Anda di halaman 1dari 35

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Sekarang kita teruskan pula kepada pelajaran yang kita tuju,yaitu Ma’rifatullah,artinya
MENGENAL ALLAH AZZA WAZALLA.Jadi sebelum kita mengenal Tuhan,kenalilah
DIRI. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w : MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD
AROFA ROBBAHU,artinya :Barang siapa mengenal akan dirinya,niscaya mengenal akan
tuhannya. Perjalanan itu dimulai dari dalam diri kita sendiri,perjalanan itu dimulai dari dalam
terus kedalam,akhirnya serta alam dengan keindahannya dan dengan keganjilannya,hanyalah
sebagai saksi pencari diri.

Jadi sebelum kita mengenal Tuhan,maka kenallah diri,sebelum kita mengenal diri lebih
dahulu,kenallah Adam lebih dahulu,dan sebelum kenal kepada Adam kenallah
MUHAMMAD lebih dahulu.Demikianlah orang yang hendak mengenal diri dan mengenal
akan tuhan Allah Azza Wazalla.

Baiklah kita mulai dengan ayat yang berbunyi : INNALAHA KHOLAQO QOBLAL ASIA
INNURI NABIYUKA. Bahwasanya Allah Talala menjadikan dahulu daripada segala asia itu
ilah NUR NABIMU. Diriwayatkan oleh ZABIR beliau pernah juga bertanya kepada
Nabiallah s.a.w. ; yaitu dijawab oleh Nabi AWWALUMA KHOLAQOL LAHU TAALA
NURI NABIYIKA,YA ZABIR. Mula mula dijakan AllahTa’ala daripada segala asia itu ialah
: NUR NABIMU ya ZABIR.

Maka nyatalah RUH NABI itu dijadikan dahulu daripada segala asia itu,dan lagi dijadikan ia
daripda Zatnya jua,tetapi sebelum tuhan menjadikan NUR MUHAMMAD,Tuhan telah
mengatakan dalam kitabnya Al’quranul qarim yang berbunyi : artinya : Pertama kujadikan
ILMU sebelum kujadikan NUR MUHAMMAD. Maka nyatalahkepada kita bahwa : NUR
MUHAMMAD.

Maka nyatalah kepada kita bahwa NUR MUHAMMAD itu jadi daripada ILMUnya dan
daripada KUDRAT DAN IRADATNYA jua,seperti kata Syeh ABDUL WAHAB
SYAHRANI : INNALAHA KHOLAQOR RUHUN NABIYI MUHAMMADIN
MINZATIHI,WAKNOLAQOR RUHUL ALIMU MINNURI MUHAMMAD S.A.W.
Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan Roh nabi itu daripada Zatnya jua, dan daripda ilmunya
jua, dan serta qudrat dan iradatnya. Dan menjadikan Roh sekalian alam ini daripada NUR
MUHAMMAD s.a.w Maka nyatalah kepada kita bahwa Roh sekalian alam ini daripada NUR
MUHAMMAD jua.

Dan segala batang tubuh kita ini nyata daripada Adam,tetapi Nabi Adam itu dijadikan
daripada tanah,seperti firman Allah Ta’ala dalam AL qur’an : KHOLAQOL INSANA
MINTIN artinya : Aku jadikan Insan Adam itu daripada tanah dan tanah itu jadi daripada Air,
dan Air itu jadi daripada NUR MUHAMMAD s.a.w. jua. Maka nyatalah kepada kita bahwa
Roh kita dan batang tubuh kita ini jadi daripada NUR MUHAMMAD; maka wajarlah kita ini
bernama MUHAMMAD. Dan nyatalah bahwa kalau Roh kita dan batang tubuh kita ini
daripada Nur Muhammad. Maka kita ini tiada lain dan tiada bukan,pada Hakikatnya Nur
Muhammad jua. Dan kalau telah jelas dalam hati marifatakan hakikat Nur Muhammad itu,
maka hendaklah engkau mesrakan Nur Muhammad itu kepada Roh dan kepada batang
tubuhmu dan kepada seluruh kainat. Kalau sudah benar-benar mesra,insya allah engkau akan
melihat keelokan zat yang wajibal wujud.
Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang mengenal diri,yaitu sekalian
nanti bab yang akan datang kita perdalam lagi menurut yang semestinya.

Dan Syeh ABDUL RA’UF berkata : yang sebenar-benar diri itu ialah nyawa. Yang sebenar-
benarnya nyawa itu ialah Nur Muhammad. Dan yang sebenar-benarnya Nur Muhammad itu
ialah sifat. Yang sebenar-benarnya sifat itu ialah zat. Tetapi disini bukan zat hayun,tapi zat
hayat.

Dan lagi kata aribillah : Bermula yang sebenar-benarnya diri itu ialah Roh,tatkala ia nasab
sekalian tubuh,nyawa namanya. Tatkala keluar masuk nafas namanya. Tatkala ia
berkehendak hati namanya. Tatkala ia ingin akan sesuatu nafsu namanya. Tatkala ia memilih
akan sesuatu ihtiar namanya. Taktkala ia dapat memperbuat akan sesuatu akal namanya. Dan
tatkala ia yakin akan sesuatu iman namanya.

Jadi pohon akal itu adalah ilmu. Inilah yang disebut yang se-benar benar diri. Tetapi
janganlah terhenti kepada roh itu saja, teruskanlah kepada yang hak. (kepada Allah Ta’ala).

Dan firman Allah Ta’ala dalam Al qur’an :

ANA MINNURILAH WAL ALIMU MINNUR,artinya : Dari pada cahaya Allah,dan


sekalian Ilmu daripada cahayaKu. Tetapi Nur disini bukan lah menurut pahaman umum yang
berlaku ia bukan zat,bukan benda dan bukan materi,tetapi diatas segala-galanya. Insya Allah
kita akan bertemu juga dengan NUR cerlang cemerlang itu. Sekarang kita teruskan kepada
firman Allah : KHOLAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQTUL ASNI LIADJLIKA, artinya :
Aku jadikan engkau karenaku ya Muhammad dan Aku jadikan sekalian alam itu karenamu ya
Muhammad. Jadi dengan adanya ini tadi, maka nyatalah kepada kita bahwa Nur Muhammad
itu jadi daripada Nur Allah Jua,atau yg lazim disebut NUR ZAT atau NUR ILAHI ROBBI.
Maka kalau demikan adanya,wajarlah kita ini dengan Zat Allah Ta’ala,sebab Zat itulah
bermula segala ujud. Tidak ada yang ujud, hanyalah Allah dan perbuatan Allah.

Maka adalagi sebuah hadis qudsyi berbunyi : AL INSANU SIRRI WAANA SIRRAHU.
Artinya : insan itu rahasiaKu,dan Akupun rahasianya. Dan lagi firman yang berbunyi : AL
INSANU SIRRI WA ANA SIRRI WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH, artinya : insan
itu rahasiaku,rahasiaku itu sifatku,dan sifat itu tiada lain daripada aku jua. Jadi yang sebenar-
benarnya insan itu manusia, yang sebenar-benarnya manusia itu ialah Af’al Allah. Yang
sebenar-benarnya Af’al Allah itu ialah Sifat Allah. Yang sebenar-benarnya Sifat Allah itu
ialah Zat Allah. Karena zat dan sifat itu tiada menerima tunggal; dan Zat dan Sifat itu tiada
sekutu dan tiada pula bercerai. Dan barang siapa menyekutukan Zat dan Sifat, atau
menceraikannya, maka tersebut dihukumkan SYIRIK KHAFI.

Orang yang mmenceraikan itu berdosa. Orang yang syirik itu syirik zali hidupnya penuh dosa
yang tiada maaf baginya. Karena orang yang seperti itu ia merasa bahwa dirinya yang ada.
Sabda Rasulullah s.a.w. didalam Al hadist : yang berbunyi UJUDUKA ZAMBUN
QIAASALAHU LIGOIRIH. Artinya : Syirik Khafi itu adalah dosa besar. Jadi selama ujud
Adam masih melekat dalam dirimu,niscaya tiada sampai semua ibadatmu walau setinggi
langit. Jadi untuk melepaskan syirik khafi itu keluarlah engkau dari diri engkau. Disini kita
bicarakan sedikit tentang diri kita yang sebenar-benarnya.

Adapun diri kita ini ada tiga bagian :


Pertama ialah diri yang sebenarnya (rahasia)

Kedua ialah diri terperi (Muhammad)

Ketiga ialah diri terdiri (adam).

Jadi yang pertama tadi ialah kembali kepada yang hak. Kedua ialah kembali kepada rasa
Muhammad. Ketiga ialah yang betah tinggal kepada rasa adam semula. Jadi dosa besar yang
tiada ampunan : kecuali kembali kepada yang sebenarnya. Insya Allah kita uraikan panjang
lebar dan lebih mendalam lagi dalam pelajaran yang akan datang.

MENGENAL DIRI

Sabda Rasulullah s.a.w. : MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA RABBAHU.

Artinya: Barang siapa mengenal dirinya,niscaya mengenal akan Tuhannya. Jadi sebelum
mengenal Tuhan, kenallah diri. Perjalanan itu kita mulai dari dalam diri kita sendiri, dari
dalam terus kedalam, akhirnya serba alam dan keindahannya dan dengan keganjilannya :
hanyalah sebagai pencari diri.

Alam ini penuh dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Rahasia itu tertutup oleh dinding-
dinding, dinding- dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, atau yang disebut nafsu kita
sendiri, atau disebut pula nafsu saiton, atau dengan kata lain ialah : nafsu lawammah atau
nafsu sawiyah atau nafsu yang batal/agiar. Dinding-dinding itu mungkin tersimbah dan
terbuka, asal kita sudi menempuh jalannya, jalannya ialah : jalan yang ditempuh oleh orang
arif, dan mau mengurangi sedikit dari hawa nafsu kebendaan. Dan sanggup menyisihkan
segala halangan dan rintangan yang hendak menggagalkan niat kita yang baik itu. Jadi yang
hendak kita kenal ini bukanlah diri yang kasar ini. Tetapi diri yang bersifat ketuhanan.

Diri kita ini ada dua unsur : pertama unsure jasad atau badan kasar. Kedua unsur Ruh atau
badan latif. Ruh itu erat sekali pertaliannya dengan Tuhan. Memang sudah hamba katakan
dahulu bahwa RUH itu adalah suatu Rahasia yang amat pelit sekali.

Jadi yang sebenar –benar Ruh itu Nur Muhammad.

Jadi yang sebenar-benar Nur Muhammad itu Sifat. Sebenar-benar sifat itu ialah Zat. Jadi Zat
itu Zat Hayat,bukan Zat Hayun. Jadi Allah adalah nama Zat, dan Muhammad nama Sifat. Zat
dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.

Sekarang marilah kita teruskan untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan Allah Azzawazalla.

WANAN KAANAFI HAJIHI AMA FAHUWA FIL AKHIRATIA’MA WA ‘ADHOLLU


SABBILA, artinya : Barang siapa buta dalam dunia ini, niscaya buta juga di akhirat sesat di
jalan.

Seratus dua puluh empat ribu nabi-nabi dit=utus Tuhan kedalam dunia ini, adalah untuk
mengajar dan memimpin umat manusia, untuk cara-cara membersihkan bathin atau qalbu,
supaya dapat ma’rifat dan mengenal Allah. Tujuan utama ialah : agar memperoleh
kebahagiaan jiwa, dan ketenangan bathin. Karena yang sebenar-benar Kaya itu ialah
kebahagiaan jiwa dan kebersihan hati.
Inilah tujuanutama bagi alat jiwa manusia ini. Inti daripada selaga kebahagiaan itu ialah :
Ma’rifatullah. Jadi siapa yang sudah Ma’rifat itulah sorga dunia dan sorga akhirat nanti. Dan
siapa belum/masih terdinding itulah neraka dunia dan neraka akhirat nanti.

Jadi barang siap tidak ada hasrat memiliki ilmu ini maka samalah ia makan nasi bercampur
pasir.

Ma’rifat itu adalah suatu amanah dari tuhan yang wajib kita tuntut dan kita tuju.

PERINTIS JALAN YANG PERTAMA

Pengantar dan Perintis yang pertama dalam ilmu bathin, atau ilmu hakikat/ilmu tasawuf
adalah RASULULLAH sendiri. Kemudian dijadikan suatu pelajaran, dan ilmu tersendiri oleh
Syaidina ALI KARAMMULLAHUWAJHAH, kemudian dilanjutkan oleh HASAN BASRI
anaknya. Hairoh yang menjadi pembantu peribadi Ummu Salamah yaitu ketika HASAN
BASRI masih kecil ilmu ini sudah mulai melimpah kepada beliau, karena dekatnya kepada
Rasulullah s.a.w.

Kemudian Ahli kebatinan yang pertama sekali ialah : ABU HASYIM AL KUFI, beliau
berasal dari koufah yang meninggal pada tahun 150 atau tahun 761 M. Adapun sumber ilmu
tasawuf itu adalah dari AL QUR’AN dan AL HADITS. Dan menuntut ilmu ini adalah
hukumnya Fardhu ain. Maka barang siapa tidak peroleh ilmu ini ditakuti mati dalam
kekafiran.

