Anda di halaman 1dari 65

KAJIAN DIRI dari KITAB BARENCONG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Sekarang kita teruskan pula kepada pelajaran yang kita tuju, yaitu Ma’rifatullah, artinya
MENGENAL ALLAH AZZA WAZALLA. Jadi sebelum kita mengenal Tuhan, kenalilah DIRI.
Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD AROFA
ROBBAHU, artinya: Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya mengenal akan
tuhannya. Perjalanan itu dimulai dari dalam diri kita sendiri, perjalanan itu dimulai dari
dalam terus kedalam, akhirnya serta alam dengan keindahannya dan dengan
keganjilannya, hanyalah sebagai saksi pencari diri.
Jadi sebelum kita mengenal Tuhan, maka kenallah diri, sebelum kita mengenal diri lebih
dahulu, kenallah Adam lebih dahulu, dan sebelum kenal kepada Adam kenallah
MUHAMMAD lebih dahulu.Demikianlah orang yang hendak mengenal diri dan mengenal
akan tuhan Allah Azza Wazalla.
Baiklah kita mulai dengan ayat yang berbunyi : INNALAHA KHOLAQO QOBLAL ASIA
INNURI NABIYUKA. Bahwasanya Allah Talala menjadikan dahulu daripada segala asia itu
ilah NUR NABIMU. Diriwayatkan oleh ZABIR beliau pernah juga bertanya kepada
Nabiallah s.a.w. ; yaitu dijawab oleh Nabi AWWALUMA KHOLAQOL LAHU TAALA NURI
NABIYIKA, YA ZABIR. Mula mula dijakan AllahTa’ala daripada segala asia itu ialah : NUR
NABIMU ya ZABIR.
Maka nyatalah RUH NABI itu dijadikan dahulu daripada segala asia itu, dan lagi dijadikan
ia daripda Zatnya jua, tetapi sebelum tuhan menjadikan NUR MUHAMMAD, Tuhan telah
mengatakan dalam kitabnya Al’quranul qarim yang berbunyi : artinya : Pertama
kujadikan ILMU sebelum kujadikan NUR MUHAMMAD. Maka nyatalahkepada kita bahwa :
NUR MUHAMMAD.
Maka nyatalah kepada kita bahwa NUR MUHAMMAD itu jadi daripada ILMUnya dan
daripada KUDRAT DAN IRADATNYA jua, seperti kata Syeh ABDUL WAHAB SYAHRANI :
INNALAHA KHOLAQOR RUHUN NABIYI MUHAMMADIN MINZATIHI, WAKNOLAQOR
RUHUL ALIMU MINNURI MUHAMMAD S.A.W. Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan Roh
nabi itu daripada Zatnya jua, dan daripda ilmunya jua, dan serta qudrat dan iradatnya.
Dan menjadikan Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD s.a.w Maka nyatalah
kepada kita bahwa Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD jua.
Dan segala batang tubuh kita ini nyata daripada Adam, tetapi Nabi Adam itu dijadikan
daripada tanah, seperti firman Allah Ta’ala dalam AL qur’an : KHOLAQOL INSANA
MINTIN artinya : Aku jadikan Insan Adam itu daripada tanah dan tanah itu jadi daripada
Air, dan Air itu jadi daripada NUR MUHAMMAD s.a.w. jua. Maka nyatalah kepada kita
bahwa Roh kita dan batang tubuh kita ini jadi daripada NUR MUHAMMAD; maka wajarlah
kita ini bernama MUHAMMAD. Dan nyatalah bahwa kalau Roh kita dan batang tubuh kita
ini daripada Nur Muhammad. Maka kita ini tiada lain dan tiada bukan, pada Hakikatnya
Nur Muhammad jua. Dan kalau telah jelas dalam hati marifatakan hakikat Nur
Muhammad itu, maka hendaklah engkau mesrakan Nur Muhammad itu kepada Roh dan
kepada batang tubuhmu dan kepada seluruh kainat. Kalau sudah benar-benar mesra,
insya allah engkau akan melihat keelokan zat yang wajibal wujud.
Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang mengenal diri, yaitu
sekalian nanti bab yang akan datang kita perdalam lagi menurut yang semestinya.
Dan Syeh ABDUL RA’UF berkata : yang sebenar-benar diri itu ialah nyawa. Yang
sebenar-benarnya nyawa itu ialah Nur Muhammad. Dan yang sebenar-benarnya Nur
Muhammad itu ialah sifat. Yang sebenar-benarnya sifat itu ialah zat. Tetapi disini bukan
zat hayun, tapi zat hayat.
Dan lagi kata arifbillah : Bermula yang sebenar-benarnya diri itu ialah Roh, tatkala ia
nasab sekalian tubuh, nyawa namanya. Tatkala keluar masuk nafas namanya. Tatkala ia
berkehendak hati namanya. Tatkala ia ingin akan sesuatu nafsu namanya. Tatkala ia
memilih akan sesuatu ihtiar namanya. Taktkala ia dapat memperbuat akan sesuatu akal
namanya. Dan tatkala ia yakin akan sesuatu iman namanya.
Jadi pohon akal itu adalah ilmu. Inilah yang disebut yang se-benar benar diri. Tetapi
janganlah terhenti kepada roh itu saja, teruskanlah kepada yang hak. (kepada Allah
Ta’ala).
Dan firman Allah Ta’ala dalam Al qur’an :
ANA MINNURILAH WAL ALIMU MINNUR, artinya : Dari pada cahaya Allah, dan sekalian
Ilmu daripada cahayaKu. Tetapi Nur disini bukan lah menurut pahaman umum yang
berlaku ia bukan zat, bukan benda dan bukan materi, tetapi diatas segala-galanya. Insya
Allah kita akan bertemu juga dengan NUR cerlang cemerlang itu. Sekarang kita teruskan
kepada firman Allah : KHOLAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQTUL ASNI LIADJLIKA, artinya :
Aku jadikan engkau karenaku ya Muhammad dan Aku jadikan sekalian alam itu
karenamu ya Muhammad. Jadi dengan adanya ini tadi, maka nyatalah kepada kita
bahwa Nur Muhammad itu jadi daripada Nur Allah Jua, atau yg lazim disebut NUR ZAT
atau NUR ILAHI ROBBI. Maka kalau demikan adanya, wajarlah kita ini dengan Zat Allah
Ta’ala, sebab Zat itulah bermula segala ujud. Tidak ada yang ujud, hanyalah Allah dan
perbuatan Allah.
Maka adalagi sebuah hadis qudsyi berbunyi : AL INSANU SIRRI WAANA SIRRAHU.
Artinya : insan itu rahasiaKu, dan Akupun rahasianya. Dan lagi firman yang berbunyi : AL
INSANU SIRRI WA ANA SIRRI WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH, artinya : insan itu
rahasiaku, rahasiaku itu sifatku, dan sifat itu tiada lain daripada aku jua. Jadi yang
sebenar-benarnya insan itu manusia, yang sebenar-benarnya manusia itu ialah Af’al
Allah. Yang sebenar-benarnya Af’al Allah itu ialah Sifat Allah. Yang sebenar-benarnya
Sifat Allah itu ialah Zat Allah. Karena zat dan sifat itu tiada menerima tunggal; dan Zat
dan Sifat itu tiada sekutu dan tiada pula bercerai. Dan barang siapa menyekutukan Zat
dan Sifat, atau menceraikannya, maka tersebut dihukumkan SYIRIK KHAFI.
Orang yang mmenceraikan itu berdosa. Orang yang syirik itu syirik zali hidupnya penuh
dosa yang tiada maaf baginya. Karena orang yang seperti itu ia merasa bahwa dirinya
yang ada. Sabda Rasulullah s.a.w. didalam Al hadist : yang berbunyi UJUDUKA ZAMBUN
QIAASALAHU LIGOIRIH. Artinya : Syirik Khafi itu adalah dosa besar. Jadi selama ujud
Adam masih melekat dalam dirimu, niscaya tiada sampai semua ibadatmu walau setinggi
langit. Jadi untuk melepaskan syirik khafi itu keluarlah engkau dari diri engkau. Disini kita
bicarakan sedikit tentang diri kita yang sebenar-benarnya.
Adapun diri kita ini ada tiga bagian :
Pertama ialah diri yang sebenarnya (rahasia)
Kedua ialah diri terperi (Muhammad)
Ketiga ialah diri terdiri (Adam).
Jadi yang pertama tadi ialah kembali kepada yang hak. Kedua ialah kembali kepada rasa
Muhammad. Ketiga ialah yang betah tinggal kepada rasa adam semula. Jadi dosa besar
yang tiada ampunan : kecuali kembali kepada yang sebenarnya. Insya Allah kita uraikan
panjang lebar dan lebih mendalam lagi dalam pelajaran yang akan datang.

