ALASTU BIRABBIKUM
Tidak sah Ma’rifat, bila tidak mengetahui asal kejadian Diri kita ini
Mengenal diri itu mengetahui daripada asal Nabi Adam A.S. Asal nasarnya Air, Api, Angin, Tanah, lalu
turunlah kepada kita :
Mengenal Adam :
Sifat Allah Ta’ala adalah hakikat daripada segala yang ada, besar maupun kecil. pada pandangan lahir
maupun bathin sbg sifat yang sempurna, tidak bertulang, berdaging, berdarah, atau berkulit.
Wujud ‘Am (umum) pula meliputi alam, dan nyata pada Muhammad
Maka itulah sebabnya manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada semesta sekalian alam karena asalnya
kejadian sekalian itu daripada Muhammad
TENTANG ZAT ALLAH
Dalam ilmu tauhid hakiki, ditetapkan bahwa yang disebut Zat Allah itu mengacu pada Nur Ilahi(Q.S.
Nur:35, Al-Fusilat:54, Asy-Syura:11, Al-Baqarah:115).
Zat Allah / Nur Ilahi ini juga mengacu pada ruh setiap bani Adam(Al-Hijr:29, Al-Insan:1, Az-Zariyat:20-21)
Jadi Zat Allah yang meliputi sekalian alam itu disebut Nur Ilahi,Manakala Zat Allah yang ada pada diri
manusia itu disebut ruh
Ruh dan Nur Ilahi ini Zat Allah yang sama, bukan berbeda*. Ruh dan Nur Ilahi ini esa, bukan becerai.Itu-
itulah juga. Hanya pada manusia itu sebutannya ruh(sila lihat Q.S. Nur:35,
Zat Allah bersifat Mahasuci, maka Zat / roh yang ada pada manusia itu disebut Ruh al-Quds atau Ruhul
Qudus,Ruh yang bersifat Mahasuci
"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruhKu, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (Al-Hijr: 29)
Allah meniupkan ruh (Zat-Nya) pada jasad Adam. Jelas sekali Allah itu bukan berupa Zat.
"Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki." (Q.S. Nur:35)
Pada manusia itu ada Zat Allah, tapi manusia bukan Allah.
I'tibar mendekatkan paham: Matahari dengan cahayanya esa. Maksud esa, antara matahari dengan
cahaya tidak ada jarak-antara.Begitulah esanya ruh dan tubuh kita.
Matahari dengan cahayanya esa, tapi tidak seorang pun menyatakan sinar yang memantul di dinding
rumah itu sebagai matahari. Tetapi orang memandangnya sebagai sinar cahaya matahari.
Ruh / Nur Ilahi/Zat Allah/Cahaya Tuhan juga esa dengan Pemilik Cahaya
Sebab dikatakan kaum arif billah: Mengaku diri Tuhan, kafir. Tidak mengaku esa dengan Tuhan, kufur
kalau makhluk berupa zat-sifat-asma-af`al. Tuhan juga berupa zat-sifat-asma-af`al, maka sama jugakah
umpama makhluk dan Tuhan?
Kalau makhluk itu wujud zat-sifat-asma-af'al Allah,
lalu Allah itu wujuf zat-sifat-asma-af'al siapa? Ada yang mendahului Allah maka itu mustahal
Tuhan tidak bernama, sebelum ada ciptaan, siapa yang mau menyebut-Nya Tuhan? Setiap makhluk ada
nama, dari Pemberi Nama.
Tuhan tidak ada yang memberi nama, kecuali Diri-Nya sendiri memberi nama(untuk keperluan makhluk)
Sebab esa Tuhan dg Nur/Zat-Nya, Allah menyebut Diri-Nya dengan sebutan Zat-nya, yaitu "Allah".
Maka Rabbul Izzati itulah Zat-nya Zat. Terlebih Maha Meliputi, Terlebih Laysakamitslii syaiun daripada Zat
ciptaan-Nya.
Zat-Nya saja sudah bersifat tiada seumpama, apalagi Tuhan, Rabbul Izzati.
Itu sebabnya ada perkataan, "Jangan kau pikirkan tentang Zat Allah,"
Bukan tidak boleh, tapi memang mustahil mengenal Zat guna pikiran.
Ini baru soal Zat-Nya, apalagi jika memikirkan Tuhan sekalian Zat/Rabbul Izzati yang terlebih Maha
Lasyakamitslihisyaiun.
(AWALUDDIN MA'RIFATULLAH)*
Artinya: awal agama mengenal Allah.
Maksud tubuh kepada hati. Maksud hati kepada nyawa. Maksud nyawa kepada Allah.
Berapa jalan manuju kehadirat Allah? Jalan menuju kehadirat Allah itu ada empat :
sekaramnya".
Nafas KELUAR MASUK ini hakikatnya ADAM DZAHIR, tujuanNya meleburkan tubuh jadi hati.
Nafas KELUAR TIADA MASUK ini hakikat MUHAMMAD DZAHIR, tujuanNya meleburkan hati menjadi
nyawa.
Nafas MASUK TIADA KELUAR ini hakikat MUHAMMAD BATHIN, tujuanNya leburkan nyawa jadikan
sirr/rahasia.
Nafas DIAM hakikat SIRR ATAU RAHASIA, tujuanNya meleburkan sirr/rahasia menjadi nur/cahaya.
Cahaya itu: