Anda di halaman 1dari 22

DIRI MANUSIA

MAKNA 17 RAKAAT DALAM SHOLAT *

Makna17 rakaat dalam sholat

Alif Ha

Allah

Muhammad

Adam

* Al_Fatihah dalam diri Manusia *

Al-Fatihah dalam diri manusia

Kaitan Al-Ikhlas + Al-Fatihah + Syahadah

* Manusia dalam kandungan Bapak *

Manusia dalam kandungan bapak 40 hari


(3 hari di alam Gaibul Gaib dan 37 hari di alam Gaib)

* Pemecahan Wajah seorang Mukmin *

Proses Pemecahan Wajah

ALI F

SAKSIK-LAH YANG SATU PADA YANG SATU

KUN FAYAKUN

* ISLAM, IMAN DAN KALBU *

Penafsiran ISLAM secara Makrifat (1)

Penafsiran ISLAM secara Makrifat (2)

Penafsiran IMAN secara Makrifat (1)

Penafsiran IMAN secara Makrifat (2)

Penafsiran KALBU secara Makrifat (1)

Penafsiran KALBU secara Makrifat (2)

B A I T U L L A H
SYAREAT MUHAMMAD S.A.W mencakup 4 perkara yaitu :
1. Syareat = PerkataanMuhammad
2. Tarekat = Perbuatan Muhammad
3. Hakekat = Keaadaan Muhammad
4. Makrifat = Modal Muhammad

SYAREAT MUHAMMAD

AWAL-AKHIR-ZAHIR-BATHIN

MUHAMMAD
HAKEKAT SEMBAHYANG ( Sholat )
Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada yang nyata
pada diri kita hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa
dan menanggung rahasia Allah SWT.
Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu :
Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)
Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra dan miraj dan mengambil pengertian akan
hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri
bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillah
artinya : segala puji bagi Allah
Apa yang di puji adalah :
Zat (Allah)
Sifat (Muhammad)
Asma (Adam)
Afal (Manusia)

Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti :


Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita itu
adalah diri Allah semata.Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung
rahasia Allah SWT. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada
sesuatu yang kita punya : kecuali Hak Allah semata.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72
Inna aradnal amanata alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha
waasfakna minha wahamalahal insanu.
Artinya :
sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gununggunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan
sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya
Dan karena firman Allah inilah kita mengucap :
Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah
Yang berarti :
Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya
Allah Semata dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan
akan menjaganya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.
Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha
mengenal dirinya sendiri.
Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Allah.
Hadits Qudsi :
MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU
Artinya :
Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah
ALIF
ITU ARTINYA : NIAT SEMBAHYANG
LAM
ITU ARTINYA : BERDIRI
HA
ITU ARTINYA : RUKU
MIM ITU ARTINYA : SUJUD
DAL
ITU ARTINYA : DUDUK
atau bisa juga kalau di kias lagi jadi Empat :
Berdiri (alif=jalalullah),
Rukuk (lam awal=jamalullah),
Sujud (lam akhir=kaharullah),
Duduk (haa=kamalullah),
menjadi nasar api, angin, air dan tanah dlm diri kita
Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Perkata
ini diambil dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam
tubuh Adam AS. Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya
dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat :
1. Fiqli (perbuatan)
2. Qauli (bacaan)
3. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu)
MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT :
Adalah mengambil pengertian sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah
1. AH itu menandakan sembahyang subuh.2rakaat yaituZat dan Sifat
2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor 4 rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan
Syahadat.
3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar 4 rakaat yaitu : Tanah,Air,Api dan
Angin.
4. ADAM itu menandakan sembahyang Magrib 3 rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan Wahdia.
5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya 4 rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi dan DI.

MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU


SEMBAHYANG
Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah.
Dua kalimah syahadat pada :
1. Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIRUSIR
(Rahasia didalam Rahasia)
2. Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan
AHDAH
3. Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan
WAHDIA
4. Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD
dan MUHAMMAD
5. Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan
MUHAMMAD
MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG
Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang.
Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam sembahyang itu
kita lapazkan didalam hati :
Niat sbb :
aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.
Dalilnya :
1. LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI
Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya)
2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MARIFATULLAH
Artinya : Tidak Syah Sholat Tanpa Mengenal Allah
3. WAKALBUL MUMININ BAITULLAH
Artinya : Jiwa Orang Mumin Itu Rumahnya Allah
4. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ
Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu
5. IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADUU
Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang
Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi)
6. AKI MIS SHALATA LI ZIKRI
Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145)
Sedangkan :
1. Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang
2. Tahayat ialah merupakan hati sembahyang
3. Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan
HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT
Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT
Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu :
1. Bulu
2. Kulit
3. Daging
4. Darah
5. Tulang
6. Lemak
7. Lendir
7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling kabah.
HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH :
Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan
Nabi Adam AS. Mengucap kalimah Allahu Akbar.

Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh
manusia dengan 4 perkara yaitu :
1. Wujud
2. Ilmu
3. Nur
4. Syahadat
Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan
perkataan Akbar pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat.
Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji.
DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT.
Hakekat zakat dalam shalat ialah :
Mengandung makna Pembersih hati dari pada syirik kepada Allah SWT.
iiya Kanak Budu Wa iiya Kanastain
Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan.
HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT :
1. Tidak Boleh Makan Dan Minum
2. Mata Berpuasa
3. Telinga Berpuasa
4. Kulit Berpuasa
5. Hati Berpuasa
HAKEKAT WHUDU ADALAH : Ialah membersihkan diri sebelum menunaikan shalat :
Niat
Membasuh Muka
Membasuh Tangan
Membasuh Kepala
Membasuh Telinga
Membasuh Kaki
Tertib
Hakekat Niat dalam Wudhu : ialah
tiada wujud pada diriku hanya Allah semata
Jadi Kita Mengisbatkan Hidup Kita, Ilmu Kita, Pandangan Kita, Penglihatan, Kuasa Kita,
Kata-Kata Kita Semuanya Adalah Hak Allah Semata. (Ia Haiyun, Ia Alimun, Ia Samiun,
Ia Basirun, Ia Kadirun, Ia Maridun, Ia Mutakalimun Bil Hakki Illallah).
Hakekat Membersihkan Muka dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat : sombong angkuh, kemuliaan, kebesaran,yang ada pada diri
manusia.
Hakekat Membasuh Tangan dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat-sifat aku berkuasa, aku orang kuat dan aku orang besar.
Hakekat Membasuh Kepala dalam wuduk ialah :
Membersihkan segala fikiran dari segala urusan dunia
Hakekat Membasuh Telinga dalam wuduk ialah :
Membersih segala pendengaran dari hal-hal yang tidak perlu
Hakekat Membasuh Kaki dalam wuduk ialah :
Kita harus membetulkan perjalanan kita hanya untuk satu tujuan yaitu : Allah SWT
semata.

TENTANG SURGA DAN NERAKA


Sesungguhnya bagi yang sudah mampu kembali kepada-Nya seperti para Nabi, Rasul dan para
Wali-wali Allah, jelas mereka tidak tinggal di Surga melainkan telah berada ditempat tertinggi,
manunggal dengan Tuhannya sehingga kenikmatan bersama-Nya bersifat kekal dan abadi. Inilah
yang disebut SURGA yang tertinggi. Kebahagiaan yang dirasakan adalah kebahagiaan
absolut yang berada diluar jangkauan angan-angan manusia.
Kebahagian disini lahir dalam Diri sendiri, bukan kebahagiaan yang datang dari luar dirinya.
Inilah kebahagiaan kekal yang tidak bisa digambarkan oleh pikiran kita. Tentu hanya mereka
sendiri yang bisa merasakannya.
Sebagaimana dalam Al-Quran surah As-Sajdah ayat 17.
Artinya :
Tak seorang pun mengetahui kebahagiaan yang disembunyikan bagi mereka, sebagai
imbalan terhadap kebajikan yang mereka lakukan.
Surga yang masih merupakan alam ciptaan Tuhan, sesungguhnya adalah target jangka pendek
bagi manusia. Dikarenakan manunggal dengan Tuhan memang tidak mudah, paling tidak
manusia diharapkan minimal mendapat surga dengan perbuatan yang baik selama hidupnya
sekarang. Itulah sebabnya iming-iming surga banyak disebut dalam Quran dan Hadist.
Dengan melalui tangga-tangga surga, maka kita akan lebih cepat sampai kepada-Nya ketimbang
mereka yang kualitasnya masih level Neraka.
Dimanakah sebenarnya letak surga dan neraka itu?
Banyak yang tidak menyadari bahwa bumi tempat kita tinggal inilah salah satu Surga sekaligus
Neraka ciptaan-Nya.Tentu bumi ini bukanlah satu-satunya ciptaan Allah, melainkan banyak
bumi (planet) lain yang juga diciptakan Allah. Jadi surga dan neraka itu adanya dibumi yang
diciptakan Allah dengan kualitas yang berbeda-beda (bertingkat).
Dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa surga ternyata memiliki berbagai tingkatan :
Surah Al-Zumar(39) : 20.
Artinya :
Tempat yang tinggi, diatasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah
tidak akan memungkiri janji-Nya.
Surga atau planet sebagaimana yang dijelaskan pada ayat tersebut ternyata memiliki jarak yang
lebih jauh dan juga kualitas alam yang lebih baik daripada bumi yang kita tempati sekarang ini.
Semakin tinggi kualitas surga tentu akan semakin nyaman manusia tinggal didalamnya.
-