MENGENAL DIRI
Sabda Rasulullah s.a.w. : MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA RABBAHU.
Artinya: Barang siapa mengenal dirinya, niscaya mengenal akan Tuhannya. Jadi sebelum
mengenal Tuhan, kenallah diri. Perjalanan itu kita mulai dari dalam diri kita sendiri, dari
dalam terus kedalam, akhirnya serba alam dan keindahannya dan dengan
keganjilannya : hanyalah sebagai pencari diri.
Alam ini penuh dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Rahasia itu tertutup oleh
dinding-dinding, dinding- dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, atau yang disebut
nafsu kita sendiri, atau disebut pula nafsu saiton, atau dengan kata lain ialah : nafsu
lawammah atau nafsu sawiyah atau nafsu yang batal/agiar. Dinding-dinding itu mungkin
tersimbah dan terbuka, asal kita sudi menempuh jalannya, jalannya ialah : jalan yang
ditempuh oleh orang arif, dan mau mengurangi sedikit dari hawa nafsu kebendaan. Dan
sanggup menyisihkan segala halangan dan rintangan yang hendak menggagalkan niat
kita yang baik itu. Jadi yang hendak kita kenal ini bukanlah diri yang kasar ini. Tetapi diri
yang bersifat ketuhanan.
Diri kita ini ada dua unsur : pertama unsure jasad atau badan kasar. Kedua unsur Ruh
atau badan latif. Ruh itu erat sekali pertaliannya dengan Tuhan. Memang sudah hamba
katakan dahulu bahwa RUH itu adalah suatu Rahasia yang amat pelit sekali.
Jadi yang sebenar –benar Ruh itu Nur Muhammad.
Jadi yang sebenar-benar Nur Muhammad itu Sifat. Sebenar-benar sifat itu ialah Zat. Jadi
Zat itu Zat Hayat, bukan Zat Hayun. Jadi Allah adalah nama Zat, dan Muhammad nama
Sifat. Zat dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.
Sekarang marilah kita teruskan untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan Allah
Azzawazalla.
WANAN KAANAFI HAJIHI AMA FAHUWA FIL AKHIRATIA’MA WA ‘ADHOLLU SABBILA,
artinya : Barang siapa buta dalam dunia ini, niscaya buta juga di akhirat sesat di jalan.
Seratus dua puluh empat ribu nabi-nabi diutus Tuhan kedalam dunia ini, adalah untuk
mengajar dan memimpin umat manusia, untuk cara-cara membersihkan bathin atau
qalbu, supaya dapat ma’rifat dan mengenal Allah. Tujuan utama ialah : agar memperoleh
kebahagiaan jiwa, dan ketenangan bathin. Karena yang sebenar-benar Kaya itu ialah
kebahagiaan jiwa dan kebersihan hati.
Inilah tujuanutama bagi alat jiwa manusia ini. Inti daripada selaga kebahagiaan itu
ialah : Ma’rifatullah. Jadi siapa yang sudah Ma’rifat itulah sorga dunia dan sorga akhirat
nanti. Dan siapa belum/masih terdinding itulah neraka dunia dan neraka akhirat nanti.
Jadi barang siap tidak ada hasrat memiliki ilmu ini maka samalah ia makan nasi
bercampur pasir.
Ma’rifat itu adalah suatu amanah dari tuhan yang wajib kita tuntut dan kita tuju.

PERINTIS JALAN YANG PERTAMA


Pengantar dan Perintis yang pertama dalam ilmu bathin, atau ilmu hakikat/ilmu tasawuf
adalah RASULULLAH sendiri. Kemudian dijadikan suatu pelajaran, dan ilmu tersendiri
oleh Syaidina ALI KARAMMULLAHUWAJHAH, kemudian dilanjutkan oleh HASAN BASRI
anaknya. Hairoh yang menjadi pembantu peribadi Ummu Salamah yaitu ketika HASAN
BASRI masih kecil ilmu ini sudah mulai melimpah kepada beliau, karena dekatnya kepada
Rasulullah s.a.w.
Kemudian Ahli kebatinan yang pertama sekali ialah : ABU HASYIM AL KUFI, beliau
berasal dari koufah yang meninggal pada tahun 150 atau tahun 761 M. Adapun sumber
ilmu tasawuf itu adalah dari AL QUR’AN dan AL HADITS. Dan menuntut ilmu ini adalah
hukumnya Fardhu ain. Maka barang siapa tidak peroleh ilmu ini ditakuti mati dalam
kekafiran.

MA’RIFATULLAH.
SEBELUM MENGENAL TUHAN, KENALILAH DIRI.
MENGENAL DIRI :
Diri itu ada dua unsur.
1. Diri jahir berupa jasad.
2. Diri bathin berupa Ruh.

Dan diri itu dapat pula dibagi atas 3 unsur.


1. Diri yang Hak. (diri yang sebenarnya)
2. Diri terperi. (Muhammad)
3. Diri terdiri. (Adam).

Dan Ruh itu ada tiga Martabat.


1. Ruh idhofi (nafas yang keluar masuk)
2. Ruh mukayyat (yang mengedari/yang ergerak keseluruh tubh)
3. Ruh mutlak (yang tetap pada tempatnya)

Dan Zat itu ada tiga Asma.


1. ZAT illahiyah
2. ZAT masbiyah
3. ZAT addahiyah.

Dan diri jahir ada dua unsur.


1. Jasad yang mengandung Ruh.
2. Ruh yang mengandung Jasad.

Dan diri kita ini mengandung dua aspek.


1. Diri yang bersifat ketuhanan (lahud)
2. Diri yang mengandung kehambaan (nasud)

Dan dalam diri kita ini mengandung tiga Rahasia.


1. Rasa yang Hak (rasa tuhan)
2. Rasa Muhammad (Nur Muhammad)
3. Rasa Adam (rasa yang tercela).

Dan didalam diri kita ini ada suatu perbendaharaan yang tersembunyi : disitu ada
mahligai. Didalam mahligai itu ada alat yang halus , ada yang kasar. Kesemuanya itu
adalah berupa amanah tuhan dan suatu titipan Tuhan kepada hambanya. Amanah itu
ialah suatu titipan Ruh dan itulah yang wajib kita pelihara dan kita jaga kemurniaannya.
Ruh inilah yang sanggup mengenal Tuhannya. Dan yang sanggup melaksanakan sebagai
khalifah didalam bumi ini. Apakah alat yang halus dan kasar itu tadi?
Sekarang marilah kita uraikan satu persatunya.
Adapun diri kita ini ada dua unsur/macam.
1.Diri zahir berupa jasad. Batang tubuh dengan kelengkapannya seperti ; kaki, tangan,
mata hidung, mulut telinga, dan lainnya.
2. Diri Ruh, hati, akal dan nafsu. Yang kesemuanya itu tergolong alam yang disebut alam
sagir (alam kecil).Yang kesemuanya itu terjadi dari unsur2 api, angin, air dan
tanah/bumi. Inilah yang disebut laksana kuda tunggangan yang menjadi alat bagi
hakikat Roh itulah sebagai penunggangnya.
Kedua diri bathin yang berujud qalbu atau Ruh. Bukannya ber-ujud benda dalam tubuh,
dan dia tidak akan binasa untuk selamanya. Dialah yang sanggup memerintah jasad,
dialah yang mampu mengenal Allah. Dialah Raja kuasa. Ruh itu raja kuasa dan sanggup
mengenal Allah. Apakah sebabnya dikatakan raja kuasa? Sebabnya ialah kerena ruh itu
adalah yang menjadi tempat majhor kenyataan terang benderangnya sifat-sifat Allah.
Ruh Muhammad itulah/adalah dari NUR menyata. Itulah yang dikatakan cahaya yang
terang cemerlang yang tiada harapan, Tuhan bertajali kepadanya. Sedang sifat-sifat
Allah itu ada pada ZATnya. Maka apabila kita mendakwa kepada Ruh, maka haruslah
ditembuskan pandangan kita kepada Sifat dan Zat Allah, supaya tidak terdinding lagi
kepada Allah.
Kalau kita terhenti kepada ruh itu saja, tidak kita teruskan kepada Allah, maka kita
terdinding kepada Allah. Kalau masih betah berdiam kepada Muhammad, ber-arti belum
kembali atau belum pulang landas kepangkalannya. Kalau sudah pernah tinggal landas
inilah yang dikatakan orang yang bergembira setiap saat. Sedangkan Rasulullah sendiri
sebagai asal usul segala kejadian, toh beliau pulang kembali kepangkalannya, apalagi
kita ini.

RUMUS/MUTIFATOR
1. Hidup tubuh karena nyawa, hidup nyawa karena Allah.
2. Tahu hati karena tahu Ruh, tahu Ruh karena Allah.
3. Kuasa anggota tubuh karena Ruh, kuasa Ruh karena kuasa Allah.
4. Berkehendak pada karena berkehendak Ruh, berkehendak Ruh karena berkehendak
Allah.
5. Mendengar telinga karena mendengar Ruh, mendengar Ruh karena mendengar Allah.
6. Melihat mata karena melihat Ruh, melihat Ruh karena melihat Allah.
7. Berkata mulut karena berkata Ruh, berkata Ruh karena berkata Allah.

