Alif Ha
Allah
Muhammad
Adam
ALI F
KUN FAYAKUN
B A I T U L L A H
SYAREAT MUHAMMAD S.A.W mencakup 4 perkara yaitu :
1. Syareat = PerkataanMuhammad
2. Tarekat = Perbuatan Muhammad
3. Hakekat = Keaadaan Muhammad
4. Makrifat = Modal Muhammad
SYAREAT MUHAMMAD
AWAL-AKHIR-ZAHIR-BATHIN
MUHAMMAD
HAKEKAT SEMBAHYANG ( Sholat )
Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada yang nyata
pada diri kita hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa
dan menanggung rahasia Allah SWT.
Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu :
Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)
Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra dan miraj dan mengambil pengertian akan
hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri
bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillah
artinya : segala puji bagi Allah
Apa yang di puji adalah :
Zat (Allah)
Sifat (Muhammad)
Asma (Adam)
Afal (Manusia)
Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh
manusia dengan 4 perkara yaitu :
1. Wujud
2. Ilmu
3. Nur
4. Syahadat
Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan
perkataan Akbar pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat.
Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji.
DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT.
Hakekat zakat dalam shalat ialah :
Mengandung makna Pembersih hati dari pada syirik kepada Allah SWT.
iiya Kanak Budu Wa iiya Kanastain
Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan.
HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT :
1. Tidak Boleh Makan Dan Minum
2. Mata Berpuasa
3. Telinga Berpuasa
4. Kulit Berpuasa
5. Hati Berpuasa
HAKEKAT WHUDU ADALAH : Ialah membersihkan diri sebelum menunaikan shalat :
Niat
Membasuh Muka
Membasuh Tangan
Membasuh Kepala
Membasuh Telinga
Membasuh Kaki
Tertib
Hakekat Niat dalam Wudhu : ialah
tiada wujud pada diriku hanya Allah semata
Jadi Kita Mengisbatkan Hidup Kita, Ilmu Kita, Pandangan Kita, Penglihatan, Kuasa Kita,
Kata-Kata Kita Semuanya Adalah Hak Allah Semata. (Ia Haiyun, Ia Alimun, Ia Samiun,
Ia Basirun, Ia Kadirun, Ia Maridun, Ia Mutakalimun Bil Hakki Illallah).
Hakekat Membersihkan Muka dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat : sombong angkuh, kemuliaan, kebesaran,yang ada pada diri
manusia.
Hakekat Membasuh Tangan dalam wuduk ialah :
Membuang semua sifat-sifat aku berkuasa, aku orang kuat dan aku orang besar.
Hakekat Membasuh Kepala dalam wuduk ialah :
Membersihkan segala fikiran dari segala urusan dunia
Hakekat Membasuh Telinga dalam wuduk ialah :
Membersih segala pendengaran dari hal-hal yang tidak perlu
Hakekat Membasuh Kaki dalam wuduk ialah :
Kita harus membetulkan perjalanan kita hanya untuk satu tujuan yaitu : Allah SWT
semata.
Kualitas air yang jauh lebih sehat dan nikmat untuk diminum,
Kualitas buah-buahan yang ranum dan lebih cepat berbuah kembali seakan-akan
tidak pernah habis,
Kualitas fisik manusia yang lebih rupawan dan lain sebagainya.
Dengan banyaknya tingkatan surga inilah maka dalam Al-Quran disebutkan bahwa surga itu
seluas langit dan bumi.
Tentu surga sebagaimana ayat diatas bisa kita dapatkan asal kita banyak menebar kebajikan.
Semakin banyak kita berbuat kebajikan maka semakin tinggi pula kualitas surga yang bisa
didapatkan. Namun sebaliknya, semakin buruk perbuatan kita maka yang didapat pun akan
buruk pula yakni bumi yang dipenuhi oleh kesengsaraan hidup.
Bumi-lah tempat manusia menerima buah dari segala yang dikerjakannya, sebagaimana firman
Allah,
Dalam Surah Al-Jaatsiyah(45) : 22
Artinya :
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiaptiap diri terhadap apa yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan.
Jadi, bagi kita yang merasakan kedamaian hidup di bumi yang sekarang kita pijak ini berarti
kita mendapat surga. Bisa jadi dengan mendapat materi yang cukup, keluarga yang sakinah,
kematangan spiritual dan berbagai kebahagian hidup lainnya, sebaliknya bagi kita yang merasa
di dunia mengalami kesengsaran hidup yang seakan tiada putusnya maka berarti kita
mendapat neraka. Jadi, surga itu sebenarnya bermakna kebahagiaan batiniah dan neraka
bermakna kepedihan batiniah. Jadi yang ingin dituju dari pengertian surga dan neraka
sebenarnya bukanlah fisik buminya melainkan batin manusia yang menempatinya.