Kualitas air yang jauh lebih sehat dan nikmat untuk diminum,
Kualitas buah-buahan yang ranum dan lebih cepat berbuah kembali seakan-akan
tidak pernah habis,
Kualitas fisik manusia yang lebih rupawan dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya tingkatan surga inilah maka dalam Al-Quran disebutkan bahwa surga itu
seluas langit dan bumi.
Tentu surga sebagaimana ayat diatas bisa kita dapatkan asal kita banyak menebar kebajikan.

Semakin banyak kita berbuat kebajikan maka semakin tinggi pula kualitas surga yang bisa
didapatkan. Namun sebaliknya, semakin buruk perbuatan kita maka yang didapat pun akan
buruk pula yakni bumi yang dipenuhi oleh kesengsaraan hidup.
Bumi-lah tempat manusia menerima buah dari segala yang dikerjakannya, sebagaimana firman
Allah,
Dalam Surah Al-Jaatsiyah(45) : 22
Artinya :
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiaptiap diri terhadap apa yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan.
Jadi, bagi kita yang merasakan kedamaian hidup di bumi yang sekarang kita pijak ini berarti
kita mendapat surga. Bisa jadi dengan mendapat materi yang cukup, keluarga yang sakinah,
kematangan spiritual dan berbagai kebahagian hidup lainnya, sebaliknya bagi kita yang merasa
di dunia mengalami kesengsaran hidup yang seakan tiada putusnya maka berarti kita
mendapat neraka. Jadi, surga itu sebenarnya bermakna kebahagiaan batiniah dan neraka
bermakna kepedihan batiniah. Jadi yang ingin dituju dari pengertian surga dan neraka
sebenarnya bukanlah fisik buminya melainkan batin manusia yang menempatinya.
Oleh karena batin itu bukan benda maka dalam Al-Quran, surga atau neraka dijelaskan secara
metafor (perumpamaan) dan perumpamaan surga dalam Quran pun disesuaikan dengan iklim
alam bangsa Arab pada saat itu yang panas dan gersang.
Dengan menggambarkan surga seperti taman yang indah maka diharapkan mereka terpikat
dengan surga sebab surga seperti itu memang kontras sekali dengan iklim mereka yang panas
dan gersang.
Tidaklah heran jika ada orang Arab yang pergi ke puncak Ciawi, Jawa Barat akan terpana
seakan-akan melihat surga yang disebut-sebut oleh Al-Quran.
Permisalan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa inilah suatu
lingkungan yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Segalanya serba berkekekalan.
Begitu pula naungannya. Itulah tujuan bagi orang-orang yang bertaqwa. Adapun akhir
bagi mereka yang kafir adalah api.(Q.S Ar Rad (13) : 35)
Jika orang bertakwa mendapat surga maka sebaliknya mereka yang kafir balasannya adalah api.
Tapi bukan api yang sesungguhnya. Ini adalah permisalan. Kalau neraka itu benar-benar api
yang membakar maka tentunya manusia tidak akan sempat bertengkar di dalam neraka
sebagaimana yang diceritakan pada ayat berikut :
Dan mereka sedang bertengkar di dalam neraka. Demi Allah : Sungguh kita dahulu
dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu denganTuhan semesta
alam. (Q.S As Syuaraa (26) : 96-98)
Sesungguhnya itu pasti terjadi, yaitu pertengkaran penghuni neraka.(Q.S Shaad (38) : 64)
Jelaslah bahwa neraka adalah ancaman nyata sekarang ini. Jika manusia melakukan perbuatan
kafir (melakukan perbuatan keji dan mungkar) di muka bumi ini sudah tentu neraka pun akan
tercipta dengan sendirinya. Makannya itu dalam Al-Quran kita banyak sekali mendapati ayat
yang memerintahkan manusia agar tidak berbuat kerusakan dibumi. Ini mengandung arti bahwa
kehidupan kita dibumi yang sekarang masih akan berhubungan dengan kehidupan yang
akan datang.
Bumi adalah salah satu surga sekaligus neraka-Nya. Lah kalau kita sekarang berbuat kerusakan
dibumi lalu bagaimana surga bisa terwujud kelak? Bumi rusak ya berarti surga juga rusak.
Tidak ada lagi kebahagaian (surga). Yang muncul malah kesengsaraan (neraka).

