Dzikir berasal dari kata dzakara yang bisa bermakna : menyebut-nyebut (dengan
mulut); atau mengingat, mengenang, merasakan, menghayati (dengan Qalbu). Dzikir
Jahri (Nyata) dan Dzikir Sirri (Rahasia).
Karenanya Dzikir Jahri nyata terdengar suaranya dan nyata terlihat getar bibir
mengucapkannya. Bila dilakukan berjamaah suara Dzikir Jahri kadang menggemuruh
menimbulkan rasa mencengkam dan rendah di hadapan Allah.
“Sesungguhnya bergemuruhnya suara orang berdzikir saat usai shalat fardhu betul-
betul terjadi di masa Rasulullah SAW. Aku dapat mengetahui orang sudah usai shalat
(berjamaah di masjid Nabi) ketika kudengar suara dzikir itu “. (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, dan Ahmad).
Dzikir Sirri tidak menggunakan mulut, melainkan dzawq (perasaan) dan syu`ûr
(kesadaran) yang ada di dalam qalbu. Karenanya dzikir ini menjadi tersamar (khafiy)
dan hanya pelaku serta Allah s.w.t. saja yang dapat mengetahuinya.
Dalam Dzikir Sirri orang mengingat Allah, merasakan kehadiran Allah, menyadari
keberadaan Allah. Di dalam qalbunya tumbuh rasa cinta, rasa rindu kepada Allah, rasa
dekat, bersahabat, seakan melihat Allah. Itulah ihsân, dimana dalam ibadahmu kamu
merasa melihat Allah, atau setidaknya merasa sedang dilihat oleh Allah s.w.t. Inilah
dzikir yang hakiki, sebab hubungan manusia dengan Allah swt tidak terjadi dengan
tubuh jasmaninya melainkan dengan qalbunya.
Saat melakukan dzikir sirri orang mengaktifkan qalbunya mengingat Allah sehingga
dirinya on-line (tersambung, wushûl) dengan Allah. Saat itulah terjadi penyerapan nûr
ilâhi (divine light) kedalam qalbu sehingga terjadi proses pencerahan (enlightenment).
Nur ilahi yang menembus qalbu akan terpantulkan ke otak yang menjadi pusat kendali
tubuh manusia. Mekanisme biokimia dan bioelektrik pada sel-sel otak akan
dikendalikan oleh nur ilahi sehingga menimbulkan gelombang-gelombang alpha yang
menenteramkan saraf, membangkitkan kreatifitas sekaligus rasa cinta ke sekujur tubuh;
menepis rasa takut dan cemas; mengganti kekecewaan dengan harapan, kemarahan
dengan kedamaian, malas dengan semangat.
- Enerji Himmah, kemauan kuat yang mendorong orang bekerja keras (work hard)
penuh semangat.
- Enerji Hidâyah, petunjuk dan inspirasi kreatif yang mendorong orang bekerja dengan
cerdas (work smart).
- Enerji Rahmah, enerji cinta yang mendorong orang bekerja bersama dengan dengan
tulus ikhlas (work heart) tanpa pamrih, terbebas dari nista moral.
- Enerji Barâkah, semangat kemulian dan harga diri, kemantapan pribadi yang tangguh
mengendalikan hawa nafsu dan godaan iblis.
Maka jangan puas hanya dengan dzikir mulut, tembuskan dzikir kedalam Qalbu,
getarkan qalbu dengan rasa rindu kepada Allah, getaran yang juga menggoncang sel-sel
kelenjar hormon untuk aktif menjaga keseimbangan hormon di dalam tubuh. Hormon
adalah pengendali metabolisme tubuh. Dengan dzikir sirri metabolisme akan berjalan
lancar alamiah menimbulkan kehangatan dan daya tahan tubuh (immune) terhadap
berbagai penyakit. Hidupkan Qalbu dengan Dzikir Sirri
2. METODE DZIKIR
“Rahasia itu adalah latifah / sesuatu yang halus yang diletakkan disimpan di dalam hati
seperti ruh disimpan di dalam badan dan itu adalah tempat menyaksikan segala
sesuatu, seperti sesungguhnya ruh itu tempat mahabbah / mencintai, menyukai dan
hati adalah tempatnya keinginan, kemauan“.
(Kitab At-Ta’rifat halaman 116)
Ada banyak metode (thariqah) yang digunakan para ahli dzikir, diantaranya metode
Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya :
Semua itu dilakukan dengan tekanan/ hentakan yang kuat (dharban) kedalam tubuh
hingga terasakan kedalam ruh/jiwa orang yang melakukannya. Lakukan itu berulang-
ulang, sebanyak-banyaknya, sehingga terbentuk apa yang disebut the magical power of
repetition.