Oleh karena batin itu bukan benda maka dalam Al-Quran, surga atau neraka dijelaskan secara
metafor (perumpamaan) dan perumpamaan surga dalam Quran pun disesuaikan dengan iklim
alam bangsa Arab pada saat itu yang panas dan gersang.
Dengan menggambarkan surga seperti taman yang indah maka diharapkan mereka terpikat
dengan surga sebab surga seperti itu memang kontras sekali dengan iklim mereka yang panas
dan gersang.
Tidaklah heran jika ada orang Arab yang pergi ke puncak Ciawi, Jawa Barat akan terpana
seakan-akan melihat surga yang disebut-sebut oleh Al-Quran.
Permisalan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa inilah suatu
lingkungan yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Segalanya serba berkekekalan.
Begitu pula naungannya. Itulah tujuan bagi orang-orang yang bertaqwa. Adapun akhir
bagi mereka yang kafir adalah api.(Q.S Ar Rad (13) : 35)
Jika orang bertakwa mendapat surga maka sebaliknya mereka yang kafir balasannya adalah api.
Tapi bukan api yang sesungguhnya. Ini adalah permisalan. Kalau neraka itu benar-benar api
yang membakar maka tentunya manusia tidak akan sempat bertengkar di dalam neraka
sebagaimana yang diceritakan pada ayat berikut :
Dan mereka sedang bertengkar di dalam neraka. Demi Allah : Sungguh kita dahulu
dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu denganTuhan semesta
alam. (Q.S As Syuaraa (26) : 96-98)
Sesungguhnya itu pasti terjadi, yaitu pertengkaran penghuni neraka.(Q.S Shaad (38) : 64)
Jelaslah bahwa neraka adalah ancaman nyata sekarang ini. Jika manusia melakukan perbuatan
kafir (melakukan perbuatan keji dan mungkar) di muka bumi ini sudah tentu neraka pun akan
tercipta dengan sendirinya. Makannya itu dalam Al-Quran kita banyak sekali mendapati ayat
yang memerintahkan manusia agar tidak berbuat kerusakan dibumi. Ini mengandung arti bahwa
kehidupan kita dibumi yang sekarang masih akan berhubungan dengan kehidupan yang
akan datang.
Bumi adalah salah satu surga sekaligus neraka-Nya. Lah kalau kita sekarang berbuat kerusakan
dibumi lalu bagaimana surga bisa terwujud kelak? Bumi rusak ya berarti surga juga rusak.
Tidak ada lagi kebahagaian (surga). Yang muncul malah kesengsaraan (neraka).
Dari uraian-uraian diatas kita bisa memahami bahwa keadaan surga dan neraka hanyalah
PERMISALAN. Surga dan neraka intinya adalah tentang KEBAHAGIAN dan
PENDERITAAN batin. Surga dan neraka bukan alam yang terpisah. Surga dan neraka adalah
suatu perumpamaan (simbol) yang menjelaskan keadaan jiwa atau batin yang dialami manusia.
Al-Quran banyak menggunakan simbol agar ia bisa dipahami untuk segala tingkat
intelektualitas. Kebanyakan dari kita hanya mampu menafsirkan Quran secara harfiah (teks
belaka), hanya sedikit yang mempunyai kemampuan menafsirkanAl Quran secara mendalam.
Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Ankaabut(29) : 43.
Artinya :
Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang BER-ILMU.
Untuk lebih memahami bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang terpisah, coba kita simak
ayat yang berikut ini:
Surah Al-Imran(3) : 133.
Dan ber-segara-lah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
selangit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
Surah Al-Hadid (57) : 21.
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapat) ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi.
Sahabat nabi pernah menanyakan makna ayat diatas : Dimana neraka ya Rasulullah bila surga
itu luasnya sama dengan luas seluruh langit dan bumi?
Lalu Rasulullah menjawab dengan bijak :
Dimanakah malam bila siang telah datang?.
Kata Rasul tersebut jelas sekali menerangkan bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang
tepisah.
Pada surah Al Mumin dibawah akan semakin jelas bahwa mereka yang masuk surga pun
ternyata tidak terlepas dari balasan kejahatan. Bahkan Nabi Adam pun menurut cerita yang
sering kita dengar justru tergoda oleh iblis di dalam surga. Itulah kenapa ada doa agar orangorang mukmin yang di surga dijauhkan dari balasan kejahatan.