MA’RIFATULLAH.

SEBELUM MENGENAL TUHAN,KENALLAH DIRI.

MENGENAL DIRI :

Diri itu ada dua unsur.

1. Diri jahir berupa jasad.

2. Diri bathin berupa Ruh.

Dan diri itu dapat pula dibagi atas 3 unsur.

1. Diri yang Hak. (diri yang sebenarnya)

2. Diri terperi. (Muhammad)

3. Diri terdiri. (Adam).

Dan Ruh itu ada tiga Martabat.

1. Ruh idhofi (nafas yang keluar masuk)

2. Ruh mukayyat (yang mengedari/yang ergerak keseluruh tubh)


3. Ruh mutlak (yang tetap pada tempatnya)

Dan Zat itu ada tiga Asma.

1. ZAT illahiyah

2. ZAT masbiyah

3. ZAT addahiyah.

Dan diri jahir ada dua unsure bahagi pula.

1. Jasad yang mengandung Ruh.

2. Ruh yang mengandung Jasad.

Dan diri kita ini mengandung dua aspek.

1. Diri yang bersifat ketuhanan (lahud)

2. Diri yang mengandung kehambaan (nasud)

Dan dalam diri kita ini mengandung tiga Rahasia.

1. Rasa yang Hak (rasa tuhan)

2. Rasa Muhammad (Nur Muhammad)

3. Rasa Adam (rasa yang tercela).

Dan didalam diri kita ini ada suatu perbendaharaan yang tersembunyi : disitu ada mahligai.
Didalam mahligai itu ada alat yang halus , ada yang kasar. Kesemuanya itu adalah berupa
amanah tuhan dan suatu titipan Tuhan kepada hambanya. Amanah itu ialah suatu titipan Ruh
dan itulah yang wajib kita pelihara dan kita jaga kemurniaannya. Ruh inilah yang sanggup
mengenal Tuhannya. Dan yang sanggup melaksanakan sebagai khalifah didalam bumi ini.
Apakah alat yang halus dan kasar itu tadi?

Sekarang marilah kita uraikan satu persatunya.

Adapun diri kita ini ada dua unsur/macam.

Pertama diri jahir berupa jasad. Batang tubuh dengan kelengkapannya seperti ;
kaki,tangan,mata hidung,mulut telinga,dan lainnya. Serta dalam tubuh ini ada Ruh,hati,akal
dan nafsu. Yang kesemuanya itu tergolong alam yang disebut alam sagir (alam kecil).Yang
kesemuanya itu terjadi dari unsur2 api,angin,air dan tanah/bumi. Inilah yang disebut laksana
kuda tunggangan yang menjadialat nbagi hakikat Roh itulah sebagai penunggangnya.

Kedua diri bathin yang berujud qalbu atau Ruh. Bukannya ber-ujud benda dalam tubuh, dan
dia tidak akan binasa untuk selamanya. Dialah yang sanggup memerintah jasad, dialah yang
mampu mengenal Allah. Dialah Raja kuasa. Ruh itu raja kuasa dan sanggup mengenal Allah.
Apakah sebabnya dikatakan raja kuasa? Sebabnya ialah kerena ruh ituu adalah yang menjadi
tempat majhor kenyataan terang benderangnya sifat-sifat Allah. Ruh Muhammad
itulah/adalah dari NUR menyata. Itulah yang dikatakan cahaya yang cerlang cemerlang yang
tiada harapan : Tuhan bertajali kepadanya. Sedabg sifat sifat Allah itu ada pada ZATnya.
Maka apabila kita mendakwa kepada Ruh, maka haruslah ditembuskan pandangan kita
kepada Sifat dan Zat Allah.supaya tidak terdinding lagi kepada Allah.

Kalau kita terhenti kepada ruh itu saja, tidak kita teruskan kepada Allah, maka kita terdinding
kepada Allah. Kalau masih betah berdiam kepada Muhammad, ber-arti belum kembali atau
belum pulang landas kepangkalannya. Kalau sudah pernah tinggal landas inilah yang
dikatakan orang yang bergembira setiap saat. Sedangkan Rasulullah sendiri sebagai asal usul
segala kejadian,toh beliau pulang kembali kepangkalannya,apalagi kita ini.

RUMUS/ MUTIFATOR

1. Hidup tubuh karena nyawa,hidup nyawa karena Allah.

2. Tahu hati karena tahu Ruh, tahu Ruh karena Allah.

3. Kuasa anggota tubuh karena Ruh, kuasa Ruh karena kuasa Allah.

4. Berkehendak puad kerena berkehendak Ruh, berkehendak Ruh karena berkehendak Allah.

5. Mengdengar telinga karena mendengar Ruh, mendengar Ruh karena mendengar Allah.

6. Melihat mata karena melihat Ruh, melihat Ruh karena melihat Allah.

7. Berkata mulut karena berkata Ruh, berkata Ruh karena berkata Allah.

Maka kita rumuskan pula tentang diri bathin itu sebagai berikut dibawah ini :

1. Wujud bathin,hakikatnya adalah wujud Allah.kepada kita jadi Rahasia. Maksudnya tentang
Zat Tuhan itu tidak dapat dilihat dan diraba, hanya dengan nur iman dan dirasakan oleh sinar
hati. Inilah yang dimaksud oleh hadits yang berbunyi : Al insanu sirri wa ana sirrohu. Artinya
: insane itu rahasiaku , dan akupun rahasianya.

2. Ilmu bathin, hakikatnya adalah sifat Allah, yang kepada kita menjadi nyawa/Ruh. Dan ruh
itulah tempat majhor sifat-sifat Allah. Hingga dia kuasa memerintahkan jasad dan lain2nya.

3. Nur bathin, hakikatnya Asma Allah, yang kepada kita menjadi hati. Maksudnya hati itu
adalah tempat majhor daripada Asma Allah.

4. Syuhud bathin, hakikatnya adalah Afal Allah, yang kepada kita menjadi batang tubuh.
Maksunya batang tubuh kita ini adalah tempat majhor dan tempat nyata perbuatan Allah.
Jalannya adalah bahwa segala amal usaha lahir yang dilakukan ole manusia. Tapi pada
hakikatnya dan pada bathinnya adalah semata-mata perbuatan Allah.

Maka hal itu dinamakan penyaksian Bathin. Karena amal usaha jahir itulah yang
membuktikan perbuatan bathin. Itulah yang member bekas, kerena terjadi dari sifat bathin,
yang tidak bias lepas dari ujudnya : yakni Zatnya yang maha kuasa. Demikianlah yang
dinamakan tauhidul Zat, tauhidul Sifat, tuahidul Asma, tauhidul Af’al. maka melihat sesuatu
apa saja perbuatan Allah.

Maka dengan demikian fana lah yang lain : yakni ujud lahir dan sifat lahir,dikala itu tidak ada
yang ada kecuali bathin. Maka sekaran bathinlah yang melihat bathin/melihat gerakan Zat.
Dari itu maka jelaslah sekarang kepada kita bahwa yang memandang ia yang memandang.
Dan kalau sudah mantap pandangan ini, dengan sendirinya naiklah ke makam baqabillah.
Karena pada makam ini seperti ucapan ahli tasawuf, BAQA itu ialah daripada Allah, dan
dengan Allah.

Cara pandangan itu ada dua macam,pertama :

SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH artinya : memandang yang satu kepada yang
banyak. Dimana pokok pandangan dimulai dari syuhud bathin, naik kepada Nur bathin, dan
kepada ilmu bathin. Dan akhirnya sampai kepada ujud bathin.

Pandangan kedua ialah : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH, Artinya : memandang


banyak kepada yang satu. Pandangan ini dimulai pada pangkal pertama yakni ujud bathin
yang hakikatnya Zat semata-mata dan Zat yang satu itulah yang menerbitkan ilmu bathin ;
yakni Sifat. Dan juga Nur bathin yakni Asma. Bahkan syuhud bathin yakni Af’al. maka
apabila yang banyak itu berasal dari yang satu :akhirnya akan kembali juga kepada yang satu.
Dan apabila sekarang kita sudah kembalikan,maka tidak ada lagi ujud kecuali Allah semata.
Tamsil, cahaya terang itu adalah permulaan dari sinar matahari,yang disebut siang. Sebelum
itu didapat, lebih dahulu yang dipandang itu adalah cahayanya yang terang tersebut.
Kemudian baru sinar yang menerangi itu, sinar itu menyatakan cahaya matahari. Meskipun
tidak tampak, karena sinar itu tidak lepas dari matahari. Bahkan cahaya terang itu juga
menyatakan adanya matahari, karena datang dari sinar yang ada pada matahari tersebut.

Maka apabila sudah lenyap dan fana segala yang lain daripada Allah Ta’ala dan sudah lenyap
segala sifat-sifat kejadian,yakni majhor kenyataan,maka akan tercapailah makam baqa ; yang
disebut juga makam tajali atau Nampak, makam Zuhur atau nyata; yang menghasilkan
pandangan :

MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH MA’AH Artinya : tidak aku lihat sesuatu,
yang Nampak bagiku Allah besertanya.

MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH QABLAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu,
kecuali yang Nampak bagiku Allah sebelumnya.

MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH BA’DAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu,
yang Nampak bagiku Allah sesudahnya.

MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH FI’IH Artinya : tidak aku lihat sesuatu,
kecuali yang Nampak bagiku Allah dalamnya.

Demikianlah makam yang dicari setelah melewati fana dan fana ul fana.

Adapun yang dimaksud dengan fana oleh ahli tasawuf ialah : lenyapnya perasaan hamba dari
nafsu basyariah,yakni segala sifat-sifat ke-ia-an dan ke akuan dari kemanusiaan,sudah takluk
pada tuhannya, maka jadilah ia baqa dengan Allah Ta’ala.
Pertanyaan yang kedua adalah tentang diri.

Kapankah datangnya dan kapan pula kembalinya? Jawabnya ialah : bahwa diri bathin itu
datang kedunia ini adalah setelah adanya jasad,sesuai dengan firman Allah : yang artinya ;
kemudian kami sempurnakan jasad itu, lalu ditiupkan roh kepadanya.

Dan pertanyaan yang ketiga dan yang ke-empat ialah :

Darimana diri itu datangnya den kemana pula kembalinya, serta apa maksud datang kedunia
ini?

Jawabnya ialah : datangnya dari Allah dan kembalinya kepada Allah,adapun maksud datang
kedunia ini adalah dengan jasad sebagai alatnya.

Karena sudah dijelaskan fasal yang lewat : yaitu laksana kuda tungganganya dengan
penunggangnya. Kuda ditamsilkan sebagai jasad. Dan Roh sebagai penunggangnya. Pada
fasal yang lalu sudah kita jelaskan bahwa perjalanan salik dalam mencari dan mengenal Zat
Allah itu adalah dimulai dari bawah hingga kepada keatas atau yang disebut TARRAQI :
misalnya dimulai dari tauhidul asma, tauhidul sifat, tauhidul af’al dan tauhidul Zat sampai
kepada LA’MAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH, artinya : Tidak ada yang ada kecuali dia
jua yang ada.

Sekarang kita mengambil dalil dari pada kaum sufi yaitu sudah dimufakati ber-sama bahwa :
segala sesuatu selain Allah pada hakikatnya tidak ada,dengan kata lain semua itu tidak dapat
dikatakan ada, sebagai adanya tuhan.

Disini hamba katakan bahwa semua itu Allah dan Allah itu semuanya. Ujud alam ain ujud
Allah dan Ujud Allah ain ujud alam. Allah itulah hakikat Alam : maka wajarlah kita ini
dengan Zat Allah atau Ujud Allah (rahasia Allah).

Berkata ABU HASSAN AS SYAZALI r.a Bahwa ; melihat Allah itu dengan penglihatan
iman dan yakin, ini lebih kaya daripada melihat dalil-dalil. Lebih baik kita katakana bahwa;
kita tidak akan melihat alam, dan andaikata ada juga, maka penglihatan itu atau penglihatan
aribillah itu tak ubahnya laksana melihat debu terbang diangkasa yang pada penglihatan ada,
tapi/namun dicari tak ada,artinya : tak dapat menangkapnya. Itulah perjalanan aribillah atau
wali Allah ; yang telah sampai kepda makam fana dan makam baqa.

FANA TERBAGI ATAS TIGA BAGIAN.

1. Fana pada Af’al (perbuatan), sampai merasakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun
didalam ala mini.selain dari perbuatan Allah Ta’ala.

2. Fana pada Sifat, hingga sampai menyakinkan bahwa tidak ada yang hidup kecuali Allah.
Apabila dikatakan tidak ada yang hidup pada hakikatnya kecuali Allah ; berate juga tidak ada
yang kuasa, yang berkehendak, yang ber-ilmu, yang mendengar, yang melihat, dan yang
berkata-kata, kecuali Allah semata-mata.