Maka kita rumuskan pula tentang diri bathin itu sebagai berikut dibawah ini :
1. Wujud bathin, hakikatnya adalah wujud Allah, kepada kita jadi Rahasia. Maksudnya
tentang Zat Tuhan itu tidak dapat dilihat dan diraba, hanya dengan nur iman dan
dirasakan oleh sinar hati. Inilah yang dimaksud oleh hadits yang berbunyi : Al insanu sirri
wa ana sirrohu. Artinya : insan itu rahasiaku , dan akupun rahasianya.
2. Ilmu bathin, hakikatnya adalah sifat Allah, yang kepada kita menjadi nyawa/Ruh. Dan
ruh itulah tempat majhor sifat-sifat Allah. Hingga dia kuasa memerintahkan jasad dan
lain2nya.
3. Nur bathin, hakikatnya Asma Allah, yang kepada kita menjadi hati. Maksudnya hati itu
adalah tempat majhor daripada Asma Allah.
4. Syuhud bathin, hakikatnya adalah Afal Allah, yang kepada kita menjadi batang tubuh.
Maksudnya batang tubuh kita ini adalah tempat majhor dan tempat nyata perbuatan
Allah. Jalannya adalah bahwa segala amal usaha lahir yang dilakukan ole manusia. Tapi
pada hakikatnya dan pada bathinnya adalah semata-mata perbuatan Allah.
Maka hal itu dinamakan penyaksian Bathin. Karena amal usaha jahir itulah yang
membuktikan perbuatan bathin. Itulah yang membebekas, kerena terjadi dari sifat
bathin, yang tidak bias lepas dari ujudnya : yakni Zatnya yang maha kuasa. Demikianlah
yang dinamakan tauhidul Zat, tauhidul Sifat, tuahidul Asma, tauhidul Af’al. maka melihat
sesuatu apa saja perbuatan Allah.
Maka dengan demikian fanalah yang lain : yakni ujud lahir dan sifat lahir, dikala itu tidak
ada yang ada kecuali bathin. Maka sekarang bathinlah yang melihat bathin/melihat
gerakan Zat. Dari itu maka jelaslah sekarang kepada kita bahwa yang memandang ia
yang memandang. Dan kalau sudah mantap pandangan ini, dengan sendirinya naiklah ke
makam baqabillah. Karena pada makam ini seperti ucapan ahli tasawuf, BAQA itu ialah
dari Allah, dan dengan Allah.
Cara pandangan itu ada dua macam, pertama :
SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH artinya : memandang yang satu kepada yang banyak.
Dimana pokok pandangan dimulai dari syuhud bathin, naik kepada Nur bathin, dan
kepada ilmu bathin. Dan akhirnya sampai kepada ujud bathin.
Pandangan kedua ialah : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH, Artinya : memandang
banyak kepada yang satu. Pandangan ini dimulai pada pangkal pertama yakni ujud
bathin yang hakikatnya Zat semata-mata dan Zat yang satu itulah yang menerbitkan
ilmu bathin, yakni Sifat. Dan juga Nur bathin yakni Asma. Bahkan syuhud bathin yakni
Af’al. Maka apabila yang banyak itu berasal dari yang satu, akhirnya akan kembali juga
kepada yang satu. Dan apabila sekarang kita sudah kembalikan, maka tidak ada lagi ujud
kecuali Allah semata. Tamsil, cahaya terang itu adalah permulaan dari sinar matahari,
yang disebut siang. Sebelum itu didapat, lebih dahulu yang dipandang itu adalah
cahayanya yang terang tersebut. Kemudian baru sinar yang menerangi itu, sinar itu
menyatakan cahaya matahari. Meskipun tidak tampak, karena sinar itu tidak lepas dari
matahari. Bahkan cahaya terang itu juga menyatakan adanya matahari, karena datang
dari sinar yang ada pada matahari tersebut.Maka apabila sudah lenyap dan fana segala
yang lain daripada Allah Ta’ala dan sudah lenyap segala sifat-sifat kejadian, yakni majhor
kenyataan, maka akan tercapailah makam baqa ; yang disebut juga makam tajali atau
Nampak, makam Zuhur atau nyata; yang menghasilkan pandangan :
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH MA’AH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, yang
nampak bagiku Allah besertanya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH QABLAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, kecuali
yang nampak bagiku Allah sebelumnya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH BA’DAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, yang
nampak bagiku Allah sesudahnya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH FI’IH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, kecuali
yang nampak bagiku Allah dalamnya.
Demikianlah makam yang dicari setelah melewati fana dan fana ul fana.
Adapun yang dimaksud dengan fana oleh ahli tasawuf ialah : lenyapnya perasaan hamba
dari nafsu basyariah, yakni segala sifat-sifat ke-ia-an dan ke akuan dari kemanusiaan,
sudah takluk pada tuhannya, maka jadilah ia baqa dengan Allah Ta’ala.
Pertanyaan yang kedua adalah tentang diri.
Kapankah datangnya dan kapan pula kembalinya? Jawabnya ialah : bahwa diri bathin itu
datang kedunia ini adalah setelah adanya jasad, sesuai dengan firman Allah : yang
artinya ; kemudian kami sempurnakan jasad itu, lalu ditiupkan roh kepadanya.
Dan pertanyaan yang ketiga dan yang ke-empat ialah :
Darimana diri itu datangnya den kemana pula kembalinya, serta apa maksud datang
kedunia ini?
Jawabnya ialah : datangnya dari Allah dan kembalinya kepada Allah, adapun maksud
datang kedunia ini adalah dengan jasad sebagai alatnya.
Karena sudah dijelaskan fasal yang lewat : yaitu laksana kuda tungganganya dengan
penunggangnya. Kuda ditamsilkan sebagai jasad. Dan Roh sebagai penunggangnya.
Pada fasal yang lalu sudah kita jelaskan bahwa perjalanan salik dalam mencari dan
mengenal Zat Allah itu adalah dimulai dari bawah hingga kepada keatas atau yang
disebut TARRAQI : misalnya dimulai dari tauhidul asma, tauhidul sifat, tauhidul af’al dan
tauhidul Zat sampai kepada LA’MAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH, artinya : Tidak ada yang
ada kecuali dia jua yang ada.
Sekarang kita mengambil dalil dari pada kaum sufi yaitu sudah dimufakati ber-sama
bahwa : segala sesuatu selain Allah pada hakikatnya tidak ada, dengan kata lain semua
itu tidak dapat dikatakan ada, sebagai adanya tuhan.
Disini hamba katakan bahwa semua itu Allah dan Allah itu semuanya. Ujud alam ain ujud
Allah dan Ujud Allah ain ujud alam. Allah itulah hakikat Alam : maka wajarlah kita ini
dengan Zat Allah atau Ujud Allah (rahasia Allah).
Berkata ABU HASSAN AS SYAZALI r.a Bahwa ; melihat Allah itu dengan penglihatan iman
dan yakin, ini lebih kaya daripada melihat dalil-dalil. Lebih baik kita katakana bahwa; kita
tidak akan melihat alam, dan andaikata ada juga, maka penglihatan itu atau penglihatan
arifbillah itu tak ubahnya laksana melihat debu terbang diangkasa yang pada penglihatan
ada, tapi/namun dicari tak ada, artinya : tak dapat menangkapnya. Itulah perjalanan
arifbillah atau wali Allah ; yang telah sampai kepda makam fana dan makam baqa.

FANA TERBAGI ATAS TIGA BAGIAN.


