab yang terdekat, yang mana Aku dari balik-Nya
berhijab pula dengan sifat keperkasaan; dan kelengahan itu pun suatu hijab yang jauh, yang
mana Aku dari baliknya berhijab dengan semua dan apa-apa yang telah Ku ciptakan dari
segala sesuatu saling pengaruh-mempengaruhi.
10
RAHASIA
As-sir (rahasia), adalah laksana sesuatu yang terselubung dalam kelembutan dan
kehalusan, yang tersembunyi di dalam diri manusia, halnya seperti keadaan roh, hati dan
matahati.
Kami biasa mengucapkan : “Naiknya sudah sampai pada pencapaian Rahasia Tuhan;
ucapan ini rumus untuk sebutan maut, yakni keluarnya roh dari tubuh.
Hai hamba!!” Sirmu yang tersembunyi itu berkekuatan melebihi kekuatan bumi dan
langit.
Sermu dapat memandang tanpa biji mata, mendengar tanpa daun telinga, Sirmu tidak
bertempat tinggal di dalam rumah-rumah dan tidak pula makan buah-buahan”. Sirmu tidak
mengenal malam dan tidak mengembara di siang hari”.
“Sirmu tidak diketahui oleh akal dan pikiran, dan tidak pula berhubungan dengan hukum
sebab-akibat.”.
“Sirmu hidup dalam abad demi abad, sedang jasadmu hidup dlam waktu yang
ditentukan”.
“Aku berada di belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu tidak mengetahui akan Daku, dan
isyarat-isyarat sirmu tidak sampai menyaksikan Daku”.
“Bila telah engkau yakin tentang sirmu, maka engkau bukan lagi engkau.... sedangkan
engkau-engkau itu adalah tetap engkau”.
‘Sedangkan segala sesuatu di alam wujud ini datangnya kemudian daripadamu dapat
mengalahkan engkau asalkan engkau mengenal kedudukanmu dan membiasakan (melazimi)
duduk di dalam maqammu, maka yang demikian itu engkau lebih kuat dari kandungan huruf
dan asma; lebih kuat dari segala apa yang nyata di dalam dunia dan akhirat”.
“Jika engkau telah meyakini akan sirmu, maka yakin pulalah engkau akan Daku;
daripada Ku lah adanya segala sesuatu. Akulah yang menyatakan segala sesuatu; Akulah yang
DIA itu AKU”.
“Aku tidak berada di dalam sesuatu, dan aku berlepas diri dari pada sesuatu, dan tidak
pula Aku berdiam di dalam sesuatu; dan tidaklah Aku di dalam Aku, dan tidaklah Aku daripada
siapa pun, dan Aku tidak terjawab oleh pertanyaan “Bagaimana?? Dan tidak pula oleh ucapan
tanaya “Apa” pun”.
“Aku adalah Yang Maha Esa, Maha Tunggal dan menjadi kembalinya segala macam
pinta (Shomad) tidak ada yang dapat menyatakan adanya menjadi nyata selain Ku”.
“Aku telah mendhahirkan alam semesta, yang bersifat teguh-tetap (alam benda) dan apa
bila Aku bernyata niscaya Aku akan melenyapkannya, dan apabila Aku berkehendak; niscaya
Aku mengembalikannya kepada mendahirkannya pula dengan pakaian-pakaian sementara ,
serta aneka ragam logam-logam yang terdapat di mana-mana (Yakni pakaian ruang dan
waktu ... masa dan mana).
“Maka peliharalah batasmu antara Ma’nawiyah dan tsabatiyah (yang tidak tetap dan
yang tetap) antara roh dan jasad.
“Segala sesuatu akan dituntut oleh dari mana ia berasal (jasad barasal dari tanah, maka
tanah itu akan menuntut) dan tiadalah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan berkhusus
dengan Ku; Tiadalah Aku ditentukan, dan sesungguhnya Aku mutlak (bebas)”.
11.
SOPAN SANTUN BERTUTUR KATA BERSAMA ALLAH
Hai hamba !! Janganlah engkau menentukan dan menguraikan apa-apa yang menjadi
keperluanmu, tetapi hendaklah engkau menyembunyikannya, lalu ucapkanlah :
“YA Tuhan, tengoklah hambamu ini yang berdatang sembah dalam keadaan durhaka penuh
dosa,... tolonglah akan daku dalam urusanku, dakulah semua kemalangan itu,,,, hanya
Engkaulah yang dapat memilih mana yang baik untukku; dakulah yang bodoh terhadap
masalahku di antara kedua tangan Mu. Hindarkanlah daripadaku tindak memilih atas-Mu”.
Hai hamba! “Tindak memohon kepada Ku hendaknya diiringi dengan pernyataan yang
bijak... maka akan ku perlihatkan kepadamu apa yang selama ini engkau sembunyikan dan apa
yang engkau nyatakan ... katakanlah;
“Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja, agar tiada satu pun menyambarku dan ditarik
mejauh dari Mu, daku bersama Mu sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,, Jadikanlah daku
melihat Mu untuk selama-lamanya; Ku mohon apa yang Engkau Ridloi...Anugrahkanlah daku
kecintaan pada Mu”.
“Ya Tuhan!! Daku memohon dengan segala kerendahan dan sepenuh hati, dapatlah
daku menjadi hiasan antara kedua tangan Mu; pakaikan untuk ku pakaian indah yang menjadi
hamparan tibanya karunia Mu; Jadikanlah pula daku selalu memandang Mu menurut kehendak
dan kemauan Mu dan menjadi sasaran gairah cemburu Mu”.
“Tuhanku yang melihat akan daku, maka bagaimanakah daku melihat selain Nya.
Telah daku lihat pula daku saksiskan, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku
bersenang-senang dan bergembira ria, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku murung,
daku bersedih, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku lapar dan menanggung derita,
maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku kenyang tidak juga sekali-kali daku melihat Nya...
daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak juga melihat Nya”.
“Oh Tuhanku! Kemanakah seharusnys daku pergi? Sedangkan Engkau yang meakukan
segala tindak”.
“Tutur kata siapa lagi yang hendak daku dengarkan, bukankah setiap lesan
mengucapkan tutu kata Mu? Dengan siapa pula daku menggabungkan diri dalam himpunan?
Sedangkan Engkau berada di setiap himpunan”.
“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau berada di setiap mata yang melihat”.
12.
DENGARKAN ISI PERJANJIAN PENGANGKATANMU
“Tiada kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku
didik engkau agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tida pula Aku mengambil kawan
duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk duduk bersama selain
Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang dirimu adalah
merupakan suatu peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu
yang tiada akan lenyap”.
“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan
dengan Ku engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau agar
engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai Nama-nama Ku;
Ku ciptakan dunia ini untukmu dan pula Ku sujudkan kepadamu; dan Ku ciptakan segala
sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku; Ku
pilih engkau demi kemuliaan himpunan Ku; Ku gemarkan engkau bersama Ku; Ku fitrahkan
engkau sesuai dengan gambaran Ku”.
“Mohonlah pertolongan dengan berdo’a kepada Ku, agar engkau bisa tegak berdiri di
dalam maqammu di antara kedua tangan Ku... Kalau tidak ... maka diammu itu menyeru
kepadamu tentang apa-apa yang telah diketahui perihal dirimu, maka waspadalah engkau
kepada Ku, jangan sampai diammu itu menjadi seruan kepada dirimu, sednagkan engkau
mengesankan bahwa diammu itu adalah taqarub (berhampir diri) kepada Ku”.
“Bagaimana engkau melepaskan pendanganmu ke arah langit dan bumi, matahari dan
bulan, dan kepada segala sesuatu apapun, sedangkan engkau telah mengetahui, bahwa
kesemuanya itu terang dan nyata daripada Ku.
Kesemuanya itu mensucikan diri Ku dengan menyampaikan puja-pujiannya kepada Ku
dan mengucapkan kata tulus “Laisa Kamitslihi Syai’un... Tiada satu pun yang menyamai Nya”...
Janganlah engkau menyingkir dari patokan pandangan yang demikian ini, agar tidak dirampas
oleh pandangan-pandangan lain. Dan jangan lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari cara
memandang yang demikian, kaena nantinya engkau dirampas oleh sifatmu sendiri”.
“Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar dalam pandangan ini, akan ku tan engkau
akan menulis atas dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan engkau saksikan bahwa
sesungguhnya Aku berada bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku dudukan
engkau di dalam maqam ishmad (maqam yang tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku
tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala syahwat keinginanmu, dan engkau kan
merasakan malu untuk selalu berada di dalam tata cara adat-isitadatmu”. SesungBahwa
syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji kecintaanmu, maka jika
engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak memilih keinginan-keinginan lain, niscaya ku
ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka
keinginan-keinginan syahwat. Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad
tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan
hanya kepada Ku sendiri”.
“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di anatara kedua tangan Ku,
tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun mahligai yang sangat
besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu.
Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan
jangan pula dari dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan
dapat pengertian perihal Ku.
Hendaklah halmu menjadi demikian laksana TUHAN YANG HADIR, dalam alam
semesta yang gaib dan pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang aku malu
daripadanya”.
13.
PENGLIHATAN
Hai hamba! “Menundukan kepala ke bawah, adalah merupakan lalu-lintas dunia dan
akhirat, dan melepaskan pandangan adalah merupakan penjara dunia dan akhirat (penglihatan
adalah laksana penjara dunia dan akhirat dalam arti jika penglihatanmu engkau menjadikan
sedemikian rupa, memandang wajah ayu dan cantik, maka di balik wajah ayu dan cantik
terbukalah pintu penjara dan engkau menjadi budaknya, maka engkau akan luput kehilangan
arah dari dunia dan akhirat)”.
“Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak layak lagi berjalan bersama Ku
(karena dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi, sudah bercerai berai dan
tidak lagi mendengar kata-kata Ku)”.
Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan matamu, kalau tidak, maka engkau tidak lagi
dapat memeliharanya untuk selama-lamanya”.
Hai hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga hatimu (Yakni Ku pelihara hatimu
dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan)
“Peliharalah kedua matamu serta serahkan dan tinggalkan kesemuanya pada Ku... bila
telah engkau pelihara kedua, niscaya terpeliharalah hatimu dalam puri kerajaan Ku (yakni
sudah tidak lagi terpengaruh oleh perbagai macam yang menarik perhatianmu, dan tidak lagi
tergoda dari ketidaktetapan dan ketidak mantapan, dan engkau Ku beri kemampuan untuk
mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan kemauan yang teguh. Itulah yang Ku
maksudkan dengan puri kerajaan Ku)
Hai hamba! “Jangan engkau memandang apapun yang Ku perlihatkan padamu dengan
pandangan terpesona yang akan menyerumu kepada rasa kepuasan, dan janganlah engkau
merendahkan diri terhadap pada sesuatu pun. Jika engkau telah terpesona melihat selain Ku,
lalu engkau merasa tergoda, maka katakanlah :
14.
TENTANG “JAUH DAN DEKAT”
Hai hamba! “Berulang kali Ku perkenalkan diri Ku padamu, tetapi engkau belum juga
mengenal Ku, hal yang demikian berarti engkau menjauhkan diri daripada Ku. Engkau sudah
mendengar tutur-kata Ku dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau belum juga mengetahui
bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang demikian sama halnya engkau telah menjauhkan diri
daripada Ku”.
“Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih dekat dari dirimu, itulah pengertian
menjauh yang sebenarnya”.
Hai hamba! “Engkau akan tetap tinggal terhijab dengan hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun
telah Ku ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku, dan kerap juga engkau mendengarkan kata-
kata Ku, hingga engkau berpindah kepada kedudukan bekerja dengan Ku”.
Adapun si Waqif (Yang berhenti dan berdiri tegak di Hadirat Ku) maka ia telah memasuki
tipa rumah, maka tiada lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya; ia sudah merasakan
segala macam minuman tetapi masih tetap merasa dahaga; lai ia sampai ke pada Ku, dan Aku
adalah tempat tinggalnya, dan di sisi Ku adalah tempat penghentian dan berdirinya.
Al Waqwah (penghentian untuk berdiri tegak di Hadirat Allah), adalah di balik apa yang
dikatakan, dan makrifat itu adalah puncak yang di katakan, sedangkan ilmu pengetahuan itu
adalah apa yang dapat di katakan.
“Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi enggkau melihat Ku”
“Jangan putusa harapan daripada Ku... Andaikan engkau datang kepada Ku dengan
segala ucapan dan tutur kata yang buruk, maka ampunan Ku lebih besar lagi. Dan jangan pula
engkau bercanda dan berani pula kepada Ku. Andaikan engkau mendatangi Ku dengan semua
uacapanmu dan tutur katamu yang baik, tentu hujat Ku lebih utama”.
15.
KHUSUS DAN UMUM
“Bukanlah suruhan Ku yang berupa ilmu pengetahuan yang Ku tujukan kepadamu, dari
jurusan hatimu, itu untuk memindahkan kedudukanmu dari umum kepada khusus.
Bukan pula di kala Aku memerintahkan kepadamu untuk membuang segala apa yang
Ku berikan padamu berupa ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu demi kegairahan Ku
atasmu. Dan bukan pula supaya Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua adalah agar engkau
keluar daripada makrifat kepada penyaksian, dan dari khusus yang tingkat khususnya khusus,
supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran
pandanganmu dan engkau menjadi sasaran pandangan Ku”.
“Tiada lagi antara Ku dan antaramu batas pemisah sesuatu pun, baik nama-nama Ku,
atau ilmu-ilmu Ku apalagi nama-nama atau ilmu-ilmumu”.
“Hendaklah engkau titipkan namamu kepada Ku sampai tiba saatnya Aku menjumpaimu
dengan (nama). Jangan ada lagi antara Ku antaramu nama, ilmu dan makrifat yang
membatasai, maka untuk Hadirat Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk hijjab. Maka pada
Hadirat Ku tidak satupun lagi yang mampu menguasaimu, karena sesungguhnya engkau
adalah kemudian daripada Ku, dan sesuatu apapun yang Ku nyatakan adalah kemudian
daripadamu”.
16.
SETIAP YANG BERBEKAL AKAN TERKALAHKAN
Aku ditegakkan berdiri di atas permukaan laut, maka kulihat bahtera demi bahtera saling
tenggelam, yang tersisa hanya keping-keping papan yang berserakan di sana-sini” Kemudian
tiba saatnya papan-papan itu tenggelam juga. Lalu Dia berseru kepadaku : “Tiada satupun yang
naik di permukaan laut itu akan selamat, dan setiap yang berbekal akan terkalahkan”.
Ia pun berseru pula : “Barang sapa yang mau menerjunkan dirinya dan tidak mau naik,
berarti mau menghadang bahaya”.
Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan tidak mau menempuh bahaya, niscaya akan
binasa!”.
Dan kata Nya : “Dalam menempuh bahaya masih ada sebagian darapan dari
keselamatan”. Dan ombak yang ketika itu datang menggunung menganggkat pula apa-apa
yang ada di bawah permukaan laut dan dihempaskan ke tepi pantai.
Lalu kata Nya : “Cahaya terang di atas permukan laut tak dapat di capai, dan dasar laut
yang gelap gulita tak dapat dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan juga tidak dapat terjamin
keselamatannya”.
Dan lanjut Nya pula : “Jangan engkau naik ke permukaan laut, maka Aku akan
menghijabmu dengan bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula terjun ke dalam laut, yang
demikian halnya sama saja; Aku tetap akan menghijab dengannya”.
Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu ada batas-batas, maka yang mana yang akan
mendukungmu?”.
Dan kata Nya : “Bila engkeu merelakan dirimu pada lautan, lalu engkau terjunkan dirimu
ke dalamnya, tidak yang demikian menjadikan dirimu sama dengan hewan laut”.
Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau! Jika Aku menunjukan engkau atas selain Ku!”
Kata Nya pula : “Bila engkau membinasakan dirimu berkorban untuk selain Ku, maka
engkau adalah bagi siapa yang engkau rela berkorban itu”
Dan kata Nya : “Dunia itu bagi barangsiapa yang Ku singkairkan jauh daripada dunia,
dan bagi barangsiapa yang Ku singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan akhirat itu bagi
barangsiapa yang Ku datangkan untuk menghadap (mendekat) kepadanya, dan Ku jadikan pula
ia suka menghadap kepada Ku”.
17.
MASUKLAH PADA “KU” SEORANG DIRI
Engkau melihat amal perbuatanmu walau baik sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk
meandangnya, maka janganlah engkau masuk kepada Ku dengannya.
Sesungguhnya jika engkau datang kepada Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan
Ku sambut dedatanganmu dengan penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau
mendatangi Ku dengan ilmu pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan tuntutan. Dan jika
engkau mendatangiku dengan makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih
utama dan lebih seharusnya.
Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan.
Hendaklah engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu,
namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan Ku
seorang diri.
Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan-
kenyataan itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang yang nyata, Aku lebih dahulu
menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka janganlah engkau
membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika masih saja demikian halmu, maka
tiada kebaikan daripadamu.
Jika engkau mengethaui di kala engkau masuk kepada Ku, pastilah engkau akan
memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu saling bantu-membantu kepadamu,
karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada lagi penolong selain Ku.
Jangan engkau melangkah ke luar dari rumahmu tanpa mengharapkan keridaan Ku,
karena Aku-lah yang bakal menunggumu dan menjadi petunjukmu.
Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan
shalatmu, niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga pula
urusanmu, juga kemauan kerasmu.
18.
BERDIRI DI ANTARA KEDUA “TANGAN ALLAH”
“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku!
Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah
yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja,
tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”.
Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang
memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku adalah
yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku
berserah diri, dan bukan kepadamu.
Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya
aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui
beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.
. Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di
dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan
perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya, memerlukan
bantuan Nya. Adapin Dia maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya;
Keindahan Nya dari pada Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.
“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu
selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka
hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah
(Tuhan melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan
Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku isbathkan engkau
dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.
“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan
bukan untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah
untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba
saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis,
menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.
“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari
maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya
langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.
“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku,
demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari
pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan
Hadirat Ku”.
“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan
apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati
yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana
dzikri kafii isyhaa dika”
19.
KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN PENYAKSIAN
Kegaiban (ketidak hadiran) adalah sesuatu kelalaian, hal yang demikian banyak
dirasakan oleh manusia-manusia ahli dunia, disebabkan karena melihat sesuatu pada zat
dirinya, maka yang demikian itu bagaikan membuka peluang untuk disambar oleh sesuatu-
sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling panggil-memanggil hingga engkau akan terbagi-bagi
di antaranya dan tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing itu.
Jelas yang demikian membuatmu gaib daripada Yang Maha Tunggal lagi Berdiri Sendiri.
Hanya dengan Pertolongan Nya engkau dapat tegak berdiri, tetapi engkau alihkan
penglihatanmu untuk segala sesuautu hingga engkau menerjunkan diri untuk mendapatkan
agar memilikinya, atau waspada daripadanya, takut ke padanya, merendah-rendah membujuk
merayunya.
Adapun Penglihatan, maka ia adalah: ‘Penglihatanmu kepada Allah dan Kekuasaan Nya
atas segala sesuatu itu, menunjukan betapa lemahnya segala sesuatu itu dengan zat dirinya
masing-masing, dan sangat sedikit sekali daya upaya, yang hanya merupakan suatu pinjaman
dari Allah yang membentuknya serta mendirikannya, maka kesemuanya itu tiada
berkemampuan untuk menarikmu dengan zat-zatnya, dan lemah sekali untuk membagi-bagikan
kesan dan lemah pula untuk mempengaruhimu dengan segi-segi yang mencerai beraikan.
Hanya Allah sajalah Zat Yang Maha Suci yang dapat menghimpun kemauan kerasmu kepada
Nya. Dan menyatakan Nya di balik cela-cela sesuatu itu yang dapat melenyapkan zat-zatnya
dan zat dirinya.
Adapun Penyaksian, maka ia adalah : “Penghapus leburan segala sesuatu dengan tata
laksana ke dalam Nur Illahiat yang melimpah ruah yang meliputi segala-galanya, dan itulah
yang kami istilahkan “Penyaksian dengan Hati”.
20.
HIJAB HIJAB
1. Hijab A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang diciptakan oleh Allah).
2. Hijab Ilmu
3. Hijab Huruf
4. Hijab Asma (Nama-nama)
5. Hijab Kejahilan (kebodohan)
Dunia dan akhirat dan apa yang ada di antara keduanya dari makhluk-makhluk, adalah
hijab A’yan dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya itu adalah hijab A’yan atas dirinya sendiri
dan hijab atas selainnya.
Dan Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab a’yan, karena ilmu itu hasil pembahasan
terhadapnya dan terhadap pada peraturan-peraturannya.
Terakhir adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan
melainkan pada Hari Kebangkitan (Hari kiamat).
21.
APA-APA YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
1. Hai hamba “Bila engkau telah menghilangkan (melalaikan) hikmat kebijaksanaan apa
yang telah engkau ketahui, maka apa yang akan ngkau perbuat dengan ilmu yang tiada engkau
ketahui itu ?
2. Hai hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu, adalah kesedihan yang sebenar-benarnya,
(yakni bilai engkau telah melalaikan Daku, maka sesungguhnya engkau telah melalaikan
sesuatu yang tiada lagi gantinya).
3. Hai hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku (shomad = kesudahan dari semua pinta),
niscaya engkau tidak menemukan tujuan permintaanmu. Dan jika bukan karena Dawam Ku
(dawam = yang terus menerus tanpa hentinya) niscaya engkau bosan,
4. Hai hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada apa yang Kunyatakan, sedangkan engkau
lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.
5. Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa ujian itu menjadi suatu ilmu
pengetahuan bagimu.
6. Siapa yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan kejahilan, Aku bermuslihat dengan ilmu
pengetahuan Ku terhadap siapa yang Ku bodohkan.
7. Hai Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu apa yang terkandung di dalam
penglihatanmu itu, maka pastilah engkau akan merasa sedih masuk ke dalam surga.
8. Hai Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku, maka ia akan dapat melampaui
“ucapan dan diam” dan melangakahi “Ilmu pengetahuan dan kebodohan” dan melangkahi
epmbatasan.
9. Hai Hamba! Manakala engkau memohon, hendaklah engkau berdiri menghadap kepada
Ku, niscaya engkau Ku beri, Jangan sekali-kali engkau berdiri menghadap kepada
permohonanmu, yang demikian membuatmu terhijab dan Ku tolak.
10. “Aku sendiri adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti.
11. Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan, dan tanda-tanda keteguhan adalah keamanan
dalam menghadapi bahaya.
12. Siapa yang menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa yang
menymbah pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa kelanjutan; dan siapa
yang menyembah pada Ku karena rakus dalam kenikmatan Ku, niscaya akan putus.
13. Jika engkau makan dari uluran tangan Ku, niscaya jasad tubuhmu tidak akan menaatimu
untuk engkau ajak bermaksiat pada Ku.
14. Hai hamba! Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan diperkenankan masuk
selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas bendungan itu dan tinggalah sekali
di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba saatnya saling jumpa dalam pertemuan.
15. Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak kakimu, dan letakkan kebaikanmu di bawah
dosa-dosamu.
16. Huruf itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba
Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
17. Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan, niscaya engkau akan diarahkan ke
perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di dalam ilmu, niscaya engkau akan diarahkan
ke pelbagai pengetahuan-pengetahuan, dan janganlah engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya
engkau akan disambar kenyataan-kenyataan.
18. Hai Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan diserahkan
kepada namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka engkau akan
diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu selain dari Ku, niscaya engkau
akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan bila dirimu sendiri yang mengambilmu maka
engkau akan diserahkan kepada musuh dirimu.
19. Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah tutur kata
Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.
20. Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf adalah serambi ilmu, dan ilmu itu adalah
serambi makrifah, dan makrifah adalah serambi nama, dan nama itu adalah serambi dari apa
yang dinamakan.
21. Hai hamba! Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa undanganKu
tidak?? Hai hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya perbuatanmu pun akan
bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada Ku, maka akan
berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan akan masygul lah hati dan
batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian Ku buka pintu untukmu, agar
engkau dapat bergantung pada Ku.
22. Hai hamba! Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau terlepas dari
perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada Ku, sedangkan dalam hatimu
terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku.
23. Hai Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak
menghendaki apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada sesuatu apapun.
24. Bila tiba hari kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku. Apabila di
dunia Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka terbukalah hijab, tetapi jika tidak, maka
tetaplah sebagaimana adanya dahulu.