Dari uraian-uraian diatas kita bisa memahami bahwa keadaan surga dan neraka hanyalah
PERMISALAN. Surga dan neraka intinya adalah tentang KEBAHAGIAN dan
PENDERITAAN batin. Surga dan neraka bukan alam yang terpisah. Surga dan neraka adalah
suatu perumpamaan (simbol) yang menjelaskan keadaan jiwa atau batin yang dialami manusia.
Al-Quran banyak menggunakan simbol agar ia bisa dipahami untuk segala tingkat
intelektualitas. Kebanyakan dari kita hanya mampu menafsirkan Quran secara harfiah (teks
belaka), hanya sedikit yang mempunyai kemampuan menafsirkanAl Quran secara mendalam.
Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Ankaabut(29) : 43.
Artinya :
Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang BER-ILMU.
Untuk lebih memahami bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang terpisah, coba kita simak
ayat yang berikut ini:
Surah Al-Imran(3) : 133.
Dan ber-segara-lah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
selangit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
Surah Al-Hadid (57) : 21.
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapat) ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi.
Sahabat nabi pernah menanyakan makna ayat diatas : Dimana neraka ya Rasulullah bila surga
itu luasnya sama dengan luas seluruh langit dan bumi?
Lalu Rasulullah menjawab dengan bijak :
Dimanakah malam bila siang telah datang?.
Kata Rasul tersebut jelas sekali menerangkan bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang
tepisah.
Pada surah Al Mumin dibawah akan semakin jelas bahwa mereka yang masuk surga pun
ternyata tidak terlepas dari balasan kejahatan. Bahkan Nabi Adam pun menurut cerita yang
sering kita dengar justru tergoda oleh iblis di dalam surga. Itulah kenapa ada doa agar orangorang mukmin yang di surga dijauhkan dari balasan kejahatan.
Ya Tuhan kami dan masukanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah engkau janjikan
kepada mereka dan orang-orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka dan istri-istri
mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. (Q.S Al Mumin (40) : 8-9)
Dengan memahami bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang terpisah maka sesungguhnya
kita harus menciptakan surga itu dari sekarang. Tidak perlu menunggu sampai mati. Caranya
dengan :
-

Senantiasa memelihara bumi, dengan tidak melakukan kerusakaan atau kejahatan,


Senantiasa berbuat kebajikan untuk bekal di kehidupan yang akan datang.

Jika kita mampu membangun surga di dunia ini maka di kehidupan akherat (kehidupan yang
akan datang) otomatis kita akan memperoleh surga yang kualitasnya lebih tinggi dan begitu
seterusnya sampai kita menuju tangga surga yang terakhir yaitu kembali kepada-Nya. Inilah
kebahagiaan yang kekal!