1. Fana pada Af’al (perbuatan), sampai merasakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun
didalam ala mini, selain dari perbuatan Allah Ta’ala.
2. Fana pada Sifat, hingga sampai menyakinkan bahwa tidak ada yang hidup kecuali
Allah. Apabila dikatakan tidak ada yang hidup pada hakikatnya kecuali Allah ; berarti juga
tidak ada yang kuasa, yang berkehendak, yang ber-ilmu, yang mendengar, yang melihat,
dan yang berkata-kata, kecuali Allah semata-mata.
3. Fana pada Zat ialah ; hilang ujud yang lahir ini dan alam seluruhnya dan pandangan ;
kecuali Allah.
Jadi barang siapa yang melihat mahluk tidak punya perbuatan pada mereka, maka
sesungguhnya ia menang. Dan barang siapa yang melihat mahluk yang tidak ada hidup
pada mereka, maka derajatnya telah naik. Barang siapa melihat mahluk tidak ada pada
hakikatnya, maka ia telah sampai kepada titik yang dituju, yaitu titik puncak ilmu dan
ma’rifat. Apabila kita sudah menjalani yang tiga perkara ini, maka itulah makam fana
namanya, dan selanjutnya naik kemakam baqa, makam baqa itu ialah : HU ITU ALLAH
TA’ALA. Sedang makam fana kesimpulannya kepada : LAMAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH.
Tidak ada yang maujud, kecuali Allah Ta’ala.
Demikianlah apa yang dapat hamba sampaikan, kalau sudah faham dan mengerti,
kuburlah ia. Jangan dibeberkan ditengah masyarakat umum/awam, nanti bisa membawa
fitnah besar. Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang meng-
esakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan.

TAUHIDUL AF’AL.
MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA PERBUATAN
Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita yang terdahul sudah kita jelaskan/kita
sampaikan, titik tujuan pelajaran dan ilmu tasawuf adalah menuju jalan kembali kepada
Allah dan supaya liqo/ bertemu Allah, maka jalan bagi salik/ penuntut haruslah dimulai
dengan mempelajari dan mengamalkan tauhidul af’al, artinya : me-esakan Allah Ta’ala
pada segala perbuatan, yakni meninggalkan seluruh perbuatan yang ada pada makhluk
ini kepada Allah. Maksudnya pandanganlah olehmu dengan syuhud hati dan dengan
mata mata kepala dengan itikad yang putus dan dengan haqqul yakin, bahwa segala
perbuatan dan gerakan yang ada terlihat dalam ala mini, baik yang datang dari diri kita
sendiri maupun yang datang dari semua mahluk yang ada dalam ala mini : baik
perbuatan yang diridhoi oleh syara maupun yang dilarang oleh syara ; adalah
kesemuanya itu perbuatan Allah Ta’ala.
Memang itu perbuatan Allah; maka kalau kita lihat pada lahirnya segala perbuatan itu
dilakukan oleh manusia/hamba dan segala hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi
namun kita teliti dengan cermat dan dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan
akal, dengan seksama bahwasanya memang mahluk ini lemah, daif, hina tak punya daya
upaya sama sekali. Dan tidak punya sifat ta’sir dan sebagainya. Sedangkan segala
pebuatan itu tidak akan ada kalau sifat yang memperbuat itu tidak memiliki sifat-sifat
tsb. Sifat-sifat ta’sir itu ialah Qudrat, Iradat, ilmu, hayat sedang semua sifat-sifat itu ialah
kepunyaan dan milik Allah. Jadi segala perbuatan yang ada terlihat pada ala mini dan diri
kita, itulah perbuatan mazazi belaka, dan bukan hakiki. Itu adalah majhor dan kenyataan
perbuatan Allah kepada kita.
Allah menyandarkan perbuatannya kepada kita, adalah tanda kasih sayangnya, supaya
kita punya titik dan penempatan mengenal perbuatan Allah dan ZATnya. Disamping itu
juga merupakan coba dan ujian kepada kita ; apakah kita sanggup memandang
perbuataan Allah, atau menjadi orang buta dan sirik, mengakui/kekuatan dan perbuatan
dia sendiri lahir dan bathin/luar dan dalam.
Kenyataan dan kejahiran perbuatan Allah kepada hambanya ; inilah oleh kaum sufi
disebut usaha ihtiar hamba. Dan disinilah takluknya hokum syara’.
SYEH WAHAB SYAHRANI berkata ; beliau ada mendengar dari syaidina ALI AL HAWAS ia
berkata : Wajib bagi hamba meng’itiqadkan bahwa segala perbuatan dan usaha ikhtiar
hamba, sama sekali tidak memberi bekas dangan sekira-kira takwin dan atsar. Lebih jauh
beliau berkata, Allah menghendaki mengadakan suatu harakat atau yang disebut gerak
perbuatan, maka tidak akan ada ujudnya kecuali pada maddah atau tempat yang
menerima hokum yang dimaksud ; mustahil ada ujud gerak atau perbuatan tanpa ada
maddah itu. Maka yang dijadikan maddah atau tempat menjahirkan perbuatan Allah itu,
adalah hamba dan lain-lainnya. Itulah sebabnya dipandang ada segi lain, ada perbuatan
hamba.
Sangat banyak sekali penjelasan dalam Al qur’an dan hadits-hadits nabi yang
memberikan keterangan2 bahwa hamba atau mahluk ini sama sekali tidak punya
perbuatan. Antara lain menegaskan, WALLAHU KHOLAQOKUM WAMAA TA’MALUN
artinya : Allah yang menjadikan kamu dan segala perbuatan kamu. (surah as shaa ayat
96).
Dan lagi ayat yang berbunyi : WAMAA ROMAITA IZROMAITA WALAKINNALAHA HAROMA
Artinya ; Hai Muhammad bukanlah engkau yang melempar dikala engkau melempar, tapi
Allah lah yang melempar dikala engkau melempar. ( surah anfaal 17 ).
Jadi untuk kemantapan pandangan kita, kita harus selalu melatih diri dengan tidak
bosan-bosannya mensyuhud perbuatan Allah Ta’alaAzzawazalla. Kita hendak lah dalam
hidup ini tidak hanya melihat yang tersurat saja, tetapi juga yang tersirat. Dengan
basyirah hati kita ini, biar saja mata melihat perbuatan alam, namun dalam hati melihat
perbuatan Allah.
Biar saja telinga mendengar alam, namun hati kepada Allah. Biar saja mulut mengatakan
perbuatan si A si B dan si C, namun hati tetap tercurah kepada Allah. Boleh saja buat
misal sekedar untuk mendekatkan kepada Allah (kepada faham). Bahwa alam AKUAN
yang kita lihat ini dengan bermacam-macam corak dan ragam, hendaknya tak ubahnya
laksana kita melihat bayang2, yang mana hati kita akan tertuju kepada yang punya
bayang2 itu. Tidak mungkin bergerak bayang bayang, tanpa bergerak yang punya
bayang2. Jadi kesimpulannya adalah : tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang
kuasa, tiada yang berkehendak dan tiada yang berkata-kata pada hakikatnya melainkan
Allah Ta’ala.
Adapun zahir sifat ini kepada mahluk adalah tempat memandang sifat2 Tuhan yang zahir
pada mahluk, yakni bayang2 sifat tuhan kepada hamba. Seperti ujud kita adalah
bayang2 ujud Allah Ta’ala. Mustahil ujud bayang2 dengan tiada ujud yang
mempunyai/empunya bayang2. Dan mustahil pula bergerak bayang2 dangan tiada
bergerak yang empunya bayang2. Bermula misal ini karena untuk menghampirkan
faham jua adanya.
Jadi untuk kemantapan pandangan ini bahwa mahluk ini tiada mempunyai perbuatan
barang perbuatan, hanya saja perbuatan yang ada dalam ala mini perbuatan, hanya saja
perbuatan Tuhan Allah semata-mata. Dan jika engkau sangka ada perbuatan lainnya
daripadanya, walaupun sebesar zarroh, maka sirik lah engkau, artinya : mensekutukan
Tuhan dengan lainnya, (syirik khafi).
Demikianlah orang yang hendak me-esakan Allah Ta’ala pada Af’al atau perbuatan,
tanamkanlah keyakinan kita itu kedalam lubuk jiwa yang sangat mendalam. ,
sekira2/tidak bergeser walau sebesar zarrohpun. Kalau sudah mantap pandangan akan
Af’al Allah Ta’ala maka manunggallah perbuatanmu (manunggal dalam rahasia) dengan
Af’al-Nya.