25. Hai hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini yang
membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau peroleh , dan tiak pula
menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau berada di sisi Yang Maha Pencipta Segala,
engkau telah cukup kaya, tidak memerlukan lagi apa-apa yang ada di alam semesta.
26. Hai hamba! Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada Ku.
27. Hai hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari dirimu
sendiri, maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan pertolongan Ku. Maka
akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau dengan keperkasaan Ku.
28. Hai Hamba! Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai kelemahan
(ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu kefakiran.
29. Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang memarahi dirinya sendiri demi Aku, dan
tidak rela pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang tetap berzikir
kepada Ku tanpa diselingi oleh kealpaan.
30. Hendklah engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat dan
kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.
31. Hai hamba! Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah
sesuatu yang memadai dan menanadingi Ku.
32. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah
engkau dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada hari Aku bernyata
suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau tidak dikenai oleh kengerian
dan ketakuatan, dan tiada pula digemparkan oleh apa yang mendahsyatkan.
33. Hai hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun baik
perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan menyeru padamu.
34. Hai hamba! Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau tidak lagi
punya tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang bertentangan akan
menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan keselamatan dan yang bertentangan
akan mengakibatkan kebinasaan.
35. Hai hamba! Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau melihat
bagaimana Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan, yang mana
engkau sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka engkaupun akan
rela terhadap apa yang Ku jauhkan daripadamu, dan engkau akan mengetahui akan apa yang
Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari hijab Ku. Hai hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu
janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan lenyap, dan engkau akan melihat kedudukanmu
dan kedudukan ahli dunia ini.
36. Yang berdiri di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas langit dan
bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan berpaling menoleh kepada
kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya kecuali di atas landasan
Ku; dan tiadalah ilmu pengetahuan serta renungan hatinya melainkan berkisar antara kedua
tangan Ku.
37. Hai hamba! Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua tanganmu, sebelum
Aku merobohkan dengan kedua tangan Ku.
38. Engkau adalah hamba selama engkau di kuasai.
39. Hai hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah
kelalaian belaka.
40. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling bertentangan
dengan sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu untuk diri Ku.
41. Hai hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang lemah, dan
menguatkan engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau merasakan cinta Ku.
42. Hai Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang satu berkata
dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan dengarkan tutur kata Ku.
43. Hai hamba! Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula maksudmu
dengan kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.
44. Hai Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau menjadi baik,
itulah harga dirimu di sisi Ku.
45. Penglihatan itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus engkau
ikuti, dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang saling
berlawanan.
46. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu engkau menuju
kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku kembalikan engkau pada sesuatu
itu.
47. Dengan sikap membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk akhirat.
48. Rumahmu di akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di dunia ini
daripada Ku.
49. Hendaklah engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di kala Aku
mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku.
50. Hendaklah engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu
pulalah nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan melihat pada Ku pula.
51. Hai hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai.
52. Salian Ku tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu pintu-pintu
dan lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku bagimu agar engkau melintasi
hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu.
53. Hai hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku, bukan pula
engkau untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi sesungguhnya engkau hanyalah untuk
Ku dan dengan Ku.
54. Hai hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah Raja yang
terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan.
55. Hendaklah engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada Ku, sama
halnya dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum padamu.
56. Hai hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah “Tuhanku! Tuhanku!
Niscaya Ku jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!
57. Bila engkau melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang daripada Ku,
maka sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar.
58. Hai hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila engkau tidak
melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka selayaknya engkau berada di sisi
siapa yang datang dengan membawa kebaikan.
59. Hai hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu bersikap lembut
dan lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan berhentimu sampai di situ, sangat
sekali Ku sayangkan! Demi perhatian terhadap padamu dan atasmu.
60. Hai hamba! Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum sirna
angan-anganmu.
61. Bila engkau telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau akan
bertemu kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku ciptakan dari kebaikan-
kebaikan itu.
62. Engkau menjadi hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas.
63. Barangsiapa telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah
milik Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah milik Ku,
engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama engau mengikatkan tali
hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi engkau melihat bahwa sesuatu itu
kepunyaanmu dan di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu itu adalah milik Ku, niscaya
engkau tidak akan mengikatkan tali hubungan.
64. Hai hamba! Ucapkanlah : “Labbaika Wasa’adaika Walkhairu Bika Waminka Wailaika
Waiyadaika” Artinya : Aku selalu menaati Mu, Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah
dengan Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua tangan Mu”.
65. Hai hamba! Hilangkanlah kebiasaanmu berikhtiar (memilih) niscaya akan Ku buang sama
sekali tuntutan Ku itu.
66. Hai hamba! Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku (Assiwa)
kesemuanya itu adalah merupakan suatu dosa.
67. Hai hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu terhadap
segala sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan mengingkari segala
sesuatu.
Hai hamba! Bila engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam kegaiban
laksana jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa hentinya.
68. Hai hamba! Perselisihan itu disebabkan oelhe pertentangan kebalikannya *Adh dhiddah),
sedangkan melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun perlawanan.
69. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk datang
menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku maqamkan engkau
dengan selain Ku.
70. Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang mana
dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca”. Yang dimaksud adalah
(QS. Al Isra’ 17:111).
71. Hai hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita, maka bila engkai
didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan! Selamatkanlah kami dari utusan-
utusan Mu”.
72. Hai hamba! “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus segala
sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan putus segala nisbah.
73. Aku telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku
dan hukummu.
74. Pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh
pengetahuan-pengetahuan yang berasal daripada Ku.
75. Ucapan segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu
terhijab oleh ucapannya sendiri.
76. Makrifat yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat
menyeru.
77. Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan Aku lebih jauh
untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.
78. Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan pertanyaan :
Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia berkata pula : Sekali-kali
tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara kedua tangan Ku. Inilah dia! Engkau
menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku lagi....... Bila
engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku
baik-baik, jangan sampai hilang karena bila hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu
dengan sebutan kata “AKU” maka hendaknya engkau mempercayainya, maka sesungguhnya
Aku telah membenarkan; Dan bila dia mengatakan padamu kata “dia” maka hendaknya engkau
mendustakan dia, karena Aku telah mendustakan dia.
79. Telah terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling bergantung
kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung pada titah Nya, baik
perintah maupun larangan Nya, lalu ia pun berkenan berkata kepadaku : “Pandanglah wajah
Ku” lalu ku pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab : “Bukan selain
Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh wajahmu sendiri” Lalu kulihat wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi
.... “Bukan lainmu!”.... maka kujawab : Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau
adalah seorang faqih, maka hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar dan berusaha
mendalami ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik mata” (Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti
dengan cara ilmu fiqih. Akupun datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun
berkata : “Aku tidak mau melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)...... (membalik mata ...
itu adalah perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy syai’) atau
mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah mata Allah (‘ainullah), zat Allah (semata-mata)
itu adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan diada-adakan, yakni
uraiannya tersusun dari huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh
dari huruf dan jauh dari uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam maudhu, persoalan
ini ialah “Bahwa zat dari segala sesuautu itu bergantung pada zat Allah, tetapi jangan salah
tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah
membalikkan mata dan telah memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya :
“Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan
Ku tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya” (QS. Shad
38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan dari ruh Alloh dan berkaitan
dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia bukanlah ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun
yang menyamai Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un).
80. Hai hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah melihat
bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu kalian akan cuci tangan
dari nasab keturunanmu yang mulia itu.
81. Hai hamba! Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa selain Ku
(assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah tandingan keperkasaan Ku,
maka segala keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang menyirnakan yang selain Ku
dan apapun yang diperlihatkan olehnya”.
82. Hai hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata; dan Akulah
yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun, dan Akulah yang Daim (terus
menerus tanpa kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad demi abad, dan Akulah yang
tunggal, dan tidak dapat dimiripi oleh bilangan dan hitungan... Segala sesuatu akan ditutntut
oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang Satu, Yang Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak
berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku.
83. Sekali-kali tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat Ku,
umpamakan saja keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan kepunyaan Ku, karena
Aku meliputi segala sesuatu.
84. Semua ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan lorong-lorong yang
sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala tujuan dan puncak segala
kesudahan.... Bila engkau telah berada di maqam makrifat, maka akan terungkaplah
pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu mata keyakinan (‘Ainul yaqin) terhadap pada Ku..
pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun gaib pula pada dirimu sendiri, inilah hukum
makrifat yang berlaku .... Bila makrifatmu tidak dapat menghukum dirimu, maka Akulah yang
tampil menjadi hakim. Sapaimu di taraf ini berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan
diwajibkan pdamu agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan bicaramu itu
engkau akan menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam, maka hilang pula murka Ku, bila
engkau bicara... makrifat itu selalu disebut dalam Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi, baik
nilai maupun martabatnya dari ilmu pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil pencapaian
terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu adalah pencapaian
terhadap persoalan-persoalan yang terbagi-bagi bidangnya. Mengenai “penyaksian” jauh lebih
tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu adalah hasil dari kebulatan tekad yang disertai
dengan usaha yang gigih terhadap kebenaran, dengan ikut sertanya upaya hati dan
pengalaman, maka itulah yang menghasilkan penyaksian, dan penyaksian itu adalah setinggi-
tingginya keyakinan.
85. Bagiku.... bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan pada Nya,
kemudian ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada Ku”, Lalu engkau merasa telah
menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong besar, Ia pun melanjutkan L “Engkau
tidak mentaati Ku, tida pula Aku diaati oleh sesuatu pun” .... Baru kalilah aku melihat ke Esaan
yang sebenar-benarnya. Arti ayat : Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di lautan
dengan layar-layar yang tinggi menjulang )QS. Ar Rahman 55:25). Perhatikan ayat tersebut di
atas, bahwa Allah menyatakan jika bahtera-bahtera itu adalah milik Nya, sekalipun milik kita
pada lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita yang membuat. Ingat
renungkan! Kita membina dengan ilmu Nya, dengan pengetahuan Nya, peraturan-peraturan
Nya, serta ilham Nya, begitu pula halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh siapa yang
menaatiNya, melainkan ketaatannya adalah kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu.
86. Aku telah ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata kepada ku : “Aku
tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela jika semua itu menjadi untukmu...
Ku sucikan engkau, Aku bertasbih padamu. Maka janganlah engkau mentasbihkan Ku. Aku
yang membuatmu! Bagaimana engkau dapat mensucikan Ku?
87. Jangan engkau duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-anjing dan
akan saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas mahligai yang kukuh
kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan jangan ada yang menyertaimu;
Jangan menghiraukan apapun, baik sianr matahari ataupun kicauan burung-burung, maka
tutuplah wajah dan telingamu, karena sesungguhnya bila engkau memandang selain Ku;
niscaya engkau akan menyembahnya, dan jika engkau yang dipandang oleh sesuatu, maka
engkaulah yang akan disembah.
88. “ Kulihat segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang dilihat? Segala
sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu ke bawah, dan lihatlah ke
dalam, niscaya terlihat.
89. Hamba-hamba sahaya berada di dalam surga, sedangkan orang-orang merdeka berada
di neraka.
90. Bila tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang menyertaimu.
91. Engkau pasti akan mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu.
92. Perhitunganmu meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar.
93. Di antara makhluk-makhluk Tuhan, ada di antaranya yang seakan-akan tidak layak
menjadi makhluk sama sekali.
94. Engkau didalam segala hal, ibarat baunya baju dengan baju.
95. Aku ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa larangan
untukmu.
96. Katakanlah kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu
berpangkal dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari segala sesuatu.
97. Bila engkau melihat Ku di dalam dirimu, sebagaimana engkau melihat Ku di dalam segala
sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap dunia.
98. Aku dengan sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan berhimpun
dengan sesuatu.
99. Hidup yang manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata :
100. Aku telah menggodamu dengan tidak adanya kepercayaanmu sepenuhnya pada
umurmu.
101. Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui. Guna apa lagi dituntut.
102. Aku ditegakkan berdiri di dalam sifat “Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia pun berkata
kepdaku : “Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu saling menunjuk kepada Ku; dan
mengungkapkan perihal Ku. Sebagaimana Aku menjadikannya di saat yang bersamaan,
memanggil kepada dirinya dan menghijab daripada Ku; maka nasib setiap insan yang
dikarenakan penghijab-penghijab itu seakan-akan menggantungkan dirinya pada penghijab-
penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku jadikan nyata, dan zikir Ku
adalah pengungkap semisal hijab juga... “Bila Aku bernyata tiadalah engkau akan melihat
apapun di sekelilingmu lagi”
103. Hendaknya engkau katakan : “Ilahy! Jangan kiranya Engkau biarkan diriku diporak-
porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu.
104. Masih jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa yang datangnya daripadamu? Maka
hal ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan dirimu. Segala apa yang datang
daripadaku yang menyusahkan dirimu akan Ku palingkan semua. Bila engkau sanggup
melakukan apa yang Ku haruskan padamu mengatasi keduanya ini, niscaya engkau menjadi
seorang Wali.
105. Bila engkau bukan dari ahli Hadirat (yang selalu bersama Allah), tentu saja khatir
(lintasan hati) itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu merupakan khatir; dan tidak
akan memberi manfaat malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu sifatnya selalu bertentangan satu
sama lain. Maka untuk menyelamatkan dari pertentangan diperlukan perjuangan. Engkau tidak
akan sanggup melakukan perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu kecuali dengan Ku,
Hendaknya engkau berdiri bersama Ku, maka dengan demikian barulah engkau menjadi ahli
Hadirat Ku.
106. Aku dihentikan di dalam “ikhtiar” lalu ia berkata : “Kalian akan menderita sakit” dan dokter
akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang, kata-kata yang diucapkan para dokter itu
adalah kata-kata Ku dan mereka mengimani ilmu kedokteran, tetapi tidak beriman kepada Ku;
Si penderita pun patuh kepada dokter dan menurut berpantang makan, tetapi tidak berpuasa
untuk Ku.
107. Sudah layak jika Aku “memperkenalkan diri” kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan)
Aku tidak akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku.. Pengalamanmu terhadap bala itu
berasal daripada Ku... pengenalanmu terhadap bala menjadi bala pula ... dan tiada seorang pun
dapat melarikan diri dari bala, karena bala itu daripada Ku”.
108. Aku dihentikan dalam “Perjanjian” dalam keadaan tegak berdiri, Ia pun berkenan bertutur
kara padaku :
109. Bermula adalah tahap penyaksian (Al musyahadah) dengan menafikan khatir (lintasan
hati) kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya sendiri yang bermakrifat, terakhir
menafikan “aku” (Al ana).
110. Tolonglah Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku. Bila Aku sudi engkau kawani, maka
Ku berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan Ku beri ilmu dari ilmu Ku.
111. Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megahan di hadapan para ulama dan
untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah, rapat maupun
muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!.
112. Bila engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar dari sifatmu, keluar dari amalmu dan keluar
dari ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu; Dan bila engkau sudah keluar dari
namamu, jatuhlah engkau ke dalam nama Ku. Bila engkau telah jatuh ke dalam nama Ku, akan
terlihatlah padamu tanda-tanda pengingkaran, dan segala sesuatu itu akan serentak
mengadakan perlawanan kepdamu berupa fitnah dan engkaupun memunafikan setiap khatir
hatimu... Nah! Sekarang setiap yang melawanmu akan berhadapan dengan Ku!.
113. Hendaklah engkau meneliti dan melihat dengan apa engkau memperoleh ketenangan,
maka sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.
114. Di antara ilmu-ilmu pendekatan (Al Qurb) hendaklah engkau ketahui bagaimana Aku
berhijab dengan suatu sifat yang engkau kenali.
115. Barang siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian ia keluar, sedang ia sudah
mengetahui keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal di luar, akan kunyalakan api
untuknya seorang diri.
116. Di antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata, pada satu saat akan engkau lihat ilmu-
ilmu itu akan bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya dengan ilmu-ilmu hijab, maka
ia tetap akan lancar berbicara.
117. Sifat-sifat yang dapat diungkap oleh tutur kata adalah sifat-sifatmu, dalam arti dan
makna, tetapi sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur kata bukanlah sifat-sifatmu
dan tidak juga dari sifat-sifatmu.
Bila Aku berbicara padamu dengan ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum memberikan
kunci pembuka; karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu sendiri. Adapun bila Aku
berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan bata-bata akan bicara padamu. Dan
engkau dalam kedudukan ini tinggal berkata “Jadilah” maka “jadi”
118. Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian huruf, dan tidaklah huruf itu mempunyai
wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan tutur kata adalah
persiapan untuk perkenalan yang tidak seisertai ibarat. Pemikiran-pemikiran itu melaui huruf,
dan lintasan-lintasan hati itu dari pemikiran, tetapi ingatan kepada Ku yang murni adalah
terpisah di balik huruf dan pemikiran.
119. Yang nanti akan engkau temui di dalam kematianmu, ialah apa yang engkau alami di
kala hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa selagi di dunia ini buta, maka kelak di akhiratpun
akan buta dan lebih sesat jalannya” (QS. Al Isra 17:72).
120. Jangan menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan menanyakan tentang AKU.
Hendaklah engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu pun (Laisa Kamitslihi
Syai’un).
121. Jangan dihiraukan penaggilan selain panggilan Ku, sekalipun ia memanggilmu berdalih
ayat-ayat Ku. Jangan engkau hadiri sekalipun ia datang mengundangmu dengan ayat-ayat Ku;
karena sesungguhnya, segala sesuatu itu Aku ciptakan memanggil pada diri masing-masing
dan menghijab daripada Ku.
122. Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu paa Ku! Dengan Ku engkau akan kekal,
dan putuslah engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada Tuhanmulah hendaklah engkau
pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8).
123. Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak membalas menyerang, maka engkau
benar-benar tergolong dari para arifin.
124. Bagaimana para arifin tidak sedih sedangkan mereka melihat Aku meneropong
perbuatan buruknya dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat oleh pembuatnya”. Dan juga
Ku katakan kepada perbuatan baiknya : “Jadilah lukisan agar dilihat oleh pelukisnya”
126. Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan matanya melihat ketentuan waktu.
127. Katakan kepada para arifin! : “hendaklah kalian mendengar bukan hanya untuk mengenal
saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk mengenal melulu!; Sesungguhnya Ia
mengenalkan diri Nya padamu sebagaimana engkau bermaqam di sisi Nya.
128. Katakanlah kepada hati orang-orang arif : Janganlah kalian keluar dari keadaan kalian,
sekalipun kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang sesat. Apakah kalian
menghendaki kesesatan daripada Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku??
129. Katakanlah “Ilahy” Aku memohon kepada Mu, dengan Engkau!.... sekedar kesanggupan
suatu permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada kemurahan Mu!
130. Wahai yang saling berselisih! Janganlah engkau mengharapkan (memperoleh) petunjuk
dari yang saling berselisih; Bila ia memberi petunjuk padamu, niscaya engkau akan berhimpun
bersamanya dan memadu satu tujuan; Dan bila ia tidak memberi petunjuk padamu niscaya
engkau akan berserakan terpecah belah, karena engkau mengikuti perselisihan yang datang
dari segalajurusan.
131. Masih ketinggalan satu ilmu, berarti masih tinggal satu bahaya; masih tersisa tambatan
hati, berarti masih ditunggu satu bahaya; masih kurang lengkap suatu akal pikiran, berarti masih
ada bahaya yang menanti; masih ada suatu kemauan keras atau kepiluan, berarti masih diintai
bahaya.
132. Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa penjuru iblis;
133. Sesungguhnya engkau sudah melihat keabadian, dan tiadalah keabadian itu dapat
diuraikan dan diibaratkan.
Dari tasbihnya, maka Ku ciptakan malam dan siang, dan keadaannya bagaikan tirai penutup
yang membentang bagi setiap hati dan segala rahasia-rahasia. Lalu Ku pilih engkau, tirai siang
Ku buka dan tabir malam Ku singkap supaya engkau dapat melihat Ku.
Kuberikan padamu daya, agar engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan memandang
bagaimana Ku turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana tibanya siang dan
datangnya malam”.
134. Engkau telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat Ku. Barangsiapa yang telah
mengenal ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan alasan apapun. Bila
engkau sedang duduk, jadikanlah ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan jangan keluar jika
engkau keluar, keluar pulalah engkau dari benteng Ku. (Yang dimaksud dengan ayat adalah
kamimat Tauhid).
135. Adab sopan santun para wali-wali itu, ialah mereka tiada mengurusi sesuatu dengan
kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan akal dan budi luhurnya.
136. Bila engkau di datangi oleh panggilan hatimudan engkau lengah tiada melihat Ku, maka
sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api Ku, maka sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali-wali Ku (orang-orang yang beriman dan bertakwa) niscaya akan Ku perlakukan
terhadap padamu sebagaimana layaknya Aku memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah :
“YA Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan Mu, terhadap
padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”.
137. Orang yang berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat itu baikan arca-arca, dan melihat ilmu
bagaikan azlam (anak panah peramal nasib).
138. Ilmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang mantap.
139. Pembersih tubuh adalah air, dan pembersih hati adalah menundukan pandangan dari
siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa adalah najis, dapat disucikan hanya
dengan tobat.
140. Hai hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat nyata adalah Kau; yang memperlakukan
dan yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi dikarenakan Aku. “Tinggalkan dia!
“Tetaplah di sisi Ku”, Kalau tidak! Maka tidak pula aku memilihmu.... Siwa adalah tempat
pertentangan, yang berlawanan, yang berserakan, berbilang-bilang, bercerai berai..... Hanya
Aku lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa tantangan.
141. Hai hamaba! Janganlah engkau menjadikan Aku sebagai utusanmu kepada sesuatu,
maka sesuatu itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi yang demikian, maka
engkau akan ku tulis dari golongan orang-orang yang berbuat olok-olok pada Ku disertai
pengetahun.
142. Hai hamba! Hendaklah engkau menghentikan “kemauan keras” mu di kala engkau
berada di antara kedua tangan Ku. Bila engkau dapati di anataranya (kemauan kerasmu) dan
antara Ku selain Ku, maka lemparkanlah dia (siwa) dengan penglihatanmu kepada Ku dari balik
belakangnya (siwa). Kalau dia (siwa) masih tetap ada, maka tatapkan wajahmu kepada Ku,
niscaya engkau melihat bagaimana Ku jadikan dia (siwa), maka ssampaimu di sini tidaklah
akan Ku katakan lagi “Ambilah” atau “tinggalkanlah”.
143. Pelhralah baik-baik keadaan halmu agar dengan “kemauan keras” mu engkau
memandang Ku. Jangan hendaknya “kemauan keras”mu engkau pandang dalam kemauan
kerasmu, hal yang demikian membuatmu berpandangan kepada dua larangan dan dua
perintah, dan engkau sendiri berada di bawah dua Pemerintahan.
144. Hai hamba! Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka hendaklah engkau jadikan
segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.
145. Hai hamba! Hendaklah engkau berlindung kepada Ku dari selain Ku, sekalipun selain Ku
itu mendatangimu dengan keridaan Ku.
146. Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan antaramu, maka engkau adalah hamba dari
sesuatu itu.
147. Hai hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu segala sesuatu dengan kekayaan yang
tiada lagi engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku yang menjadi pilihanmu, maka
Aku pun akan gaib. Kemalangan apa yang akan menimpamu? Halangan apa yang akan
menghadangmu?? Itulah bila aku gaib... engkau akan terperosok ke lembah hina, dirimu
menjadi rendah dalam perhambaan dan kejahatan terhadap pada sesuatu.
148. Hai hamba! Jika pembagian itu telah terangkat, akan menjadikan sama, tiada perbedaan
yang menyedihkan dan yang menggembirakan (yakni bila terangkat hijab) yang memisahkan
engkau daripada Ku, niscaya semeua siwa tiada bernilai lagi, baik yang menyedihkan maupun
yang menyenangkan.
149. Pengenalan akan nama Allah Yang Maha Agung (Ismullahi Al A’dham) adalah pertama-
tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu tuntutan yang diajukan nama itu, maka
lenyap pulalah tuntutan lawan nama itu.
150. Aku adalah lebih baik bagimu dari dirimu sendiri; bila engkau lalai Aku yang
mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu; Seakan-akan Aku
membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan karena ingatan Ku padamu atau merasa
senang bersamamu tanpa kegelisaha... Akulah Yang Maha Kaya, tiada memerlukan
daripadamu dan daripada segala sesuatu.