"..dzikirkan olehmu Allah sebanyak-banyaknya." (QS. 33 : 41)
Dalam melakukannya jangan gunakan fikiran, tapi gunakan rasa, karena berdzikir
memang bukan berfikir. Allah SWT, tegas membedakan dzikir dengan fikir di dalam QS.
Ali Imran 3:191. Sekali lagi : rasakan, jangan fikirkan!
Manakala dzawq (rasa) di dalam qalbu telah dapat merasakan iman tauhid maka Dzikir
Jahri boleh dihentikan dan diganti dengan Dzikir Sirri.
Kadang orang masih penasaran bertanya, sebanyak-banyaknya itu berapa kali? Para
ulama dzikir menyatakan sekurang-kurangnya 5 x 33 alias 165 kali. Orang sudah biasa
berdzikir 33 kali, lakukanlah Dzikir Jahri ini 5 kali lipatnya sehingga menjadi 165.
Apakah harus tepat sejumlah itu? Tidak harus! The more the better (makin banyak, ya
makin baik). Ibarat orang mengaduk adonan kue/roti, adukan itu harus mencukupi
hingga adonan mengembang, lalu dibakar di oven. Kalau adukan kurang memadai dan
adonan belum mengembang lalu langsung dibakar dengan oven apa jadinya? Bantat.
Begitu pula dzikir.
Kalau Dzikir Jahri kurang kuat tekanannya, atau kurang banyak pengulangannya, maka
ia belum sampai menembus dan menggetarkan qalbu. Kalau langsung dihentikan maka
Dzikir Sirri belum terbentuk di qalbu, akibatnya qalbu belum terhubung ke Allah SWT,
nikmat dan manfaat dzikir pun tidak tercapai.
Muncul pula pertanyaan mengapa pengarahan jalaran dzikir itu menggunakan gerakan
kepala ke atas, ke kanan, lalu ke kiri? Ulama dzikir dalam Istinbatnya ( اإلستنباط- adalah
daya usaha membuat keputusan hukum syara berdasarkan dalil-dalil al Quran atau
Sunnah yang ada) dan menarik hikmah dari ayat.
Iblis : “Lalu akan aku datangi manusia dari hadapan mereka, dan dari belakang
mereka, dan dari kanan mereka, dan dari kiri mereka…” (QS. 7:17)
Gerakan dzikir ke atas maksudnya untuk menepiskan iblis yang menyerang dari depan
dan belakang, gerakan dzikir ke kanan dan ke kiri untuk menepiskan iblis yang ada di
kanan dan kiri.
1. MARTABAT AHADIYAT
Martabat ini dinamakan pula dengan Martabat “Kunh Dzat” yaitu keadaan Zat semata-mata.
Dari sini nyata apa yang dinamakan Sifat dan Asma tidak ada. Martabat lain yang lebih atas dari
pada ini, semua martabat yang berikut ini, bersumber dari Martabat ini.
2. MARTABAT WAHDAT
Martabat ini adalah tingkatan Sifat secara keseluruhan (Ijmal) dengan segala nama, disinilah
hakikat Nabi kita Muhammad SAW, yaitu sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul
Alam atau Hakikat Alam. Segala apapun adalah dari pada Nur Nabi kita Muhammad SAW,
sebagaimana sabda beliau.:
ﺷﻴﺎﺀ ﺍﻵ ﺗﻟﻚ ﻤﻦ ﻮﺍﻧﺖ ﺷﻴﺎﺀ ﺍﻷ ﻤﻧﻪ ﺠﺎﺒﺮﻮﺧﻟﻖ ﻴﺎ ﻧﻮﺮﻧﺒﻴﻚ ﻤﺎﺧﻟﻖﺍﷲ ﺍﻮﻞ
“AWWALUMA KHALAQALLAHU NURA NABIYYIKA YA JABIRU WA KHALAQA MINHUL-
ASYYA’A WA ANTA MIN TILKAL ASYA’I”.
Artinya : Mula-mula yang Allah jadikan adalah Nur Nabimu ya, Jabir. Dan Allah jadikan dari
pada Nur itu, segala sesuatu ini, dan engkau hai, Jabir termasuk pada sesuatu itu.
Artinya : Aku adalah dari pada Allah, dan orang-orang mukmin adalah daripadaku.