TAUHIDUL ASMA
ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ASMA
Maksud dan tujuan me-esakan Allah Ta’ala pada nama : yaitu yang sebenarnya ialah
untuk mengenal Zat Allah, sehingga manakala kita memandang, mendengar, atau
melihat nama apapun jua pada mahluk ini, maka tercurahlah pandangan basyirah kita
dan perhatian kita kepada Allah s.w.t. Adapun pengertiaan me-esakan sama itu ialah
menyatukan, meninggalkan, dan mengembalikan seluruh nama-nama atau nama-nama
yang ada pada mahluk ini, kepada nama dan Zat Allah Ta’ala. Baik nama-nama yang
menurut hikmah dan manfa’at daripada benda ala mini ataupun nama-nama menurut
perbuatan mahluk ini, yang disebut dengan nama perbuatan atau asmaul af’al. Sekira-
kira dalam pandangan basyirah hati kita tidak ada yang bernama kecuali Allah. Jadi
nama-nama ini tidak terbatas kepada asmaul husna saja, tetapi lebih luas dan lebih
mendalam sekali atau tak dapat dihinggakan. Bermula kalfiat me-esakan Allah Ta’ala
pada asma itu, yaitu kita pandang dengan mata kepala dan dengan mata hati kita pada
asma Tuhan semata. Atau harus dikembalikan kepada Allah Ta’ala dengan dalil-dalil dan
alasan sebagai berikut :
1. Karena af’al mahluk adalah majhor dan kenyataan perbuatan Allah. Maka begitu juga
asma mahluk adalah majhor asma Allah yang tujuannya adalah untuk mengenal Allah.
2. Tiap-tiap nama menuntut ujud musama, yakni tiap-tiap nama tidak pisah dengan zat
yang empunya nama. Sedangkan kalau diperiksa dengan teliti dan dipandang dengan
pandangan ma’rifat, maka tidak ada yang maujud pada hakikatnya kecuali Zat Allah
Ta’ala.
3. Allah berfirman : WALILLAHIL ASMA UL HUSNA FAD’UHU BINAA. Artinya : Bagi Allah
ada nama yang baik-baik , maka beroleh kamu dengan DIA.
4. Sabda Rasulullah S.A.W : INNAMA TAD’UUMA MAN HUWA SAMI’UN BASYIRUN,
MUTAKALLIMUN, WA HUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM. Artinya : hanya saja kamu
berdoa kepada Tuhan yang maha mendngar lagi maha melihat, dan yang berkata-kata
dan DIA selalu beserta kamu dimana saja kamu berada.
Adapun cara kita mamusahadakan pandangan ini ialah dengan dua cara yaitu :
SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH. Artinya :
Pandang yang banyak pada yang satu. Dan pandang yang satu pada yang banyak. Disini
hamba simpulkan saja bahwa : Seluruh ASMA ini dari Allah dan kembali kepada Allah.
Jadi pada hakikatnya nama-nama yang ada pada mahluk ini nyata adalah : nama-nama
Tuhan Allah.
Maka dari itu wahai sekalian penuntut, mantapkan lah pandanganmu dalam segala
perkara, supaya ia tetap bagimu. Kalau sudah mantap pandanganmu, maka engkau yang
bernama halifah Tuhan dalam dunia fana ini. Sekarang baiklah kita teruskan tentang me-
esakan sifat Allah Ta’ala. Tetapi sebelum kita membicarakan tentang me-esakan sifat
Allah Ta’ala : maka baiklah anda sekalian hamba bawa kepada membicarakan tentang
ayat Alqur’an yang berbunyi : FA’ILUN ILALLAH, Artinya SEMUA KERJA DARI ALLAH.
Maka yakinlah kita sekarang ini tak da yang perlu kita ragukan lagi. Karena sysk dan
ragu itu adalah musuh kemerdekaan akal. Demikianlah penjelasan hamba mengenai
tauhidul asma. Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang me-esakan
Allah Ta’ala pada sifat, artinya : seluruh sifat-sifat yang ada dalam alam ini, si empunya
kepada sifat Hayat.
TAUHIDUS SIFAT
me-esakan ALLAH TA’ALA PADA SEGALA SIFAT
Maksudnya me-esakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah : mengembalikan,
meninggalkan seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk ini kedalam sifat-sifat Allah s.w.t.
dengan pengertian yaitu memfanakan sifat-sifat mahluk ini, kedalam sifat-sifat Allah
Ta’ala sehingga tercapailah pandangan, bahwa tidak ada yang bersifat kecuali Allah
Ta’ala saja.
Adapun tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah, sedangkan sifat-sifat yang ada
pada mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah zahirkan sifat-
sifatnya itu kepada hambanya atau mahluknya, karena rahmatnya supaya mahluk itu
sendiri mempunyai tangga dan jembatan untuk mengenal sifat-sifat Allah. Dan bukan
jadi dinding dan hijab untuk melihat sifat-sifat Allah, Tuhan yang kita cari, kita cintai.
Adapun kaifiat dan cara memandang sifat Tuhan itu ialah :
Engkau pandang dengan hatimu dan dengan mata kepalamu dengan haqul yakin dan
dengan i’tiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat di alam ini kecuali Allah.
Seperti : kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, basyar dan kalam. Semuanya adalah sifat-
sifat Allah.
Jadi sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat majaji belaka, bukan hakiki.
Maka daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada kita sekarang ini
adalah nyata sifat-sifat Tuhan Allah semata. Kalau kita sudah mengembalikan sifat-sifat
yang ada pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat
Allah.
Sehingga tidak ada lagi yang bersifat, kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita
bahwa : kita ini tidak punya perbuatan, tidak punya nama dan tidak punya sifat kecuali
Tuhan. Sekarang tinggal lagi menge-esakan Allah Ta’ala pada Zatnya.