151. Bila engkau telah melihat Ku di balik sesuatu, lalu engkau mendurhakai Ku, maka
durhakamu itu adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku atas kesadaran, maka
berarti telah memerangi Ku.
152. Ilmu yang menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong yang menuju pada Ku... Ilmu yang
tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.
153. Tidak akan sampai panggilanmu di belakang hijab, kecuali dengan menyingkirkan hijab
itu; yang demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan Ku terhadap siapa yang telah
melihat Ku.
154. Aku telah bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa tiadalah meninggalkan barangsiapa
yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan akan Ku berikan padanya ganti yang
lebih baik dari apa yang ditinggalkan itu.
155. Hai hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den mengapa duka citamu engkau
simpan bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas daripadamu.... Engkau adalah wali
Ku, dan Aku lebih utama bagimu, serahkan saja kepda Ku “Zat rahasiamu” maka Akulah yang
menghadapi segala kesimpang siuran dan Aku lebih mengetahui daripadamu. Sebagian sifat
dari seorang wali ialah : Tiadanya merasa heran atas sesuatu dan berpantang meminta
apapun. Bagaimana tidak demikian dia sudah melihat Ku – apa yang layak diherankan lagi
sedang ia melihat Allah, dan apa yang akan diminta? Sedang ia melihat Allah.
156. Sesungguhnya mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju pada Ku,
bukan untuk wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di sanalah .... Ku sambut
kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan Qoyyumiati (berdiri Ku sendiri)
tiada pinta dan tiada apapun yang diajukan pada Ku. Bila Aku hendak bicara padanya, akan Ku
laksanakan; bila Aku hendak memberi pengertian, Ku tanamkan pengertian. Hai hamba! Ahli
wirid manakala telah sampai ke tujuannya, mereka akan berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu’
(membaca Al Qur’an yang sudah sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti
dan menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan “Ahli Ku” karena baginya “tiada batas
lagi” Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?
157. Hai hamba! Bila engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana “melihat
Ku”, maka akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan keteguhan hati
padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau lepas dari “melihat Ku”
maka Ku timpa padamu sebagian dari malapetaka dan Aku lemahkan engkau untuk
menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa “menjauh” karena kelemahanmu Ku
gerakan engkau berhasrat untuk memohon pertolongan pada Ku, maka kasih sayang Ku akan
menarikmu dan mengangkatmu kembali ke maqam “melihat Ku”
158. Hai hamba! Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka
janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.
159. Hai hamba! Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata
dalam hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan dirimu.... resapilah
nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang belulangmu.
160. Hai hamba! Bila engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat satu sifat
As Shumud. (Ash Shumud ialah tempat bergantung pada Yang Maha Kekal, dan tempat
meminta dari yang bergantung pada Nya segala sesuatu, baik yang dimaksud maupun yang
disengaja ataupun yang dituju yang kekal tanpa kesudahan).
161. Hai hamba! Apa yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula
dengan penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa yang telah
Ku-ungkapkan untukmu itu.
162. Hai hamba! Jika malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau
gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari pembesar-pembesar
para hamba Ku.
165. Barangsaiapa yang selalu ingat pada Ku dan sudah terbiasa serta menjadi tabiatnya
pula, maka berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku guna keselamatan dirinya.
166. Mereka yang membenarkan Aku dengan kegaiban dan beriman pada Ku tanpa melihat
Ku, maka Aku akan menyertainya pada hari dihimpun, dan akan Ku kawani di dalam suasana
yang mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan dalam menghadapi kegoncangan, lalu
akan Ku teguhkan atas apa pun yang dialami, sebagaimana mereka telah mengawani Aku di
balik tirai penutup itu.
167. Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi orang yang terhijab hanya karena apa
yang cocok dengan seleramu atau dengan kemampuan.
168. Hai hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan Ku, berarti mengenal dengan satu
perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.
169. Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun tanpa Aku memperkenalkan diri Ku
padanya.
170. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, tetap Aku tidak
menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu yang demikian tanyakan kepada orang yang
alim dan bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang Ku, maka engkau akan melalui jalan yang
aman dan jalan berbahaya. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa
daripadamu, sedang Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya, maka cepat-cepatlah
engkau lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil memohon perlindungan Ku daripada makar Ku.
171. Aku ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang mulia, bila mereka menjumpai Ku segera
membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh khidmat menguraikan ikhtiarnya kepada
Ku.
172. Tidak berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu, melainkan apa yang telah mengiringi
engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di dalam kematianmu,
melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan kematianmu.
173. Bila Aku tidak gaib dikala engkau makan, niscaya Ku putuskan agar engkau tidak lagi
berpayah-payah untuk mencari makan.
174. Hamba Ku yang berada di dalam “Hadirat Ku” ia dapat melihat “nama” itu tidak memiliki
kekuatan hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang mengejutkan (Al Buhut) maqam
terakhir, yang mana semua hati berhenti di situ.
175. Bila engkau menafikan “nam” (al ism), maka tibalah engkau pada “wusul” artinya : telah
sampai .... Bila tiada terlintas padamu “nam”, maka tibalah engkau pada “ittisal” artinya :
hubungan.... Bila engkau dalam “hubungan”, maka engkaupun “Berkehendak dan berkemauan”
seakan-akan engkau menafikan “nam” itu, dan tidak lagi terlintas “nam” itu; disebebkan karena
sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu Bilmusamma) dari yang dinamai.... Itulah tingkat yang tinggi,
derajat paling atas tentang kecintaan terhadap Zat Ilahiat.
176. Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah yang mendapati dan menemukan,
cukup kiranya engkau untuk Ku......
177. Engkau yang dicari dan Aku lah yang menemukan; Akulah yang dicari dan engkau yang
menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!
- Bila selain Ku yang engkau temukan, semoga engkau memenangkan peperangan.
- Bila Aku yang engkau temukan, engkaupun akan bingung tanpa bersama Ku, dan akan
terheran-heran kecuali di sisi Ku.
178. Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau meninggalkan nama Ku.
- Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua tantangan dengan sekaligus, maka engkau
tidak akan mengenal Ku.
- Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah pula dengan kelengahan, maka
itulah puncak hawa nafsu.
- Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di balik segala sesuatu.
179. Perjuangan pertama menuju pada Ku, hendaknya engkau memandang pada Ku tanpa
berkedip sekejap pun.
180. Hendaklah engkau mengatasi urusan dan persoalanmu dengan penuh rasa takut,
niscaya Aku teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan hendaknya engkau
mengatasi dengan harapan dan angan-angan, niscaya akan Ku bongkar manakala sudah
hampir mencapai penyelesaian.
181. Bila selain Ku yang engkau jadikan penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada Ku, maka
hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu pelarian ke arah langgananmu, dan satu
pelarian dari tangan Ku.
182. Bila engkau tidak melazimkan zikir... menyebut dan mengingat nama-nama Ku, sifat-sifat
Ku dan pujian-pujian untuk Ku, niscaya yang seharusnya zikir itu untuk Ku... berbalik pada
dirimu sendiri, dari sifat Ku menjadi sifatmu.
183. Nama itu memisahkan antara yang bernama dan yang dinamai, dan memisahkan pula
antara yang dinamai dan arti nama itu sendiri.
184. Lazimilah berbaik sangka, niscaya akan engkau lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan barang
siapa yang sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.
185. Tengoklah kepada Ku, bagaimana Aku mencabut kemashgulanmu terhadap selain Ku....
sati di antara dua! Aku cemburu atasmu atau Ku campakan engkau!
188. Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah tiak mempnyai pendapat lagi.
189. Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu, niscaya tidaklah Aku menyatakan
wajah Ku bagimu.
- Satu kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi orang yang tidak melihat wajah Ku;
Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu sendiri merupakan dosa. Kebaikan
orang-orang yang berbakti adalah merupakan dosa bagi orang yang didekatkan.
190. Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191. Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan Ku teguhkan engkau dari
berbolak-baliknya hatimu.
192. Aku jadikan engkau jelek terhadap segala sesuatu, yang demikian agar engkau terhijab
dari antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu untuk maksud perkenalan, bila terjadi
yang demikian Ku kirim kepadamu kehina-dinaan.
193. Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya Zat.
- Ash Shidq – itu ialah larangan lisan untuk berdusta, dan Ash Shiddiqiah – adalah
larangan bagi hati untuk berdusta.
- Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan.
- Pendustaan hati ialah mendengarkan pada kedustaan itu.
- Kedustaan hati adalah menginginkan keinginan-keinginan.
- Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan selain Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi
adalah bahasa Ku.
198. Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan yang menjadi kepentingamu,
niscaya engkau akan keluar di atas batasmu.
199. Ia berkata kepadaku.. “ Di dalam surga itu segala apa yang mungkin terlintas dalan
ingatan dan pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih bessar lagi, dan
di dalam neraka itu juga segala apa yang mungkin terlintas dalam engatan dan pemikiran....
sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih besar lagi.
201. Hai hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia hatimu), niscaya Aku menemanimu
dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam kesendirianmu! Niscaya Aku menemanimu
dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu! Niscaya Aku menemanimu dalam
himpunanmu!.
202. Hai hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu adalah cintamu pada dirimu, maka
enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.
203. Hai hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan oleh tutur kata..... dan ikhlaslah
barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur kata.
205. Hai hamba! Bila engkau bersandar kepada sesuatu, maka engkau akan berpegang teguh
pada sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh pada selain Ku; Dan akan Ku tulis
engkau sebagai orang yang musyrik.
206. Hai hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu semuanya untukmu, sedangkan Aku jauh
lebih dari segala sesuatu itu, Akulah yang mempunyai karunia-karunia itu, maka belakangilah
sesuatu-sesuatu itu di punggungmu dan palingkanlah wajahmu menghadap pada Ku.
22.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Tuhan ku berseru kepada ku : Hnedaklah engkau berjalan menuju kepada Ku, dan
Akulah yang menjadi pandu penuntunmu. Maka akupun berjalan... kulihat diriku sendiri; Ia pun
berseru lagi :
Lalui semuanya! Arahkan tujuanmu kepada Ku saja. Sungguhpun bila engkau berhenti
bersama dirimu yang tercela, niscaya engkau akan binasa, dan bila engkau berhenti dengan
dirimu yang terpuji, niscaya engkau terhijab.
Sungguh, bila engkau telah terhijab dengan panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka
engkau akan didatangi oleh panggilan-panggilan yang tercela, dan dengan paksa engkau akan
di tawan, penyebabnya tak lain karena engkau terhijab.
Aku pun melanjutkan perjalanan, maka kulihat akal pikiranku. Sambung Nya : Lalui saja
dan jangan diperdulikan, tetapkan tujuanmu pada Ku! Bila akal yang datang akan disusul oleh
hikmat kebijaksanaan; dan bila ia pergi maka ia pun akan melihat dirinya. Bila ia membawamu
masuk ke dalam hikmat kebijaksanaan, ia pun akan berkata kepadamu “Ikutlah aku”, maka
kekuasaan sudah berada di tangannya.
Bila ia datang, maka engkaupun akan menyertainya kepada hikmat kebijaksanaan; Bila
ia pergi engkaupun akan mengikutinya menuju kepada hijab. Langkahi saja siapa-siapa yang
datang dan siap-siapa yang pergi. Aku teruskan perjalanan... ujarNya pula : Engkau telh
melewati bahaya itu!... kulihat kerajaan duniawi seluruhnya dengan sekali pandang; Berkata
pula Tuhan kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka
kesemuanya itu adalah kesenangan nafsumu dan impian-impiannya.
Kemudina kulihat kerajaan-kerajaan semuanya dengan sekali pandang; Kata Nya pula :
“Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu adalah
kesenangan akal budimu dan rumahnya. ..... Aku pun melalui, kemudian kulihat hikmah
kebijaksanaan menyambut.
Kedatanganku dan membukakan pintu-pintu, dan di balik pintu-pintu itu terdapat pintu-
pintu lagi, yang di dalamnya terdapat khazanah-khazanah, dan khazanah-khazanah itu berisi
pula harta-harta kekayaan, lalu akupun didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan makrifat, semuanya
serempak mendatangiku; maka Tuhan pun berkenan berkata padaku : engkau sudah menjalani
segala sesuatu!..
Kembali aku berjalan lagi, kulihat orang-orang lalu lalang dan mereka yang berjalan,
kulihat pula para ulama dan para zahid dan para muttaqien. Lalu berkatalah Tuhan padaku :
Orang-orang yang lalu lalang akan sejurus dengan arah tujuannya; dan sekali-kali tiadalah
orang yang lalu-lalang itu akan mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya, dimana
mereka berada; Maka bila engkau tertarik oleh orang alim atau ulama, engkau akan diundang
kepada ilmu penegtahuannya; bila engkau menyukai orang arif, engkaupun akan dilambai
kepada makrifat; lintasi saja mereka itu semua. Kesemuanya itu adalah lalu-lintasmu dan bukan
tujuanmu, juga bukan tempatmu untuk tinggal...
Aku melanjutkan berjalan lagi ... ku lihat segala sesuatu, kulihat wajah di balik
wajahnya, dan apa yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya menawarkan diri padaku
dan berlomba menariku dengan berbagai usaha agar aku berpaling padanya. Tuhan pun
berkata lagi : Segala sesuatu itu menawarkan diri melalui penglihatanmu yang memandang,
dan mengaitkan akan arti dan makn dengan selera penggembaraanmu itu; waspadalah pada
pandanganmu, jangan menengok kepada sesuatu agar mereka jemu dan menutup lesannya
supaya tidak lagi menawarkan apa-apa padamu; Simpanlah kemauan kerasmu dari segala arti
dan makna, dan himpunlah atas Ku. Sungguh jika mereka itu tidak melihat engkau berkemauan
keras, niscaya mereka tidak menawarkan dan menarik-narimu.... Akupun menahan
pandanganku dan menaggalkan kemauan kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru :
Marhaban!! Terhadap hati hamba Ku yang sunyi dari segala sesuatu. Lalu Ia pun bersabda :
Engkau telah lulus! Engkau sudah melewati alam semesta (Al Kauniah) dan sekarang tiba
dalam perjumpaan dengan Pencipta Alam Semesta (Al Mukawwin).
Di saat itu aku mendengar Sabda-Nya : KUN (jadilah) disusul pula oleh sabda Nya :
Jangan engkau berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati! Walaupun “Kun” itu sumber pokok
alam semesta; Jangan engkau dibawa-bawa hingga turun ke bawah lagi dari maqammu. Kulalui
“Kun” dengan merendah-rendah; Sabdanya pula : Akulah Allah.... Ku sahuti : “Engkaulah Allah”
Engkau pelindung ku (Maulaya) yang menfitrahkan daku untuk berdiri di antara kedua tangan
Mu yang menjadi persai untukku dari sambaran perintah dan larangan Mu.
23.
PENGLIHATAN YANG AGUNG
Tuhan bertutur kata kepadaku : Pertama hijab adalah hijab bagi penglihatan (Ar Ru’yah)
dari penglihatan beralih ke hijab Pendengaran... engkau mendengar demi untuk Allah; Dan
pendengaran itupun bertingkat-tingkat ... dari pendengaran demi untuk Allah ,... beralih ke hijab.
Diam untuk Allah dan diam itupun bertingkat-tingkat pula.
Tutur katanya pula : Bagaimana hingga engkau diam membisu? Mengapa tidak engkau
pikirkan? Mengapa engkau tidak berkemauan? Akupun menjawab : Maluaya (pelindungku)!
Bagaimana aku tidak memikir? Maliaya, bagaimana aku tidak berkemauan?
Dian pun membalas : Bila sudah jelas bagimu bahwa Aku lah pelaksana segala sesuatu,
untuk apa pula engkau memikir? Jika sudah terlihat segala sesuatu adalah perbuatan Ku,
sedang engkau telah memikirkan, niscaya jiwamu akan datang kepadamu memberi jawaban:
Yang ini perbuatan Nya dan yang ini perbuatan mu.
Bila engkau dihadapkan pada pemisahan, sebenarnya tidak ada pemisahan... Niscaya
akan berpisahlah engkau.... Bila engkau diperlihatkan tercerainya... tiada perceraian yang
sebenarnya.... niscaya engkau bercerai pula.... Bila terputus kaitan oleh perceraian, engkau
akan datang kepa Ku dengan mempersiapkan pengaduan dan perbantahan serta meu merebut
apa yang Ku punyai.... Ketahuilah, engkau telah melihat kepada Ku, bahwa Aku lah pelaksana
merangkap pelaku atas segala sesuatu, jangan dengan ilmu untuk mengetahui pelaksana dan
pelaku segala sesuatu....dengan demikian engkau akan membisu demi untuk Ku, dan tidak lagi
engkau akan memikirkan. Sesungguhnya pembahasan mendalam dalam ilmu pengetahuan
itulah yang menyebabkan terbersit engkau agar berfikir.
Tuhan berkata pula padaku : Bila telah tertangkap olehmu antara perbuatan dan yang
melakukan dari balik punggungmu, bukan di anatar kedua tanganmu ... dan engkau telah
melihat tiada antara Ku dan antaramu “engkau” dan tiada di antara Ku dan antaramu perbuatan,
niscaya tiadalah engkau berkemauan keras.
Dan pandangan berupa ilmu, ialah alim ulama yang mengatakan dalam suatu ketika...
“Aku merasa bahwa Allah mengilhami” diriku dengan ungkapan yang demikian,,,; maka ia
seakan-akan melihat Allah dalam ilmunya.
Dian Ia bertuturkata lagi kepadaku : Orang yang sudah memiliki “penglihatan” dalam
berkata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan ia di atas sesuatu bahaya; juga para alim yang
sudah “melihat Ku” tahu benar adanya bahaya.
Akupun bertanya kepada Nya : Maulaya, apakah gerangan bahaya itu ??? IA menjawab :
Ucapan dan tutur katanya tidaklah terus menerus baginya dan tidak berkekalan, maka apabila
ia berpisah dengan penyebab yang ia dapat melihat, niscaya ia akan berpisah dengan
penglihatan itu, maka inilah bahaya itu... berpisah dengan tutur kata niscaya ia akan berpisah
dengan penglihatan, berpisah dengan ilmu niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan.
Perktaan itu dinding penutup dari penglihatan.... begitu juga halnya ilmu dan amal,
sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang sanggup melihat dari balik tirai hijab, maka
bila engkau telah melihat Ku bukan dari bawah tirai, bukan juga dari bawah nama, maka
sesungguhnya engkau telah melihat Ku dengan “Penglihatan Yang Agung”. Aku mempunyai
hamba-hamba yang tidak membesar-besarkan penglihatan ini, karena telah tersingkap nyata
dan tidak Ku ijinkan tirai penutup bagi mereka, telah Ku angkat pula nama dari mereka, sudah
tidak Ku ijinkan lagi nama menjadi penghalang baginya.
Lalu ku ajukan pertanyaan manja kepada Nya : Maulaya, apakah tabir penutup itu? Dan
apakah nama itu? Ia pun menjawab : Tabir penutup dan nama itu adalah perkataan yang mana
di dalamnya, kesedihan dan ketakutan, ia melihat Ku di dalamnya, dan apabila ia telah “melihat
Ku” dan sudah tidak melihat tabir pnutup dan tidak melihat nama di antara Ku dan antaranya,
niscaya ia tercengang dan akan disngkap oleh keheran-heranan (Al Buhtu wal buhut).
Dan ia berkata kepadaku : Hai yang memiliki “Penglihatan Yang Agung” engkau dapat
melihat orang yang dapat melihat, orang yang beramal, orang yang berdiri tegak, engkau dapat
melihat pada penglihatan mereka, dan dikala mereka keluar dari penglihatan mereka. Dan kata
Nya : Tiada saling duduk bersama semajlis, kecuali yang sudah di tahap “Penglihatan Yang
Agung” dan lanjut Nya : Yang saling berkawan duduk adalah mereka yang di ambang
penglihatan dan di belakang dari kanan kiri ambang pintu itu diddapati Ba’ussifah (Yang sudah
keluar dari sifat manusiawi ketika mereka sudah berada di ambang pintu).
Yang mempunyai penglihatan itu ada dua : Pertama yang mempunyai Asma’ dan tabir
penutup, dan itulah seorang kawan duduk yang berbahaya; Karena bukanlah kawan duduk
yang mengakui Aku sebagai Tuhannya yang dapat ia melihat pada Ku di dalam hijab, maka ia
adalah kawan duduk bagi apa-apa yang ia melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan
duduk Ku;
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama serta dari tabir penutup... ia akan tercengang, ia
akan melihat Aku dalam keheran-heranan.
24.
SOPAN SANTUN BERMAJELIS
(1)
ang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar
dari lisannya jalan pelarian
Simpanlah hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku
menjadi tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
Sesorang yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat pelariannya,
bukan lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan Ku, dan kata-kata pun tidak pula
mendapat pertolongan Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu agar diam, dan engkau sajalah
yang berdYiri di antara kedua tangan Ku
(2)
Yang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar
dari lisannya jalan pelarian
Simpanlah hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku
menjadi tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
Sesorang yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat pelariannya,
bukan lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan Ku, dan kata-kata pun tidak pula
mendapat pertolongan Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu agar diam, dan engkau sajalah
yang berdiri di antara kedua tangan Ku
(3)
Bila engkau melihat Ku, jangan hendaknya engkau menjadi kawan duduk Ku;
Penglihatan itu jangan diartikan izin untuk berkawan semajelis, melainkan bila penglihatan itu
adalah “Penglihatan Yang Agung” yang dengannya engkau melihat Ku dalam segala sesuatu
dan pada setiap waktu.
Duka cita itu adalah sifat hamba Ku. Barang siapa yang menghambakan diri pada Ku,
akan memperoleh kesedihan hingga sampai ke tahap “Milhat Ku” dan yang sudah melihat Ku
akan bersedih pula sebelum sampai pada “Berkawan duduk semajelis” Dan barang siapa yang
“Berkawan duduk semajelis” dengan Ku disusul pula oleh kesedihan “Luput daripada Ku”.
Karena Aku yang akan meluputkan . Keluputan itu aalah sifat Ku, karenanya, duka cita dan
kesedihan itu akan selalu menyertainya. Sesungguhnya yang menyertainya itu adalah jru bicara
dari lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku. Adapun “Berita gembira” (Al Busyra) adalah juru
bicara dari lisan-lisan keridhaan Ku; Jangan hendaknya engkau berhenti, baik dalam duka
maupun suka, berdirilah hanya untuk Ku, sebagaimana layaknya para “Kawan duduk semajelis”
dengan Ku, berdiri di anatara kedua tangan Ku. Baru tahap inilah Nur Cahaya Ku akan
memancar, menyinar, menjulang naik ke lubuk hatimu.
(4)
Di dalam kawan duduk semajelis, sudah tiadalagi zikir, dan tiada pula berzikir, dalam ia
memandang tidak berbalik kembali pandangannya, paham..... tiada ucap pemahamannya.
(5)
Sudah berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu pada ketenangan makrifat, telah
berkesudahan ketentuan makrifat pada budi pekerti penglihatan, telah berkesudahan budi
pekerti penglihatan pada budi pekerti kawan duduk semajelis. Kesemuanya telah berlalu,
kesemuanya sudah dikenal dan dialami, maka ia pun akan melihat Ku antara hati dan kemauan
kerasnya, dan antara lidah dan tutur katanya.
Maka berserulah Ia kepda Ku “Seorang” kawan duduk semajelis” sudah tidak lagi memohon
fatwa dan tidak pula memohon perkenan, tidak juga pertolongan apalagi minta-minta, ungkapan
pun juga tidak..
Bila fatwa yang diminta, maka ia pun menurun kepada ilmu, bila yang diminta perkenan,
balik lagi ia kepada makrifat, jika pertolongan yang diharapkan, turunlah ia ke hajat, dan jika ia
masih minta-minta, jelas dia turun ke kefakiran, jika ungkapan yang diharapkan ia turun ke
berpaling.