ﺍﻦﺍﷲ ﺧﻟﻕ ﺮﻮﺡ ﺍﻟﻧﺑﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ ﻤﻦ ﺯﺍﺗﻪ ﻮﺧﻟﻖ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺒﺎﺀ ﺴﺮﻩ ﻤﻦ ﻧﻮﺮﻤﺤﻤﺪ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﻮﺴﻟﻢ
“INNALLAHA KHALAQA RUHANNABIYYI SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAMA MIN
DZATTIHI WA KHALAQAL ‘ALAMA BIASRIHI MIN NURI MUHAMMADIN SAW”.
Artinya : Sesungguhnya Allah ciptakan Roh Nabi Muhammad dari pada Dzat-Nya, lalu Allah
ciptakan alam dengan rahasiah-Nya daripada Nur Muhammad SAW.
Artinya : Sungguh telah Allah datangkan untuk kamu Nur daripada Allah yaitu Nur Muhammad
SAW.
Artinya : Wahai manusia, telah datang Al-Haq dari pada Tuhan-Mu yaitu Nabi kita Muhammad
SAW.
3. MARTABAT WAHIDIYAT
Martabat ini nyata pula Sifat dan Asma itu, dalam arti Munfashil (Terurai). Pada Martabat
Wahdat nyata Sifat dan Asma dalam arti Ijmal, maka pada martabat ini adalah dalam arti
Munfashil. Dari sini pula lahirnya “Kalam Qadim”, yaitu “ANNAHU ANALLAHU,, Artinya :
Aku-lah Allah.
ﺒﻲ ﻓﻮﺠﻮﺪﺍﻠﻌﻮﺍﻠﻢ ﻤﺎﻴﻜﻮﻦ ﻴﻜﻮﻦ ﺒﻲ ﻣﺎﻜﺎﻦ ﺒﻲﻜﺎﻦ
“BI KANA MA KANA, BI YAKUNU MA YAKUNU, FAWUJUDUL ’AWALIMI BI”.
Artinya : “Dengan Aku ada, apa saja yang telah ada, dan dengan Aku akan ada apa saja yang
akan ada. Maka adanya semua ‘alam ini adalah denganKu”.
ﻠﻴـﻌﺮﻓـﻧﻲ اﻠﺧﻠﻕ ﻓـﺧـﻠﻘﺖ اﻋـﺮﻒ اﻦ ﺤـﺒـﺒـﺖ ﻓﺎﺀ ﻤﺧـﻔـﻴﺎ ﻜـﻧﺰا ﻜـﻧﺖ
Artinya : “Aku adalah Rahasiah (Perbendaharaan) Yang tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan
agar dikenal, kemudian aku Ciptakan alam serta makhluk (Muhammad) tidak lain agar mereka
bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”.
ﺍ ﻟﻒ ﺍﻟﺬ ﺍﺖ ﺳﺎ ﺮﻯ ﺳﺮﻫﺎ ﻓﻰ ﮐﻞ ﺬﺮﺓ ﻮﺤﺎﺀ ﺤﻴﺎﺓ ﺍﻠﻌﺎﻠﻢ ﺍﻠﺬﻯ ﻤﻧﻪ ﻤﺒﺪﺍﺀ ﻩ ﻮﻤﻗﺮﻩ
“ALIFU DZATI SAARI’UN SIRRUHAA FI KULLA DZARATIN, HA ‘UN HAYATUL’ ALAMI
ALLADZI MINHUMMABDA’UHU WA MAQARRUHU”
Artinya : Alif Dzat adalah Mesra rahasiahnya pada segala zarrah, dan Ha adalah Hayatul Alam
(Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya.
Alif dan Ha yang dimaksud ini di I’tibarkan dari huruf-huruf yang tertera pada nama Nabi kita
Muhammad SAW dengan nama yang lebih dikenal dilangit dengan sebutan “Ahmad”.
4. ALAM ARWAH
Pada tingkatan inilah terhimpun dan terhampar luas segala roh yang tidak bersusun-susunan.
5. ALAM MITSAL
Pada tingkatan alam ini ada rupa, tetapi tidak bisa dibagi-bagi karena amat halusnya.
6. ALAM ADJSAM
Pada tingkatan ini semuanya berupa dan berbentuk dan bisa dibagi-bagi (terbagi-bagi)
Bahwa martabat 7 (Tujuh) Alam didalam kitab centini, yang diuraikan secara detail oleh Syekh
Among Raga atau Raden Jayeng Resmi putra Sunan Giri Prapen. Yang isinya sebagai berikut :
Pertama 3 (tiga) Martabat Batin yang mencakup : Alam Ahadiat, Alam Wahdat dan Alam
Wahidiat.
Kedua 4 (empat) Martabat Lahir yang mencakup : Alam Arwah, Alam Misal, Alam Ajsam dan
Alam Insan Kamil.