3. Fana pada Zat ialah ; hilang ujud yang lahir ini dan alam seluruhnya dan pandangan ;
kecuali Allah.
Jadi barang siapa yang melihat mahluk tidak punya perbuatan pada mereka, maka
sesungguhnya ia menang. Dan barang siapa yang melihat mahluk yang tidak ada hidup pada
mereka, maka derajatnya telah naik. Barang siapa melihat mahluk tidak ada pada hakikatnya,
maka ia telah sampai kepada titik yang dituju, yaitu titik puncak ilmu dan ma’rifat. Apabila
kita sudah menjalani yang tiga perkara ini, maka itulah makam fana namanya, dan
selanjutnya naik kemakam baqa, makam baqa itu ialah : HU ITU ALLAH TA’ALA. Sedang
makam fana kesimpulannya kepada : LAMAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH. Tidak ada
yang maujud, kecuali Allah Ta’ala.

Demikianlah apa yang dapat hamba sampaikan, kalau sudah faham dan mengerti,kuburlah ia.
Jangan dibeberkan ditengah masyarakat umum/awam, nanti bisa membawa fitnah besar.
Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang meng-esakan Allah Ta’ala
pada segala perbuatan.

TAUHIDUL AF’AL.

MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA PERBUATAN

Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita yang terdahul sudah kita jelaskan/kita
sampaikan, titik tujuan pelajaran dan ilmu tasawuf adalah menuju jalan kembali kepada Allah
dan supaya liqo/ bertemu Allah, maka jalan bagi salik/ penuntut haruslah dimulai dengan
mempelajari dan mengamalkan tauhidul af’al, artinya : me-esakan Allah Ta’ala pada segala
perbuatan,yakni meninggalkan seluruh perbuatan yang ada pada makhluk ini kepada
Allah.maksudnya pandanganlah olehmu dengan syuhud hati dan dengan mata mata kepala
dengan itikad yang putus dan dengan haqqul yakin, bahwa segala perbuatan dan gerakan
yang ada terlihat dalam ala mini, baik yang datang dari diri kita sendiri maupun yang datang
dari semua mahluk yang ada dalam ala mini : baik perbuatan yang diridhoi oleh syara
maupun yang dilarang oleh syara ; adalah kesemuanya itu perbuatan Allah Ta’ala.

Memang itu perbuatan Allah; maka kalau kita lihat pada lahirnya segala perbuatan itu
dilakukan oleh manusia/hamba dan segala hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi namun
kita teliti dengan cermat dan dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan akal, dengan
seksama bahwasanya memang mahluk ini lemah, daif, hina tak punya daya upaya sama
sekali. Dan tidak punya sifat ta’sir dan sebagainya. Sedangkan segala pebuatan itu tidak akan
ada kalau sifat yang memperbuat itu tidak memiliki sifat-sifat tsb. Sifat-sifat ta’sir itu ialah
Qudrat, Iradat, ilmu, hayat sedang semua sifat-sifat itu ialah kepunyaan dan milik Allah. Jadi
segala perbuatan yang ada terlihat pada ala mini dan diri kita, itulah perbuatan mazazi
belaka,dan bukan hakiki. Itu adalah majhor dan kenyataan perbuatan Allah kepada kita.

Allah menyandarkan perbuatannya kepada kita, adalah tanda kasih sayangnya, supaya kita
punya titik dan penempatan mengenal perbuatan Allah dan ZATnya. Disamping itu juga
merupakan coba dan ujian kepada kita ; apakah kita sanggup memandang perbuataan Allah,
atau menjadi orang buta dan sirik, mengakui/kekuatan dan perbuatan dia sendiri lahir dan
bathin/luar dan dalam.

Kenyataan dan kejahiran perbuatan Allah kepada hambanya ; inilah oleh kaum sufi disebut
usaha ihtiar hamba. Dan disinilah takluknya hokum syara’.

SYEH WAHAB SYAHRANI berkata ; beliau ada mendengar dari syaidina ALI AL HAWAS
ia berkata : Wajib bagi hamba meng’itiqadkan bahwa segala perbuatan dan usaha ikhtiar
hamba, sama sekali tidak member bekas dangan sekira-kira takwin dan atsar. Lebih jauh
beliau berkata, Allah menghendaki mengadakan suatu harakat atau yang disebut gerak
perbuata, maka tidak akan ada ujunya kecuali pada maddah atau tempat yang menerima
hokum yang dimaksud ; mustahil ada ujud gerak atau perbuatan tanpa ada maddah itu. Maka
yang dijadikan maddah atau tempat menjahirkan perbuatan Allah itu, adalah hamba dan lain-
lainnya. Itulah sebabnya dipandang ada segi lain, ada perbuatan hamba.

Sanagat banyak sekali penjelasan dalam Al qur’an dan hadits-hadits nabi yang memberikan
keterangan2 bahwa hamba atau mahluk ini sama sekali tidak punya perbuatan. Antara lain
menegaskan, WALLAHU KHOLAQOKUM WAMAA TA’MALUN artinya : Allah yang
menjadikan kamu dan segala perbuatan kamu. (surah as shaa ayat 96).

Dan lagi ayat yang berbunyi : WAMAA ROMAITA IZROMAITA WALAKINNALAHA


HAROMA Artinya ; Hai Muhammad bukanlah engkau yang melempar dikala engakau
melempar, tapi Allah lah yang melempar dikala engkau melempar. ( surah anfaal 17 ).

Jadi untuk kemantapan pandangan kita,kita harus selalu melatih diri dengan tidak bosan-
bosannya mensyuhud perbuatan Allah Ta’ala Azzawazalla.kita hendak lah dalam hidup ini
tidak hanya melihat yang tersurat saja,tetapi juga yang tersirat. Dengan basyirah hati kita ini,
biar saja mata melihat perbuatan alam,namun dalam hati melihat perbuatan Allah.

Biar saja telinga mendengar alam, namun hati kepada Allah. Biar saja mulut mengatakan
perbuatan si A si B dan si C, namun hati tetap tercurah kepada Allah. Boleh saja buat misal
sekedar untuk mendekatkan kepada Allah (kepada faham). Bahwa alam AKUAN yang kita
lihat ini dengan bermacam-macam corak dan ragam, hendaknya tak ubahnya laksana kita
melihat bayang2 yang man hati kita akan tertuju kepada yang punya bayang2 itu. Tidak
mungkin bergerak bayang bayang, tanpa bergerak yang punya bayang2. Jadi kesimpulannya
adalah : tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak dan
tiada yang berkata-kata pada hakikatnya melainkan Allah Ta’ala.

Adapun zahir sifat ini kepada mahluk adalah tempat memandang sifat2 Tuhan yang zahir
pada mahluk, yakni bayang2 sifat tuhan kepada hamba. Seperti ujud kita adalah bayang2 ujud
Allah Ta’ala. Mustahil ujud bayang2 dengan tiada ujud yang mempunyai/empunya bayang2.
Dan mustahil pula bergerak bayang2 dangan tiada bergerak yang empunya bayang2. Bermula
misal ini karena untuk menghampirkan faham jua adanya.

Jadi untuk kemantapan pandangan ini bahwa mahluk ini tiada mempunyai perbuatan barang
perbuatan, hanya saja perbuatan yang ada dalam ala mini perbuatan,hanya saja perbuatan
Tuhan Allah semata-mata. Dan jika engkau sangka ada perbuatan lainnya daripadanya,
walaupun sebesar zarroh, maka sirik lah engkau,artinya : mensekutukan Tuhan dengan
lainnya,(syirik khafi).

Demikianlah orang yang hendak me-esakan Allah Ta’ala pada Af’al atau perbuatan,
tanamkanlah keyakinan kita itu kedalam lubuk jiwa yang sangat mendalam. ,sekira2/tidak
bergeser walau sebesar zarrohpun, kalau sudah mantap pandangan akan Af’al Allah Ta’ala
maka manunggallah perbuatanmu (manunggal dalam rahasia) dengan Af’al-Nya.

TAUHIDUL ASMA

ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ASMA


Maksud dan tujuan meesakan Allah Ta’ala pada nama : yaitu yang sebenarnya ialah untuk
mengenal Zat Allah,sehingga manakala kita memandang,mendengar,atau melihat nama
apapun jua pada mahluk ini,maka tercurahlah pandangan basyirah kita dan perhatian kita
kepada Allah s.w.t. Adapun pengertiaan meesakan sama itu ialah
menyatukan,meninggalkan,dan mengembalikan seluruh nama-nama atau nama-nama yang
ada pada mahluk ini,kepada nama dan Zat Allah Ta’ala. Baik nama-nama yang menurut
hikmah dan manfa’at daripada benda ala mini ataupun nama-nama menurut perbuatan
mahluk ini,yang disebut dengan nama perbuatan atau asmaul af’al. Sekira-kira dalam
pandangan basyirah hati kita tidak ada yang bernama kecuali Allah. Jadi nama-nama ini tidak
terbatas kepada asmaul husna saja,tetapi lebih luas dan lebih mendalam sekali atau tak dapat
dihinggakan. Bermula kalfiat meesakan Allah Ta’ala pada asma itu,yaitu kita pandang
dengan mata kepala dan dengan mata hati kita pada asma Tuhan semata. Atau harus
dikembalikan kepada Allah Ta’ala dengan dalil-dalil dan alasan sebagai berikut :

1. Karena af’al mahluk adalah majhor dan kenyataan perbuatan Allah. Maka begitu juga
asma mahluk adalah majhor asma Allah yang tujuannya adalah untuk mengenal Allah.

2. Tiap-tiap nama menuntut ujud musama,yakni tiap-tiap nama tidak pisah dengan zat yang
empunya nama. Sedangkan kalau diperiksa dengan teliti dan dipandang dengan pandangan
ma’rifat,maka tidak ada yang maujud pada hakikatnya kecuali Zat Allah Ta’ala.

3. Allah berfirman : WALILLAHIL ASMA UL HUSNA FAD’UHU BINAA. Artinya : Bagi


Allah ada nama yang baik-baik ,maka beroleh kamu dengan DIA.

4. Sabda Rasulullah S.A.W : INNAMA TAD’UUMA MAN HUWA SAMI’UN


BASYIRUN,MUTAKALLIMUN, WA HUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM. Artinya :
hanya saja kamu berdoa kepada Tuhan yang maha mendngar lagi maha melihat,dan yang
berkata-kata dan DIA selalu beserta kamu dimana saja kamu berada.

Adapun cara kita mamusahadakan pandangan ini ialah dengan dua cara yaitu : SYUHUDUL
KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH. Artinya : Pandang
yang banyak pada yang satu. Dan pandang yang satu pada yang banyak. Disni hamba
simpulkan saja bahwa : Seluruh ASMA ini dari Allah dan kembali kepada Allah. Jadi pada
hakikatnya nama-nama yang ada pada mahluk ini nyata adalah : nama-nama Tuhan Allah.

Maka dari itu wahai sekalian penuntut,mantapkan lah pandanganmu dalam segala
perkara,supaya ia tetap bagimu. Kalau sudah mantap pandanganmu, maka engkau yang
bernama halifah Tuhan dalam dunia fana ini. Sekarang baiklah kita teruskan tentang
meesakan sifat Allah Ta’ala. Tetapi sebelum kita membicarakan tentang meesakan sifat Allah
Ta’ala : maka baiklah anda sekalian hamba bawa kepada membicarakan tentang ayat
Alqur’an yang berbunyi : FA’ILUN ILALLAH, Artinya SEMUA KERJA DARI ALLAH.
Maka yakinlah kita sekarang ini tak da yang perlu kita ragukan lagi. Karena sysk dan ragu itu
adalah musuh kemerdekaan akal. Demikianlah penjelasan hamba mengenai tauhidul asma.
Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang me-esakan Allah Ta’ala pada
sifat,artinya : seluruh sifat-sifat yang ada dalam alam ini,siempunya kepada sifat Hayat.

TAUHIDUS SIFAT

MEESAKAN ALLAH TA’ALA PADA SEGALA SIFAT


Maksudnya meesakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah : megembalikan, meninggalkan
seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk ini kedalam sifat-sifat Allah s.w.t. dengan
pengertian yaitu memfanakan sifat-sifat mahluk ini,kedalam sifat-sifat Allah Ta’ala sehingga
tercapailah pandangan,bahwa tidak ada yang bersifat kecuali Allah Ta’ala saja.

Adapun tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah,sedangkan sifat-sifat yang ada pada
mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah sahirkan sifat-sifatnya itu
kepada hambanya atau mahluknya, karena rahmatnya supaya mahluk itu sendiri mempunyai
tangga dan jembatan untuk mengenal sifat-sifat Allah. Dan bukan jadi dinding dan hijab
untuk melihat sifat-sifat Allah, Tuhan yang kita cari, kita cintai.

Adapun kaifiat dan cara memandang sifat Tuhan itu ialah :

Engkau pandang dengan hatimu dan dengan mata kepalamu dengan hakkul yakin dan dengan
itiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat dialam alam ini kecuali Allah. Seperti :
kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama, basyar dan kalam. Semuanya adalah sifat-sifat Allah.

Jadi sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat majaji belaka,bukan hakiki. Maka
daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada kita sekarang ini adalah
nyata sifat-sifat Tuhan Allah semata. Kalau kita sudah mengembalikan sifat-sifat yang ada
pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat Allah.