IA pun melanjutkan tutur kata Nya : Di sini, kawan duduk semajelis, baginya dari setiap
sesuatu itu berupa ilmu, dan dari setiap ilmu itu adalah zikir, itulah sebenar-benar hamba Ku
yang sudah sepenuhnya melingkupi segala himpunan. Selanjutnya : Pandanglah apa yang
dilihat “Kawan duduk Ku” ia sudah melihat takdir-takdir, dan melihat bagaimana Aku menghalau
takdir demi takdir, dan melihat bagaimana Aku mengulangi takdir-takdir itu dengan aneka cara
yang Ku kehendaki; karena sesungguhnya Akulah yang memulai penciptaan kemudian
mengulanginya (Al Mubdi-u wal Mu’ied). Keyakinannya itu terlihat merupakan Nur antara kedua
tangan Ku... Nur, cahaya berpadu cahaya yang bermakrifat. Dan ia melihat Ku, sebagaimana
Aku menjulangkan Nur demi Nur ... Cahaya demi cahaya...atas siapa yang Ku kehendaki....
tampak semua itu, terlihat semua ilmu dan semua kejahilan, sehingga tampaklah “Duka dan
waham; Terlihat jelas bagaiana cara Ku menimpakan “Dua dan waham” dengan apa dan
kepada siapa yang Ku kehendaki. Hati demi hati terlihat jinak dan tenang manakala duduk
bersama Ku semajelis.
Disambung pula kata Ny : Seorang yang sudah Ku jadikan “Kawan duduk semajelis” tidak
lagi ke derajat ilmu dan makrifat, kecuali dalam keadaan mendesak, kalaupun mendatangninya
juga, maka datangnya dengan penuh cara yang sopan, begitu selesai apa yang diperlukan, ia
pun surut ke tempat asalnya.
Mendatangi dengan cara yang demikian, niscaya derajat ilmu dan makrifatnya tetap
diperoleh tanpa kehilangan derajatnya yang semula. Ia akan “Dimiliki” dan tidak akan
dilepaskan dan tidak memperoleh kemenangan.
(6)
Bila engkau duduk di antara kedua tangan Ku, dan masih ada padamu ilmu dan makrifat
yang saling berkaitan pada dirimu, niscaya Aku akan mengeluarkan engkau dari majelis Ku
untuk kembali masuk ke dalam ilmu dan makrifat, dan Ku serahkan padamu menentukan
pilihan untuk mengambil keputusan dan hukum antaranya dan antaramu.
Bila putusanmu duduk dalam ilmu, maka ilmu itu tidak mendatangimu dengan kepuasan,
lalu engkau pindah kepada makrifat, maka makrifat itu tidak mendatangimu dengan kepuasan;
Kedudukan saja engkau di antara kedua tangan Ku. Dalam Majelis Ku tidak akan dimasuki oleh
langganan-langganan. Kawan duduk Ku tidak akan menoleh ke belakang dan tiada lisan yang
akan mengajak bicara.
(7)
Kawan dudu Ku itu sudah melihat pada Ku, bagaimana Aku memegang segala sesuatu
dan bagaimana sesuatu-sesuatu itu tidak dapat saling berpegang tanpa Aku, sedangkan ia
sudah melihat bahwa segala sesuatu adalah buatan Ku, tidak dapat berdiri tegak melainkan
dengan Ku. Tiada juga dikecualikan “duka cita dan waham”, tiada pula benih-benih buah
buahan yang berserakan di jalan-jalan, tidak juga batu merah tembok bangunan, semua,
semua... Maka segala sesuatu itu dalam genggaman Ku. Jika telah fana kawan duduk Ku, baru
Ku ungkapkan tirai hijab, dan lumatlah langit-langit dan bumi-bumi demi kerinduan kepada
mereka agar mereka menjadi kawan duduk dan dekat bersanding dalam majelis Ku yang baru.
25.
KESABARAN
Pintu yang terdekat dengan pintu Ku adalah pintu kesabaran. Demikianlah kata Tuhan
kepadaku: Tiada pintu lagi antar Ku dan antaranya, dan pintu-pintu lain berada di belakang
pintu sabar. Setiap pintu satu hijab, dan pintu kesabaran tidaklah berhijab, maka hendaklah
engkau iqamah di dalamnya.
Hendaklah engkau memandang kepada Nya dan bersabar, hingga Dia yang mendahuli!
Tutur Tuhan kepadaku : Bila engkau menjadi seorang yang mulaia dengan kesabaran
atas Ku dan kesabaran atas Ku itu menjadikan engkau mulia; Karena sesungguhnya engkau
telah berdiri di Gerbang Kesabaran, berarti engkau berdiri di kemuliaan, maka ucapkanlah
kalimat-kalimat kesabaran. Dan kata Nya : Kalimat-kalimat pintu kesabaran ialah : Ya... Tuhan
ku! Engkaulah yang berkuasa berbuat atas segala sesuatu”.
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia harus bersabar atas Tuhannya, hingga tiba saatnya
“Keyakinan” mendatanginya.
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh
mereka (QS. Al Anfal 8:17).
Maka inilah ungkapan hakikat, Dialah yang membunuh kuffar itu ... satu persamaan yang
terjasdi, pada dhahirnya ... Kaum Mislimin telah bersabar! Penuh ketabahan serta gigih
mempertahankan ... mereka diserang oleh pedang mereka, malahan maju dan tetap melakukan
perlawanan. Bila mengatakan “Hendaklah kalian melakukan peperangan dan saling bunuh
membunuhlah! Lakukanlah! Laksanakan! Dan berjihadlah dengan penuh perasaan mengetahui
akan kebenaran, bahwa Dia lah yang membunuh dan Dia lah yang melaksanakan segala
sesuatu.
Dan Ia bertutur kata kepadaku : Bila aku telah datang kepadamu dalam penglihatanmu
kepada Ku, maka sudah tidak ada lagi kemuliaan”. Kemuliaan telah tunduk kepada Yang Maha
Mulia, dan Yang Maha Mulia telah mendatangi hamba-Nya.
Aku telah mendatangkan engkau kepada Ku, dalam penglihatan Mu itu engkau telah
berada di maqam kemuliaan. Bila engkau berpaling, maka Aku lah yang meluruskan. Bila
engkau menoleh, Aku lah yang mengembalikan.
Seru Nya Pula : Pintu Hadirat Ku, ialah pintu kesabaran atas Ku.
Dan kata Nya : Di dalam pintu kesabaran atas Ku engkau akan dapat mengetahui siapa
engkau dan siapa namamu di sisi Ku.
Dan kata Nya : Ilmu itu tangga naik menuju makrifat, setelah itu ia akan melihat dirinya
dan tiada lagi terlihat makrifat... makrifat itu tangga naik menuju penghentian (Al Waqwah)
penghentian itu tangga naik menuju rahasia (As Sir), setelah itu akan terlihat penghentian dan
tidak lagi terlihat “rahasia” Dan setelah itu tidak terlihat lagi selain Nya.
Lalu Ia bertutur kata padaku : Sesungguhnya engkau telah melihat segala sesuautu, dan
engkau akan melihatnya apapbila ia naik, apa yang terlihat adalah dirinya sendiri; maka engkau
jangan naik kepada sesuatu sekalipun ia mengungkapkan tentang dirinya kepadamu. Jangan
pula engkau bersembunyi di kala sesuatu itu mendatangi untuk mengikutimu, tetapi
bersembunyilah manakala ia mengajakmu berbicara.
26.
SIAPA PELINDUNGKU DARI HAWA NAFSU
Aku dihentikan di ilmu Nya, maka kulihat bagaimana ulah Nya membuat derita. Dan Dia
membuat kebahagiaan oleh sesuatu sebab, yang mana sebab itu adalah Dia sendiri.
Kulihat pula tiadalah Ia mendhahirkan ilmu itu. Kulihat pula cara-cara Nya memalingkan
kekufuran dan memalingkan keimnanan. Akupun menjerit memohon pertolongan ... Hai ilmu!
Tolonglah kau! Ilmu menjawab : Tempat kembaliku adalah ilmu Nya... aku menoleh ke
makrifat : Hai makrifat! Tolonglah aku! Jawabnya : Tempat kembaliku kepada ilmu Nya!... Aku
takut! Kengerianku menjawab : Aku tidak bisa menolongmu. Akupun berdo’a “Ya Tuhan ku” Ia
menjawab L “Labbaika” Kusahuti :Labbaika w Sa’daika.... Ia berkata : Apa pintamu? Teguhkan
aku; Selamatkan daku dari hawa nafsu:
Ketahuilah! Tutur Nya... “Hawa nafsu itu adalah utusan dari utusan-utusan keperkasaan
Ku yang teguh, yang telah Ku kirimkan kepadamu, dan didalam hawa nafsu itu terdapat api-Ku,
apabila hawa nafsu itu datang, niscaya api-Ku datang pula, maka masukilah! “Bagaimana
caraku memasukinya?... Jangan engkau memohon pertolongan dengan ilmu dan jangan
dengan makrifat, keduanya jika engkau minta pertolongan, maka engkaulah beserta ilmu dan
makrifat yang menjadi tawanan hawa nafsu”.
“Dan ketahuilah... tiada penolong dari hawa nafsu itu kecuali Allah.... Dan sekali-kali
tiadalah engkau dapat keluar dari “Api hawa Nafsu” dengan lmumu dan tidak juga dengan
makrifatmu. Dan api itu akan membakar bagian-bagian dirimu yang sudah minta tolong pada
ilmu dan makrifat, bila telah selesai membakar, maka engkau akan suci bersih dan enggkau
sudah mencapai... “Bahwa tiada penolong selain Ku” ... lalu engkau akan menjerit pada Ku, Aku
pun segera mendatangimu, lalu Ku singkirkan api Ku, maka tidak lagi akan kembali padamu.
27.
PERTIMBANGAN AMAL DAN PERTIMBANGAN IMAN
Dan Allah melanjutkan : “Bahwa amah sholeh apabila dilakukan oleh selian
para arifin “Bilah” akan berkesudahan sia-sia, gugur atau hapus sama sekali, maka
amal tersebut bagaikan abu yang ditiup angin dengan keras pada Hari Badai,...
maka tumpukan amal yang membukit tidak dapat menandingi zarrah dari iman,
karena tiadalah pembuat amal itu dalam hakekatnya kecuali Allah... dan tiada
yang berbuat perbuatan selain Nya.
28.
AKAL BUDI
Sluruh rumah dipenuhi dengan pintu-pintu dan itulah rumah tanpa atap
tanpa naungan, tiada juga tanah untuk dasar rumah itu, segala sesuatu bebas
masuk ke dalam, segala sesuatu boleh berkata sesuka hati, pengaduan apapun ku
terima, boleh saja aku dimusuhi dan aku berada di setiap kemauan.
Engkau telah memasuki Hadirat itu dan engkau telah meninggalkan aku
dengan Nur cahaya maqammu, tetapi aku tetap bersamamu, aku tidak akan
meninggalkan engkau, karena maqamku itu ada di dalammu, maka tiada ku
terima pemberitahuan apappun daripadamu dan aku pun tidak mengerti
sikapmu... demikianlah penjelasan akal.
(Akal budi itu suatu alat untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, serta
menjadi tali penghubung pula, dan kesudahannya ia dapat mencapai hikmat
kebijaksanaan untuk membina dan menyusun dengan satu perhitungan yang
tepat. Dan inilah batas-batasnya serta melangkahi dengan berupaya menuju
kepada Nur Cahaya Hadirat... dan di dalam Nur Cahaya Hadirat itu sang akal budi
tidak memahami apapun karena sudah bukan maqamnya lagi).
29.
JALAN LALU DAN PENYEBERANGAN
Seorang wali yang melazimi di maqam Hadirat berkata : Makrifatku terhadap segala
sesuatu merupakan makrifat yang pulang pergi, maka tiadalah maqam bagiku dalam ilmu dan
tidak pula dalam makrifat.
Bagaimana engkau dapat melalui ilmu-ilmu itu dan bagaimana pula engkau melewati
makrifat-makrifat itu”
Hendaknya engkau jangan mendengar, agar tidak menjawab.. jangan pula menoleh agar
tidak berpisah... Maka Allah itu berada di depan segala sesuatu.
“Hendaknya engkau hidup di dunia ini bagaikan pendatang asing yang lewat di jalan lalu”
(Arti dan makna Hadist di atas ialah, hendaknya seorang abid itu menghimpun kemauan
kerasnya kepada Allah meskipun dikelilingi oleh daya tarik dan rangsangan-rangsangan
duniawi yang menawan, walaupun rangsangan-rangsangan itu berupa ilmu-ilmu dan majkrifap-
makrifat. Bagi seorang abid hendaknya – Walau memasuki – tetap dalam tujuan dan hanya
lewat dan lalu menuju yang lebih tinggi... yaitu kepada Allah semata, yang nampak di depan
untuk selama-lamanya yang juga menjadi sasaran ilmu dan makrifat).
Bila engkau memasuki ilmu-ilmu, maka masukilah sebagai musafir lalu.... anggaplah jalan
lalu dari sebuah lorong, maka jangan sekali-kali berhenti supaya tidak didatangi oleh para
pembinanya yang akan merangsangmu dengan rumah-rumah indah karyanya, maka akan
terlihatlah padamu Nur Cahaya Ku telah menggunakan tenaganya memancar di atas rumah-
rumah mereka. Engkaupun akan tinggal di dalamnya rumah-rumah mereka dengan nyaman
dan gembira tidak lepas dari Nur Cahaya Ku yang yang telah memancarkan menjulang naik,
maka engkau tidak berhenti berdiri kecuali atas Ku. Engkau tinggal bersma mereka, yang
sebenarnya aalah engkau tinggal bersama Ku, tidak bersama mereka.
Bila engkau menghendaki Aku naik atasmu dengan Nur Cahaya Ku, niscaya Aku naik;
Dan jika engkau kehendaki Aku mengutusmu kepada Nur Cahaya Ku, niscaya Ku utus.
30.
PENGLIHATAN “KUN”
Hendaklah engkau terbang menuju kepada Ku “Wahai hamba Ku! Jika engkau tidak
sanggup maka “Menyebranglah” Wahai yang lemah.
Jika kedua cara di atas tidak mampu engkau lakukan, maka cara terakhir adalah
menjeritlah kepada Ku”. Wahai yang karam! Hingga engkau tiba di maqam tempatmu berdiri
pada Ku, agar dengan demikian Ku angkat engkau ke tempat penghentian sebelum “KUN”
(jadilah).
Baik yang engkau lihat maupun yang engkau dengar di tempat penghentian, itu semua
adalah ilmu Ku, tidak dapat engkau mengetahui dalam maqam mu yang rendah.
Yang sudah engkau ketahui adalah giliranmu yang pertama, yaitu kehidupanmu di dunia
ini, hal ini jangan hendaknya engkau datang pada Ku dengan sesuatu dari apa-apa yang telah
terungkap padamu. Dan sesungguhnya, Aku akan mengeluarkan engkau kepada kekuasaan
kerajaan Ku dalam kehidupan di akhirat.
Adapun giliran mu yang ke dua, adalah dari apa yang tidak engkau ketahui dan tidak
akan Ku beritahukan padamu dalam maqam yang sekarang ini, dan “kata pasti” yang berlaku
untukmu.
“Tidak seorang pun dari padamu yang dapat masuk surga dengan amal perbuatannya,
hanya dengan Karunia dan Rahmat Allah juga”
Maka, temuilah Aku, dan jangan membawa serta amal perbuatan, lemparkan semua itu!
Jangan engkau mengucapkan “Aku telah mengamalkan” “Aku telah beramal” Hendaklah
engkau masuk pada Ku tanpa daya tanpa upaya, tanpa tenaga tanpa kekuatan, kecualai
dengan Ku, Dengan demikian engkau benar-benar menjadi seorang Arif.
31.
ANGAN BERBANTAH MENGENAI HUKUM-HUKUM KU
Barangsiapa yang bersedih hatinya dalam sesuatu persoalan, niscaya ia akan jatuh
antara maju dan mundur, Dan siapa yang mengajukan pertanyaan untuk mencari pengertian
dalam pembicaraan, niscaya akan jatuh antara kemantapan dan kebimbangan.
Jika engkau membantah perihal hukum-hukum Ku, maka engkau menganggap dirimu
seakan-akan Tuhan dan engkau sependirian dengan lawan Ku, dan itu adalah suatu kekufuran
semata-mata dan tidaklah hal yang sedemikian itu memperoleh pemberian apa-apa, selagi
negkau tetap menjadikan dirimu sebagai tuhan lawan Tuhan mu, maka jangan menanti
pemberian Nya, penuhilah hajat kebutuhan dirimu sendiri.
Pemberian itu hanya Ku peruntukan bagi hamba Ku yang melazimi pendirian sebagai
layaknya seorang hamba dari ke Maha Agungan Tuhan .. Allah berfirman, yang tafsirnya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku
(QS. Adz-Dzariah 51 -56).
32.
N A F S U
Aku telah ditegakkan berdiri di hadapan nafsu, maka kulihat kekuasaan serta kerajaan
keseluruhannya, lengkap disertai dengan bangunan-bangunan, mahligai-mahligai dan ku lihat di
samping nasfu “ilmu” seluruhnya, “Makrifat” semuanya, “Akal budi” dengan kecerdasannya,
kesemuanya itu sebagai pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf sebagai tentaranya dan
pembantu-pembantunya.
Dan Tuhan bertutur kata kepadaku : Nafsu itu adalah musuhmy! Maka jangan mengajak
berbicara! Ajakan bicaramu akan disertai ilmu, sesungguhnya tiadalah engkau dapat
mengajaknya bicara melainkan dengan ilmu, sedangkan ilmu itu bala tentaranya dan akal budi
itu pelayan-pelayannya, nafsu itu tidak putus-putusnya berbicara, Ia tidak dapat diam lalu
mendengarkan dengan baik; Bila engkau ajak bicara ia pura-pura mendengarkan, sedangkan ia
hanya mau mendengarkan kata dan suara hatinya, serta keinginan-keinginannya sendiri saja.
Dan Tuhan melanjutkan tutur kata Nya : Bila engkau mau menaklukkan nafsu itu dan
menguasai raumah-rumahnya, bila engkau mau menundukan nafsu, maka jangan sekali-kali
mengajaknya berbicara, dan sembunyikan laparnya, sebagaimana ia menyembunyikan
kenyangnya. Sembunyikan di balik belakang di mana ia memanggilnya serta merta
meninggalkan tentaranya dan meninggalkan mahligai-mahligainya, dan balik kembali membawa
persoalan yang sama, yaitu mengajakmu bicara tentang persoalan lapar, bukan persoalan yang
lain, maka jangan disahuti bicaranya dan jangan pula menyambutnya, karena sesungguhnya
bila engkau melayaninya bicara atau menjawab bagaikan engkau memberi peluang padanya
untuk menarikmu dan merangsangmu, lalu ia akan berani-berani mengeluarkanmu dari pada
apa yang selama ini engkau rahasiakan dan sembunyikan.
Dan bila ia telah berhasil mengeluarkan mu daripada apa yang engkau rahasiakan dan
sembunyikan, niscaya ia akan memperoleh kemenangan. Dan andaikan engkau mengajaknya
bicara dengan ilmu, niscaya ia akan mengalahkanmu, karena ilmu dan makrifat itu adalah bala
tentaranya.
Maka setelah kesemuanya itu engkau sembunyikan dan engkau merahasiakan, maka
keluarlah dari nafsu itu satu persatu, dari segala ilmu, dari segala makrifat, dari segala
kekuasaan kerajaan dan tinggalah ia (nafsu) itu berdiri di depan pintu “penyembunyian dan
merahasiakan”. Dengan tak bosan-bosannya iapun menyajikan acara yang diulang-ulang, yakni
mengajakmu bicara tentang lapar dan berusaha mengeluarkan aku daripadanya, tetapi aku
tinggal tetap teguh dan waspada merahasiakan dan meneyembunyikan.
Maka tiadalah ia menuntutku kecuali kepadanya, maka akupun tinggal tetap bertahan,
karena sesungguhnya itu adalah benteng pertahananku yang kokoh yang tiada ia dapat
mengajakku bicara tentangnya. Dan tiadalah ia akan sampai kepadaku elainkan dari pintunya.
33.
PENGHENTIAN MEMANDANG WAJAH-NYA
Dan kulihat Allah di depan dan di belakang apa yang ku lihat, dan aku melihat Nya di
dalam segala yang ku lihat.
Tutur katanya pula : Engkau telah melihat Al Haqm telah memandang Al Haq; Kemudian
aku di bawa naik kepada Nya dan bersamaku Nur Cahaya Nya, lelu akau berhenti di maqamku
dimana aku dapat melihat Nya sendiri yang berbuat dan tiada yang berbuat selain Nya (Al Haq
Allah).
Tutur katanya pula : Pandang baik-baik siapa yang mendatangimu! Maka “akal budi” yang
datang kepada ku sambil menanyakan nama-nama dari apa yang sudah ku lihat dan
ditanyakan pula akan arti dan makna nama-nama tadi.
Langusng Tuhan menegurku : Jangan di jawab, jika engkau jawab, maka engkau akan
turun kepadanya”. Segera ia pun menyingkir; “Tunjukan jalan kepdanya agar dia masuk ke
lorong dan melihat dengan Nur apa yang telah engkau lihat; Barulah ia nanti akan beriman dan
tidak meragukan lagi; Bagaimana ia akan ragu, sedangkan ia melihat Ku? Yang meragu itu
hanyalah mereka-meraka yang terhijab; Aku dian tiada menjawab: Ia pun menyerah kepada ku
dan menunduk kan mukanya.
Tidak lama ia kembali lagi dan menyingkir lagi, balik lagi datang, padahal ia dalam
perjalanan menyingkir, dia diliputi ingkar dan penolakan dari apa yang sudah diketahui dan atas
apa yang sudah diserahkan; Ia menyeru sekuat-kuatnya “Hai bantahan!!! ... Hai Sanggahan!!!....
Hai di mana!!.... Hai mengapa!!>.... maka ia (akal budi) telah dijumpai segala sesuatu, kecuali
“Hikmat Kebijaksanaan”.
34.
SIFAT RAGU (WAS - WAS)
Dan “Bagaimana” itu ku lihat dikirim juga kepada para alim ulama dan kepada arif
bijaksana, dan diberitahukan kepada mereka bahwa “Bagimana” itu suatu bentuk keragu-
raguan dan was-was. Dan tiadalah dengan penglihatan mereka kepada Nya, mereka akan
terlindungi dari rangsangan “Bagimana”.
Dai berbuat yang demikian agar mereka itu menyaksikan Maha Kaya Nya dari makrifat
mereka kepada Nya dengan sejelas-jelasnya dan seterang-terangnya, supaya mereka
menyaksikan pula Maha Perkasa Nya dan Kodrat Nya dengan jelas, serta mengetahui bahwa
apa yang dianugrahkan kepada mereka daripada Nya dengan seterang-terangnya.
Dan Dia berkata kepada ku : Bila was-was itu telah mendatangimu, maka katakanlah
kepadanya “inilah perbuatan itu yang sudah terang dan jelas tanpa keraguan; perbuatan itu
adalah sesuatu yang dibuat, yang berbuat sudah jelas dan terang tidak perlu diragukan dan
diawas-awasi karena sesungguhnya Dia-lah yang berbuat; Dan inilah sifat yang berbuat, maka
tentang itu aku mengajukan pertanyaan dan aku telah ragu dan was-was; Dia telah
memberitahukan kepadaku tentang sifat Nya senantiasa berdiri bersama Nya”.
35.
BUKTI NYATA
(1)
Ilmu Ku itu menceraikanmu daripada Ku, dan karunia Ku memalingkanmu daripada Ku;
Hendaklah engkau menjadi dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan bukan dengan karunia Ku);
Ku nyatakan ini padamu tanpa sebab yang menghukum, yang mana hukum itu telah nyata
dalam segala sebab, Engkaupun akan memikul segala sesuatu yang mana segala sesuatu itu
tiada sanggup memikulmu, dan engkau akan meliputi segala yang nyata tidak dapat meliputi
engkau.
(2)
“Bukti nyata” Bukanlah suatu perkataan, dan ia dalam perkataan; bukan pula ilmu dan ia dalam
ilmu, bukan pula makrifat, tetapi ia di dalam makrifat.
(3)
“Bukti nyata” itu, ialah yang dapat dengannya engkau mengenal dalam engkau melihat dengan
penglihatanmu pada Ku, dan makrifat itu ialah apa yang dengannya engkau dapat mengenal
dalam kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk bukti Ku yang nyata, sedang “Bukti nyata”
itu jru bicara ‘Berdiri Ku sendiri (Qoyyumiati); Dan “Diam” itu, ialah hukum dari “Bukti nyata” dan
“Ucapan” itu dari hukum-hukum makrifat.
(4)
Bukan sembarang yang melihat Ku dapat melihat Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku
itulah yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau melihat Ku dalam suasana
kenikmatan, berarti engkau sudah melihat Wajah Ku, dan siapa melihat Ku tidak dalam
kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku, tidak ghalib atasnya melihat Ku, dan siapa yang
melihat Wajah Ku ghalib atasnya melihat Ku.