1. ALAM AHADIAT
Adalah wujud yang bersifat mutlak artinya tidak jelas, samara-samar Sifat dan AsmaNya. Oleh
karena itu disebut “Kun Ijati” artinya Maha tinggi, tidak terjangkau oleh akal dan tidak ada yang
mengetahuinya. Segala akal akan terhenti jika hendak mengenal Allah.
2. ALAM WAHDAT
Yaitu permulaan Takyun, yakni nyata yang pertama, karena Allah menyatakan keadaannya dan
ilmu-Nya. Itulah yang menjadi nyata keadaannya dan setengah sifat-sifatNya maka disebut pula
“Suku Dzat” Hakikat Muhammadiyah yang disebut Suku Dzat yaitu tempat kumpulnya Dzat,
Ilmu dan Segala Sifat Dzat.
3. ALAM WAHIDIAT
Yaitu Takyun Sani sebab pada martabat inilah Allah menyatakan Diri-Nya. Semua makhluk dan
sifat ilmu sudah terpisah-pisah. Hal ini disebut Al-Akyan Sabitah, itu adalah hakikat manusia,
maksudnya karena telah nyata keadaanNya Bumi, Langit lapis tujuh dan binatang sudah
berujud dalam ilmu Allah artinya bahwa manusia itu lupa akan adanya dalam batas Tuhan. Oleh
karena itu sekalipun Ia tidak tahu ibunya, namun Allah mengetahuinya. Manusia itu disebut
Insan Hakiki karena tidak terpisah dengan Dzat Allah maka keberadaannya itu berwujud
Sukma, tidak menyimpang dariNya dan tetap dalam ilmu Tuhan sepanjang masa. Ia nyata
keadaan dan Sifat-Nya. Insan Hakiki adalah sebutan yang lebih nyata, karena ia adalah Jati
kenyataan Tuhan.
4. ALAM ARWAH
Adalah kenyataan Tuhan, sebab Tuhan melahirkan yang ada dalam Ilmu-Nya, keadaanNya itu
dinyatakan dalam Alam Arwah. Segala Sifat dan AsmaNya itu nyata adanya dan bahkan lebih
nyata, karena Alam Arwah adalah perwujudan Tuhan. Alam Arwah disebut juga Nur Wilayah
disebut demikian karena lahir dari Aibnya ibarat bayi lahir dari perut sang ibu, lahir dengan
segala wajahnya.
5. ALAM MISAL
Disebut Alam Misal karena memang missal yang tetap ilmu-Nya dengan nyata-nyata
keadaanNya tetapi sifat-Nya jelas dalam Alam Ajsam.
6. ALAM AJSAM
Yaitu kenyataan Tuhan, karena Tuhan menyatakan keadaanNya, kejelasan Alam Ajsam,
membuat Tuhan dalam keadaan ada, adanya Alam Ajsam maka adapula Tuhan lebih nyata
dengan adanya jisim. Itulah cermin kenyataan dari yang nyata.
Unsur tanah menunjukan watak rendah, unsur Air menunjukan watak dingin dan rendah,
unsur Angin menunjukan watak panas dan dingin, unsur Api menunjukan watak panas. Semua
watak itu berkumpul pada semua manusia supaya mereka ada yang merasakan dingin dan
panas, ada yang merasakan nikmat (kaya) dan sengsara (miskin), serta ada yang merasakan
rendah dan tingginya derajat masing-masing, itulah watak-watak yang dimiliki manusia.
Sudah menjadi kewajiban orang-orang mukmin agar bercermin kepada apa yang telah tersebut
itu, karena sesungguhnya Insan itu adalah cermin orang-orang mukmin yang nyata-nyata akan
adanya Tuhan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa melihat segala sesuatu, namun
jika tidak memandang Tuhan, maka batallah penglihatannya itu, sia-sialah penglihatannya itu
dan tidak mendapat hasil”.
Seperti orang yang mengantuk, ia melihat wayang dalang itu tampak pada hilanglah suara
dalang itu padahal nyata-nyata bahwa dalang berkata.
Walaupun tampak dalam kaca namun wujud hak itu adalah nyata. Demikian pula dengan “Suku
Dzat”, Al-Akyan Sabitah, Alam Arwah, Alam Ajsam dan Sifat-sifat Dzat sekaligus. Hendaknya
dapat menerima semua cermin, sebab itu merupakan jalan menuju kesempurnaan. Para wali
juga diwajibkan melaksanakan sabda Tuhan, yakni wajib bercermin pada kaca. Adapun
martabat dari Alam Jabarut karena banyak orang yang bingung dalam hal banyaknya Hak,
maka dinyatakan bahwa semua milik Tuhan itu adalah menjadi warna martabat.
Gambar Skemanya :