Sehingga tidak ada lagi yang bersifat,kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita bahwa :
kita ini tidak punya perbuatan,tidak punya nama dan tidak punya sifat kecuali Tuhan.
Sekarang tinggal lagi mengeesakan Allah Ta’ala pada Zatnya.

BEBERAPA PENJELASAN

Sebelum kita membicarakan tentang tauhidul Zat. Maka marilah kita jelaskan dahulu tentang
tauhidis sifat itu tadi. Didalam istilah ilmu tasauf ada beberapa perkataan yang menyangkut
masalah sifat itu tadi. Kata-kata itu seperti dibawah ini :

ZAIDUN MAAQAAMA, MANQALA, MANFAKA, MAAKUMA, LA’UDMA,


QADIMUN, LA HANA.

Maksudnya ialah : tentang dari sifat-sifat itu sebagai berikut :

Sifat-sifat Allah itu tidaklah berdiri kepada ZAT. ( tidak berdirinya seprti sifat hitam kepada
sesuatu benda ). Maksudnya tidak berpindah dari Zatnya, tidak terlepas daripada Zatnya. Dan
tidak tersembunyi dari Zatnya, bukan berarti tidak ada. Dia qadim karena qadimnya zat,dan
tidak akan binasa selamanya, jadi begitulah hakikat sifat-sifat Tuhan tidak pernah berpindah
kepada mahluknya. Ia seperti nafi isbat jua,tidak bercerai dan tidak bersatu,tetapi memang
satu dalam rahasia. Maka dari itu supaya hambanya dapat mengenal sifat-sifat Tuhan. Ia
zahirkan NUR dan benderangnya sifat-sifatnya itu kepada Roh kita, seperti sudah kita
jelaskan dahulu tadi.

Jadi kalau tahkik pandangan kita dengan cara demikian, niscaya fanalah sifat-sifat kita dan
mahluk sekaliannya kedalam sifat Allah. Maka dapatlah kita rasakan bahwa : tidak
mendengar kita, tidak melihat kita, tidak berkata-kata kita, tidak tahu kita, melainkan dengan
pendengaran Allah, dengan penglihatan Allah, dengan kalam Allah, dengan tahunya Allah.
Dan tidak hidup kita ini,melainkan hayatullah zat, hingga yang lainya daripada sifat-sifat
Allah s.w.t. semata-mata. Demikianlah penjelasan hamba. Baiklah kita teruskan kepada
mengeesakan Allah Ta’ala pada ZAT,agar supaya para penuntut menjadi maklum adanya.

TAUHIDUL ZAT

ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ZAT

Meesakan Allah Ta’ala pada zat adalah jalan yang terakhir dari perjalan seorang salik.
Disnilah titik terahir bagi arifibillah untuk menuju Allah dan disini perhentian perjalanan
kaum sufi dan para wali-wali.

Dan disinilah batasnya mi’rojnya orang-orang mukmin sejati. Apabila sudah mencapai
kepada makam tauhidul zat itu,maka diperolehnya kelezatan dan kenikmatan yang tiada
taranya.

Hanya dengan itulah yang dapat memuaskan dahaga jiwanya : menenangkan


qalbunya,nikmat-nikmat yang tak dapat diperoleh orang lainnya. Inilah puncak rasa
menikmati ridhonya : puncak kebahagiaan yang kekal dan abadi sepanjang masa. Bermula
kaifiat atau cara meesakan Allah Ta’ala pada zatnya, yaitu : engkau pandang dengan mata
hatimu dan curahkan seluruh perhatianmu itu semata-mata kepada Tuhan seru sekalian alam.
Karena sudah nyata kepada kita bahwa : TIADA YANG MAUJUD DALAM ALAM
INI,KECUALI ALLAH. DAN TIADA MAUJUD YANG DALAM UJUD INI,HANYA
ALLAH. TIADA/TIDAK DALAM JUBAH MELAINKAN ALLAH. DAN TIDAK ADA
DIDALAM YANG ADA INI,KECUALI DIA. Karena sudah jelas bagi arifibillah,bahwa :
AL HAK ADA PADA NABI KITA MUHAMMAD S.A.W.

Kalau alhak ada pada nabi,demikianlah ada pada kita. Demikianlah hamba tambahkan supaya
anda menjadi faham,dan supaya dapat melaksanakan tugas masing-masing.

Firman Allah Ta’ala : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRROHU. Artinya insan itu rahasiaku
dan akupun rahasianya. Dan lagi firmannya : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI
WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH. Artinya insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku,
dan sifatku itu tiada lain daripada aku jua. Jadi jelas kepada kita bahwa memang : LA
MAUJUDA BIHAQQIN ILALLAH. Artinya tiada yang maujud didalam alam ini, melainkan
Allah.

Pandangan yang demikian adalah dengan alasan-alasan :

1. Semua zat mahluk itu nampak dilihat dengan mata ini,itu bukan hakiki ( rusak ). Dan itu
hanya ujud hayali dan wahmi jua,yaitu sangka-sangka saja,dengan tidak beralasan,karena
ujudnya berada antara dua ADAM. Sedang ujud yang berada antara dua itu,hukumnya
ADAM,yaitu : ujud hayal.

2. Sedang ujud Adam itu tiada maujud pada hakikatnya,hanyalah ia maujud kepada Allah
Ta’ala yang hakiki dan fana dibawah ujudnya. Ujud yang lain daripada ujud Allah semuanya
qaim,artinya berhajat kepada Allah Ta’ala. Jadi jelasnya begini dia tidak akan ujud,kalau
tidak diwujudkan oleh Allah Ta’ala. Yaitu : yang biasanya disebut dengan majhor atau
kenyataan ujud Allah Ta’ala.
3. Adanya nyata : dan semua ujud ala mini adalah yang dimaksudkan hanya sekedar dalil
titian untuk memandang kepada zat Allah Ta’ala.

4. Jadi pada pelajaran yang lalu itu sudah kita jelaskan bahwa sifat-sifat yang ada pada
mahluk ini nyata sifst-sifat Allah s.w.t. Jadi kalau demikian jelas dan nyata bahwa : zat
mahluk ini berarti juga sesungguhnya nyata sifat dan afi ’al,tidak lepas dari zat.

5. Ujud semesta ala mini tak ubahnya laksana debu yang terbang atau diterbangkan oleh
angin diangkasa : pada penglihatan mata ada,tapi kalu dicari tak ada. Kalau sekiranya ada
ujud ala mini pada hakikatnya,maka pasti pula ada sifat-sifat atau af’al yang member bekas
itu. Sedangkan semua itu sifat dan af’al yang memberi bekas itu tidaklah ada,selain daripada
sifat dan af’al Allah Ta’ala semata-mata.

6. SYEH SIDIK IBNU UMAR KHAN berkata : Semua ujud lain daripada Allah
Ta’ala,laksana ujud sesuatu yang kita lihat dalam mimpi. Tidak ada baginya hakikat apabila
kita terbangun dari tidur,maka hilanglah semua itu. Begitulah hendaknya pandangan kita
terhadap ujud ala mini sesuai dengan hadist yang berbunyi : FALANNASU NIYA’AFAIJA
MA’ATU INTABAHUA. Artinya ; manusia adalah tidur apabila mereka mati,barulah
mereka bangun atau jaga.

Baiklah hamba uraikan sedikit tentang hadist yang baru kit abaca tadi,supaya kita faham.
Manusia semuanya itu tidur,apabila bangun barulah mereka jaga,maksud hadist ini tadi ialah :
orang yang hidup dengan hawa nafsunya sendiri,bagaikan orang yang tidur,walaupun ia
dalam keadaan bangun. Mereka berbangga dengan nafsunya sendiri dan dengan
akuanya,tetapi orang yang telah sampai kepada rahasia yang satu itu,itulah orang yang
bangun dari tidurnya. Jadi siapapun yang masih tidur,maka mereka itu tetap betah pada
nafsunya sendiri,yaitu yang belum mengembalikan hak Allah Ta’ala,mereka itu tetap dalam
hak Adam Demikianlah sepintas kilas hamba uraikan dan yang dimaksud mati disini ialah :
mati ma’nawi atau mati ma’na saja. Itu sesuai dengan hadist nabi s.a.w. yang berbunyi :
ANTAL MAUTU QOBLAL MAUTU. Artinya matikan dirimu sebelum engkau mati. Jadi
disini adalah mati nafsu saja. Maka daripada itu untuk mematikan nafsu itu jalannya ialah
melepaskan diri dari belenggu penjajahan hawa nafsu angkara murka. Jalannya ialah
mengikuti jalan sufiah,yang mereka itu telah berada dipuncak. Demikian seperti apa-apa yang
hamba uraikan menurut yang terdahulu itu. Untuk lebih mantapnya lagi, baiklah hamba bawa
anda kedalam laut ma’rifat yang penuh dengan ombak dan badai,sehingga anda bisa mabuk
karenanya. Mabuk disini artinya : Karam lenyap, hancur dan lebur kedalam hakikat hidup
yang sebenarnya. Yaitu lebur kedalam hidup yang sejati telah Esa dengan seisi alam dan
bersatu dengan seluruh per-kemanusiaan. Demikianlah contoh bagi orang yang hendak
mengenal diri. Sekarang baiklah kita berkisar pula kepada membicarakan tentang makam
fana atau maka binasa.

MAKAM FANA/MAKAN BINASA

Makam fana ialah : Hilangnya ujud kita ini lahir dan bathin. Bukan hilang pada nafsu
ammaroh, tetapi hilang dalam pandangan makhluk, kalau kita sudah benar-benar memesrakan
diri kita lahir bathin kepada Nur Muhammad dan bersatu dengan seluruh perikemanusiaan
dan bersatu dengan seluruh perikemanusaiaan dan bersatu dengan seluruh alam, maka kalau
sudah beroleh wasiat, hingga lenyaplah sifat2 Allah Ta’ala.

Inilah yang disebut dngan fana dan baqa,


1. kudrat kita lenyapkan kepada kudrat Allah Ta’ala,

2. iradat kita lenyapkan kepada iradat Allah Ta’ala,

3. ilmu kita lenyapkan kepada ilmu Allah Ta’ala,

4. hayat kta lenyapkan kepada hayatullah Zat,

5. pendengaran kita lenyapkan kepada pendengaran Allah Ta’ala,

6. penglihatan kita lenyapkan kepada penglihatan Allah Ta’ala,

7. perkataan kta lenyapkan kepada perkataan Allah Ta’ala.

Maksud diatas tadi ialah :

1. wala qadirun : tiada kuasa hanya Allah Ta’ala,

2. wala muridun : tiada berkehendak hanya Allah Ta’ala,

3. wala alimun : tiada tahu hanya Allah Ta’ala,

4. wala hayyun : tiada hayat/hidup hanya Allah Ta’ala,

5. wala basyirun : tiada melihat hanya Allah Ta’ala,

6. wala sami’un : tiada mendengar hanya Allah Ta’ala,

7. wala muttakalimun : tiada yang berkata-kata hanya Allah Ta’ala.

Jadi kalau sudah begini fana lah zat kita dan sifat kita zahir dan bathin,inilah dalilnya.

1. MAUJUDUN WAHIDUN : Ujud yang empunya ujud Esa.

2. WAJATUN WAMAUSUFUN : Zat dengan empunya zat adalah Esa jua.

3. SIFATUN WAMAUSUFUN,Wahidun sifatun wahidun ; sifat dengan empunya sifat


adalah Esa.

4. ASMAUN WAMAUSFUN,Wa asmaun wahidun ; nama dengan yang empunya nama


adalah Esa jua.

5. AF’ALUN WAMAUSUFUN,af’alun wahidun ; af’al dengan yang empunya af’al Esa jua.

Jadi inilah yang disebt arti dan makna yang sebenarnya daripada fana dan baqa itu tadi.

Inilah arti fana dan baqa yang dituntut oleh seorang salik/penuntut/tholib/murid. Adapun
alam insan itu terhimpun kepada diatas daripada segala alam,jika bukan karena insane, se-
suatu pun tiada dijadikan/dijahirkan oleh Tuhan selamanya. Dalil menyatakan : Al insane
sirri wa ana sirrohu, artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Dan lagi : Al insanu
sirri wa ana sirri,sifatun wasifatin lagoirih : artinya ; insan itu rahasiaku,rahasiaku itu
sifatku,tiada lain daripadaku jua.

Maka dari itulah insan dilebihkan oleh Allah Ta’ala daripada malaikat ; pun demikian lah
hendaknya itikad kita adanya. Yaitu : itiqad yang putus adanya,dan tiadanya,dan adanya.

Kalau anda sudah faham benar berarti putus itiqadnya, dan tiadanya dan adanya; maka
barulah mendapat makan ARIFIN yang sebenarnya. Baiklah hamba uraikan secara ringakas
tentang; ADANYA DAN TIADANYA.

MANUNGGAL DUA UNSUR KETIDAK ADAANYA : ADALAH KEADAANYA,DAN


KEADAANYA ADALAH KETIADAANYA.