Sekali-kali engkau tidaklah dapat melihat Ku, sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan
tidaklah engkau dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau menyerah pada Ku
(5)
Bila engkau melihat Ku dalam kejadian malapetaka, maka Aku telah dilihat oleh umum, dan bila
engkau melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau akan menjadi baik untuk
selama-lamanya, dan tiada engkau akan gaib dengan apa-apa yang nyata.
Bila engkau telah melihat Ku, tiadalah engkau dapat diselamatkan melainkan oleh
penglihatanmu kepada Ku itu; Dan bila engkau tidak dapat melihat Ku, tiadalah engkau dapat
diselamatkan kecuali oelh keikhlasanmu kepada Ku; Bila engkau telah melihat Ku; niscaya
engkau akan dapat melihat apa yang berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula.
Apabila engkau mengajak berbicara, maka bicaralah menurut asal mula kejadiannya (Yakni,
hendaklah engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan selamat dari rangsangannya).
(6)
Sesungguhnya engkau telah melihat Kusebelum sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku
dalam kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi pengganti Ku atas sesuatu itu;
Jika tidak, maka sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti atas sesuatu itu.
(7)
Aku telah bersumppah atas Diri Ku, tiada bertetangga dengan Ku kecuali siapa-siapa yang
telah mendapatkan dengan Ku, atau dengan apa yang daripada Ku.
Inilah sifat “Ahli naungan yang terhampar” maka hendaklah engkau melihat dirimu! Termasuk
golongan yang tersingkir daripada Nya; atau golongan yang disampaikan kepada Nya.
Hendaklah engkau menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu, niscaya engkau mengalami
kesejukanmu, niscaya engkau mengalami kesejukannya dan kedamaian Nya di saat
kematianmu.
Bila engkau tidak menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu kini, maka tidaklah engkau menjadi
baik dalam kematianmu kelask.
(8)
Siapa yang tidak mau menyerahkan kepada Ku apa yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka
apa yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-pintu pendapat tentang hal yang
berkaitan dengan pengetahuan, lalu ia condong memasukinya, dan akan Ku dorong masuk ke
dalamnya, maka terhijablah ia.
(9)
Jika keterbatasan-keterbatasan itu memberikan kepadamu, maka kumpulkanlah, dan jika Aku
yang memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan.
( 10 )
Jangan engkau berpisah dari pendapat yang bermaksud hanya tertuju kepada Ku semata-mata,
hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya atas... Ilahi Hanya Engkaulah maksud
tujuanku; Dengan demikian engkau akan memenangkan dengan sesuatu kekuatan yang tak
terkalahkan, bahkan dirimu sendiri akan menaatimu.
( 11 )
Jika engkau telah mengetahui dan meyakini sepenuh keyakinan, maka hindarkan dirimu dari
menghukum dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena sesungguhnya tiada hukum
melainkan Kepunyaan Ku.
36.
MERANTAU
Jika dengan perantauanmu masih juga hilang kemurunganmu, maka lazimilah berdiri di
depan Pintu Ku, jika belum juga hilang, maka bersabarlah... Jika belum juga hilang, maka
bersabarlah,, jika belum juga hilang, maka bersabarlah, niscaya akan terbuka Nur-Nya bagimu
dan tiadalah engkau akan keluar darpada Nya atas sesuatu yang memurungkan.... sekali lagi
bersabarlah dan nantikan... (dengan kesabaran).
37.
SIFAT BERDIRI SENDIRI
“Aku telah mendahului bagian-bagian, maka dengan Ku telah terbagi-bagi bukan dengan
pembatasan, dan Aku telah mendahului pembatasan maka dengan Ku telah terbatas bukan
dengan ruang; Aku telah mendahului ruang maka dengan Ku telah teguh bukan dengan jarak;
Aku telah mendahului jarak, maka dengan Ku telah berjarak bukan dengan udara; Aku
mendahului udara, maka dengan Ku berudara bukan dengan hawa; Aku telah mendahului
hawa, maka dengan Ku ada hawa, dan juga debu, maka dengan Ku ada debu..
Ia lah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dahir dan Yang Bathin, dan Ia Maha Mengetahui
tiap sesuatu.
Yang awal tiada permulaan, Yang Akhir tiada kesudahan, Yang Dahir nyata segala
kekuasaan Nya, Yang Bathin tak terlihat oleh mata, karena yang bisa dilihat oleh mata tiada
lain, melainkan makhluk seperti kita).
38.
HAK ITU UNTUK SIAPA?
Ilmu itu menetapkan bagimu suatu hak, dan bagi Allah suatu Hak pula.
Sedangkan makrifat itu pada umumnya menetapkan semua hak bagi Allah.
Dan tiada ia (makrifat) menjadikan bagimu suatu hak apapun. Dalam kekhususannya,
makrifat itu tidak menjadikan bagi dan atasmu suatu hak, karena ia memperkenalkan padamu
“mula pertama” dan “Pengulangan kembali dalam hukum Ketunggalan Ilahiat”. Dan menghapus
daripadamu apa-apa yang nantinya akan kembali kepada arti dan makna dirimu, maka tiadalah
menjadikan atasmu suatu hak, karena engkau bukan lagi dengan engkau, juga bukan untukmu
karena engkau bukan daripadamu.
Dan ini adalah suatu “maqam pengguguran” segala peraturan dan urusan (Lemparkan
semua ikhtiar dan segala tuntutan). Ini adalah derajat dalam lingkungan makrifat yang menuju
dalan masuk Al-Waqwah (berdiri tegak). Dan mula pertamanya memasuki Al Waqwah ialah
meniadakan siwa (selain Allah) sebagai pendamping.
“Hanya sesungguhnya Al Waqwah itu dengan Al Haq (Allah) dimana “Tiada Tuhan Selain
Allah” dan “Tiada selain Nya”
Kalimat yang diucapkan Sayidina Al Khidr dalam Al Qur’an dikala ia “Melobangi perahu”
“Membunh seorang pemuda” dan “ Membangun tembok” tanpa alasan-alasan yang terang.
“Dan tiadalah engkau yang melempar ketika engkau melempar, malainkan Allah-lah yang
melempar “ (Qs. Al-Anfal 8:17).
“Dan bukanlah engkau yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh
mereka”. (Qs. Al-Anfal 8 : 17)
39.
DAN KAMI LEBIH DEKAT PADANYA DARI URAT LEHERNYA
Setelah aku ditegakkan berdiri dalam “Penglihatan”, Ia pun berkata kepadaku : “ Pada ...
Penglihatan... sudah tiadalagi ucapan, tiada juga perkataan, ibarat dan isyarat juga tiada, ilmu
dan makrifat, pendengaran dan kepekaan, ungkapan dan hijab, kesemuanya sudah tiada”
Iapun melanjutkan : “ Pintu “Penglihatan” itu, ialah jalan keluar dari “Siwa” dan “Siwa” itu
seluruhnya berhimpun dalam huruf.
Makrifat itu merupakan pintu gerbang yang tiada dapat dimasuki, kecuali para arifin; dan
bagi setiap arif satu tanda, yang dengannya (tanda itu) akan merasa tenang dan tenteram; dan
barang siapa yang dengannya merasa tenang, maka ia pun akan berhenti di dalamnya”.
Kata Nya : “kesemuanya itu mengarahkan tujuannya ke gerbang itu, dan untuk
mencapainya diperlukan “kendaraan” dan setiap kendaraan ada tali pengikatnya”.
Katanya pula : “kendaraan makrifat itu ialah ilmu dan tali pengikatnya ialah huruf”.
Lanjut Nya : “Hendaklah engkau turun dari kendaraan, keluar dari huruf dan keluar
pulalah dari makrifat.... dengan demikian Ku hapus tanda hijab dan akan Ku teguhkan engkau
dengan “Tanda Ku”, maka tiada lagi engkau dikusai oleh huruf yang menghijab.
Kata Nya Pula : “Menyingkirlah dari nama-nama huruf dan engkau akan menyingkir pula
dari arti maknanya. Jika kesemuanya itu telah engkau singkirkan berulah “Aku akan lebih dekat
dari urat leher”.
Belum! Belum tiba di tujuan! Menyingkirlah dari leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah
dari “dekat” ke yang lebih dekat... niscaya engkau melihat “Lafaz Aku (Lafdhiat Ana).
Bila engkau telah pergi dari “Lafaz” itu, maka Aku lah Yang Dahir dan Aku lah Yang
Bathin dan Aku lah terhadap segala sesuatu Maha Mengetahui...
Ia pun menegaskan sekali lagi : “Huruf dan segala sangkut pautnya adalah hijab yang
berpintu, di dalamnya tempat pulang balik dan tempat membagi-bagi, keduanya merupakan dua
pintu di belakang huruf; Menetapkan dan menghapuskan, adalah dua pintu hijab di balik yang
pulang pergi dan membagi-bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah pintu masuk
menuju penghentian (Al-Waqwah) dan “Penetapan serta penghapusan” adalah pintu masuk
menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah).
40.
BEBAS DARI BENTUK GAMBAR/LUKISAN
Hai hamba! “Tiadalah Aku menjadikan bagimu bentuk gambar-gambar dan lukisan-
lukisan itu supaya engkau tunduk merendah kepadsanya.
Dan tiada pula Aku mengadakan bentuk gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu supaya
engkau berlindung padanya....!
Hai hamba! “Akulah pencemburu yang mengazab dengan siksa.... Telah Ku ciptakan
bentuk gambar lukisan itu untukmu, dan engkau Ku ciptakan untuk Ku, maka mengapa engkau
meninggalkan apa yang sebenarnya engkau untuk Nya. Dan untuk apa pula engkau
membuang-buang waktu terhadap apa yang Ku tundukan untukmu.... Aku cemburu atas
hidupmu yang engkau gunakan untuk yang tidak layak dan derajatnya lebih rendah dari
martabatmu yang mulia itu”
Tafsir Ayat : Sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam” (QS. Bani Asrail 17:70).
Hai hamba : “ Aku mempunyai di balik bentuk gambar lukisan, ilmu-ilmu gambar lukisan
dan apa yang berkaitan dengan gambar lukisan, bagaimanapun bentuk gambar lukisan itu...
suatu nama yang tak dapat dilawan oleh bentuk gambar-gambar dan ukisan-lukisan, dan suatu
ilmu yang takkan tetap di depannya ilmu gambar-gambar dan lukisan-lukisan.
Hai hamba : “ Ia adalah suatu nama yang telah Ku sebut dengan dirinya untuk diri Ku,
tidak utuk siapa yang mendengar, Ku simpan suatu ilmu untuk Ku, bukan Ku sebar di alam
semesta, hanya Aku patrikan dengannya kepada barang siapa yang Ku kehendaki
Arti ayat : Alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu”..... Alangkah nikmatnya tujuan
akhir (surga) yang abadi .... Alangkah baiknya balasan akhirat ... Alangkah baiknya tempat
kesudahan itu” (QS. Ar-Rad 13:24).
Hai hamba! Kehadiranmu berlainan dengan kehadiran yang lain, maka jangan
dibelanjakan sembarang belanja dari apa yang dapat dilihat ... wajhmu tidak seperti yang lain,
maka jangan kau bawa berhina dengan membawa ke lembah dina.
41.
PANJATAN PUJA PUJI PARA ARIFIN
Puja-puji melihat kelemahan diri untuk dapat mensyukuri atas nikmat Nya, adalah lebih
dari khusus.
Puja Puji atas suka dan duka, lapang dan sempit, adalah lebih dari khusus.
Puja Puji atas perkenalan Allah kepada hamba Nya, itu lebih dari khusus.
Puja puji untuk Wajah Al Hak Allah Ta’ala, tanpa sebab dan dari sebab, hanya dengan
Nya dan daripada Nya, itu adalah puncak ilmu-ilmu para pemuja dan pemuji dan sudah
berkesudahan khususnya-khusus.
Puja puji itu akan menjadi sah bila datangnya dari orang yang alim dengan Nya, tetapi
sah manakala tibanya dari seorang yang karam dalam kerinduan pada Nya, maka apabila
kerinduannya telah terjalin, niscaya akan melihat Nya, mka apabila telah melihat Nya, niscaya
penglihatannya itu akan menggerakan lisannya untuk bicara, manakala sudah terucapkan,
hapuslah bekas maksud dan tujuan karena ucapannya itu, dan terhapus pulalah ciri-ciri
kecondongan dan akan menjadi keikhlasan sebenar-benarnya; Puja puji itu hanya untuk Wajah
Al Haq Allah Ta’ala; Dan semacam puja puji ini membuka bagi orangnya tentang lisan berdiri
Nya sendiri (Al Qoyyumiah), maka segala makrifat-makrifat itu akan mengucapkan pada Nya
dengan ketunggalan, barulah hilang kemurungan dari bilangan-bilangan dan akan terhimpun
baginya semua bilangan dan tidak lagi terbagi-bagi saru antara lain.
42.
BILA BERTEMUNYA DUA PERTENTANGAN DALAM SATU
PENDAPAT
Yang emikian itu tiada akan terjadi melainkan di kala engkau melihat kesan pulang
perginya sesuatu yang engkau cintai itu, maka pada hari ini baginya suatu nama; sifat dan
tabiat, dan esok harinya ada baginya nama, sifat dan tabiat, maka hasil kejadiannya akan pergi
daripadamu hukumnya, dan akan menjadi sama dalam kecintaanmu wujudnya dan lenyapnya
sesuatu yang engkau cinntai itu.... dan inilah akhir kesudahan sesuatu itu dalam cinta kasih.
Seorang Abid, tidaklah layak baginya sessuatu pun untuk dicintai. Dan inilah taraf dari
persamaan pertentangan-pertentangan itu di dalam cinta kasih, yang demikian itu agar engkau
menyaksikan arti makna yang dengannya air menjadi panas, dan dengannya pula menjadi
dinginmembeku.
Bila penglihatanmu telah sampai di sini, akan menjadi samalah hilangnya sessuatu atau
adanya sesuatu itu. Dan tidak mungkin mencapai derajat dengan ilmu pengetahuan... akan
tetapi hanyalah dengan perjuangan.
43.
KEMANA PANDANGAN ATAS PARA ARIFIN
Bila engkau melihat Ku, di dalam sesuatu kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib
daripada Ku di dlam selain Ku.
Dan apabila engkau tidak melihat Ku di dalam suatu kenikmatan itu atasmu.... Dan bila
kenikmatan itu menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga memperoleh
kemenangan dan bila engkau melihat Ku di dalamnya (kenikmatan), niscaya engkaulah yang
menang atas segala sesuatu.
Engkau sama sekali tidak akan melihat Ku, baik di dlam kenikmatan maupun dalam
malapetaka, sampai engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku sendiri”.
Engkau tidak akan melihat suatu “Perbuatan Ku sendiri” hingga engkau tidak melihat
sesuatu dari sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab (tidak engkau tersentuh
dingin oleh penyebab dingin melainkan kesemuanya itu perbuatan Allah).
Aku tidak akan menyata sebelum Ku sirnakan “Kesenangan berpendapat dengan selain
Ku” dan tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada hukum baginya” dan tiada Ku
saksikan sebelum Ku angkat apa yang bergantung dengannya daripadamu.
Ia bertutur kepadaku : “Berdirilah dengan tegak di alam semesta ini dengan “Hukum
pengetahuan” yang meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau Ku angkat dari
“Hukum alam semesta”
YA Tuhan ku! Engkaulah yang menciptakan segala dan yang mengurus serta
memimpinnya; Engkau Maha Mengetahui segala dan yang mengajarinya; Yang mengenal
segala dan yang memperkenalkannya, kepada Mu semua akan kembali, dan daripada Mu
musnah, dan dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada Mu akan kembali dan dengan Mu akan
tetap tegak.
Siapa kiranya dapat membawa untuk ku..
Seseorang kawan yang arif yang bijaksana
Yang berhenti bajak bak tabir hijab
Yang tiada diperbudak oleh siapa
Bukan abdi mata yang fatamorgana
Yang bila alam semesta membangun
Tiada terlihat bangunan melainkan kehancuran
Kehancuran yang di bangun di atas kehancuran
Kebinasaan yang di bangun di atas kebinasaan
Kemusnahan yang di bangun di atas kemusnahan
Kerobohan yang dibangun di atas kerobohan.
44.
SUATU PENGHENTIAN DIMANA HATI-HATI PARA ARIFIN
DIBUAT TERHERAN-HERAN
Aku dihentikan berdiri tegak dalam keyakinan yang sebenarnya, lalu Ia berkata
kepadaku : “Dalam keyakinan itu adalah sauatu rahasia, bila engkau telah mengenalnya, amak
tida lagi Aku menjadi samar atasmu.
Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran Ku akan menambah makrifat padamu, tetapi
bagi mereka yang tidak mengenal rahasia keyakinan itu, pastilah menjadi pengingkaran.
Sesungguhnya Aku lah Allah yang tidak dapat direka-reka oleh perkenalan pada Ku, dan tak
dapat dimuat oleh hati-hati itu dengan sepenuh muatan makrifat kepada Ku. Bagi Ku ada suatu
makrifat yang tunggal yang mana tiada Ku fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tiak juga
kepada para Malaikat.
Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah pengingkaran, maka setiap orang Arif akan
mengingkari segala apa yang telah dikenal.
Dan apabila telah tiba pengingkaran itu, maka ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar
dengan makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah engkau jangan menginggkari Daku dan
jangan memohon suatu makrifat, yang dengannya engkau dapat mengenal Ku, dan
katakanlah ... Engkau .... Engkau.... yang dapat memperkenalkan diri Mu sebagai yang Engkau
kehendaki, dan menyamar menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka teguhkanlah daku
dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku dengan
pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau perkenalkan.
Dan bila engkau menyamar, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang
mengetahui, bahwa Engkaulah yang menyamar.... Dan bila Engkau Memperkenalkan diri,
maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang
memperkenalkan diri.
45.
YANG TERUNGKAP SERBA SUCI
46.
DO‘A
“ YA Tuhanku !
Maulaya! Makrifat dalam hati menuntut demi untuk Mu atas diriku, sedangkan daku
khusuk di ambang gerbang pintu Mu, bersujud di dalam lapangan Mu nan luas, ku datang
menghampiri Mu dengan penuh noda dan dosa, Ku mohon maaf ampunan Mu serta kemurahan
Mu, ku minta tersingkapnya tabir penutup untuk bertobat dan kembali pada Mu.
Malulaya! Andaikan Engkau pikulkan atas pundakku beban dosaku.... tidaklah bumi dapat
mengangkatku, tiada pula langit dapat menaungiku, tiada satupun selain Engkau yang dapat
memikul berat dosaku, dan tiada satu lisan selain dari lisan-lisan kemaafan Mu yang sanggup
memberi alasan... terhadap kessalahan-kesalahan ku, tiada satupun dari makhluk-makhluk Mu
yang sanggup melihat padaku karena buruknya rupa yang dipenuhi oleh daki-daki dosaku.
Maka, tiadalah demi Kemulian Mu, sekali lagi tiadalah demi Kemulian Mu yang dapat
menyelematkan diriku daripada Mu, Kecuali Engkau, tiada pula daku dapat menghindarkan diri
dari Kemurakaan Mu melainkang Engkau, tiada daku mempunyai alasan perihalku kecuali
Engkau.
Maulaya! Daku memohon kepada Mu dengan Rahmat Mu! Daku meminta pada Mu
dengan Nur Cahaya Mu; Daku ajukan pintaku pada Mu dengan kebagusan Mu; Daku
harapharapkan pada Mu dengan Keindahan Mu; Daku rindukan pada Mu dengan Zat Mu;
Dengan Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan Samping Mu; Dengan Tangan Mu; Dengan Roh
Mu; Dengan mata penglihatan Mu; Dengan Rumah Mu; Dengan Somadiat Mu; Dengan seluruh
Sifat-sifat Mu; Dengan ke-Agungan di dalam meng-Agung-agungkan Mu; Daku memohon maaf
dan ampunan serta kemurahan dan kuminta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan tobat dan
kembali pada Mu.
47.
SAKSI MAHA TUNGGALNYA DALAM SESUATU
49.
HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI
Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan bentuknya terdiri atas tasrifnya
(Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-
ilmunya terdiri atas hukum-hukumnya.
Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain Allah) seerta unsur
benda bagi perbagai “Lintasan hati”.
Tiada terlintas padamu suatu lintasan hati, lalu engkau tiada menafikan,
maka bukanlah engkau daripada Ku, dan bukanlah Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati lalu engkau meniadakan... niscaya
engkau daripada Ku atas hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan engkau
daripada lintasan hati itu atas hukum yang menahanmu.
Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati, niscaya engkau
daripada Ku dan Aku daripadamu.
Bila terlintasa padamu lintasan hati, lalu engkau meniadakan seketika itu,
maka ia tidak denganmu, den engkau tidak pula dengannya.
Ia berkata kepada ku : “Bila engkau makan dengan sesuatu, niscaya engkau
minum pula dengannya; Bila engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun
akan mambok dengannya.
Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan bersandar padanya atas asal
usulnya; Dan bila engkau minum dengannya, engkaupun akan condong kepada
ilmu-ilmunya.
Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak makan dan tidak minum dengan
siwa, niscaya ucapanmu adalah kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas
melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa
hijab, dan akan Ku tetapkan kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan
perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.
Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji
huruf, niscaya engkau akkan lengah dengan kelengahan huruf itu’
Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat dengan lisan huruf, niscaya engkau
urungkan dengan lisan huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan
bermaksiat dengan lisan huru.
49.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Hai hamba! Akulah pengetahuanmu itu, bila tidak, maka tiada pula pengetahuan bagimu,
dan Aku lah pendapatmu itu, bila tidak, maka tiada pendapatan bagimu, dan Aku lah
pendengaranmu itu, dan Aku lah penglihatanmu, maka bila tidak, tidak pula bagimu
penglihatan.
Hai hamba! Aku menghijab dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi, maka itulah
kenikmatan yang menghijab, dan Aku pun telah mengungkap kenikmatan-kenikmatan ukhrawi,
maka itulah kenikmatan-kenikmatan yang mengungkap.
Hai hamba! Pandanglah hiasan yang dibangun oleh karya tangan-tangan pendurhaka di
dunia ini, dan pandanglah susunan-susunan buah tangan karangan para pemikir yang lalai;
maka dengan kketaatan mereka tidak terlihat berupa keindahan walau dihias dengan apapun
juga, dan tiada dengan pengetahuan mereka hasil yang elok dari buah karangan mereka walau
disusunsedemikian rupa.
Hai hamba! Hendaklah engkau menengok hati-hati mereka yang telah berikrar kepada
Ku, namun tidak mereka penuhi; Dan lihatlah pada lisan-lisan yang telah berikrar untuk Ku
tetapi tidak dilaksanakan... Akan terlihat olehmu apa-apa yang telah diucapkan itu tidak
berbekas menjadi kenyataan, dan akan terlihat olehmu apa yang mereka perbuat tidak
memncerminkan cita-cita sifatnya.
50.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Ilahi ! Engkau maha mengetahui akan ilmu, tetapi ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan Engkau Maha
mengenal akan makrifat, tetapi makrifat tidak mengenal Mu.
Ilahi ! Perlihatkan padaku dalam Engkau membolak balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau
mencurahkan asuhan, dan mewujudkan daku dengan Mu dikala Engkau memperlihatkan ,
sehingga jangan menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan hukum” (Rabbabiatul Hukum) dan “Arti
makna Nama (Ma’nawiyatul Isim).
Ilahi ! Engkau Maha Mengetahui terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan? Ddan Engkau
Maha Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa Engkau jadikan aku” Dan
Engkaulah Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan daku, bagaimana Engkau
memperlakukan daku sedangkan Engkau Tuhanku! Engkaulah Maha Penyayang dari segala
penyayang, bagaimana Engkau membolak balikan daku?
Ilahi , Gusarkanlah daku dari segala sesuatu yang membuatku jinak terhadap kenikmatan-kenikmatan
Mu, tunjukan daku dalam semua kenikmatan Mu wajah-wajah para pengenal-pengenal Mu,
pimpinlah daku dalam Makrifat Mu, dengan ilmu-ilmu Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku
Nur Cahaya Mu, dengan bimbingan petunjuk Mu.
Ilahi ! Telah berkuasa dan Mulia sifat-sifat Mu atas huruf para pengucap, da meninggi zikir-zikir taqdis
Mu atas pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah makhluk-makhluk yang dapat
mentasbihkan Mu melainkan Tasbih Mu jua yang lebih besar, dan tiada jangkauan khayal untuk
memuja dan memuji Mu, melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung.
Ilahi ! Engkaulah bukti dari seluruh pembuktian-pembuktian Mu, dan Engkaulah penerang atas segala
penerang-penerang Mu, serta ayat-ayat Mu.
Ilahi ! Telah surut kembli segala makrifat-makrifat di hadapan makrifat Mu dengan keheran-heranan,
dan kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati di hadapan keindahan ke Agungan Mu
dengan keletihan dan kepayahan.
51.
DDO’A PARA ARIFIN
Ya Allah ! Aku berlindung dengan Mu daripada mengetahui suatu ilmu, melainkan demi pada Mu,
atau menginginkan suatu ilmu demi untuk Mu, atau melakukan suatu amal melainkan demi
untuk wajah Mu, atau menuju suatu jurusan kecuali demi dalam ketaatan pada Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu, atau
di kala aku membolak-balikan badanku di atas pembaringan, kecuali dengan penuh rasa takut
pada Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk melihat ayat-ayat Mu, atau mengarahkan
telingaku, melainkan guna menyimak peringatan Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu daripada menggunakan pikiran, kecualli dalam takut
kepada Mu, atau melaksanakan suat kemauan keras, kecuali di jalan lorong Mu atau
mengorbankan jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu.
52.
DIA
HUA = dia lelaki, dan HIA = dia perempuan, keduanya tidak mencapai untuk
mengibaratkan tentang Ny, menurut harfiah (Karena Allah bukan lelaki dan bukan perempuan).
Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan tentang Allah Yang Maha Suci, karena huruf itu
tergolong dari makhluk-makhluk Nya.
Huruf itu laksana Suradiq = debu, atau apa yang menjulang, yang meliputi sesuatu untuk
membuat bentuk terhadap apa yang dinyatakan oleh Allah dari segi kebendaan. Dan suradiq itu
berada di maqar = tempat, dan maqar itu di iqrar = ikrar, dan itu di qarar = tempat yang tetap,
dan qarar itu di tamkin = kedudukan di tempat yang teguh, dn tamkin itu rangkaian huruf dan
huruf-huruf Nya.
Huruf itu menghijab arti makna, sedangkan arti makna menghijab mahiyat (keadaan).
Huruf itu merupakan hijab yang tidak dpat ditembus oleh penembus-penembus dan tidak
dapat dimasuki oleh para penempuh kecuali dengan izin Ku.
Huruf yang paling tinggi adalah Nama Ku, dan hruf pertengahan adalah Kemauan Ku,
dan semua huruf itu adalah Bahasa Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu berkenan melapangkan
Nama itu, karena itu adalah pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena itu adalah
pintunya, dan insan melapangkan semua huruf karena itu adalah pintunya.
53.
PARA ARIF DAN PARA ABID
Ia berkata kepada ku : “Hai Arif! Imanmu sebanding dengan iman para makhluk, malah
lebih baik; Dan maksiatmu seimbang dengan maksiat para makhluk, malah lebih bessar.
Ia berkata : “Jika bukan karena Arifin, niscaya sudah Ku sekap semuanya”. Selanjutnya :
“Para Abidin merupakan tonggak bumi dan para Arifin merupakan pasak-pasak zikir.
Ia berkata : “Seorang abid, ibarat air yang menyirami bumi, tetapi ia tidak merasakan
buah-buahan yang tumbuh; sedangkan seoran arif ibarat ayat-ayat yang mempercepat zikir,
tetapi ia tidak ikut meneguk dengan cangkir-cangkir.
Ia berkata : “Seorang arif mengalir dalam zikir, tetapi tidak ikut serta minum, laksana yang
naik di atas lautan dengan berjalan tetapi tidak menghirup, bila engkau makan dengan sesuatu
niscaya engkau iringi minum dengannya, bila engkau minum denga sesuatu, maka engkaupun
mabuk dengannya.
Janganlah engkau mabuk, dengan selain Ku, niscaya engkau menjadi ARIF.
54.
MAQAM-MAQAM MEREKA YANG TELAH SAMPAI DAN
MARTABAT MARTABATNYA
Mula pertama karunia Allah bagi seorang muried (Yang berhasrat menempuh), ialah
ajakan berbicara sebagai pembuka perkenalan, kemudian berkenalan dan saling kenal-
mengenal (arif); Setelah itu berikhlas hati untuk semua amal perbuatannya kemudian berbaik
niat, lalu bersabar diri, naik ke rida dengan hukum Nya.
Dan penyaksian, meningkatkan keteguhan hati, bila hati telah teguh diulurkan perjanjian
kewaliaan, setelah itu dipilih oleh Nya. Jika terpilih maka diserahi amanat, setelah itu
diungkapkan kepadanya khazanah rahasia-rahasia Nya, Setelah kesemuanya ini dilalui,
menjadilah ia seorang khalil (kawan setia). Khalil atau Al Khullah (sahabat yang akrab).
Sahabat yang akrab ini adalah dari maqam Al Mahabbah (Maqam Cinta) maqam ini
adalah suatu maqam bukan dari maqam, itu adalah maqam Sayyidina Muhammad, s.a.w.
Di dalam maqam cinta, sang abid berpindah ke “Berdiri tegak memandang” (Mauqifil ithla)
terus ke “ Berdiri tegak nan tenang” (Mauqifis Sukun).
Al makrifah (perkenalan)
AL wilayah (kewalian)
Al mahabbah (cinta)
Al ithla’ (memandang)
Al qath’ ( memutuskan)
As sukun (tenang).
Tanda cinta
Segera terhapuslah
55.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah adalah jalan Ku; Waqwah adalah tempat bicaraku dan
Rukyah adalah wajah Ku.
“Maka ke mana pun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah, sungguh Allah itu Maha
Luas dan Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115)
Ilmu itu nyata bagi hukum-hukumnya yang menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu
menyembunyikan di dalamnya hukum-hukum kejiwaan. (Makrifat itu menghapus keinginan-
keinginan nafsu, dan segala apa yang ada hubungannya dari hukum-hukum yang berupa
keinginan-keinginan yang berada di dalam hati).
Ahli ilmu itu adalah ahli air dan naungan; Ahli makrifat itu adalah ahli hadiah-hadiah dan
kemuliaan; Dan ahli Waqwah itu adalah ahli gembira dan saling berkata; Ahli Ru’yah itu adalah
ahli rahasia-rahasia dan kawan duduk semajelis.
Waqwah itu adalah pintu bagi Ru’yah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ;
Makrifah itu adalah pintu waqwah; tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ; Al Minnah
(karunia) itu adalah pintu bagi makrifah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ, dan
ilmu itu adalah bukti Ku kepada makrifah.
Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah itu adalah naungan Arasy Ku dan ilmu itu
adalah naungan surga Ku.
Dunia dan akhirat telah tenggelam ke dalam huruf, huruf tenggelam ke dalam makrifah,
makrifah tenggelam ke dalam waqwah, dan waqwah tenggelam ke dalam ru’yah, dan ru’yah
berkekalan terhadap ahlinya dan mereka tinggal di dalamnya untuk selma-lamanya, mereka
telah mengucapkan dengan ucapan tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi para duta
dan penguasa-penguasa bagi para bangsawan.
Tiada di dalam Ru’yah itu waqwah dan tidak pula ibarat. Maka maqam ru’yah adalah
maqam Fana (kelenyapan) segala sesuatu ... tiada lagi apapun, yang ada hanyalah Wajah Nya
Yang Maha Suci, dan tiada yang kekal selain wajah Nya Yang Maha Muia.
Ia berkata kepada Ku : “Hanya Aku, tiada sesuatu yang dapat berdiri sendiri di ssamping
Ku, tiada sesuatu yang kekal bersama Ku, dan tiada sesuatu yang jadi atas Ku.
Maka siapa yang Ku tegakkan berdiri di dalam “Berdiri Ku sendiri” (Waqwati) atau Ku
saksikan penglihatan Ku, niscaya Ku kekalkan sebagaimana yang Ku kehendaki agar supaya
Kehidupan atau Kegaiban sesuak apa yang Ku kehendaki demi keselamatannya dari
kebinasaan.
Ia pun melanjutkan : “Seorang waqif (yang berdiri di waqwah), tiada alam semesta
menjengkelkannya, tiada pula diganggu oleh kejadian-kejadian. Bila ia pergi di malam hari,
maka ia dalam lindungan Ku dan alangkah baiknya perlindungan itu, bila ia tinggal berdiam
seorang diri, Akulah penjaganya! Alangkah baiknya penjagaan itu.
Kawan waqwah merupakan pembawa berita gembira dan pemberi kabar penakut
(Basyiron wa Nadziro), dan kawan Ru’yah adalah pemberi syafaat dan jaminan (Tiada suatu hal
– keadaan yang setara dengan keadaan mereka).
56.
SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN BUMI
Dekat tak dapat dikatakan, jauh tak dapat diuraikan. Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan
dekat Nya (Maka Ia lebih dekat dari urat leher) Jaug, tidak dapat diuraikan akan Jauh Nya (fa
huwal muta’al), maka Dia lah Yang Maha Tinggi. Nyata, tak dapat dicapai kenyataan Nya.
Bathin, tidak dapat diungkap hijab Nya, karena “Tiada satupun yang menyerupai Nya (Laisa
Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8).
Langit-langit dan bumi diadakan Nya dan ditegakkan dengan hukum Nya dan tibalah
Sabda Firman Nya :
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah Ku dengan patuh atau terpaksa” Keduanya
menjawab “Kami datang dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush Shilat 41:11).
Dengan Nya keduanya dapat mendengar, dan dengan Nya keduanya dapat menjawab
dan dengan Nya keduanya dapat taat dan patuh.
57.
TENTANG HIJAB
Aku ditegakkan bediri di hadapan Nya, kemudian Ia pun berkata pada ku : “Hijabmu
adalah segala apa yang Ku nyatakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku rahasiakan, hijabmu
adalah segala apa yang Ku hapuskan, hijabmu adalah segala apa yang Ku ungkapkan, dan
juga segala apa yang Ku tutup.
Ila engkau keluar dari padanya, keluar pulalah engkau dari hijab; bila engkau dihijab
olehnya, niscaya engkau dikerumuni oleh hijab dari sekian banyak hijab-hijab.
Ia pun menyambung pula : “Tidak, engkau tidak akan dapat keluar dari dirimu, melainkan
dengan Nur Cahaya Ku, Nur Cahaya Ku yang mampu menghanguskan hijab itu, lalu engkau
dapat melihat bagaimana caranya ia (Nur itu) dapat menghijab. Selanjutnya : “Barangsiapa
telah melihat Ku, dan telah menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan atasnya makanan yang
halal selama engkau berada dalam hijab.
Ia pun melanjutkan : “Jangan engkau berhenti di dalam hijab, dan jangan pula berdiri di
dalam hijab, karena segala hijab akan bertolak pinggang membantahmu tentang Ku, hendaklah
engkau iqomah di sisi Ku, niscaya Aku akan membelamu dan membantah tentang dirimu.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dari Ku,
dan engkau dengan Ku, dapat berdiri di bawah naungan Ku dan tergolong dari orang yang
bersyafaat terhadap siapa yang Ku kehendaki dari makhluk-makhluk Ku”.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku, dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dengan
Ku, dan engkau dari Ku, berdiri di dalam kasih sayang Ku dan mengharap besarnya anugrah
dan ampunan Ku.
58.
PEMBAHASAN TENTANG TABIAT HATI
Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak diciptakan baik maupun jahat..... tetapi mempunyai
kesediaan untuk berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan bertabiat, yang mana dari
dasar segi baik dan jahat, ia dapat pulang balik antara keduanya atas segi ikhtiar dan kemauan.
Hati itu dapat patuh mendengar sesuatu, atau mendengar lawan swssuatu, walaupun
simpang siur bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh alam semesta dengan apa yang ada
padanya ia dapat mendengar dengan satu pendengaran, begitu juka jika ia menjawab, ia
menjawab dengan satu jawaban.
Bagitu juga halnya dengan hati, ia tidak dapat dipotong oelh satu pendengaran dari sekin
banyak pendengaran, selama ia dalam tingkat ilmu, apabila ia berhasil tertegun oleh satu
pendengaran, berpisahlah ia dari lainnya.
Maka ilmu itu pun merantau dan meluaskan gema pendengaran dan penglihatan,
sedngkan pendapatan mengepungnya untuk meringkus ke satu titik dan satu persoalan. Dan
alam semesta keseluruhannya merupakan lintasan hati sepanjang masa di dalam hati dan akal.
Sesungguhnya hati itu terkhusus dengan lintasan-lintasan, karena hukumnya daam hati
yang lebih kuat; Ajakan alam semesta untuk berbicara terhadap hati, adalah menjadi pemisah
dari yang lain. Dan akal itu memandang alam semesta, begitu juga, alam semesta memandang
kepadanya. Ada kalanya ia masuk dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan hukum
pembicaraan itu lebih berpengaruh dari hukum pandangan yang tanpa pembicaraan.
Hati itu merupakan tempat bermukim lintasan-lintasan yang berada di dalamnya. Dana
akal itu merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu di dalamnya serta melewatinya.
Banyak sekali ragam lintasan-lintasan hati itu. Dan bercabang-cabang pula; Ada yang
bersifat “keiblisan” (iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan” (malakiah), “kerajaan langit”
(malakutiah) dan “kerajaan duniawi” (mulkiah).
Lintsan hati “keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati yang membuat keraguan )Asy
Syakiah) dan “menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan lawan sunnah Nabi” (Al
Bid’ah) dan “mengingkari kebenaran” (Al Jukhdiha),. Adapun lintasa yang membawa keraguan
dan kemusrikan itu, lalu lalang di halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati
pembawa bid’ah dan pengingkaran, itu pulang pergi di jalaman mulkiah – kerajaan duniawi.
Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu, hukum dan suruhannya, maka apabila si pendengar
menyimak kepadanya dan meneguk isi piala ilmunya, hukumnya dan suruhannya, jatuhlah ia ke
jurang pelanggaran dan larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-lintasan itu. Jika tidak
dihiraukan dengan ditanggapi was-wasnya, kembalilah ia ke tampat asala mulanya dengan apa
yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan suruhannya.
Alamat bergantungnya hati kepada Tuhan, ialah terungkapnya perasaan di kala bisikan-
bisikan lintasan hati itu menghadapi apa yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya dalam keadaan
yang sulit diuraikan dan tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka apabila diletakkan
perasaan ini ke dalam hati sang hamba, ddipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati yang
jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan ini, maka berdatanglah serangan lisan-lisan
lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.
Sang Abid menguraikan perasaan yang demikian ini dengan ucapan “.....Oh!!!!
Sesungguhnya kurasakan betapa antaraku dan antara Tuhan adalah “Kemakmuran” (‘amamr)...
dan kemakmuran inilah yang menjadi perisai diriku dari tergelincir dalam kesalahan.
59
APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA HAMBANYA
(1)
Jangan hendaknya engkau berlaku kejam atas siapa pun dengan zat dirimu. Ingatlah!!
Keperkasaan itu bukan kepunyaanmu; Keperkasaan itu adalah milik Ku sendiri.
(3)
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu, maka oleh Nya aku di bawah kepada ‘nama-
nama’, akupun ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu, lalu aku dibawa pula ke “arti mankna-
arti makna” itu, setelah itu aku dibawa pula ke “arti makna-arti makna” itu, setelah itu aku
dibawa kepada “diriku” dan ditegakkan berdiri pula di dalamnya.
Dari “diriku” aku dibawa ke “dunia” akupun ditegakkan berdiri pula di dalamnya, dari
“dunia” aku dibawa ke “syirik dan kufur” Dan kata Nya : “ Bila kemauna-kemauanmu berkisar
dalam lingkaran itu, jangan diharap engkau dapat masuk ke Hadirat Ku.... dan Ia berkata
“Tengoklah kepada “kemauan keras-kemauan keras” itu! Maka kulihat “kemauan keras” yang
tidak berdiri di antara kedua tangan ya, akan berdiri di antara kdua tangan iblis.... mau ataupun
tidak.... dan aku lihat iblis melambai sambil menyeru kepada “kemauan-kemauan keras” itu
kepada ddirinya masing-masing.
Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah di anatara kedua tangannya dalam keadaan
terhijab dengan diri dirinya sendiri.
Ia bertuturkata kepada Ku : “Seorang Wali itu, ialah mereka yang berdiri tegak di antara
kedua tangan Ku, tiada beranjak tiada pula beringsut.
(4)
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di dalam “kesempurnaan” maka aku melihat di
dalamnya berhimpunan “Ke Maha Besaran) (Al Jalal) dan “Ke Maha Indahan: (Al Jamal)
Dana Maha Kesempurnaan Allah, adalah di dalam himpunan antara Maha Santin (Al
Khulum) dan Maha Memiliki Kekuasaan ( Al Jabbarut), berkait antara dua sifat yang saling
berlawanan menjadi dalam satu ketunggalan, hingga tiada ada pada Nya berlawanan dan tiada
pula tebagi-bagi.
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As Salam) yang pada Nya tiada perlawanan dan
perselisihan.
(5)
Bila engkau telah mengenal Daku dengan Ku, tidak lagi perkenalan dengan Ku itu akan
dapat ditambah oleh sesuatu (Karena Aku lah yang membawamu sampai kepada puncak
makrifat, yang dikemudiannya tiada lagi tambahan).
(6)
Engkau sendiri yang Ku maukan dari sekian banyak apa yang telah Ku Ciptakan, maka
hendaknya engkau pun demikian juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan kehendakmu, bukan
mengarah ke lain dari Ciptaan Ku.
(7)
Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata hatii, ialah mengenal apa yang
dikehendaki oleh Nya (Nabi Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di saat
melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena ia tidak diberi penglihatan mata hati seperti
halnya Al Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai apa yang dikehendaki Nya dan
memahami maksud dan persoalan raja yang main rampas perahu secara paksa).
(8)
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT, adalah satu cara lisan mencari jalan keluar bila
engkau telah mencapai makrifat, dan telah engkau ketahui hak kekuasaan penguasa itu adalah
milik Allah semata, maka engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur tangan dan akan
gugur segala kepengurusan).
(9)
Menziarahi para orang yang sudah “mendapat” sedangkan pada dirinya tiada
mendapatkan, itu berarti suatu pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf tanpa ada
padanya “zauqiah) (hal-hal yang menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka, adalah merupakan
suatu pelanggaran)).
(10)
(11)
(12)
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa yang dilakukan kelompok manusia-
manusia, dapat membentuk arca-arca sembahan, yang mana sumber kekuasaan arca-arca itu
atas manusia-manusia disebabkan karena kebiasaan yang dilakukan berulang kali. Misalnya
apa yang dilakukan oleh orang-orang Samiri yang telah membentuk – dari perhiasan-perhiasan
yang dicuri oleh Bani Israel – berupa se ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara
lenguhan.
(13)
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku, maka tinggalkanlah apa-apa selain Ku,
sekalipun ap yang selain Ku itu pernah melihat Ku, dan tinggalkan pula apa yang pernah
dilihatnya, walaupun dengan Ku ia datang... Ha hamba! Bila engkau merasakan ketentraman
dengan perkenalan kepada selain Ku, maka hendaklah engkau campakan perkenalanmu
kepada Ku itu di balik punggungmu.
(14)
Syarat keridaan itu ialah penilaian sama antara penolakan dan pemberian.
(15)
(16)
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah ketakuran... Dan bahaya itu mendapingi setiap
hukum (karena segala yang nyata dari apa yang lahir itu akan berkesudahan pada kelenyapan.
(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati; Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan
itu minuman Ruh
(18)
Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu
lintasan hati di dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan hati di dalam waqwah; Waqwah itu
kesudahan, tiada lagi bahaya dan tiada pula lintasan hati,
(19)
Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu
merupakan alat bagi perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat dan bukan pula waqwah itu
alat. Setiap ala mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas memegang dan yang lainnya
melepaskan. Memegang dan melepaskan itu menunjukan tanda-tanda pertentangan, maka bila
tanpa alat tiada pula pertentangan.
(20)
Sesungguhnya akau mempunyai hamba-hamba yang lancar berbicara, namun mereka itu
tidak berbicara dan enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku katakan padanya :
“Tetapkan sikapmu; berbicaralah kepada Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin jangan
berbicara.... engkau pun akan menjadi hamba Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu
suatu syafaat.
Aku pun mempunyai hamba-hamba pendiam, mereka melihat ke Maha Agungan Ku,
mereka tidak sanggup berkata-kata, mereka melihat ke Indahan Ku, tiada juga mereka
bertasbih; Keindahan Ku membuatnya terpesona hingga terus menerus berdiam diri, Akupun
mendatanginya, Ku keluarkan dia dari “maqam diam ke pada Ku”.... Hendaklah engkau diam
demi untuk Ku” ... sekuat kemampuanmu... niscaya engkau menjadi “hamba Ku” yang pendiam.
Antara ucapan dan diam itu adalah suatu dindig pembatas (Barzkh) di dalamnya adalah
liang kubur. Bagi akal dan budi, di dalamnya juga kubur dan juga “sesuatu-sesuatu”.
(21)
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara, supaya engkau dapat melihat, bukan untjk
berbicara ... Katakanlah padamu ... inilah penglihatanmu! Agar engkau memperoleh bukti di
dalam makrifatmu kepada Ku; Bukan untuk engkau pamerkan atas Ku kepada siapa yang tidak
melihat Ku.
Ketahuilah! Petunjuk Ku bukan berada di tangan Mu... maka bila Aku mengajak mu
bertutur kata, niscaya engkau dapat melihat Ku; Bila engkau melihat... tiadalagi pembicaraan.
(22)
Siapa yang tidak naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia dalam api... dan siapa-siapa yang
naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia akan dapat melihat Ku.
(23)
Hati-hati yang tetap teguh adalah hati-hati yang bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir
mudik dengan pelbagai lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah melihat Ku sebelum KUN
(Jadilah) yakni sebelum Aku menyatakan dan sebelum akau berbuat, maka setelah tiba KUN
dan telah datang lintasan-lintasan hati, Aku telah menghentikannya di dalam maqam Hadirat.
(24)
Lemparkan apa yang dengannya Aku rahasiakan, dan lemparkan apa yang dengannya
Aku nyatakan..... Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada apa yang telah dan akan Ku
katakan kepadamu, maka bagaimmana engkau memikul dan membawanya kepada Ku,
sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku daripada apa yang telah dan akan engkau katakan
kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di
dampingi oleh derita dan malapetaka yang akan berembunyi di dalam afiat itu. Jadilah engkau
untuk Ku, bukan untuk tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam menuju zat ... untuk Zat Allah
jangan ada sessuatu yang lain).
(25)
Alah berseru kepada hambanya yang dikatakan – yang ia kikir atas maqam manapun -...
Wahai hamba Ku! “Engkau akan dipanggil oleh setiap ariff kepada makrifatnya; Sedangkan itu
adalha hak Ku atasnya; maka janganlah engkau keluar dari makrifatmu berpindah ke
makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu.
(26)
Segala kenyataan yang telah nyata itu maqamnya berada di belakangmu... di balik
hatimu... maka dudukanlah masing-msing itu di maqamnya...
Setelah itu mermaqamlah untuk Ku da engkau akan didatangi oleh “Beridi sendiri”
(Qoyyumiati), maka engkau akan ditegakkan berdiri untuk Ku, dan engkau akan selalu
beregang pada Ku.... Ketahuilah! Bahwa engkau amat mulia bagi Ku dari segala apa yang Ku
nyatakan, dan dari apa yang Ku katakan kepadamu, juga engkau amat perkasa bagi Ku dari
apa yang telah engkau katakan kepada Ku”.
(27)
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu maqam, dimana tiada lagi di dalamnya “perintah”
maupun “larangan” . Itulah maqam di mana ku lihat Tuhanku di dalamnya. Di dalamnya kau
tidak lagi Kemalaikatan, tiada pula aku dipengaruhi jin dalam kedudukan selayaknya jin; tidak
pula aku dipengaruhi oleh hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula oleh alam semesta
dalam bentuk alamiahnya.
(28)
Barang siapa yang telah melihat Ku, jika saja berdosa maka dosanya lebih besar dari
alam semesta; dan beritakan tentang siksanya, bahwa derita siksanya adalah seluruh
penderitaan.
(29)
Ia bertutur kata kepadaku : “Tidak Ku kirim kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-
makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa sesuatu itu menjadi untukmu “kekuasaan”
(Rabbaniah) melaksanakan pengiriman.... Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku
lah yang langsung memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah aku memerintah
sesuatu terhadap kepadamu.