Ya Tuhan kami dan masukanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah engkau janjikan
kepada mereka dan orang-orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka dan istri-istri
mereka dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. (Q.S Al Mumin (40) : 8-9)
Dengan memahami bahwa surga dan neraka bukanlah alam yang terpisah maka sesungguhnya
kita harus menciptakan surga itu dari sekarang. Tidak perlu menunggu sampai mati. Caranya
dengan :
-
Jika kita mampu membangun surga di dunia ini maka di kehidupan akherat (kehidupan yang
akan datang) otomatis kita akan memperoleh surga yang kualitasnya lebih tinggi dan begitu
seterusnya sampai kita menuju tangga surga yang terakhir yaitu kembali kepada-Nya. Inilah
kebahagiaan yang kekal!
TENTANG WANITA **
AN-NISA (WANITA)
Salah satu tugas manusia sebagai khalifah di-muka bumi adalah untuk memakmurkan dunia
dengan menciptakan manusia-manusia yang mempunyai kwalitas yang unggul, oleh karena itu
untuk dapat menciptakan manusia yang ber-kwalitas (ber-iman) maka wajib untuk mereka yang
akan memasuki pintu per-kawin-an untuk mempelajari satu tahapan ilmu yang ber-nama Ilmu
Nisai.
Bagi mereka yang sudah sampai pada martabat ini maka mereka akan mampu menanamkan
bibit yang unggul agar tumbuh menjadi manusia yang ber-kwalitas, semua ini bagi mereka
adalah soal pilihan, tentunya berdasarkan musyawarah dan mufakat bersama pasangan-nya,
karena mereka yang membuat maka mereka-lah yang lebih tahu hasil olahan-nya, boleh apa dan
siapa yang mau mereka hadir-kan, ini semua adalah satu pembuktian bagi ilmu mereka.
Semua orang bisa menanam, tapi mereka yang menguasai ilmu cocok tanam saja yang akan
mengetahui hasil tanaman-nya walaupun masih ber-bentuk bibit.
Asal kata Nisai adalah dari kata An-Nisa yang ber-arti Wanita, Wanita adalah makhluk Tuhan
paling indah yang mewarnai dunia ini, dirinya penuh fenomena dan rahasia, namun hanya
sedikit yang mau dan mampu memahami ini, Allah menciptakan keindahan pada wanita agar
mereka menjadi istri yang shalehah bagi laki-laki dan menjadikan laki-laki suami yang shaleh
bagi wanita.
Apakah rahasia dibalik sosok wanita?
Dalam riwayat dikatakan wanita diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri laki-laki, dimana dekat
hati dan jiwa bersemayam, sehingga wanita diciptakan untuk menentramkan dan mendamaikan
jiwa laki-laki, wanita identik dengan kedamaian, kesejukan, keindahan, kelembutan, perhatian
dan kasih sayang, kalau-lah laki-laki itu matahari maka wanita itu bulan, kalau-lah laki-laki itu
siang maka wanita itu-lah malam, singkat kata ini adalah hal yang ber-pasang-pasangan yang
memadukan antara pengasih dan penyayang yaitu ARAHMAN-ARRAHIM.
Sesungguhnya setiap manusia mulai di-hitung pertanggung jawaban-nya kepada Allah pada saat
Akil-balig yang mengartikan telah dewasa yang berarti pula sudah siap untuk berumah tangga,
bagaimana hal-nya dengan wanita?
Wanita, sebelum akil-balig tiada dosa padanya melainkan tanggung jawab dari orang tuanya,
setelah akil-balig terjadi serah terima tanggung jawab melalui ijab-kabul antara orang tua kepada
suami-nya yang mengartikan mulai saat itu suami-nya yang ber-tanggung jawab atas segala apa
yang diperbuat oleh oleh wanita tersebut (istrinya), jadi dimana letak dosa si wanita ini?
Sesungguhnya agama seseorang itu di-hitung pada saat dia memasuki rumah tangga, tidak
ada agama tanpa rumah tangga karena segala macam permasalahan dalam agama adalah
bermuara pada rumah tangga, dan dalam rumah tangga-lah kita menjalan-kan amanah-Nya untuk
mengenal RahasiaNya dan juga menjalankan tugas sebagai Khalifah untuk memakmurkan dunia
dan
menjaga
kelangsungannya
dengan
manusia-manusia
yang
ber-kwalitas.