Sekarang baiklah kita buat contoh/missal :

Kalimah : LA ILAHA ILLALAH itu meliputi sangkalan dan pengakuan. Adalah keadaan/
adanya dan tiadanya keadaannya/tiadanya, artinya : hakikat dari Tuhan adalah tiadanya?
Dalam ketidak adaannya/tiadanya : DIA mulai ADA. Yang terakhir lagi disebut : keadaan
yang abadi.

Itulah makna atau arti dari : ADANYA DAN TIADANYA.

Sekarang kita teruskan sedikit lagi tentang ada dan tiada. Keadaan yang abadi dan ketidak
adaanya keduanya sekalian bersamaan (sekaligus bersamaan). Adalah merupakan : Ujud dati
Tuhan. Sangkalan mengandung pengakuan yang positif.

Jadi disini sangkalan dan pengakuan tidaklah terpisah dan tidaklah tersentuh, maksudnya
ialah : bercerai tidak ,bersatu tidak : akan tetapi keduanya Nafi dan dibatasi oleh kalimah ILA
dan tidak boleh masuk kedalam kalimah ILLALLAH.

Selanjutnya kita harus tahu keadaan harus memberi petunjuk yang terang tentang apa yang
dianggap ada, seperti suatu petunjuk terhadap yang ditunjuk.

Jadi rumus ILLALLAH adalah yang dianggap sebagai ADA. Maka mutlak lah nama keadaan
yang maha mulia dari Tuhan Allah Azzawalla, hanya untuk dialah rumus ILALLAH itu
tepat. Jadi kesimpulannya adalah : SERBA ESA,SERBA SATU,DAN HITUNGAN
SEGALA JIWA-PUN ADALAH SATU (DALAM RAHASIA TUHAN).

Disini tidak ada lagi dua faham dalam ujud,tidak ada lagi dua kata dalam perbuatan,tidak ada
lagi dua unsur dalam asma dan tidak ada lagi dua jenis kehidupan. Dan tidak ada lagi dua
rumus dalam Zat dan Sifat segalanya : QADIRUN BI ZATIHI, MURIDUN BI ZATIHI,
ALIMUN BIZATIHI, HAYUN BIZATIHI,SAMIUN BIZATIHI, BASYIRUN BIZATIHI,
DAN MUTTAKALIMUN BIZATIHI.

Jadi siapa sudah Faham,merekalah yang beroleh ilham.

Sekarang kita teruskan pla pembicaraan kita kepada tentang hakikat Muhammad secara
ringkasnya.

Hakikat Muhammad itu ialah NUR MUHAMMAD.


NUR MUHAMMAD itu ialah HAKIKAT ALAM.

NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya
asal segala kejadian dan akhir segala kenabian : ALHAK dan dia pada Nabi. Itulah sebabnya
hakikat MUHAMMADitu disebut utusan, maka kalau hakikat Muhammad itu disebut utusan
tuhan maka carilah dan galilah sedalam-dalamnya hakikat hidup kita ini,supaya bisa pulang
kembali keasalnya,yaitu kembali kepada hidup yang sejati, yaitu hidupnya tuhan yang kekal
dan abadi,dan asali dan tidak terkena rusak. Itulah yang disebut Zat yang maha besar HAK
Tuhan Allah yang dikenal dengan sebutan : HAQQULLAH TA’ALA.

Itulah tempat kembali, tempat manusia Ma’rifat, sebagai kesempurnaan kita yang sejati dan
abadi. HAQQULLAH itu adalah sebagai kenyataan kita yaitu, untuk alam akhirat nanti dan
alam dunia ini.

LIQO-PERTEMUAN

Bertemunya makhluk manusia kepada Tuhan dan sampainya, itulah puncak harapan, dan
dengan itulah ia mencapai akan kebahagiaan dan kerajaan besar, bahkan dengan itulah ia
akan lupa dan terhibur dari segala sesuatu selain Allah. Apabila tuhan membukakan bagimu
jalan untuk ma’rifat atau mengenal kepadanya, maka janganlah engkau menghiraukan asal
amalmu yang masih sedikit umpamanya.

Sebab tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia memperkenalkan DiriNya kepadamu.


Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rifat itu adalah puncak keuntungan seorang hamba, maka
tak usah kau hiraukan berapa banyak banyak amal kebaikanmu atau amal perbuatanmu,
meskipun masih sedikit amalmu dengan anggota yang lahir, Ma’rifat itu suatu karunia
pemberian Allah kepadamu, maka Ia sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau
sedikitnya amal kebaikanmu.

Andaikata engkau tidak dapat sampai kepada Allah : kecuali sesudah habis lenyap semua
dosa dan kekotoran sirik, niscaya engkau tak dapat sampai kepadanya. Untuk selamanya.
Tetapi bila Allah menarik engkau kepadanya, maka Allah menutupi sifat2mu dengan
sifatNya, dan kekuranganmu dangan kurniaNya. Hilangkan pandangan mahkluk
kepadamu,karena puas dengan Penglihatan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian makhluk
kepadamu,karena melihat bahwa Allah menghadap kepadamu.

Sebaik-baik saat dalam hidupmu : ialah saat ingat kepada tuhan,dan ptus hubungan dengan
segala sesuatu yang lainnya.

Dan apabila pada saat itu tidak ada lagi pandangan yang lainnya dari Allah, maka pada saat
itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah.

Nikmat itu meskipun beraneka macam bentuknya : hanya disebabkan karena melihat dan
dekatnya Allah. Demikianlah pula siksa itu walaupun ber macam-macam bentuknya itu
hanya karena terhijab dari Allah. Demikanlah pandangan orang yang faham. Kesimpulannya
adalah : siksa itu karena adanya hijab. Dan nikmat itu karena melihat kepada Zat yang
wajibal ujud. Dan siapa fana dengan Allah: pastilah ia lupa segala sesuatu, dan siapa yang
benar2 mengenal kepada Allah, Niscaya tiada risau dan sedih lagin menghadap hidup ini.
Lagi pula barang siapa telah sampai titik puncak, Wali Allah namanya, atau yang sering
disebut : AL ALIMURROBANIYAH,( Alim yang sebenarnya).
Ma’rifat yang paling tinggi dan yang paling dianugrahi Allah Ta’ala dengan ilmu Terbayang.

Apakah ilmu terbayang itu?

Yang dimaksud ilmu ternyang itu ialah ; ILMU LADUNIYAH, yang tiada mudah hilang.

Sedang ilmu yang tampak ini mudah hilang dibawa angin lalu, jadi yang dinamakan ilmu
yang tampak ialah ilmu hafalan dan darusan. Apabila lupa ia dengan ilmunya,niscaya terhenti
bicaranya(lafalnya). Karena kalau diteruskan bisa membawa kehancuran dan kerusakan
menyeluruh. Itulah dia ilmu yang tampak. Sedang ilmu terbayang tak pernah pudar untuk
selama-lamanya. Ilmu yang tampak hanya dimilki orang alim fiqih, sedang ilmu terbayang
dimilki oleh Ahlullah.

Jadi ilmu yang tampak kitu hanya bercahaya dalam alam dunia ini saja. Sedang ilmu yang
terbayang,bercahaya-cahaya meliputi hati orang yang memiliki qalbun salim. Artinya ; hati
yang latif yang bersifat ketuhanan(Lahud).

Itulah DIA yang disebut cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan tuhan bartajali
kepadanya. Dia bukan Zat, bukan benda dan bukan materi : tetapi dia adalah
……………………………… yang paling sulit pada segalanya. Itulah DIA kaymiyakbathin,
DIA diatas daripada ilmu yang ada dalam dunia ini.

Kalau masih terhenti kepada ilmu, belumlah ilmu. Ilmu yang sejati ialah : ALIMULGOIBI
WASYSYA’ADAH. Ilmu yang seperti ini hanya dianugrahi kepada hambanya yang
dikehendakinya.

Ilmu yang nyata boleh untuk semua orang, ilmu yang goib hanya untuk hambanya yang
beroleh petunjuk dan anugrah istimewa daripada Allah Ta’ala, bukti nyata lihatlah kepada
nabi-nabi. khususnya kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Kalam yang tertulis dalam Al qur’an datangnya dariman dan kembalinya atau simpunnya
kemana?

Apakah setelah membekas pada kulit2 kayu, daun korma, dibatu dan dikayu2 : sudah
hilangkah yang sejatinya?

Apakah Al qur’an itu hanya tertulis di lukh mahfut saja? Adakah lagi lainnya? Bagaimana
riwayatnya dan apakah nama tempatnya?

Kitab yang diturunkan Allah kebumi ini ada 104 buah kitab, Adakah kitab yang tersmbunyi
dibalik yg 104 itu? Tidak; Kitabullah yang sebenarnya itu apakah ia berhuruf, bersuara, dan
merupakn kata-kata?

Manusia ini ini hanya diberikan sedikit saja percikan kalam Tuhan yang hakiki dan Azali.
Jadi siapa yang berhajat kepada ilmu, ilmulah namanya, siapa yang berhajat kepada
Allah,Allah namanya.

Dan barang siapa tiada berhajat kepada ilmu dan kepada Allah, ITULAH YANG
SEBENARNYA ,yang sampai.
Inilah makam tuhan yang hakiki dan Azali. Dan inilah makam Ahlul akhirat namanya. Inilah
makam nabi-nabi dan rasul-rasul Allah, inilah makam MAHMUDAN namanya: Makam yang
terpuji dilangit dan dibumi, jadi siapa yang dikehendaki Allah,semuanya Jadi.

Tidak ada tertengah bagi Allah,hanya engkau sendiri kurang faham dengan Allah. Bila
engkau faham dengan Allah, maka berarti engkau sefaham dengan Allah. Artinya : fahaman
satu rahasia dengan faham Allah. Kemauanmu satu rahasia dengan kemauan Allah.
Kebesaranmu satu rahasia dengan kebesaran Allah. Akhirnya Ujudmu dan hidupmu satu
rahasia dengan Ujud Allah dan Hayatullah Zat. Dan satu rahasia dengan perikemanusiaan,
dan dengan seluruh jagat raya ini. Dan se-gala2nya dalam hal apapun jua, tetapi tetap satu
rahasia dengan kebesaran dan kemuliaan dan kekerasan, keelokan dan kesmpurnaan zat.
TUHAN YANG MAHA AGUNG DAN YANG MAHA SEMPURNA.

PANDANGAN HIDUP MUSLIM

Marilah kita menjadi seorang sufi,menjadi seorang sifa. Karena kita adalah pengikut nabi
yang telah disucikan dan dibersihkan atau mutafa. Marilah kita menjadi sufi,dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari,suci dalam perniagaan,sufi dalam pergaulan,sufi dalam
hidup kasih saying,dan sufi dalam hubungan dengan Tuhan. Sufi sejati luas
perasaannya,tinggi hikmahnya dan putus segala tali pengikat yang mengikat kebebasan
jiwa,terikat oleh siapapun,dan oleh apa-apa saja,selain terikat oleh Allah.

Sufi yang sejati meleburkan dirinya kedalam masdar tempat asalnya,fana diri kedalam baqa.
Dalam manusia biasa,maksudnya dalam pandangan manusia biasa, Tuhan adalah yang maha
kuasa atas alam ini. Alam ini dibolak balikkan,ditelentangkan dan ditelungkupkan oleh satu
zat yang maha kuasa : ALLAHU AKBAR. Dalam pandangan sufi memandang bahwa Tuhan
itu adalah hakikat ujud dalam hidup ini atau hakikat kekuatan dalam hidup. Kekuatan dan
tenaga itulah menjadi gerak gerik hati manusia bahwa gerak gerik alam alam maya pada ini.
Sufi yang sejati ialah : yang selalu ingat kepada Allah dalam setiap saat dan lidah tidak
kering-kering menyebut Allah,dengan maksud nyawanya tidak putus mengingat Allah.
Meskipun lidah jasmaninya berdiam diri saja. Sufi sejati telah putus segala-gala rantai yang
beri batas dengan alam. Rohaninya terbang tinggi laksana burung yang terbang keangkasa
luas menyusup awan hijau,ditinggalkannya sangkar,naik keatas puncak
gunung,ditinggalkannya gunung naik keatas awan hijau,dia bertahta diatas awan
hijau,dipandangnya sangat lemah sekali alam semesta ini,termasuk dirinya,kian lama kian
terasa semakin lemah, AKUNYA : yang akhirnya leburlah AKU kedalam hakikat AKU yang
sebenarnya. Itulah ufuk tinggi luar biasa,kadang-kadang ia berjumpa dengan orang-orang
suci,atau aulia Allah,dan waliAllah,serta orang-orang ahli tasauf.inilah mi’rojnya yang
pertama bagi seorang sufi. Jadi kalau aku masih merasa aku,maka belumlah aku sampai
kepada inti cinta. Kalau AKUKU : Aku leburkan kedalam engkau,maka AKU adalah
ENGKAU dalam segala hal.