BEBERAPA PENJELASAN
Sebelum kita membicarakan tentang tauhidul Zat. Maka marilah kita jelaskan dahulu
tentang tauhidis sifat itu tadi. Didalam istilah ilmu tasauf ada beberapa perkataan yang
menyangkut masalah sifat itu tadi. Kata-kata itu seperti dibawah ini :
ZAIDUN MAAQAAMA, MANQALA, MANFAKA, MAAKUMA, LA’UDMA, QADIMUN, LA HANA.
Maksudnya ialah : tentang dari sifat-sifat itu sebagai berikut :
Sifat-sifat Allah itu tidaklah berdiri kepada ZAT. ( tidak berdirinya seperti sifat hitam
kepada sesuatu benda ). Maksudnya tidak berpindah dari Zatnya, tidak terlepas daripada
Zatnya. Dan tidak tersembunyi dari Zatnya, bukan berarti tidak ada. Dia qadim karena
qadimnya zat, dan tidak akan binasa selamanya, jadi begitulah hakikat sifat-sifat Tuhan
tidak pernah berpindah kepada mahluknya. Ia seperti nafi isbat jua, tidak bercerai dan
tidak bersatu, tetapi memang satu dalam rahasia. Maka dari itu supaya hambanya dapat
mengenal sifat-sifat Tuhan. Ia zahirkan NUR dan benderangnya sifat-sifatnya itu kepada
Roh kita, seperti sudah kita jelaskan dahulu tadi.
Jadi kalau tahkik pandangan kita dengan cara demikian, niscaya fanalah sifat-sifat kita
dan mahluk sekaliannya kedalam sifat Allah. Maka dapatlah kita rasakan bahwa : tidak
mendengar kita, tidak melihat kita, tidak berkata-kata kita, tidak tahu kita, melainkan
dengan pendengaran Allah, dengan penglihatan Allah, dengan kalam Allah, dengan
tahunya Allah. Dan tidak hidup kita ini, melainkan hayatullah zat, hingga yang lainya
daripada sifat-sifat Allah s.w.t. semata-mata. Demikianlah penjelasan hamba. Baiklah kita
teruskan kepada mengeesakan Allah Ta’ala pada ZAT, agar supaya para penuntut
menjadi maklum adanya.