Saya mengenal ilmu ini sebelum memasuki rumah tangga jadi saat itu sempat guru saya
berkata :
bagaimana kamu mau belajar wahai anak-ku.., kamu hanya punya pena untuk menulis tapi
mana buku-mu?
Firman Allah dalam surah An-Nisa,
Artinya
Istri kamu adalah ladang tempat kamu bercocok tanam, terserah kamu asal ditempat yang
rahasia
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mendekati pasangan kamu dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaul-lah dengan mereka secara patut. Kemudian jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
Bagi mereka yang telah sampai di puncak....semuanya itu Manunggal...kita adalah sesama
pancaran dari Yang Mahatunggal itu. Apa yang kita sebut sebagai kebenaran, adalah pancaran
dari Kebenaran yang Tunggal. Agama-agama, adalah bentuk2 yang berbeda dan esensi yang
sama.
Selaras dengan itu, leluhur Nusantara, menyadari dengan jelas bahwa agama itu tak lebih dari
sekadar jalan menuju Yang Mutlak, atau bahkan pakaian yang menjadi penting bukan pada
aspek dan warnanya, tetapi pada aspek fungsinya. Salah satu leluhur itu adalah Empu Tantular,
pengarang Kakawin Sutasoma, yang melahirkan falsafah Bhinneka Tunggal Ika:
Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kna parwanosn, Mangka
ng Jinattwa kalawan iwatattwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Buddha & Syiwa merupakan dua hal yang berbeda. Memang berbeda &nkeduanya tak bisa
dikenali, Akan tetapi kebenaran Jina (Buddha) dan Syiwa ... adalah tunggal, Sesungguhnya
berbeda tetap satu juga tidak ada kebenaran yg mendua.
Cara Menggapai Kesadaran Puncak
Sampai pada kesadaran sebagaimana terpapar di atas, susah-susag gampang. Menjadi susah,
jika kita terbiasa dengan cara beragama yang doktriner, mengabaikan kecemerlangan akal budi
dan keakuratan rahsa sejati. Maka, banyak orang yang dianggap ahli agama, tidak pernah bisa
menyadari bahwa apa yang dinyatakan Rumi, Al-Hallaj, Ibnu Arabi dan para leluhur Jawa,
sesungguhnya adalah kebenaran.
Bahkan, sungguh menggelikan, ada cendekiawan, yang mengaku sudah membaca Futuhat Al
Makiyyah dan berbagai karya Ibnu Arabi lainnya, tidak percaya bahwa Ibnu Arabi punya jiwa
yang lapang dan meyakini bahwa jalan menuju Tuhan itu tak terbatas bentuknya.
Betapa tidak menggelikan, ketika ada seorang yang mengaku ahli agama dan memahami
pandangan Ibnu Arabi, mengartikan agama cinta itu sebagai agama Islam (ajaran
Muhammad)....yang punya makna agama-agama yang lain bukan agama cinta.
Padahal, seorang petani lugu, atau bahkan remaja yang polos, dengan nuraninya yang terjaga,
akan dengan mudah menyadari kebenaran yang disampaikan Ibnu Arabi. Tak usah dia
membaca Futuhat Al-Makiyyah, cukup dengan menengok pada rahsa sejati...akan bisa
didapatkan kesadaran bahwa kita sebetulnya adalah bentuk-bentuk yang berbeda tetapi diikat
oleh sesuatu yang sama: Sang Hidup yang mengalir melalui nafas kita. Dan Sang Hidup itu
membuat kita ada, hidup, dengan Cinta...maka agama cinta yang sesungguhnya adalah
menghayati dan menebar cinta kepada semua makhluk yang dihidupi oleh Sang Hidup itu
sendiri.
Terakhir, yang menarik untuk disimak, adalah bahwa ternyata, para mistikus Islam yang
disebutkan di atas: Rumi, Al-Hallaj, dan Ibnu Arabi, punya akar yang sama, yaitu Tradisi
Persia. Sintesis antara Persia dan Islam, membuat Islam ala mereka sungguh mempesona. Kita
bisa melihat, Islam yang demikian, selaras, harmoni dengan ajaran leluhur di Tanah Jawa.
Maka, apapun agama Anda, mengapa Anda tak hidupkan tradisi leluhur Anda sendiri? Karena
itu yang akan membuat pribadi dan pandangan Anda mempesona...laksana gemintang di langit
yang cahayanya menembus segenap sekat gelap....