Kini AKU tiada disana. Hanya engkau tinggal semata. Sekarang AKU tak dapat berkata-kata
lagi. Bagaimana AKU menerangkan tentang DIA. Sedangkan AKU dengan AKU, dan AKU
dengan dimana. Kalau AKU kembal, maka dengan AKU kembali itu terpisah. Kalau AKU
lalai,dengan lalai itu, AKU diringankan. Apabila AKU berpadu kembali barulah jiwaku
menjadi tentram dan damai/bahagia. Inilah pendirianku atau akidahku yang terakhir.
Akhirnya : AKUKU LEBUR KEDALAM JIBU.

LAHURUFIN WALA SAUTIN,artinya : Tiada huruf, tiada suara, tiada kata-kata,zat dirinya.
Jadi kalau seorang penuntut telah sampai kepada JIBU / LA HURUFIN WALA SAUTIN :
Maka pastilah ia faham akan apa-apa yang dibicarakan. Jadi siapa-siapa belum faham,berarti
dia belum bisa menangkap segala pembicaraan yang amat halus ini dan sulit baginya untuk
memahami. Demikianlah apa-apa yang dapat hamba sampaikan.

ALAM DAN TUHAN

Kehidupan dan alam penuhlah rahasia-rahasia. Rahasia-rahasia itu tertutup oleh dinding.
Diantara dinding-dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri. Tetapi rahasia-rahasia itu mungkin
terbuka atau tersimpan. Dan dinding-dinding / hijab itu mungkin tersimbah kita dapat melihat
atau merasai berhubungan langsung dengan yang ter-rahasia,asal kita sudi menempuh
jalannya. Jalannya ialah jalan yang dinamai tarikat. Dan jalan inilah yang menyampaikan
kepada ilmu hakikat. Jadi kumpulan ilmu pengetahuan sariat,kesediannya menempuh jalan
tarikat dan mencapainya akan hakikat,dan semuanya

Jadi ma’rifat itulah kumpulan ilmu pengetahuan,amal dan ibadah. Kumpulan daripada
ilmu,dan filsfat agama. Kumpulan daripada pengamalan dan perasaan atau zauq. Dan
kumpulan daripada mantik,keindahan dan cinta.

Jadi sariat itu artinya kenyataan,dan tarikat itu jalan. Sedang hakikat itu artinya : yang
sebenarnya,yaitu : Itiqad yang sebenarnya,yang wajib dipercayakan dan takluk ia kepada
perbuatan hati.

Hakikat itu ialah kebenaran sejati dan mutlak. Yang padanyalah ujung segala perjalanan
bagaimanapun jauhnya. Akhirnya daripada segala langkah tujuan segala jalan. Dan
untuknyalah sariat dan undang-undang,dan didalam perjalanan menuju hakikat itu,orang
memulai dari dalam dirinya sendirinya. Untuk mengenal Tuhan kenallah diri ( diri sendiri ).
Perjalanan itu dimulai dari dalam kita sendiri dari dalam terus kedalam,ahirnya serba alam
dengan keindahannya dan dengan keganjulannya,hanyalah sebagai aksi pencari diri. Disini
sering terjadilah cara yang didapat oleh ahli suluk atau ahli perjalanan / tharikat.

Setengahnya karena sakig asyiknya,maka dirasainya bahwa diri tiada lagi. Yang ada hanya
yang ada atau: LAMUJUDA BIHAQQIN ILALLAH (hanya Tuhan yang ada sedang mahluk
tiada ). Yang ada ialah yang AWAL,yang tidak ada permulaan dan yang akhir tidak ada
penghabisan.

Adapun diri sendiri dalam alam seluruhnya tidaklah ada ; sebab awalnya ADAM,artinya
tiada. Dan ahirnya fana dan lenyap : maka apabila jalan itu telah dijalani dengan segenap
kesungguhan, ketaatan, dan setia memegang segala syarat dan rukunnya,akhirnya bertemulah
kita dengan hakikat yang sebenarnya.

Mula-mula tercapailah kasyap,yaitu terbukalah rahasia yang senantiasa yang menyelubungi


antara kita dengan DIA.

Maka dengan itu terbukalah hijab atau dinding yaitu : dinding-dinding tebal yang
memisahkan kita dengan DIA, dan dinding-dinding itu ialah :Hawa nafsu kita sendiri atau
yang disebut angkara murka,atau nafsu hewani atau nafsu syaiton. Maka dari itu gunanya kita
TAJAHUT,artinya : melepaskan diri dari belenggu segala ikatan atas diri kita sendiri.
Dan apabila rohani kita telah mencapai kesempurnaan,maka otomatis takluklah jasmani
kepada kehendak rohani. Pada waktu itu tidak ada miskin lagi,bahkan mautpun sebagai
sangkar kecil kepada kebebasan luas mencari kekasih. Dan mereka katakana,mati itu adalah
alamat CINTA sejati dan mutlak. Disini timbullah dalam kata yaitu yang dikatakan hulul.
Hulul yaitu : timbul kesatuan diantaraasyik dan ma’syuknya. Atau meninggalnya antara asyik
ma’syuk atau yang mencintai dengan yang dicintai,sehingga AKU adalah DIA,dan DIA
adalah AKU dan Analhak. Disini mulailah ada pertingkahan diantara ulama ahli lahir dengan
ulama ahli bathin. Tentu saja ada yang menolak dan adapula yang membela. Kata yang
membela,orang yang telah mabuk cinta dan rindu,yang diliputi oleh perasaan-perasaan lebih
mendalam daripada orang yang hanya menggunakan akal semata dan mantik semata.

AHLI TASYAUF YANG SEJATI

Ahli tasyauf yang sejati ialah mereka yang benar-benar memegang agama yang tulen. Ahli
sufi yang sejati ialah mereka yang jiwanya bebas tidak terikat oleh apa-apa atau siapapun,dan
bebas menjalankan kebenaran dari ilahi robbi. Berani mengatakan itu benar dan ini salah.
Ahli tasyauf adalah putus dengan mahluk dan erat hubungannya dengan
Tuhan,pandangannya Allah semata. Ahli tasyauf tidak melihat kepada dirinya lagi,hanya
Allah dalam pandangannya. Jadi siapa yang masih melihat kepada dirinya, niscaya tiada
melihat akan Tuhannya. Seluruh pandangan ruhaniyah memandang satu dalam banyak. Dan
yang banyak pada yang satu.

Tersimpun dalam satu kesatuan yang dalam istilah sufi disebut pabrik KUN dan yang diatur
oleh seorang insinyur yang pintar ialah : ALLAH TA’ALA. Kalau pandangan kita sudah
mantap separti itu,maka hilanglah rasa takut dan gentar,kecuali kepada Allah saja. Jadi
pandangan seorang yang dibawah memang berbeda dengan yang diatas. Ujud selain daripada
ujud Allah adalah ujud injaman karena semua itu Allah dan Allah itu semuanya,ia hanya
pertanda dari yang sebenarnya ada. Yang ada adalah yang ada,yang ada ialah yang awal dan
tidak ada permulaannya,yang ahir tidak ada penghabisannya.

SABDA RASULULLAH S.A.W.

Zabir berkata,katanya : RASULULLAH S.A.W. bersabda : Siapa dapat melakukan


HUSUDHZAN artinya ; baik sangka kapada Allah Ta’ala,sehingga ia tiada mati kecuali tetap
dalam husnudhzan terhadap Allah Ta’ala.

Maka haruslah kita berbuat husnudhzan terhdap Allah Ta’ala dan pada sesama kita umat
MUHAMMAD.

Sesungguhnya kata NABI,sebaik-baik fi’il / kelakuan ibadah kepada Allah ialah : baik
sangka kepada Allah. Baik sangka kepada Allah itu pertanda bahwa sudah bulat tawakkalnya
kepada Allah,dan penyerahannya kepada Allah, orang itu jaminannya hanya Allah.

LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI

Artinya : TAK ADA DAYA UNTUK BERBUAT KEBAIKAN

DAN TAK ADA UPAYA UNTUK MENOLAK KEJAHATAN.

BUHARI MUSLIM BERKATA :


Tak ada dayaku untuk menolak suatu kemelaratan atau bahaya keburukan,dan tak ada
upayaku untuk berbuat kemanfaatan,melainkan dengan Allah jua. Jadi tidak mudah bagi
kaum sufi untuk mengatakan: La hawla wala quwwata illa billahi.

Disini hamba tekankan janganlah kamu berani mengatakan La hawla wala quwwata illa
billahi,sebelum kamu memasuki alam tasyauf. Engkau katakan itu tetapi ujudmu masih
ada,selama ujudmu masih ada, selama itu juga engkau dalam bergelimang dalam dosa
durhaka kepadanya.

Selama ujud ADAM masih melekat dalam ingatanmu,selama itu pula engkau
mempermainkan Tuhanmu. Ini namanya lain dimulut / dihati. Kalau engkau mengatakan :
LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI.

SEBELUM ENGKAU MATI,MAKA CELAKALAH KEMATIAANMU. Hilangkanlah ke


AKUAN mu,lenyapkanlah kesombonganmu,baharu sempurna amal ibadahmu kepada Allah.

BISMILLAHI AWWALLUH, WA AKHIRU, artinya : Awalnya Allah,ahirnya Allah.

Awalnya tidak ada permulaannya. Dan ahirnya tidak ada penghabisannya.

MALLAM YASY KURINNAS, LAM YASY KURILLAH. Artinya : Barang siapa tidak
berterima kasih kepada sesamanya,maka samalah ia tidak berterima kasih kepada Allah.

Sebab NUR MUHAMMAD itu adalah hakikat alam. Dan Allah adalah hakikat alam atau
hakikat ujud dalam hidup ini. Allah adalah hakikat kekuatan dalam hidup ini. Johir Tuhan ada
dimanusia, dan bathin manusia ada di Tuhan.

Kalau anda sudah mengerti,laksanakanlah.

Untuk memperkuat dalil ini,hamba bawakan sebuah hadist qudsyi yang berbunyi :

AL INSANU SIRRI,WA ANA SIRRUHU ( SIRROHU ).

Kata TUHAN : INSAN ITU RAHASIAKU, AKUPUN RAHASIANYA.

DAN LAGI : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI, SIFATIN WA SIFATUN LA GOIRIH.

ARTINYA : INSAN ITU RAHASIAKU DAN RAHASIA ITU SIFATKU, SIFATKU ITU
TIADA LAIN DAIPADAKU.

Dalil ini dalil nyata,tak bisa lagi diragukan. Menurut riwayat :Banyak para pemuka-pemuka
agama,ahli tasyauf dan lain-lainnya : mencari siapa DIA yang sebenarnya. Maka datang para
nabi-nabi dan rasul-rasul menyampaikan langsung,melompat dari mulut / lidahnya perkataan
:

AMALLAH LA ILAHA ILLA ANA

Artinya AKU ALLAH, TIDAK ADA TUHAN, MELAINKAN AKU


Jadi menurut aqidah/pendirian hamba dalam soal ini ; hamba tidak taklid dengan
siapapun,dan hamba nyatakan bahwa kalimah itu tadi adalah inti dari semua golongan
tasyauf,golongan para wali-wali,para sahabat,aulia dan anbiya dan para nabi-nabi dan para
rasul-rasul. Jadi kalau para nabi dan rasul demikian adanya,maka tiada lain andapun juga
demikian hendaknya.

Banyak kaum sufi mati,karena mempertahankan pendiriannya.

Hamba sebagai penulis buku ini menyatakan : Apabila lain dari yang di ucapkan
RASULULLAH s.a.w. itu tadi,maka : BUKANLAH IA DARI GOLONGAN
MUHAMMAD. DAN KELUAR DARI GOLONGAN MUHAMMAD. MAKA IA BUKAN
TERMASUK KELURGA TUHAN.

Didalam Al-Qur’anul karim Tuhan mengatakan :

AKU akan memberikan SATU kata kepadamu. Tetapi engkau tidak sanggup.

Apakah yang dimaksud SATU kata itu ?

Inilah SATU kata itu tadi : Siapa yang sanggup dialah keluarga Tuhan. Siapa tidak sanggup
dialah keluarga syaiton.

Pilihlah antara dua : ingin jadi pahlawan Tuhan, atau jadi pahlawan syaiton.

Siapa menjadi kelurga Tuahan didunia ini,niscaya sampai ke-ahirat. Dan siapa menjadi
keluarga syaiton didunia ini,niscaya sampai juga ke-ahirat.

SABDA RASULULLAH S.A.W.