(30)
Aku telah dihentikan berdiri di dalam Hadirat Nya. Dia adalah abadi demi keabadian,
kekal demi kekekalan, aku pun telah meluhat tirai dan tabir-tabir, segala rupa penghijab, semua
menghampar menutupi wajah-wajah siapa saja yang memohon kepada Nya. Aku telah melihat
pula bagaimana kesemuanya itu tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah diri kepada
Nya.
(31)
Bila engkau telah melihat kepada Ku, ketahuilah bahwa penglihatan itu karena mata
manusiawai, bukan hukum manusiawi (yang tidak lengah sedikitpun walau sebagai tawanan
dari kebutuhan manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat melihat kepada Ku, itu adalah
dikarenakan pandangan mata manusiawi.
(32)
Bila engkau memberantas kebutuhan itu dengan sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan
itu makin jadi. Bila engkau memberantas kelengahan dengan keinginan-keinginan, akan
bertambahlah kelengahan itu.
(33)
Bila engkau tinggal menetap di dalam penglihatanmu kepada Ku, niscaya engkau akan
membenci dirimu sendiri sebagaimana engkau membenci musuhmu.
(34)
Segala persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu dapat engkau saksikan menurut
kadar yang engkau ketahui, kecuali persoalan yang mengenai ketuhanan, pertama-tama
engkau dapat menyaksikan kemudian baru negkau dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.
(35)
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya segala ilmu dan makrifat akan menjadi kayu bakar
bagi api KU, dan apabila engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula engkau dengannya.
(36)
Sekali-kali engkau tidak dapat mengenal Ku, bila engkau tidak melemparkan hawa
nafsumu, sekalipun hawa nafsu itu didatangkan oleh tangan Ku.
(37)
Sekli-kali engkau tidak dapat menyaksikan Dau untuk selama-lamanya dengan arti
makna, karena artimaknamu itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya sendiri., dan engkau akan
menyaksikan Daku dengan penyaksian Ku semata.
(38)
Segala apa yang nyata seluruhnya berbatas, batas-batas itu adalah gambar-gambar
lukisan, gambar-gambar lukisan itu beraneka ragam, aneka ragam itu saling serupa menyerupai
dan saling lawan berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu beramah-tamah satu sama
lainnya serta bersimpang siur.
Adapun yang dilahirkan itu bersama-sama ilmu-ilmunya adalah merupakan hijab Ku, dan
tidak Ku beri nama kepada kenyataan-kenyataan itu untuk memperkenalkan melainkan untuk
menjadi hijab Ku.
Bila nama-nama itu dibuang, niscaya akan tertembus oleh pandangan dan bila
pandangan dapat menembus berarti dapat mengenal.
(39)
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka dengan melaksanakan perintah Mu, maka ilmu
itu tentang Mu dalam kebutaan. Bila engkau beri petunjuk, itulah karunia Mu; Bila engkau
menghijabnya, itulah hijab Mu (alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka ilmu itu tidak
dapat menyaksikan kecuali kejahilan.
Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya di dlam Nur Cahaya Nya.
(40)
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa
yang merusaknya, maka jadilah rusak. Maka tiada jalan keluar untuk menidadakan pemikiran
tentangnya sama sekali, karena sesungguhnya ia adalah asal penderitaan yang dialami oleh
manusia menurut susunan manusiawinya.
(41)
Hakekat segala sesuatu itu adalah samar, karena tiadanya kesanggupan. Manusia itu
lenah, tiada daya uneuk mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk mencapai manfaat atau
mudharrat ... dan ilmu tentang Tuhannya sangat lemah sekali.
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak dapat diperkenalkan dengan susunan huruf.
(42)
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di dalam ketenangan dan ketentraman, lihatlah
baik-baik apa yang menjadi penyebab akal budimu tenang dan tenteram, itulah artinya sampai,
maka lihatlah tempat sampainya itu, itu adalah merupakan mutiaranya, lihatlah para mutiara itu,
maka itulah mata yang mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya akan keheranan
pada mulanya dan rugi setelah kesudahannya.
Bila dengan zikir sampainya dan penglihatan pada Nur Cahay Ku tempat bergantungnya,
maka akan tetap dalam keteguhan, tiadalah ia akan berpaling, dan luruslah mata hatinya, maka
tidak dikuatirkan lagi akan tergelincir.
(43)
Siapa yang beramal utuk memperoleh pahala, niscaya ia akan letih dengan masuknya
harapan-harapan, barangsiapa yang beramal karena takut siksa, niscaya ia akan letih dengan
sangka baik; dan barang siapa beramal demi Wajah Allah, tiada letih baginya.
(44)
Ketika ahli pAhlur Ru’yah) mengatakan, bahwa dirinya telah kehilangan padangandan
tidak lagi melihat siwa maka sesungguhnya yangmereka maksudkan adalah hilangnya
penglihatan terhadap siwa dari apa yang nyata dari kenyataan-kenyataan itu, umpamakan ilmu
itu berbentuk dari sebuah kitab, dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu dari suatu
madrasah,,, bukan demikian yang diucapkan, tetapi ilmu itu dari Allah, dan mereka sudah
kkehilangan urut-urutan dari sebab musabab. Maka segala apa yang nyata pada sisi mereka
adalah Al Haq Ta’ala semata, sekalipun menyata dari berbagai jurusan.
(45)
Seluruh ketakutan itu berkaitan dengan perselisihan, tidak cocok dengan pendengaran
telinga, tidak cocok dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa yang dijinaki oleh akal
budi... Karena tiada jalan keluar untuk meniadakan ketakutan itu daripada manusia samak
sekali karena tiadanya jalan menuju kepada kesempurnaan.
(46)
Bukti dalil keyakinan itu ada empat.... penglihatan nikmat, ketakutan hijab, penerimaan
perkenalan dan perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula.... kekikiran, keserakahan, kesombongan dan
panjang angan-angan.
(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali makrifat, dan makrifat itu meniadakan
segala sesuatu itu kecuali keetakutan.
(48)
Keyakinan dan taqwa itusaling berdampingan, apabila salah satu gaib, niscaya gaib pula
yang lain. Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila salah satu gaib, yang lain
gaib pula. Dan Khalwah (tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu berdampingan, bila salah
satu gaib, gaib pulalah yang lain.
(49)
“Ilahi” Telah musnah segala kenyataan-kenyataan, maka tiada yang dapat bertahan
berhadapan dengan keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan bagian-bagian yang
terakhir, maka tiadalah kuasa bertahan di hadapan sifay Qiam Mu (berdiri Mu sendiri).
(50)
Hai hamba! “Siapa yang telah paham tentang Ku, niscaya Ku buat perhitungan
kepadanya tentang air dan jiwa.
(51)
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak berkenalan, Aku hampir tidak lagi menerima suatu uzur
(alasan) apapun.
(52)
Hai hamba! “Perkenalan dengan apa yang tak dapat dikatakan itu sifatnya adalah
mengharuskan; dan perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu sifatnya adalah menuntut.
(53)
Tiada perkenalan melainkan dengan karunia dan anugrah dari Allah, maka bila ia
memperkenalkanmu, niscaya engkau ditegakkan berdiri, apabila engkau ditegakkan berdiri,
niscaya Ia memberikan apa yang dapat engkau saksikan.
HUBAYA ATAS TULANG BELULANG YANG REMUK RAPUH DALAM TIMBUNAN TANAH
SYAHADAT
PENGERTIAN SYAHADAT
Asyahadualla ilaaha illallah ini merupakan syahadat tauhid atauhakekat ketuhanan yaitu diri bathin
manusia (Rohani)
Wa-asyhadu anna muhammadar rasulullah ini merupakan syahadat rasul atau hakekat kerasulan yaitu
diri zahir manusia. (Jasmani).
'
Diri bathin (rohani) adalah sebenar-benarnya diri yang menyatakan : ..Rahasia Allah...
Untuk menyatakan diri Rahasia Allah Adalah diri zahir manusia.
'
Sedangkan ….. Kata Muhammad pada syahadat Rasul mengandung arti yaitu diri zahirmanusia yang
menanggung rahasia Allah.
Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yang paling rapi.( Q.S. Attin-4)
'
Kemulyaan manusia karena manusialah yang sanggup menanggung rahasia Allah (Q.S. Al-Ahzab 72).
'
Dan karena firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 inilah kita mengucapkan :
'
“Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”
Yang berarti :
Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya AllahSemata
dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya buat selama-
lamanya.
'
“Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”
Yang berarti :
Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya AllahSemata
dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya buat selama-
lamanya.
'
Catatan:
Jumlah dalam kalimat tauhid itu ada 24 hurut
Hal ini mengisyaratkan kehidupan manusia adalah 24 jam sehari semalam.
Lailaha illallah muhammad rasullullah.
'
'
'
SEMBAHYANG
'
HAKEKAT SEMBAHYANG :
Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan dirikita sendiri, bahwa tiada yang nyata pada diri
kita… hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa dan menanggung
rahasia Allah SWT.
Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu :
'
Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)
'
Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra’ dan mi’raj dan mengambil pengertian akan hakekat
manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri bathin) Adam AS. Sampai
ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillahartinya : segala puji bagi Allah
'
Apa yang di puji…. Adalah : zat (Allah) , Sifat (Muhammad), Asma’ (Adam) dan Af’al (Manusia):
'
Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti :
Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita itu adalah diri
Allah semata. Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT.
Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada sesuatu yang kita punya :
kecuali Hak Allah semata.
'
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal
jibal. Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu.
'
Artinya :
“sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi
mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia
yang sanggup menerimanya”
'
Dan karena firman Allah inilah kita mengucap :
“Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”
'
Yang berarti :
Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya AllahSemata
dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai dengan
tanggal yang telah ditentukan.
'
Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal
dirinya sendiri.
'
Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Allah.
'
Hadits Qudsi….
“MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU”
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah
'
ALIF ITU ARTINYA : NIAT SEMBAHYANG
LAM ITU ARTINYA : BERDIRI
HA ITU ARTINYA : RUKU’
MIM ITU ARTINYA : DUDUK
Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Perkata ini diambil
dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam AS.
Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar
(Allah Maha Besar).
'
Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat :
1.Fiqli (perbuatan)
2.Qauli (bacaan)
3.Qalbi (Hati atau roh atau qalbu)
'
Mengapa kita sembahyang sehari semalam 17 rakaat :
Adalah mengambil pengertian sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah
'
1.Ah Itu Menandakan Sembahyang Subuh
Rakaat Yaitu Zat Dan Sifat
'
2.Allah Itu Menandakan Sembahyang Zohor
Rakaat Yaitu : Wujud, Alam, Nur Dan Shahadat.
'
3.Muhammad Itu Menandakan Sembahyang Asar
Rakaat Yaitu : Tanah, Air, Api, Dan Angin
'
4.Adam Itu Menandakan Sembahyang Maghrib
Rakaat Yaitu : Ahda, Wahda, Dan Wahdia
'
5.Hawa Itu Menandakan Sembahyang Isya
Rakaat Yaitu : Mani’, Manikam, Madi, Dan Di
'
MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT :
Adalah mengambil pengertian sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah ( )
1. AH ( ) itu menandakan sembahyang subuh.......”2”rakaatyaitu…Zat dan Sifat
2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor “4” rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan Syahadat.
3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar “4” rakaat yaitu : Tanah,Air,Api dan Angin.
4. Adam itu menandakan sembahyang Magrib “3” rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan Wahdia.
5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya “4” rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi dan DI.
'
MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU SEMBAHYANG
Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah.
Dua kalimah syahadat pada :
'
1.Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIRUSIR (Rahasia
didalam Rahasia)
'
2.Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH
'
3.Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIA
'
4.Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan
MUHAMMAD
'
5.Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan
MUHAMMAD
'
MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG
Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang.
Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam sembahyang itu kita
lapazkan didalam hati :
'
Niat sbb :
“aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allahsemata-mata.”
'
Dalilnya :
1.LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI
Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya)
'
2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
Artinya : Tidak Syah Sholat TanpaMengenal Allah
'
3.WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH
Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah
'
4.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu
'
5.IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADU’U
Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah YangKarena Allah
Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi )
'
6.AKI MIS SHALATA LI ZIKRI
Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145)
'
Sedangkan :
1.Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang
'
2.Tahayat ialah merupakan hati sembahyang
'
3.Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT
'
1.Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT
'
2.Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu :
1.Bulu
2.Kulit
3.Daging
4.Darah
5.Tulang
6.Lemak
7.Lendir
3.7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling ka’bah.
'
HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH :
“Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri danNabi Adam AS.
Mengucap kalimah Allahu Akbar.
'
Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung olehmanusia
dengan 4 perkara yaitu
'
1. Wujud 2. Ilmu 3. Nur 4. Syahadat
Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan perkataan “Akbar”
pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat.
'
Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji
'
DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT.
Hakekat zakat dalam shalat ialah:
Mengandung makna “ Pembersihhati “ dari pada syirik kepada Allah SWT.
“ Iiya Kanak Budu Wa Iiya Kanasta’in”
Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan
'
HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT :
1.Tidak Boleh Makan Dan Minum
2.Mata Berpuasa
3.Telinga Berpuasa
4.Kulit Berpuasa
5.Hati Berpuasa
.
.
.
.
WHUDUK
.
Ialah membersihkan diri sebelum menunaikan shalat
1.Niat
2.Membasuh Muka
3.Membasuh Tangan
4.Membasuh Kepala
5.Membasuh Telinga
6.Membasuh Kaki
7.Tertib
.
Hakekat Niat dalam Wuduk : ialah
“tiada wujud pada diriku hanya Allah semata”
Jadi Kita Mengisbatkan Hidup Kita, Ilmu Kita, Pandangan Kita, Penglihatan, Kuasa Kita, Kata-Kata Kita
Semuanya Adalah Hak Allah Semata. (Ia Haiyun, Ia Alimun, Ia Sami’un, Ia Basirun, Ia Kadirun, Ia Maridun,
Ia Mutakalimun Bil Hakki Illallah).
.
Hakekat Membersihkan Muka dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat : sombong angkuh, kemuliaan, kebesaran,yang ada pada diri manusia.
.
Hakekat Membasuh Tangan dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat-sifat aku berkuasa, aku orang kuat dan aku orang besar.
.
Hakekat Membasuh Kepala dalam wuduk ialah :
Membersihkan segala fikiran dari segala urusan dunia
.
Hakekat Membasuh Telinga dalam wuduk ialah :
Membersih segala pendengaran dari hal-hal yang tidak perlu
.
Hakekat Membasuh Kaki dalam wuduk ialah :
Kita harus membetulkan perjalanan kita hanya untuk satutujuan yaitu : “Allah SWT” semata.
.
RUKU SHALAT ADA 13 PERKARA :
1.NIAT
2.BERDIRI BAGI YANG MAMPU
3.TAKBIRATUL IKHRAM
4.MEMBACA AL-FATEHAH
5.RUKU’
6.I’TIDAL
7.SUJUD
8.DUDUK ANTARA DUA SALAM
9.DUDUK PADA TASYAHUD AKHIR
10.MEMBACA TASYAHUD AKHIR
11.MEMBACA SHALAWAT NABI
12.SALAM
13.TERTIB
.
Yang membatalkan shalat ada 12 perkara
1.Sengaja berbicara
2.Bergerak yang bukan gerakan shalat berturut-turut sebanyak 3x
3.Berhadats kecil atau besar
4.Terkena najis
5.Terbukanya aurat dengan sengaja
6.Berubah niat
7.Membelakangi kiblat
8.Makan atau minum dengan sengaja walaupun sedikit
9.Tertawa terbahak-bahak
10.Murtad
11.Meninggalkan salah satu rukun dengan sengaja
12.Mendahului imam sebanyak 2 rukun
.
Hakekat rukun sembahyang 13 pekara ialah :
Mengandung makna hakekat sendi-sendi besar yang bergerak pada tubuh manusia :
1.Sendi tengkok
2.Sendi bahu kanan
3.Sendi lengan kanan
4.Sendi tangan kanan
5.Sendi bahu kiri
6.Sendi bahu kiri
7.Sendi tangan kiri
8.Sendi paha kanan
9.Sendi paha kiri
10.Sendi lutut kanan
11.Sendi kaki kanan
12.Sendi kaki kiri
13.Sendi lutut kiri
.
Hakekat rukun sembahyang 13 pekara ialah :
Mengandung makna hakekat sendi-sendi besar yang bergerak pada tubuh manusia :
1.Sendi tengkok
2.Sendi bahu kanan
3.Sendi lengan kanan
4.Sendi tangan kanan
5.Sendi bahu kiri
6.Sendi bahu kiri
7.Sendi tangan kiri
8.Sendi paha kanan
9.Sendi paha kiri
10.Sendi lutut kanan
11.Sendi kaki kanan
12.Sendi kaki kiri
13.Sendi lutut kiri
.
Niat sembahyang dibagi empat :
1.NIAT BASITAH
2.NIAT TAUZI’IYAH
3.NIAT HURUFIYAH
4.NIAT KAMALIYAH
.
NIAT YANG 4 INI DIBAGI LAGI MENJADI 2 BAGIAN :
2 NIAT YANG BATAL DAN 2 NIAT YANG SAH
.
NIAT YANG BATAL
1.NIAT BASITAH ARTINYA TERHAMPAR, MULAI DARI USSHALLI KEMUDIAN DIARTIKAN DIDALAM HATI.
2.NIAT TAUZI’IYAH IALAH MENGARTIKAN DALAM SATU KALIMAT.
.
CONTOH : USSALLI FARDAL JUHRI ARBA‘A RAKA ATIN LILLAHI TA’ALA( TIDAK DIARTIKAN DIDALAM HATI)
NIAT YANG SAH
1). NIAT HURUFIYAH IALAH : MENGHADIRKAN ZAT SHALAT DAHULU SEDIKIT SEBELUM TAKBIRATUL
IKHRAM.
.
NIAT HURUFIYAH INI ADA 3 :
DANI YAITU ROH TABI’I
USTO YAITU ROH ‘IDAFI
KASUI YAITU ROH RABBANI YANG LEBIH TINGGI DARI DANI DAN USTO
.
2). NIAT KAMALIYAH YAITU : YAITU NIAT PARA NABI, WALI ARTINYA : MULAILAH NIAT YANG SAH ITU ITU
HURUF ALIF ALLAH DAN DIAKHIRI DENGAN ALLAHU AKBAR.
.
DALIL YANG MENDUKUNG 2 NIAT YANG SAH :
1.AWALUDIN MA’RIFATULLAH
AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH
2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH
3.MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU
BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA
4.ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALASYAHIDENA
BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF
172)
5.AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU
MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA
6.WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN
AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN
7.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU
8.LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH
AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU
9.WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH
JIWA ORANG MU’MIN ITU RUMAHNYA ALLAH
INNA AURAMA YANJURU MIN’AKMALIHIS SHALAT
PA’IN ZAJAT LAHU NUJIRA FISA IRI AKMALIHI
WAINLAM TAJUD LAHU YANJURU FISAI IN MIN AKMALIHI BAKDA
ARTINYA :
.
SESUNGGUHNYA YANG MULA-MULADILIHAT OLEH ALLAH DARI AMAL PERBUATAN ANAK MANUSIA
ADALAH SHALATNYA.
APABILA SHALATNYA SEMPURNA DITERIMALAH SHALATNYA ITU DENGAN AMAL-AMALNYA YANG LAIN.
JIKA SHALATNYA TIDAK SEMPURNA, MAKA DITOLAKLAH SHALATNYA ITU DENGAN AMAL-AMALNYA
YANG LAIN.
(HADITS RIWAYAT HAKIM)
YAKTI ALANNAASI ZAMANU YUSALLUUNA WALA YUSALLUUN.
ARTINYA : AKAN DATANG KEPADA MANUSIA SUATU ZAMAN, BANYAK YANG SHALAT PADAHAL
SEBENARNYA MEREKA TIDAK SHALA.(H.R. AHMAD)
PAWAILUL LIL MUSALLIN
MAKA CELAKALAH BAGI ORANG-ORANG YANG SHALAT.
ALLAZINAHUM AN SHALATIHIM SAHUN
ORANG-YANG LALAI DARI SHALATNYA
(Q.S. AL-MA’UN AYAT 4 DAN 5)
QAD AFLAHA MAN TAJAKKA, WAJA KARAS MARABBIHI FASHALLAH.
ARTINYA :
SESUNGGUHNYA BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG SELALU MENSUCIKAN DIRINYA.
DAN DIA INGAT NAMA TUHANNYA LALU IA SHALAT
(Q.S. AL-A’LA 14,15)
SHALAT 5 WAKTU BERASAL DARI HURUF : ALIF, LAM, HA, MIM, DAL
“ALHAMDU”
.
ALIF
SUBUH
SYAHADAT
ALLAH
NIAT
ALIF HA MATI
LAM
ZOHOR
SEMBAHYANG
API
BERDIRI
ALLAH
HA
ASAR
PUASA
ANGIN
RUKUK
MUHAMMAD
MIM
MAGHRIB
ZAKAT
AIR
SUJUD
ADAM
DAL
ISYA
HAJI
TANAH
DUDUK
HAWA
.
MASYA ALLAH KANA MINAL MUKMININ HAKKA
SEMOGA ALLAH MENJADIKAN AKU ORANG MUKMIN YANG SEBENARNYA
~ Rahasia Makrifat ~
Ilmu Hakekat Insan
Inilah ilmu rahasia Makrifat Allah Ta’ala, dari pada dunia, datang dari pada akhirat.
Jikalau engkau itu berpegang pada keduanya maka selamatlah engkau dunia dan akhirat.Dan
engkau di dalam mukmin yang sebenar-benarnya.
Bahwasanya,
– Kalimat Tauhid itu ialah maqam Ruh yang tiada lupa ia kepada yang menjadikannya setiap
saat.
– Kalimat Syahadat itulah yang menyempurnakan apa-apa yang di perintahkan oleh nabi
Muhammad SAW.
Maka engkau itu rindu selalu kepadaKu yang menjadikan semesta alam.
Itulah yang disebut engkau bertubuh ‘NURULLAH’’
Itulah yang disebut lenyap dengan AKU.
Asal engkau yang Aku jadikan mula-mula adalah satu rahasia Nur, yang disebut Nur Dzat. Nur
Dzat menjadi Diri, kemudian diri engkau gaib di dalam Nur Allah, kemudian gaib lagi yang
disebut kosong.kemudian berkata di dalam Kun, Kun itulah yang disebut Alif, Alif itulah yang
disebut Diri, Maka gaiblah Alif itu menjadi Laisa, lalu berkatalah Ia HAQ.
Yang Haq itulah yang disebut tiada berujud dan tiada bernama.
maka engkau itu yang dinamakan AKU, sebab itu bukan diluar bukan di dalam.
Sehingga meliputi Aku semesta sekalian alam. Maka Laisa-lah Aku didalam diri engkau itu.
Jikalau engkau mengenakan Aku, maka engkau itu adalah di dalam kalimahKu.
Sesudah engkau di dalam kalimahKu, Maka engkau itu bertubuh Syahadat dan
Sesudah bernama syahadat,Maka engkau itu bernama Muhammad
Jikalau engkau sudah bernama Muhammad dzahirnya maka batinya itu bernama Ahmad lalu
sesudah bernama Ahmad, maka engkau itu gaib dengan HU
Maka Akulah itu.
Engkau dengarkan bunyi di dalam tubuh engkau yang berbunyi ‘Wujud Dzat’
Wujud itu berbunyi HU dan Dzat itu berbunyi ALLAH, Oleh karena itu yang bunyi hanya
kosong, maka kosong itu maknanya fana, hanya diriNyalah yang ada.Yang beserta melihat dan
mendengar, Semuanya lenyaplah di dalam yang KOSONG.
Bahwa,
Asal wujud Adam mesti mengembalikan amanah.
“KHALAKAL INSANA MIN TIN’
Asal di jadikan manusia itu dari pada tanah/Adam
Sebenar-benar Diri ialah Ruh, sebenar-benar Ruh ialah manusia, sebenar-manusia ialah
Muhammad, sebenar-benar Muhammad ialah Nur Allah, sebenar-benar Nur Allah ialah Nur
Dzat, sebenar-benar Nur Dzat ialah ILMU PENGETAHUAN PANDANG SYUHUD, yaitu
pandang salik kita, Naik dan turun.
Naik pujinya HU
Turun pujinya ALLAH
Tak kala naik pujinya HU melengkapi tujuh petala langit wujudnya ‘Laa syauten wala harfun’
tiada huruf tiada suara Dzat dirinya
Tak kala turun pujinya ALLAH melengkapi tujuh petala bumi wujudnya ‘Ba basyariah’ Dzat
dirinya
*Hakekat Sholat*
– Berdiri betul, hidup kita yang tiada mati maka hentikan nafas kita
sebelum takbiratul Ihram
– Ruku naikan nafas
– I’tidal pendengaran kita
– Sujud adalah penciuman kita
– Bacaan adalah pembicaraan kita
– Duduk adalah ketetapan iman kita
– Tahiyat adalah ketetapan keyakinan kita
– Salam adalah Makrifat kita
– Puji-pujian keseluruhannya adalah hakekat keluar masuk nafas
– Dzikir adalah denyut seluruh nadi kita di ingat atau tidak di ingat
itulah AL-HAQ
Inilah hakekat sholat sewaktu Isra dan Mi’raj atau Ummulul Quran atau Perintah.
Inilah isyarat sholat Daim
Ingat ini!
Setelah tanya maka diberi tahu..
Setelah tahu jangan ada ragu,
Apabila ragu itu namanya ‘kafir zindik’
sebab ,
Berdirinya Ahmad (Alifullah) itulah ALLAH sebenar-benarnya.
Dengan terbukanya hijab maka nur itu tajjalilah pada dirinya, sehingga kita menjadi gaib, dan sehingga kita
berada dalam wujud yang Haq.
Karena jasad itulah yang berbunyi ALLAH hurufnya…
Kalaulah dihilangkan huruf ALLAH akan menjadi HU.. itulah yang disebut KOSONG, tiada tahu lagi akan
dirinya… yang ada hanya wujud yang Haq saja.
Engkau tiada berujud lagi… tiada bersifat lagi.. tiada nama bernama… dan buat berbuat..
Disitulah engkau karam.. barulah engkau itu hilang semuanya… yang ada hanya wujud saja lagi semata-
mata.
Ingatlah AKU, esakan AKU, sempurnakan AKU, maka engkau bernama INSAN, jikalau engkau manusia
maka engkaulah manusia INSAN-KAMIL.
Sahabat,
Marilah kita menghilangkan tubuh kita sampai menjadi mesraaa….
Jikalau sudah mesra, maka rindulah engkau kepadaNya.
Karena hanya dengan rindu sajalah, engkau akan sampai kepadaNya.
Bagaimana caranya…?
Dengan…
– DZIKIR…
– TASBIH…
– QUL HUWALLAHU AHAD…
– YASIN…
– FATIHAH…
Yaitu.…
Berkata Allah “Esakan Aku”, agar engkau mendapat satu rahasia, karena di dalam surah Al-Iklas,
ada 5 rahasia yaitu :
1. Rahimakumullah
2. Rahim ibu
3. Liang lahat
4. Yaumil Mahsyar
5. Hadratullah
Bahwasanya, siapa yang sampai di Maqom ini maka “Aku adalah engkau, engkau adalah Aku”
Karena dengan itu semua kita berada di dalam RAHASIANYA…
AHDIAYAH
Tidak ada tetapi ujud
Itulah Nur Habibi sebutan bagi Dzat Allah Ta’ala
Itullah ujud nyata Natijah Muhammad
DZATUL BUHTI
Bernama IA ALLAH.
WAHDAH
Ada tetapi belum berupa,
NUR MUBSIRAH ALLAH
Wujud kita rahasia Muhammad
Sani Dzatiyah Muhammad
Leburkan.., mesrakan..,
TA’YIN AWAL
ALLAH HU
WAHDIYAH
Sudah ada nyata.
Nur Muhammad berdiri sendiri ujudnya,
.
ALIF
Alifullah itu adalah Dzat Allah atau Nur atau Huwa yaitu DIRI ALLAH tiada lain DIRI
AHMAD jua, sebenar-benarnya Nur Muhammad SAW, karena Muhammad itulah yang bernama
Allah.
KAF
Nyawa yang berhubungan dengan jantung di dalam fuad yang hidup, itulah yang sholat jatim
hingga ada DA’IM, bicaralah sebagaimana mestinya.
BA
Af’al Allah adalah kelakuan Muhammad SAW, karena kenyataan Allah di perlihatkan kepada
nabi Muhammad SAW, yaitu NURUN ALA NURIN.
RA
Maka hendaknya diri yang nyata ini dapat melakukan suatu perintah yang di sebabkan dari
rahasia perintah yang berasal dari Ruh Idhafi yang memerintah nyawa, lalu nyawa memerintah
diri, hingga berlakulah yang sebenar-benar diri yang HAQ namanya, tiada huruf tiada suara,
karena bersumber dari Nur Muhammad SAW.
Bahwasanya yang pertama-tama terjadi pada Diri-ku sesudah Nur yang awal-awal adalah Nur Habibi,
Di kata oleh ‘bahasa tasauf pasaran’ adalah Dzat Allah.
Lalu IA mengatakan dzikir yang awal-awal yaitu Nur Muhammad SAW dan bersholawat yang
awal-awal Nur Muhammad SAW,
Maka, Nur Muhammad memuji diri sendiri kepada Nur Habibi yang awal-awal.
Dzikir Nur yang awal-awal yaitu :
Bahwa,
Martabat AHADIYAH bermaksud atau bermakna pengakuan pada ke-ESA-an, ke-BESAR-an,
dan ke-SEMPURNA-an , NUR MUHAMMAD SAW semata-mata.
Sejalan dengan bunyi ayat ;
“FISITTATI AYYA MIN SUMAS TAWA ALAL ARSY”
Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah dalam 6 masa (hari PERHIMPUNAN), kemudian
sempurnalah kebesaran ALLAH kejadian Arsyi yang Maha Mulia.
Jadi..
HU dan HUWA Sebenar-benarnya NUR MUHAMMAD SAW jua pelakunya
“ASYHADU ANNI AHMAD AINUL HAQ”
Itulah yang bernama RAHASIA DIRI,
RABBANI namanya.
hmm 🙂
Boleh juga,
Bahwasanya yang pertama-tama terjadi pada Diri-ku sesudah Nur yang awal-awal adalah Nur Habibi,
Di kata oleh ‘bahasa tasauf pasaran’ adalah Dzat Allah.
Lalu IA mengatakan dzikir yang awal-awal yaitu Nur Muhammad SAW dan bersholawat yang
awal-awal Nur Muhammad SAW,
Maka, Nur Muhammad memuji diri sendiri kepada Nur Habibi yang awal-awal.
Dzikir Nur yang awal-awal yaitu :
Bahwa,
Martabat AHADIYAH bermaksud atau bermakna pengakuan pada ke-ESA-an, ke-BESAR-an,
dan ke-SEMPURNA-an , NUR MUHAMMAD SAW semata-mata.
Sejalan dengan bunyi ayat ;
“FISITTATI AYYA MIN SUMAS TAWA ALAL ARSY”
Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah dalam 6 masa (hari PERHIMPUNAN), kemudian
sempurnalah kebesaran ALLAH kejadian Arsyi yang Maha Mulia.
Jadi..
HU dan HUWA Sebenar-benarnya NUR MUHAMMAD SAW jua pelakunya
hmm 🙂
Boleh juga,
~ Khawasul khawas ~
Ilmu Hakekat Insan
Dalam pandangan Tasauf umum maka Khawasul khawas adalah penekanan agar manusia wajib melihat
Wajah Allah dengan menggunakan 9 wajahnya, hal ini terkait dengan 5X Sholat fardhu yang didalamnya
ada 9 Tashahud, maka pada waktu-waktu itulah wajah-wajah ini akan keluar, (melahirkan semula bayi
makna)
Bahwa,
Kita harus mampu mencapai makna Hakekat manusia yang sebenar-benarnya, yang disebut
“Tiflul Ma’ani” atau Bayi Ma’nawi.
Baca-bacaan hanya menjalankan Syareat saja sebagaimana yang di bawa oleh junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW.
Dialah yang diakui, RAHASIA itulah Kuncinya.
Hanya IA menyembunyikan dirinya, tanpa di ingat karena sudah sedia adanya.
Hanya orang yang di KARUNIAI atau orang yang di BAI’AT atau orang yang di pimpin oleh
ZURIAT Rasulullah SAW itulah yang akan DIKENALKAN bagi dirinya.
Yaitu lebih dzahir dan terlebih nyata diri dan segala yang nyata adalah Dzat Allah atau Nur yang
awal-awal (HUWA) itulah rahasia Gayatul Makrifat.
Kemudian menilik IA pada sifat Jalal dan Jamalnya maka dzahirlah IA pada alam Kudsi (Alif),
isyarat pemakaian yang hakiki, sholat jatim namanya yaitu NUR MANIKAM,
Adapun alam Kudsi yaitu ubun-ubun bernama RABBUN,
Tujuh lapis langit itulah BAITUL MAKMUR namanya,
Dan tatkala rahasia itu berkehendak mendzahirkan dirinya SYAKULLAH namanya
“ASSALAMUALAIKU WARAHMATULLAH”
Bernama IA RAHMATULLAH,
inilah sebabnya di dalam Sholat ada Salam dan Amin,
Lalu berfirman IA :
Siapa yang mengetahui Ilmu ini maka sempurnalah dirinya dari dunia sampai akhirat.
Pasti akan kenal dengan RASULULLAH SAW.
Akhirul kalam,
Carilah sahabat yang bisa di ajak bergaul dari dunia sampai akhirat, karena Rasulullah SAW
‘tersenyum’ melihat kedudukan yang istimewa akan orang-orang yang cinta akan ilmu yang Haq
ini.
Jadikanlah jasad tubuhmu atau dirimu semuanya karam di dalam rumahKu, dengan demikian engkau
pun tiada lupa memuji Aku, sebab Aku tiada lupa berbunyi HU ALLAH, tiada lupa aku memuji diriKu
sendiri.Dengarkan didalam dirimu, wujud Dzat itulah yang berbunyi ‘Tik.. Tik.. Tik..’, bahwasanya Ruh
tiada lupa kepadaNya.
Sahabat,
Yang terhimpun didalam tubuh kita ada 2 Ruh
1. Ruhul Kudus
2. Ruhani
Jangan susah-susah mencari Allah, karena Allah sudah lenyap menjadi Nyawa.
Jangan susah mencari bilah, bilah ada didalam buluh.
Jangan susah mencari Allah, Allah ada didalam tubuh
~ Allah ~
Ilmu Hakekat Insan.
ALLAH
~ Rahasia Diri ~
Ilmu Hakekat Insan
Manakala DIRI beserta pada ibu maka menjadi “Rahasia ibu bapak kita” itulah yang bernama
‘SIR CINTA’.
Manakala berada di dalam RAHIM ibu itulah yang bernama “Kurnia pakaian Ujud”.
Di karuniakan Dzat, Sifat, Asma dan Af’al, maka kita bernama INSAN
Kemudian..,
Af’al jadi batin Muhammad, jadi Dzat, jadi rahasia kepada kita.
Asma jadi dzahir Muthammad, jadi Af’al, jadi jasad pada kita.
Sifat jadi akhir Muhammad, jadi Asma, jadi hati kepada kita.
Dzat jadi awal Muhammad, jadi Allah Ta’ala, jadi ruh kepada kita.
Jadi,
Sebenar-benarnya INSAN itulah Dzat Allah Ta’ala.
Karena,
Af’al adalah kelakuan pada kita, rahasia Allah, tubuh pada kita.
Asma adalah nama pada kita, jasad Allah, hati pada kita.
Sifat adalah berkehendak pada kita, hati Allah, nyawa pada kita.
Dzat adalah kuasa pada kita, ruh Allah, rahasia pada kita.
Report this ad
Demikianlah,
Insan yang bernama MANUSIA inilah putus Ilmu Rahasia yang bernama SYAHADAT.
~ Huwa ~
Ilmu Hakekat Insan
Bersifat dengan segala sifat yang Maha sempurna, Maha kuasa, tiada batas..
Itulah yang teramat RAHASIA.Ayat Kursi jelas menerangkan dan Sifat 20 sebenarnya bukan
untuk mengenal Dzat melainkan mengenal keadaan HUWA.
Yang sebenar-benar sifat Allah Ta’ala adalah Tubuh Muhammad Rasulullah yaitu HUWA
dhomir kebesaran tubuh kita adanya Asma Allah Ta’ala
Karena..
Hakekatnya Dzat Allah itulah yang bernama Muhammad yang berada dalam Hati Nurani dan
perjalanan sampai pada ujudnya itulah yang sebenar-benar Insan Kamil dan sebenar-benar Diri.
Jadi..
Insan itu ialah pertemuan antara ujung dengan pohon yaitu hidup tiada mati.
Sedangkan yang sebenar-benar insan ialah yang di dalam mata, yang bernama nafas, adapun
yang di dalam otak yang bernama Ruh jasmani, dan yang di dalam jantung bernama Ruhani,
yang di dalam hati yaitu Nurani yang bernama Nyawa.
Nyawa kita itu berdiri kepada Ruhani karena ruhani itu bayang-bayang Nabi Muhammad dan
bayang-bayang inilah :
Nyawa kita,
Akal kita,
Nafas kita,
~ Rahasia Sholat ~
Ilmu Hakekat Insan
** MENGENAL RAHASIA SHOLAT **
ada Nafsunya,
ada Tulangnya,
ada Kepalanya,
ada Tangan dan Kakinya,
Tatkala Sujud, engkau menyatakan atas hak kepada Tuhan, bahwasanya kita fakir, dhoif, lemah
dan bodoh.
Sujud juga diumpamakan tersungkur dibawah Arsyil Azim, yang menyatakan bahwa kita telah
kembali dari pada semula dalam keadaan suci, saat mana didalam alam Arwah sejak hari
ALASTU.
Demikian hendaknya ketika Ruku dan Sujud.
sehingga engkau KARAM di dalam lautan Murakabah, asyik di bawah kebesaran Allah hingga
diri yang pasrah itu tersungkur suci di dalam tubuh INSANUL KAMIL.
Bahwa,
Tahyat itu asal Sholat,
6.1. Puji Nabi Muhammad SAW kepada Allah Ta’ala ketika dibawah Arsyi.
6.2. Puji Allah SWT kepada diri Nabi Muhammad SAW.
6.3. Puji Malaikat didalam Arsyi dan sekalian hamba yang Latif.
Nafas naik, turun, tahan dan mesrakan itulah DASAR, sesuaikan pemakaiannya, seperti pada
pertanyaan anda berikut :
ALLAHU… . tahan nafas Leburkan diri kita , AKBAR…. Keluar nafas mesrakan…
AALLAHU….. ( 6 harkat)….AKBAR…. (putuskan).
…………..
Memperbaiki af’al kita dengan melazimi pemakaian amaliah diri dzahir dan batin dengan benar,
dijaga, dirawat, di kontrol, di amalkan menjadi suatu kebiasaan, perilaku hidup se hari-hari
(caranya sudah ada)
Sholat hakiki itu yang tiada berkesudahan, inipun perlu di tetapkan dan di lazimi pada:
– Ruh berlaku puji syahadat ruh
– Nafas berlaku puji turun naik
– Hati af’al ( penglihat, pendengar, pencium, pengrasa) berlaku pujinya menetapkan, tiada tahu
akan dirinya, TURUN NAIK BUKAN URUSAN KITA.
– Iman, Islam, Ilmu berlaku puji pelebur menetapkan.
– Bulu, kulit, urat, darah, tulung, otak, sum-sum, pujinya meniadakan diri yang dzohir, HANYA
NUR DZAHIR DAN BATIN.
Rahasia di antara kedua kening dan puncak hidung itu dinamakan Qu Qu Sirr.
Semuanya itu tiada lain dari pada DIRI AHMAD AMINULLAH AINUL HAQ jua..
Seandainya mata yang batin belum bisa mengenali wajahnya, maka bolehlah mata yang dzohir
ini melihat langsung pucuk hidungnya.
Inilah 7 Syarat “Laa ilaaha illallah”
xِ م قَائِ ًما بِ ْالقِسxَِش ِه َد هَّللا ُ أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو َو ْال َماَل ئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل
{ ْط اَل إِلَهَ إِاَّل
[ } هُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم18:]آل عمران
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (QS. Al Imran: 18)
Dan nash-nash yang menerangkan mengenai keutamaan, keagungan dan urgensinya sangatlah
banyak dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Ketahuilah saudaraku, semoga Allah memberi anda taufiq dalam ketaatan, bahwa kalimat “Laa
ilaaha illallah” tidaklah diterima dari orang yang mengucapkannya kecuali ia menunaikan
haknya dan kewajibannya serta memenuhi syarat-syarat yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As
Sunnah. Yaitu 7 syarat yang penting untuk diketahui oleh setiap Muslim dan penting untuk
mengamalkannya. Betapa banyak orang awam yang jika mereka berkumpul lalu ditanya
mengenai syarat-syarat ini, mereka tidak mengetahuinya. Dan betapa banyak juga orang yang
sudah menghafal syarat-syarat ini, namun ia lepaskan seperti lepasnya anak panah, ia terjerumus
dalam hal-hal yang bertentangan dengan syarat-syarat tersebut. Maka yang diharapkan adalah
ilmu dan amal secara bersamaan, agar seseorang menjadi pengucap “Laa ilaaha illallah” yang
sejati dan jujur dalam mengucapkannya. Dan menjadi seorang ahli tauhid yang sejati pula. Dan
sungguh taufiq itu hanya di tangan Allah semata.
Dan salafus shalih terdahulu telah mengisyaratkan pentingnya syarat-syarat “Laa ilaaha illallah”
dan wajibnya berpegang teguh padanya. Di antara perkataan mereka:
xمن قال « ال إله إال هللا » فأ َّدى حقها وفرضها دخل الجنة
“barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, lalu menunaikan hak dan
kewajibannya (konsekuensinya), pasti akan masuk surga“
َ
، سنةx شهادة أن ال إله إال هللا منذ سبعين: أعددت لهذا اليوم ؟ قال ما
“نعم العدة لكن لـِ « ال إله إال هللا » شروطا ً ؛ فإياك: xفقال الحسن
وقذف المحصنات
“apa yang engkau persiapkan untuk hari ini (hari kematianmu kelak)? Al Farazdaq
berkata: syahadat Laa ilaaha illallah sejak 70 tahun yang lalu. Lalu Al Hasan berkata:
iya benar, itulah bekal. Namun Laa ilaaha illallah memiliki syarat-syarat. Maka
hendaknya engkau jauhi perbuatan menuduh zina wanita yang baik-baik“
Wahab bin Munabbih ditanya, “bukanlah kunci surga itu adalah Laa ilaaha illallah?”, ia
menjawab:
Beliau mengisyaratkan gigi dari kunci untuk memaksudkan syarat-syarat Laa ilaaha
illallah yang wajib dipegang teguh oleh setiap mukallaf.
Dan syarat-syarat Laa ilaaha illallah ada 7 seperti sudah disebutkan, yaitu
Kemudian, kami akan jelaskan kepada anda penjelasan dari masing-masing syarat tersebut dengan
menyebutkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah:
1. Al Ilmu (ilmu)
Al ilmu di sini makna yang dimaksudkan adalah ilmu dalam menafikan dan menetapkan. Hal ini
karena anda menafikan semua jenis ibadah kepada seleuruh sesembahan selain Allah, dan
menetapkan semua ibadah hanya kepada Allah semata. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala
:
xُ ك نَ ْستَ ِع
{ين َ َّاك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا
َ [ } إِي5x:]الفاتحة
“hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan”
(QS. Al Fatihah: 5)
Maksudnya, kami menyembah-Mu semata yaa Allah, dan tidak menyembah selain-Mu, kami
meminta pertolongan kepada-Mu yaa Allah dan tidak meminta pertolongan kepada selain-Mu.
Maka orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” wajib mengilmui makna dari “Laa ilaaha
illallah” itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
َ ِ[ } فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ْنب19:]محمد
{ك
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” (QS.
Muhammad: 19)
Ia juga berfirman:
Para ahli tafsir menjelaskan, maksud dari “illa man syahida” adalah ‘kecuali mereka yang
mengetahui’ apa yang mereka syahadatkan tersebut oleh lisan dan hari mereka”. Dari Utsman
bin ‘Affan radhiallahu’anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
َات َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َد َخ َل ْال َجنَّة
َ َم ْن َم
“barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah, akan masuk surga”
2. Al Yaqin (meyakini)
Al Yaqin menafikan syakk dan rayb (keraguan). Maknanya, seeorang meyakini secara tegas
kalimat “Laa ilaaha illallah”, tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Sebagaimana Allah
mensifati orang Mukmin:
{ين آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَ ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َ ُإِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمن
َ ون الَّ ِذ
ونَ ُك هُ ُم الصَّا ِدق َ ِيل هَّللا ِ أُولَئ
xِ ِ[ } َوأَ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسب15x:]الحجرات
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS.
Al Hujurat: 15)
Makna dari lam yartaabuu di sini adalah yakin dan tidak ragu.
Dan dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Dan dalam Shahih Muslim, juga dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ُ بِهَا قَ ْلبُهxط يَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ ُم ْستَ ْيقِنًاxِ ِيت ِم ْن َو َرا ِء هَ َذا ْال َحائ
َ َِم ْن لَق
فَبَ ِّشرْ هُ بِ ْال َجنَّ ِة
“barangsiapa yang engkau temui di balik penghalang ini, yang bersyahadat laa ilaaha illallah,
dan hatinya yakin terhadap hal itu, maka berilah kabar gembiranya baginya berupa surga”
3. Al Ikhlas (ikhlas)
Al Ikhlas menafikan syirik dan riya’. Yaitu dengan membersihkan amal dari semua cabang
kesyirikan yang zhahir maupun yang samar, dengan mengikhlaskan niat untuk Allah semata
dalam seluruh ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
Dan dalam Shahih Al Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam:
َخالِصًا ِم ْن قَ ْلبِ ِه،ُ َم ْن قَا َل الَ إِلَهَ إِاَّل هَّللا،اس بِ َشفَا َعتِي يَ ْو َم القِيَا َم ِة
xِ َّأَ ْس َع ُد الن
“Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku di hari kiamat kelak adalah orang yang
mengatakan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya”
Karena orang-orang munafik mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” namun tidak secara
jujur. Allah Ta’ala berfirman:
{ ) َولَقَ ْد2( ون َ ُاس أَ ْن يُ ْت َر ُكوا أَ ْن يَقُولُوا آ َمنَّا َوهُ ْم اَل يُ ْفتَن xُ َّب الن َ ) أَ َح ِس1( الم
َ ِص َدقُوا َولَيَ ْعلَ َم َّن ْال َكا ِذب
ين َ ين َ ين ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم فَلَيَ ْعلَ َم َّن هَّللا ُ الَّ ِذ
xَ [ } فَتَنَّا الَّ ِذ
3-1:]العنكبوت
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al Ankabut: 1-3).
Dan dalam Shahihain, dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam:
Dan yang juga menunjukkan disyaratkannya mahabbah dalam keimanan adalah firman Allah
Ta’ala:
Dan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
6. Al Inqiyad (patuh)
Al Inqiyad (patuh) menafikan at tarku (ketidak-patuhan). Orang yang mengucapkan kalimat “Laa
ilaaha illallah” wajib untuk patuh terhadap syariat Allah dan taat pada hukum Allah serta pasrah
kepada aturan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
{نxٌ م َوجْ هَهُ هَّلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِسxَ َ}و َم ْن أَحْ َس ُن ِدينًا ِم َّم ْن أَ ْسل
َ [125x:]النساء
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (QS. An Nisaa’: 125)
dan makna dari aslimuu dan aslama dalam dua ayat di atas dalah patuh dan taat.
7. Al Qabul (menerima)
Al Qabul (menerima) menafikan ar radd (penolakan). Seorang hamba wajib menerima kalimat
“Laa ilaaha illallah” dengan sebenar-benarnya dengan hati dan lisannya. Allah Ta’ala telah
mengisahkan kepada kita dalam Al Qur’an Al Karim kisah-kisah orang terdahulu yang telah
Allah beri keselamatan kepada mereka karena mereka menerima kalimat “Laa ilaaha illallah”,
dan orang-orang yang dihancurkan serta dibinasakan karena menolak kalimat tersebut. Allah
Ta’ala berfirman:
Ia juga berfirman:
Demikian. Hanya kepada Allah lah kita semua memohon taufiq agar dapat menegakkan kalimat
“Laa ilaaha illallah” sebenar-benarnya baik dalam perkataan, perbuatan dan keyakinan. Sungguh
Allah lah semata yang memberi taufiq dan petunjuk kepada jalan yang lurus.
وصلى هللا وسلم وبارك وأنعم على عبد هللا ورسوله نبينا محمد وعلى آله
وصحبه أجمعين