TENTANG WANITA **
AN-NISA (WANITA)
Salah satu tugas manusia sebagai khalifah di-muka bumi adalah untuk memakmurkan dunia
dengan menciptakan manusia-manusia yang mempunyai kwalitas yang unggul, oleh karena itu
untuk dapat menciptakan manusia yang ber-kwalitas (ber-iman) maka wajib untuk mereka yang
akan memasuki pintu per-kawin-an untuk mempelajari satu tahapan ilmu yang ber-nama Ilmu
Nisai.
Bagi mereka yang sudah sampai pada martabat ini maka mereka akan mampu menanamkan
bibit yang unggul agar tumbuh menjadi manusia yang ber-kwalitas, semua ini bagi mereka
adalah soal pilihan, tentunya berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama pasangan-nya,
karena mereka yang membuat maka mereka-lah yang lebih tahu hasil olahan-nya, boleh apa dan
siapa yang mau mereka hadir-kan, ini semua adalah satu pembuktian bagi ilmu mereka.
Semua orang bisa menanam, tapi mereka yang menguasai ilmu cocok tanam saja yang akan
mengetahui hasil tanaman-nya walaupun masih ber-bentuk bibit.
Asal kata Nisai adalah dari kata An-Nisa yang ber-arti Wanita, Wanita adalah makhluk Tuhan
paling indah yang mewarnai dunia ini, dirinya penuh fenomena dan rahasia, namun hanya
sedikit yang mau dan mampu memahami ini, Allah menciptakan keindahan pada wanita agar
mereka menjadi istri yang shalehah bagi laki-laki dan menjadikan laki-laki suami yang shaleh
bagi wanita.
Apakah rahasia dibalik sosok wanita?
Dalam riwayat dikatakan wanita diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri laki-laki, dimana dekat
hati dan jiwa bersemayam, sehingga wanita diciptakan untuk menentramkan dan mendamaikan
jiwa laki-laki, wanita identik dengan kedamaian, kesejukan, keindahan, kelembutan, perhatian
dan kasih sayang, kalau-lah laki-laki itu matahari maka wanita itu bulan, kalau-lah laki-laki itu
siang maka wanita itu-lah malam, singkat kata ini adalah hal yang ber-pasang-pasangan yang
memadukan antara pengasih dan penyayang yaitu ARAHMAN-ARRAHIM.
Sesungguhnya setiap manusia mulai di-hitung pertanggung jawaban-nya kepada Allah pada saat
Akil-balig yang mengartikan telah dewasa yang berarti pula sudah siap untuk berumah tangga,
bagaimana hal-nya dengan wanita?
Wanita, sebelum akil-balig tiada dosa padanya melainkan tanggung jawab dari orang tuanya,
setelah akil-balig terjadi serah terima tanggung jawab melalui ijab-kabul antara orang tua kepada
suami-nya yang mengartikan mulai saat itu suami-nya yang ber-tanggung jawab atas segala apa
yang diperbuat oleh oleh wanita tersebut (istrinya), jadi dimana letak dosa si wanita ini?
Sesungguhnya agama seseorang itu di-hitung pada saat dia memasuki rumah tangga, tidak
ada agama tanpa rumah tangga karena segala macam permasalahan dalam agama adalah
bermuara pada rumah tangga, dan dalam rumah tangga-lah kita menjalan-kan amanah-Nya untuk
mengenal RahasiaNya dan juga menjalankan tugas sebagai Khalifah untuk memakmurkan dunia
dan
menjaga
kelangsungannya
dengan
manusia-manusia
yang
ber-kwalitas.
Saya mengenal ilmu ini sebelum memasuki rumah tangga jadi saat itu sempat guru saya
berkata :
bagaimana kamu mau belajar wahai anak-ku.., kamu hanya punya pena untuk menulis tapi
mana buku-mu?
Firman Allah dalam surah An-Nisa,
Artinya
Istri kamu adalah ladang tempat kamu bercocok tanam, terserah kamu asal ditempat yang
rahasia
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mendekati pasangan kamu dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaul-lah dengan mereka secara patut. Kemudian jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai

sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.


Ayat diatas meng-isyarat-kan nikah lahir tidak menjamin bahwa istri sudah sah (halal) bagi kita,
maka kita pun harus mengetahui nikah secara batin melalui ilmu Nisai.
Adapun Rumah tangga di umpama-kan adalah Haji kecil, segala hal yang kita kerajakan
dalam Haji besar dapat kita lihat di dalam rumah tangga, oleh karena-nya ibadah suami-istri
(..) adalah ibadah yang paling tertinggi, pahami-lah ibadah ini dengan kita ber-guru kepada
Ahlinya (guru mursyid)
Lihat-lah apa yang sudah di-kerjakan oleh saudara-saudara kita untuk mau mendekat-kan dirinya
kepada Allah dengan pergi ke Baitullah di tanah suci Makkah Al-Mukarramah, dimana disana
mereka harus berebut-an untuk mencium Hajar Aswat sementara Hajar Aswat ada di hadapan
mereka, Bagaimana mungkin mereka akan bertemu dengan tuan rumah disana, sementara tuan
rumah dirumah mereka sendiri pun belum mereka temui? Bukankah itu semua hanya
pembuktian lebih lanjut dari pembuktian dalam rumah tangga-nya?
Insya Allah saya cukupkan dulu uraian ini dengan menitipkan wasiat kepada putra-putriku.
Wahai anak-anakku.
Tidak-lah aku panggil kalian hadir ke-dunia ini melainkan aku telah ber-mufakat dengan ibumu, pada diri kalian telah aku pisahkan mana yang hak dan mana yang batil menjadi IMAN
kalian, sebagai modal dasar untuk mengarungi gelombang kehidupan di dunia yang fana ini,
aku yakin, kalian semua akan mampu menaklukan semua tantangan dengan Iman yang sudah
tertanam di dada kalian,
Wahai putra-putri-ku tercinta,
Jika ku pandang kalian, terpandang-lah masa depan kalian, semua yang telah dan akan kalian
lalui adalah sudah seharusnya terjadi, agar kalian bisa meningkat-kan kwalitas hidup menjadi
lebih baik lagi, sesungguhnya ini semua adalah ujian dan aku yakin kalian bisa lulus dalam
ujian ini sebagaimana aku telah melakukan-nya dahulu.
Wahai jantung hati-ku, suatu saat nanti, bila tiba masanya aku harus kembali ke tempat asalku, ketahuilah.. dari alam yang kekal disana aku slalu tersenyum dan bangga mempunyai putraputri seperti kalian semua.
Catatan catatan ini aku persembahkan untuk kalian.
bahwa ketika telah sampai puncak, seseorang menjadi sadar sepenuhnya akan hakikat dan
rahasia kehidupan. Beliau mendendangkan dalam Serat Wedhatama: Dene awas tegesipun,
weruh waranane urip, miwah wisesaning tunggal, kang atunggil rina wengi, kang mukitan ing
sakarsa, gumelar alam sakalir. Mereka yang telah waspada , telah dengan jelas mengetahui
rahasia kehidupan, tirai kegaiban telah terbuka. Ia menyaksikan Sang Maha Hidup di balik
segenap gerak kehidupan, Wujud Yang Mahatunggal meliputi segalanya. Dia yang
menggerakkan segalanya dan mewujudkan segenap kehendak, maka terhamparlah segala
peristiwa alam semesta.
Yang ghaib, bagi mereka yang telah menggapai puncak, disadari sebagai sesuatu yang nyata.
Semuanya menjadi demikian jelas: apa yang misteri itu telah membuka wujudnya. Namun,
ternyata, saat yang sama, mereka yang telah sampai ke puncak disadarkan pada sebuah
kesadaran, bahwa: SEJATINE ORA ONO OPO-OPO, SING ONO KUWI DUDU
Sesungguhnya tidak ada apa2, yang ada itu bukan. Apa yang kita anggap ADA, tidak ada
seperti lazimnya adanya yang lain, termasuk adanya kata ada itu. Apa yang kita sangka sebagai
Dia, bukanlah Dia itu sendiri. Semua persangkaan kita, bukanlah Realitas itu sendiri. Dan
tetaplah Dia sebagai Dzat ingkang tan kena kinira, tan kena kinaya ngapa.
Mereka yang telah sampai dipuncak, akhirnya menyadari bahwa misteri itu, menjadi nyata
sekaligus tetap menjadi misteri.
Maka, sebagai ungkapan manusawi dari misteri itu, bersyairlah Mansyur Al-Hallaj:
Aku orang yang mencinta dan Dia yang mencinta adalah Aku
Kami dua ruh yang melebur dalam satu tubuh