SYARIAT ITU SEPERTI TANAH

THARIKAT ITU SEPERTI AIR

HAKIKAT ITU SEPERTI ANGIN

MA’RIFAT ITU SEPERTI API

TANAH ITU BADAB MUHAMMAD

AIR ITU NUR MUHAMMAD

ANGIN ITU NAFAS MUHAMMAD

API ITU PENGLIHATAN MUHAMMAD

ADAPUN MATI ORANG SYARIAT ITU HANCUR LULUH

ADAPUN MATI ORANG THARIKAT ITU KURUS KERING

ADAPUN MATI ORANG HAKIKAT ITU LAMAK GEMUK


ADAPUN MATI ORANG MA’RIFAT ITU HILANG LENYAP

SABDA NABI S.A.W. : SYARIAT ITU LIDAHKU

THARIKAT ITU HATIKU

HAKIKAT ITU KEDIAMANKU

MA’RIFAT ITU ROHKU

PERNYATAANKU :

AKU HIDUP BUKAN KARENA NAFAS

BUKAN KARENA DENGAN NYAWA

BUKAN KARENA DENGAN ROH

BUKAN KARENA ITU DAN INI

TAPI AKU HIDUP SENDIRINYA SEBELUM ADA KEHIDUPAN DIDUNIA INI

AKU SUDAH ADA SEBELUMNYA ADA DUNIA YANG ADA INI

AKU ADALAH AKU DIDALAM AKU, BER-AKU AKU

BILA AKU BERNYATA, ITULAH AKU DALAM KEAADANKU

SEBAB KEADAANKU ITU ADALAH KEADAANKU JUA

TENTANG FANA UL FANA

1. Fana zahir yaitu : merasakan tajali atau memantul keagungan Tuhan pada tindak tanduk
seseorang,sehingga segala keinginan,kehendaknya,ikhtiarnya sudah terlepas dari dirinya.
Karena itu kadang-kadang orang itu sampai-sampai beberapa lama tidak tahu makan dan
minum dan sebagainya,semuanya terserah kepada Allah.

2. Fana bathin yaitu : hatinya saja yang fana dan lahirnya tidak,lahirnya seperti biasa. Hatinya
terbuka pada melihat sifat-sifat Tuhan,dan keagungan serta gerakan-gerakan Tuhan,hilanglah
segala was-was dan keragu-raguan dalam hatinya dan penuhlah hatinya dengan keyakinan
terhadap Allah s.w.t. Tidak ada dalam hatinya timbul perasan takut dan gentar,kasih dan
sayang, suka dan duka,kecuali kepada Allah.

Fana yang demikian itu yang membawa ke maqam baqabillah,serta melewati fana yang
pertama. Biasanya lebih dahulu dimulai dengan pengakuan seluruh wujud. Sedang hatinya
atau rohnya selalu melihat gerakan Allah,baik dalam ibadah seperti : dalam sembahyang. Dan
dalam segala apa yang dilihat dan didengar dan lain-lain sebagainya.

Maqam baqabillah inilah yang senantiasa ada pada para nabi dan rasul-rasul,dan aulia dan
anbiya Allah Ta’ala yang bereda dibawah qidamnya nabi Muhammad s.a.w.
Maqam baqabillah ini kebanyakan adalah maqam mereka yang mahzub,dimana setelah
mereka berada dipuncak tauhid,lalu mereka turun kepada sifat,dan sama,terus kepada
af’al,sehingga kelihatan pada lahirnya mereka seperti orang biasa saja,memandang akuan
ini,dan berbuat seperti ahli syariat umumnya. Tetapi hati mereka tidak pernah lupa kepada
Allah dan selalu berpegang kepadanya. Ada perbedaan sedikit bagi orang yang berada
dimaqam fana,mereka adalah orang yang salik. Dimana pandangan mereka dimulai dari
bawah dan terus naik atau tarakki. Yakni dimulai memandang akuan,naik kepada
af’al,sama,terus kepada sifat,dan ahirnya kepda zat. Dan karena tajamnya dan asyiknya
musahadah,mungkin terjadi perasaan fana,yang kita maksudkan dengan fana zahir yang
tersebut diatas.

Demikianlah perjalanan fana dan baqa bagi seorang aribillah atau wali Allah Ta’ala. Jadi
disini hamba katakan bahwa,kalau dimaqam fana belum faham betul atau belum
mengerti,maka tidak ada harapan untuk mencapai maqam baqa. Maka daripada itu
pandanglah sedalam-dalamnya tentang maqam fana, kalau sudah hasil makam fana,maka
tercapailah maqam baqa.Demikianlah tentang maqam fana dan maqam baqa.

SOAL SOAL IKHLAS

Tidak dapat dikatan kecil perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas ( sepiring pamrih ).

Tidak dapat dikatakan benar awal-awal yang dilakukan dengan tidak ikhlas,karena belum
ma’rifat.

Orang yang menjalankan fana dan baqa baru syah disebut husyu dan ikhlas.

Firman Allah Ta’ala dalam Al qur’anul karim : yang artinya demikian : Sesungguhnya Allah
hanya menerima amal perbuatan yang sudah kembali. Yaitu amal yang dilakukan dengan
ikhlas,dan tepat sasarannya menurut ajaran Tuhannya.

ABDULLAH IBNU MA’SUD r.a berkata : Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang
berilmu,dan mengerti /ikhlas,adalah lebih baik daripada amal ibadah yang dilakukan oleh
orang yang tidak mengerti, sepanjang umurnya atau selama hidupnya ( tidak diterima amal
ibadahnya ).

Sekarang baiklah kita berkisar pada ilmu-ilmu. Ilmu itu ada tiga unsur atau tiga martabat :

1. Ilmuyakin ialah : keyakinan yang didapat dari pengertian teori belajar atau berguru.

2. Ainalyakin ialah : keyakinan yang didapat dari fakta keyakinan yang lahir,setelah
terungkap atau terbuka.

3. Hakkulyakin ialah : keyakinan yang benar-benar langsung dari Tuhan dan tidak dapat
diragukan lagi kebenarannya,yaitu ; keyakinan-keyakinan yang mutlak.Demikianlah adanya.

ZIKKRULLAH

Apakah yang disebut dengan ZIKKRULLAH itu ?


Menurut pengertian umum memuji dan menuju dengan hati yang tulus ikhlas. Tetapi tulus
dan ikhlasnya itu berbeda dengan orang yang mengerti/ yang faham.Orang yang faham
ialah,seperti dalil berbunyi :

LA YA’ZIKKRULLAH ILLALLAH,artinya : tida menyebut Allah hanya Allah.

Adapun yang mengatakan LA ILAHA ILLALLAH itu ialah : RAHASIA ALLAH ZAHIR
DAN BATHIN,ATAU BATHIN DAN ZAHIR. Kesimpulannya ialah : tidak lagi kita ini
yang mengatakan kalimat itu,melainkan

SIRULLAH jua adanya. Dengan demikian leburlah tubuh itu dan hati itu kepada Roh,dan
Roh itu hancur pula menjadi NUR,dan NUR itu lenyap pula kepada RAHASIA ALLAH
TA’ALA. Jadi yang berzikir itu adalah RAHASIA ALLAH jua.

Disini letaknya nialai,dan nilai itu terletak dalam diri pribadi masing-masing. Inilah yang
disebut ISI daripada ZIKKRULLAH itu. Berzikirlah dengan Zikkrullah,dan ingatlah dengan
ingatnya Allah dan pandanglah dengan pandangannya Allah.Dan berbuatlah dengan
perbuatan Allah,dan tinggalkanlah apa-apa yang ditinggalkan oleh Allah.

Kerjakanlah apa yang dikerjakan Allah,dan tinggalkanlah apa yang ditolak Allah.

INILAH KATA-KATA PAHIT TAPI MANIS.

BEBERAPA KESIMPULAN

TIADA MENGENAL ALLAH,HANYA ALLAH

TIADA MELIHAT ALLAH,HANYA ALLAH

TIADA MENYEMBAH ALLAH,HANYA ALLAH

TIADA MENYEBUT ALLAH,HANYA ALLAH

TIADA YANG MAUJUD,HANYA ALLAH

TIADA UJUD BAGIKU,HANYA UJUD ALLAH

TIDAK ADA DALAM DIRI,MELAINKAN ALLAH

TIADA UJUD BAGI KITA,HANYA UJUD ALLAH

TIADA HIDUP KITA,HANYA HAYATULLAH ZAT

TIADA PERBUATAN KITA,HANYA FI’IL ALLAH

TIADA NAMA BAGI KITA,HANYA ASMA ALLAH

TIADA PANDANGAN KITA,HANYA PANDANGAN ALLAH

TIADA PENGLIHATAN BAGI KITA,HANYA PENGLIHATAN ALLAH


TIADA PENGUCAP BAGI KITA,HANYA UCAPAN ALLAH

TIADA PENCIUMAN BAGI KITA,HANYA PENCIUMAN ALLAH

TIADA RASA BAGI KITA,HANYA RAHASIA ALLAH

TIADA KUASA BAGI KITA,HANYA KUDRAT ALLAH

TIADA HIDUP BAGI KITA,HANYA KEHIDUPAN ALLAH

TIADA BERKEHENDAK KITA,HANYA IRADAT ALLAH

TIADA TAHU KITA,HANYA ILMU ALLAH

TIADA MENDENGAR KITA,HANYA ALLAH

TIADA MELIHAT KITA,HANYA ALLAH

TIADA BERKATA-KATA KITA,HANYA RAHASIA ALLAH

TIADA UJUD BAGI KITA,HANYA UJUD ALLAH

TIADA LAGI KITA KITA INI,HANYA DALAM RAHASIA ALLAH

DEMIKIANLAH BEBERAPA RAHASIA DALAM MA’RIFAT

KHALIK DAN MAHLUK

BEBERAPA KESIMPULAN :

Asal kata mahluk diambil dari kata-kata halq.

Dan kata-kata halq itu diambil dari kata khalik.

Dan kata-kata khalik itu adalah khalik.

Jadi asal dari khalik kembali lagi kepada khalik.

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN.

DATANG DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH.

Awalnya Allah,dan ahirnya Allah.

Awalnya Tuhan,dan ahirnya Tuhan.

Awalnya tidak ada permulaannya,dan ahirnyapun tidak ada penghabisannya.


Kalau ma’rifat kita sudah ta’zmullah,yaitu : tilik seorang arif itu akan kebesaran dan
kemuliaan,keagungan sesuatu itu melainkan itu semata-mata kebesaran,kemuliaan,dan
keagungan Tuhan Allah aza wazallah jua adanya.

Maka intisari daripada itu adalah : Segala mahluk itu adalah khalik,dan khalik itu sebaliknya.

Dalilnya : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL


KASRAH,ahirnya SYUHUDUL WAHDAH FIL WAHDAH. Demikianlah pandangan
seorang arifibillah.

Jadi kesimpulannya adalah : SEMUA ITU ALLAH,dan ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah
yang disebut WAHDAH AL UJUD : atau kesatuan UJUD. Demikianlah yang dapat hamba
menyimpulkan bahwa :

ALLAH ADALAH HAKIKAT ALAM.

RUKUN – AGAMA – ADA – EMPAT – PASAL

Agama islam adalah agama yang murni.Kemurniaan agama itu dibarengi oleh 4 rukun.

Pertama : SARIAT, Kedua : THARIKAT, Ketiga : HAKIKAT, Keempat : ialah MA’RIFAT.


Tanpa yang empat macam ini bukan dinamakan agama.Pokok yang empat ini ialah :
MA’RIFAT.

Dan MA’RIFAT ialah : kumpulan daripada syariat,tharikat,hakikat.Itulah yang disebut


MA’RIFAT.

Syariat artinya : kenyataan

Tharikat artinya : jalan yang menuju/menyempurnakan syariat

Hakikat artinya : kebenaran yang sejati dan mutlak

Jadi kumpulan ilmu pengetahuan tentang syariat dan kesediaannya dengan tharikat,ahirnya
akan bertemu dengan hakikat. Itulah yang disebut ma’rifat.

Maka nyatalah kepada kita bahwa ma’rifat itu adalah gabungan dari ilmu fiqih,usulludin dan
ilmu tasauf. Kumpulan dari mantik,keindahan dan cinta. Dengan demikian hanya empat pasal
inilah yang menyempurnakan agama Allah didalam dunia ini. Jadi tanpa yang empat
ini,semua amal ibadah,baik lahir maupun bathin akan membaa masuk neraka. Sebab dalam
amal ibadah pasti ada syariatnya, tharikatnya,hakikatnya dan ma’rifatnya.

Seperti dalam rukun islam ada lima perkara :

1. Dua kalimat syahadat

2. Mengerjakan sholat

3. Puasa pada bulan ramadhan


4. Mengeluarkan zakat fitrah

5. Naik haji kalau mampu

Jadi susunannya sebagai berikut dibawah ini :

1. Syariat syahadat

2. Tharikat syahadat

3. Hakikat syahadat

4. Ma’rifat syahadat

Inilah susunan syahadat yang sebenarnya. Dan rukun islam yang kedua ialah :

1. Syariat sholat

2. Tharikat sholat

3. Hakikat sholat

4. Ma’rifat sholat

Inilah susunan rukun islam yang ketiga ialah :

1. Syariat puasa

2. Tharikat puasa

3. Hakikat puasa

4. Ma’rifat puasa

Inilah susunan rukun islam yang keempat ialah :

1. Syariat zakat

2. Tharikat zakat

3. Hakikat zakat

4. Ma’rifat zakat

Inilah susunan rukun islam yang kelima ialah :

1. Syariat haji

2. Tharikat haji
3. Hakikat haji

4. Ma’rifat haji

Baiklah kita uraikan satu persatunya ;

Pertama Syahadat.

Syariat syahadat itu ialah : mengucap dengan lidah.

Tharikat syahadat itu ialah : pada sholat sejatinya,sedang melakukan tajli kepada Tuhan.

Hakikat syahadat itu ialah : hidup/hayat yang sesungguhnya.

Ma’rifat syahadat itu ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu dengan
zat dan sifat Allah.

Kedua Sholat.

Syariat sholat ialah : saat-saat berdiri,ruku,sujud,dan lain-lain.

Tharikat sholat ialah : tetap saja dalam kita sedang sholat sejatinya ialah tajli mutlak.

Hakikat sholat ialah : telah jelas adanya,alif,lam awal,lam ahir,ha.Katakanlah Allah tak salah
lagi.

Ma’rifat sholat ialah : harus sampai bertemu dengan Nur Muhammad itu.

Inilah sholat sejatinya,sebelum kita ini tahu dia sudah ada.

Ketiga Puasa.

Syariat puasa ialah : kita sudah maklum adanya.

Tharikat puasa ialah : menyatu dengan tajli.

Hakikat puasa ialah : puasa yang bergelimang dengan nafsu angkara murka,dan supaya kita
berdiri

dengan nafsu zat hak ta’ala. ( nafsu yang diridhoi ).

Ma;rifat puasa ialah : harus bertemu dngan bulan purnama sidi. Yaitu terang
benderangnya,Tuhan telah

Bertazalli kepadanya.

Keempat Zakat.

Syariat zakat ialah : kita sudah maklum adanya.


Tharikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatannya,dan harus tajli mutlak.

Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa atau salah dalam akidah.

Ma’rifat zakat ialah : harus bisa atau harus sanggup merasakan hilangnya ujud seluruhnya
lahir dan

Bathin dan menunggal dengan Tuhan ( dalam rahasia ).

Kelima Haji.

Syariat haji ialah : kita sudah maklum adanya.

Tharikat haji ialah : sedang kita sholat atau waktu kita ada dibaitullah ( rumah Tuhan ).

Hakikat haji ialah : meleburkan dosa dengan jalan ma’rifat,mengenal Tuhan Allah.

Ma’rifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang utuh/mutlak.

Demikianlah yang dapat hamba sampaikan. Jadi rukun islam itu tadi tiap-tiap satu rukun
mempunyai empat pasal. Maka klau demikian,lima rukun itu menjadi lima kali empat adalah
duapuluh pasal. Inilah siempunya sifat dua puluh itu. Sebab dua puluh itu pasal ini
menghimpunkan segala sifat-sifat Allah didalam alam ini. Dan manakah sifat istimewah bagi
Tuhan ?

Segala-galanya harus bagi Tuhan,tidak ada yang tertegah bagi Tuhan/tidak ada dinding-
dindingnya lagi. Hanya nafsumu sendiri yang tertegah,karena masih terdinding. Bagi Tuhan
tidak ada lagi wajib,yang ajib hanya bagimu dan bagi orang yang belum faham dan belum
mengerti. Jadi siapa yang faham,itulah yang beroleh petunjuk dari Tuhan Allah. Kesimpulan
rukun agama itu tadi ialah ESA SEGALANYA dan tidak ada lagi DUANYA.

RUKUN – IMAN

Perihal rukun iman itu ialah :

1. AMANTUBILLAH

2. WAL MALAIKATIHI

3. WA KUTUBIHI

4. WA RASULIHI

5. WAL YAUMIL ACHIRI

6. WA QADRI ACHIRI, WAARIHI MINALLAHI TA’ALA

Artinya ialah :

Aku percaya adanya Tuhan Allah Ta’ala s.w.t.


Apakah cukup dngan keyakinan begitu saja ?

Apakah adanya yang ada itu berada di arsyi atau dilangit sebelah,ataukah berada dalam sorga
?

Kepercayaan yang seperti itu adalah kepercayaan orang taklid buta. Karena orang
kebanyakan mereka raba sendiri-sendiri. Sedang dalil ada mengatakan :

WANNAHU AKROBU ILAIHI MINHABLIL WARID.

Artinya : dekat urat lehermu dengan daging.Maka dekat lagi Tuhan itu.

Jadi makna rukun iman yang pertama tadi harus begini dan tidak bisa dicari dengan dalil
yang lain.

Jadi AMANTUBILLAH ini harus diartikan dengan : Sesungguhnya percaya bahwa


kehidupan sendiri,kehidupan wujud ini,selama hidup ini adalah tanda adanya Tuhan Allah
s.w.t.

Jadi jelasnya kepada kita bahwa dunia ini pasti didalam ruang lingkup hidupnya Tuhan.
Sedangkan sifat hidup ini adalah zat Tuhan Allah.

1. AMANTUBILLAH,artinya : aku percaya adanya Tuhan.

2. WAL MALAIKATIHI,artinya : percaya kepada malaikatnya.

3. WA KUTUBIHI,artinya : percaya kepada kitab-kitabnya.

4. WA RASULIHI,artinya : percaya kepada rasul-rasulnya.

5. WAL YAUMIL ACHIRI,artinya : percaya kepada hari ahir.

6. WAL QADRI AHIRI,artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada
Allah Ta’ala.

Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya :

AMANTUBILLAHI,artinya : Percaya kepada adanya Tuhan.

Belumlah benar kalau belum dihalalkan,artinya kalau belum kembali kapada roh lagi dan
perasaan.Dalil sudah jelas mengatakan bahwa Tuhan lebih dekat kepadamu,daripada urat
lehermu sendiri. Jadi kita tak usah repot menari Tuhan. Tuhan ada pada kamu dimana saja
kamu berada. Kesimpulannya ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda adanya
Tuhan/yang ada. LAMAUJUDA BI HAQQIN ILALLAH. Artinya,tidak ada yang maujud
didalam alam ini,kecuali Allah Ta’ala.

WAL MALAIKATIHI,artinya : Percaya kepada malaikat-Nya.

Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada.


Cobalah tekadkan dan telanjangi sekujur badan kita,agar supaya cepat beriman kepada Tuhan
Allah s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan yang maha Agung/maha kuasa. Tatkala sedang
menghadapi sakaratul maut nanti.

Dalil apakah yang bisa menolong untuk nmenyempurnakan nyawa ?

Bukankah kita sudah tahu bahwa malaikat itu utusan Allah. Jelaslah sudah dengan usiknya
utusan,tentu hiduplah yang memerintahkan,biarpun sehelai bulu usiknya,begitu pula
bertambah panjangnya bulu itu, juga semua itu malaikat. Malaikat itu bukan jirim bukan
jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa sedang tidur itupun,juga bulu memanjang akan tetap
berlaku.Nah begitulah kenyataannya malaikat pada diri kita ini,tidak akan hilanhg dengan
badan kita ini.Siang dan malam terus bekerja tiada hentinya. Jadi usiknya dalam
melihat,mendengar,mencium,dn dalam bicara.Mandornya ialah, JIBRIL,MIKAIL,ISROFIL,
DAN IZROIL.

WA KUTUBIHI,artinya : Percaya kepada kitab kitab-Nya.

Jadi yang benar-benar percaya kepada kitabnya itu seperti Al-qur’an,harus dirangkap dengan
wujud kita ini.Jdi begini,kalau kita belum mengetahuinya,kita harus percaya kepadaa takdir
yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri.Kita harus yakin dngan adanya takdir Tuhan
itu.Tulisn wujud kita ini yang sesungguhnya,kalau kita sudah ainal yakin dan hakkul
yakin,kita bisa sabar dalam menghadapi apapun juga. Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan
ridho.Tentunya sudah tertulis dilikhmakhfudh. Jadi iman kepada kitab-kitabnya itu
umum.Persoalan diluar alkitab,manusia tidak ada yang tahu,terkeuali Allah. Memang ada
persoalan diluar kitab,tetapi amat sulit mencapainya.Itulah yang disebut MAKHSYAF,yang
tiada huruf,tiada suara,dan tiada kata-kata.Ini adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat
dahsyat,dan tidak seorangpun yang mendapatkannya,keuali Tuhan sendiri. Kehendak Tuhan
idak ada yang menghalanginya. Dia sanggup merubah yang tak dapat dirubah oleh mahluk.
Sedang perubahan yang ada padaa mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan
kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai sekalian
tholib.

WA RASULIHI,artinya : Percaya kepada rasul-rasulnya.

Memang kita percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul,itupun tak ada salahnya,memang dlam
bentuk nyaa,memang demikian.Tetapi karena sudah pada wafat semua,sudah lestari,maka
tinggal percaya itu berbalik kepada wujud.Yaitu,kepada hakikat badan yang jadi utusan hidup
kita pribadi,beginilah tekad kita sesungguhnya percaya kapada rasa wjud
kita.Seperti,melihat,mendengar,mengucap dan mencium. Coba saja kita rasakan,bagaimana
kita tidak peraya kepada ujud kita kita ini ?

Kalau kita menciipi garam,sudah tentu kita merasa asin,tidak mungkin yang
lainnya.Demikian pula dengan yang lainnya,seperti : pendengaran,tidak mungkin salah
lagi.Juga seperti panglihatan,penium dan pengucap.Semuanya dapat kita fahami dengan
perasaan kita.

Disinilah orang banyak tidak faham arti rasul yang sesungguhnya.Padahal rasul atau utusan
itu ada pada kita jua.Makanya kita kalau mengatakan dua kalimat syahadat itu,harus tahu
rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan Aku naik saksi,tiada Tuhan melainkan Aku,dan
Muhammad itu utusanKu.Maka kitapun demikian pula adanya,kalau lain daripada itu,maka
tersalahlah ma’rifat kita.Orang kebanyakan salah memahami tentang arti rasul yang
sebenarnya,mereka mengira rasul itu hanya ada pada nabi-nabi, seperti nabi Muhammad. Jadi
yang dimaksud dalam pengertian Muhammad itu utusanku,yaitu Muhammad dalam arti
rahasia ma’rifat.Karena setiap insan kamil itu mempunyai utusan(rasul) pribadi. Disinilah
letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam pribadi masing-masing.

Inilah arti percaya kepada rasul-rasul yang hak.

WAL YAUMIL ACHIRI,artinya : Percaya kepada hari akhir yaitu hari kiamat ( pembalasan
).

Kiamat besar hanya kita yakini dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing-masing.

Pertama kiamat diri,yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad,dan hingga sirna dan
tuntas sampai tiada merasa lagi memiliki wujud lahir dan bathin.Dan akhirnya menunggal
dengan kemaha agungan Tuhan ( menunggal dalam rahasia ).

Dan kiamat diri yang kedua ialah : dikala sakaratul maut telah tiba.Inilah yang disebut kiamat
sugro,sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya.

Inilah pengertian walyaumil akhiri itu tadi. Yang terakhir sekali ialah :

WAQODRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat datang daripada
Allah jua. Maksunya segala perbuatan yang berlaku didalam ala mini adalah perbuatan Allah
Ta’ala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Dan yakinlah kita bahwa
kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kudrat dan iradat Allah Ta’ala jua
adanya. Maka dengan adanya rukun iman ini yang ke-enam ini, tentunya kita menjadi sadar
akan diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena ma’rifat dan ma’rifat itu timbul karena terbuka
hijab (dinding).

Orang Ahli hakekat yang telah lupa kepada makhluk, karena langsung melihat Allah raja
yang Hak. Mereka lupa dengan sebab musabab, karena teringat kepada yang menentukan dan
yang menjadikannya. Orang ini sebagai hamba yang menghadapi hakikat yang nyata baginya
terang cahayanya dan sedang berjalan pada jalannya.

Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam alam cahaya : sehingga
tidak kelihatan bekas-bekas mahluknya lagi. Dan lebih banyak lupanya terhadap alam,
daripada ingatnya kepada makhluk. Dan bertemunya daripada renggangnya, dan lenyapnya
atau leburlah dirinya dari tetapnya perasaannya, dan lupanya terhadap mahkluk daripada
ingatnya pada mereka.

Demikianlah seorang ahli hakikat : yang telah fana zahirnya dan fana bathinnya kepada yang
Hak. Dan siapa yang telah fana dengan Allah maka pasti ia lupa atau goib dari segala sesuatu.
Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya itu seolah-olah sebagai hasil
kepintarannya sendiri,maka tauhidnya itu tidak dapat menyelamatkan dirinya dari Api neraka.

BERTEMUNYA MANUSIA KEPADA TUHAN

Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan, dan
dengan itulah dia mencapai kebahagiaan dan kerajaan besar ; bahwa dengan itulah dia akan
lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Ta’ala. Hilangkan pandangan makhluk kepadamu,
karena pua dengan englihatan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian/menghadapnya
mahluk kepadamu.

Nikmat itu meskipun beraneka ragam bentuknya ; hanya disebabkan karena melihat Allah
dan dekatnya kepada Allah. Demikian pula siksa itu walau bagaimana pun aneka
ragamnya,karena terhijab, dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada ZAT Tuhan yang
maha mulia.

Maha suci Allah yang sengaja tidak member tanda kepada walinya kecuali sekedar untuk
mengenal kepadaNya.

Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak
disampaikannya untuk mengenal Allah ; itulah HIKMAH YANG MAHA TINGGI

Anda mungkin juga menyukai