Bila kau memandangku, kau memandang-Nya


Bila kau memandang-Nya, kau memandang Kami.
(Diwan 57)
Ruh-Mu menyerap dalam ruhku
Bagai anggur larut pada air bening
Bila suatu menyentuh-Mu, ia menyentuhku
Engkau adalah aku dalam seluruh
(Diwan 47)
Kata-kata Al-Hallaj yang terkesan paradoks, menjelaskan fakta bahwa dia bisa menyaksikan
Yang Misteri itu dalam segala hal, termasuk dirinya sendiri, sehingga yang ada hanya Dia:
bahkan dirinya, hakikinya adalah Dia juga. Dengan pernyataan seperti ini, sesungguhnya AlHallaj menegaskan satu hal: di balik yang kosong, sesungguhnya ada Dia, tetapi adanya Dia
tak bisa sama dengan adanya wujud lain, yang terpisah dari yang mengatakan keberadaannya.
Bagi al-Hallaj, yang mengatakan ada dan Yang Ada itu sebetulnya satu...tak terpisahkan...dan
sebetulnya dengan demikian, tak bisa dilihat sebagai sesuatu yang ada secara obyektif.
Walhasil......tetaplah yang misteri itu menjadi Misteri...
Syeikh Siti Jenar...menggapai kesadaran yang sama dengan Al-Hallaj, dan menyatakan dengan
tegas:
IYA INGSUN IKI ALLAH. (IYA AKU INI TUHAN).
Nyatalah AKU yang Sejati, Bergelar Prabhu Sadmata ( Raja bermata enam. Shiva adalah
Avatara Brahman. Jika Shiva bermata tiga, maka Brahman bermata enam. Inilah maksud
'jargon' spiritual waktu itu). Tidak ada lagi yang lain, Apa yang disebut Allah itu. Maulana
Maghribi berkata, Yang anda tunjuk itu adalah jasad, Syeh Lemah Bang menjawab.
Hamba membuka rahasia Ilmu Sejati, Membahas tentang Kesatuan Wujud, Tidak membahas
Jasad (yang fana), Jasad sudah terlampaui, Yang saya ucapkan adalah Sejati-nya Ilmu,
Membuka Segala Rahasia.
Dan lagi sesungguhnya semua Ilmu, Tidak ada yang berbeda, Sungguh tiada beda, Sedikitpun
tidak, Menurut pendapat hamba, Meyakini bahwasanya Ilmu itu, Semuanya sama.
Dia ada yang karena ada yang mengatakan keberadaannya. Bagi yang mengatakan itu, di luar
sana sebetulnya yang dilihat adalah Kekosongan Abadi.....Pernyataan ada itu sesungguhnya
merujuk pada keberadan diri, pada keberadaan kesadaran...rahsa sejati....yang secara kekal
akan tetap menjadi misteri.
Jiwa Yang Tak Lagi Tersekat
Jalaluddin Rumi, salah satu pejalan ruhani yang telah menggapai puncak, berdendang indah,
Manusia Ilahi, berada di luar kekafiran dan agama...Aku telah melihat ke dalam sanubariku
sendiri; di sanalah aku melihat-Nya; Dia tidak ada di tempat yang lainnya..Aku bukan orang
Kristen, atau Yahudi, atau Penyembah Api, atau Muslim; aku bukan berasal dari Timur maupun
Barat, bukan dari bumi maupun laut...Aku telah mengesampingkan kemenduaan, aku telah
mengetahui bahwa kedua dunia itu satu adanya. Satu saja yang kucari, Satu saja yang kukenal,

Satu saja yang kulihat, Satu saja yang kuseru.


Rumi menyaksikan bahwa semuanya berasal dari yang Satu, bayangan dari yang Satu itu, yang
hakikatnya adalah kekosongan, sehingga segenap nama dan atribut itu tak lagi memadai. Setiap
nama dan atribut, sesungguhnya bukanlah yang Satu itu..melainkan sekedar gumpalan
imajinasi di dalam benak, yang tak mewakili Realitas sesungguhnya... yang Satu itu. Dan makna
dari yang Satu ini sesungguhnya adalah Yang Maha Meliputi...yang tak menyisakan setitikpun
ruang kosong....yang tak memungkinkan adanya yang lain.
Karena kesadaran itu pula, maka Rumi sekaligus terhubung dengan semua lokus di mana
bayangan yang Satu itu terlihat: ia terhubung dengan semua jiwa. Rumi berkesadaran, bahwa
dirinya, sebagaimana diri kita, sama dengan semua manusia, yang sering menyebut dan
mengatributi dirinya dengan nama Muslim, Nasrani, Majusi, dan lainnya. Rumi dan juga kita
sama dengan mereka pada tataran hakikat, tapi Rumi menolak disekat oleh nama dan atribut
yang membuat ia bisa menyatu dengan sebagian dan berpisah dengan lainnya.
Kesadaran tanpa sekat ini, juga yang membalut jiwa Husain Mansyur al Hallaj. Ia dengan
jernih mengatakan: Anakku, semua agama adalah milik Allah. Setiap golongan memeluknya
bukan karena pilihannya, tetapi dipilihkan Tuhan. Orang yang mencaci orang lain dengan
menyalahkan agamanya, dia telah memaksakan kehendaknya sendiri. Ingatlah, bahwa Yahudi,
Nasrani, Islam dan lain-lain adalah sebutan-sebutan dan nama-nama yang berbeda. Tetapi
tujuannya tidak berbeda dan tidak berubah.
Lebih jauh, Al-Hallaj juga mendendang sebagai berikut:
Sungguh, aku telah merenung panjang agama-agama
Aku temukan satu akar dengan begitu banyak cabang
Jangan kau paksa orang memeluk satu saja
Karena akan memalingkannya dari akar yang menghunjam
Seyogyanya biar dia mencari akar itu sendiri
Akar itu akan menyingkap seluruh keanggunan dan sejuta makna
Lalu dia akan mengerti"
(Diwan, 50)
Dan jangan dilupakan, seorang Mistikus lain, yang disebut Syaikh Al-Akbar: Muhyiddin Ibnu
Arabi. Ialah sang mistikus yang terkenal dengan syairnya:
"Hatiku telah mampu menerima aneka bentuk dan rupa;
ia merupakan padang rumput bagi menjangan,
biara bagi para rahib, kuil anjungan berhala, ka`bah tempat orang bertawaf,
batu tulis untuk Taurat, dan mushaf bagi al-Qur'an.
Agamaku adalah agama cinta,
yang senantiasa kuikuti kemana pun langkahnya;
itulah agama dan keimananku."

Bagi mereka yang telah sampai di puncak....semuanya itu Manunggal...kita adalah sesama
pancaran dari Yang Mahatunggal itu. Apa yang kita sebut sebagai kebenaran, adalah pancaran
dari Kebenaran yang Tunggal. Agama-agama, adalah bentuk2 yang berbeda dan esensi yang
sama.
Selaras dengan itu, leluhur Nusantara, menyadari dengan jelas bahwa agama itu tak lebih dari
sekadar jalan menuju Yang Mutlak, atau bahkan pakaian yang menjadi penting bukan pada
aspek dan warnanya, tetapi pada aspek fungsinya. Salah satu leluhur itu adalah Empu Tantular,
pengarang Kakawin Sutasoma, yang melahirkan falsafah Bhinneka Tunggal Ika:
Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kna parwanosn, Mangka
ng Jinattwa kalawan iwatattwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Buddha & Syiwa merupakan dua hal yang berbeda. Memang berbeda &nkeduanya tak bisa
dikenali, Akan tetapi kebenaran Jina (Buddha) dan Syiwa ... adalah tunggal, Sesungguhnya
berbeda tetap satu juga tidak ada kebenaran yg mendua.
Cara Menggapai Kesadaran Puncak
Sampai pada kesadaran sebagaimana terpapar di atas, susah-susag gampang. Menjadi susah,
jika kita terbiasa dengan cara beragama yang doktriner, mengabaikan kecemerlangan akal budi
dan keakuratan rahsa sejati. Maka, banyak orang yang dianggap ahli agama, tidak pernah bisa
menyadari bahwa apa yang dinyatakan Rumi, Al-Hallaj, Ibnu Arabi dan para leluhur Jawa,
sesungguhnya adalah kebenaran.
Bahkan, sungguh menggelikan, ada cendekiawan, yang mengaku sudah membaca Futuhat Al
Makiyyah dan berbagai karya Ibnu Arabi lainnya, tidak percaya bahwa Ibnu Arabi punya jiwa
yang lapang dan meyakini bahwa jalan menuju Tuhan itu tak terbatas bentuknya.
Betapa tidak menggelikan, ketika ada seorang yang mengaku ahli agama dan memahami
pandangan Ibnu Arabi, mengartikan agama cinta itu sebagai agama Islam (ajaran
Muhammad)....yang punya makna agama-agama yang lain bukan agama cinta.
Padahal, seorang petani lugu, atau bahkan remaja yang polos, dengan nuraninya yang terjaga,
akan dengan mudah menyadari kebenaran yang disampaikan Ibnu Arabi. Tak usah dia
membaca Futuhat Al-Makiyyah, cukup dengan menengok pada rahsa sejati...akan bisa
didapatkan kesadaran bahwa kita sebetulnya adalah bentuk-bentuk yang berbeda tetapi diikat
oleh sesuatu yang sama: Sang Hidup yang mengalir melalui nafas kita. Dan Sang Hidup itu
membuat kita ada, hidup, dengan Cinta...maka agama cinta yang sesungguhnya adalah
menghayati dan menebar cinta kepada semua makhluk yang dihidupi oleh Sang Hidup itu
sendiri.
Terakhir, yang menarik untuk disimak, adalah bahwa ternyata, para mistikus Islam yang
disebutkan di atas: Rumi, Al-Hallaj, dan Ibnu Arabi, punya akar yang sama, yaitu Tradisi
Persia. Sintesis antara Persia dan Islam, membuat Islam ala mereka sungguh mempesona. Kita
bisa melihat, Islam yang demikian, selaras, harmoni dengan ajaran leluhur di Tanah Jawa.
Maka, apapun agama Anda, mengapa Anda tak hidupkan tradisi leluhur Anda sendiri? Karena
itu yang akan membuat pribadi dan pandangan Anda mempesona...laksana gemintang di langit
yang cahayanya menembus segenap sekat gelap....

Anda mungkin juga menyukai