TAUHIDUL ZAT
ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ZAT
me-esakan Allah Ta’ala pada zat adalah jalan yang terakhir dari perjalan seorang salik.
Disinilah titik terahir bagi arifibillah untuk menuju Allah dan disini perhentian perjalanan
kaum sufi dan para wali-wali.
Dan disinilah batasnya mi’rojnya orang-orang mukmin sejati. Apabila sudah mencapai
kepada makam tauhidul zat itu, maka diperolehnya kelezatan dan kenikmatan yang tiada
taranya.
Hanya dengan itulah yang dapat memuaskan dahaga jiwanya : menenangkan qalbunya,
nikmat-nikmat yang tak dapat diperoleh orang lainnya. Inilah puncak rasa menikmati
ridhonya : puncak kebahagiaan yang kekal dan abadi sepanjang masa. Bermula kaifiat
atau cara me-esakan Allah Ta’ala pada zatnya, yaitu : engkau pandang dengan mata
hatimu dan curahkan seluruh perhatianmu itu semata-mata kepada Tuhan seru sekalian
alam. Karena sudah nyata kepada kita bahwa : TIADA YANG MAUJUD DALAM ALAM INI,
KECUALI ALLAH. DAN TIADA MAUJUD YANG DALAM UJUD INI, HANYA ALLAH.
TIADA/TIDAK DALAM JUBAH MELAINKAN ALLAH. DAN TIDAK ADA DIDALAM YANG ADA
INI, KECUALI DIA. Karena sudah jelas bagi arifibillah, bahwa : AL HAQ ADA PADA NABI
KITA MUHAMMAD S.A.W.
Kalau al-hak ada pada nabi, demikianlah ada pada kita. Demikianlah hamba tambahkan
supaya anda menjadi faham, dan supaya dapat melaksanakan tugas masing-masing.
Firman Allah Ta’ala : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRROHU. Artinya insan itu rahasiaku
dan akupun rahasianya. Dan lagi firmannya : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI
WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH. Artinya insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku,
dan sifatku itu tiada lain daripada aku jua. Jadi jelas kepada kita bahwa memang : LA
MAUJUDA BIHAQQIN ILALLAH. Artinya tiada yang maujud didalam alam ini, melainkan
Allah.
Pandangan yang demikian adalah dengan alasan-alasan :
1. Semua zat mahluk itu nampak dilihat dengan mata ini, itu bukan hakiki ( rusak ). Dan
itu hanya ujud hayali dan wahmi jua, yaitu sangka-sangka saja, dengan tidak beralasan,
karena ujudnya berada antara dua ADAM. Sedang ujud yang berada antara dua itu,
hukumnya ADAM, yaitu : ujud hayal.
2. Sedang ujud Adam itu tiada maujud pada hakikatnya, hanyalah ia maujud kepada
Allah Ta’ala yang hakiki dan fana dibawah ujudnya. Ujud yang lain daripada ujud Allah
semuanya qaim, artinya berhajat kepada Allah Ta’ala. Jadi jelasnya begini dia tidak akan
ujud, kalau tidak diwujudkan oleh Allah Ta’ala. Yaitu : yang biasanya disebut dengan
majhor atau kenyataan ujud Allah Ta’ala.
3. Adanya nyata : dan semua ujud ala mini adalah yang dimaksudkan hanya sekedar
dalil titian untuk memandang kepada zat Allah Ta’ala.
4. Jadi pada pelajaran yang lalu itu sudah kita jelaskan bahwa sifat-sifat yang ada pada
mahluk ini nyata sifst-sifat Allah s.w.t. Jadi kalau demikian jelas dan nyata bahwa : zat
mahluk ini berarti juga sesungguhnya nyata sifat dan afi ’al, tidak lepas dari zat.
5. Ujud semesta ala mini tak ubahnya laksana debu yang terbang atau diterbangkan oleh
angin diangkasa : pada penglihatan mata ada, tapi kalu dicari tak ada. Kalau sekiranya
ada ujud ala mini pada hakikatnya, maka pasti pula ada sifat-sifat atau af’al yang
member bekas itu. Sedangkan semua itu sifat dan af’al yang memberi bekas itu tidaklah
ada, selain daripada sifat dan af’al Allah Ta’ala semata-mata.
6. SYEH SIDIK IBNU UMAR KHAN berkata : Semua ujud lain daripada Allah Ta’ala,
laksana ujud sesuatu yang kita lihat dalam mimpi. Tidak ada baginya hakikat apabila kita
terbangun dari tidur, maka hilanglah semua itu. Begitulah hendaknya pandangan kita
terhadap ujud ala mini sesuai dengan hadist yang berbunyi : FALANNASU NIYA’AFAIJA
MA’ATU INTABAHUA. Artinya ; manusia adalah tidur apabila mereka mati, barulah
mereka bangun atau jaga.
Baiklah hamba uraikan sedikit tentang hadist yang baru kita baca tadi, supaya kita
faham. Manusia semuanya itu tidur, apabila bangun barulah mereka jaga, maksud hadist
ini tadi ialah : orang yang hidup dengan hawa nafsunya sendiri, bagaikan orang yang
tidur, walaupun ia dalam keadaan bangun. Mereka berbangga dengan nafsunya sendiri
dan dengan aku-anya, tetapi orang yang telah sampai kepada rahasia yang satu itu,
itulah orang yang bangun dari tidurnya. Jadi siapapun yang masih tidur, maka mereka
itu tetap betah pada nafsunya sendiri, yaitu yang belum mengembalikan hak Allah Ta’ala,
mereka itu tetap dalam hak Adam Demikianlah sepintas kilas hamba uraikan dan yang
dimaksud mati disini ialah : mati ma’nawi atau mati ma’na saja. Itu sesuai dengan hadist
nabi s.a.w. yang berbunyi : ANTAL MAUTU QOBLAL MAUTU. Artinya matikan dirimu
sebelum engkau mati. Jadi disini adalah mati nafsu saja. Maka daripada itu untuk
mematikan nafsu itu jalannya ialah melepaskan diri dari belenggu penjajahan hawa
nafsu angkara murka. Jalannya ialah mengikuti jalan sufiah, yang mereka itu telah
berada dipuncak. Demikian seperti apa-apa yang hamba uraikan menurut yang terdahulu
itu. Untuk lebih mantapnya lagi, baiklah hamba bawa anda kedalam laut ma’rifat yang
penuh dengan ombak dan badai, sehingga anda bisa mabuk karenanya. Mabuk disini
artinya : Karam lenyap, hancur dan lebur kedalam hakikat hidup yang sebenarnya. Yaitu
lebur kedalam hidup yang sejati telah Esa dengan seisi alam dan bersatu dengan seluruh
per-kemanusiaan. Demikianlah contoh bagi orang yang hendak mengenal diri. Sekarang
baiklah kita berkisar pula kepada membicarakan tentang makam fana atau maka binasa.

MAKAM FANA/MAKAN BINASA


Makam fana ialah : Hilangnya ujud kita ini lahir dan bathin. Bukan hilang pada nafsu
ammaroh, tetapi hilang dalam pandangan makhluk, kalau kita sudah benar-benar
memesrakan diri kita lahir bathin kepada Nur Muhammad dan bersatu dengan seluruh
perikemanusiaan dan bersatu dengan seluruh perikemanusaiaan dan bersatu dengan
seluruh alam, maka kalau sudah beroleh wasiat, hingga lenyaplah sifat2 Allah Ta’ala.
Inilah yang disebut dngan fana dan baqa,
1. kudrat kita lenyapkan kepada kudrat Allah Ta’ala,
2. iradat kita lenyapkan kepada iradat Allah Ta’ala,
3. ilmu kita lenyapkan kepada ilmu Allah Ta’ala,
4. hayat kita lenyapkan kepada hayatullah Zat,
5. pendengaran kita lenyapkan kepada pendengaran Allah Ta’ala,
6. penglihatan kita lenyapkan kepada penglihatan Allah Ta’ala,
7. perkataan kita lenyapkan kepada perkataan Allah Ta’ala.
Maksud diatas tadi ialah :
1. wala qadirun : tiada kuasa hanya Allah Ta’ala,
2. wala muridun : tiada berkehendak hanya Allah Ta’ala,
3. wala alimun : tiada tahu hanya Allah Ta’ala,
4. wala hayyun : tiada hayat/hidup hanya Allah Ta’ala,
5. wala basyirun : tiada melihat hanya Allah Ta’ala,
6. wala sami’un : tiada mendengar hanya Allah Ta’ala,
7. wala muttakalimun : tiada yang berkata-kata hanya Allah Ta’ala.
Jadi kalau sudah begini fana lah zat kita dan sifat kita zahir dan bathin, inilah dalilnya.
1. MAUJUDUN WAHIDUN : Ujud yang empunya ujud Esa.
2. WAJATUN WAMAUSUFUN : Zat dengan empunya zat adalah Esa jua.
3. SIFATUN WAMAUSUFUN, Wahidun sifatun wahidun ; sifat dengan empunya sifat
adalah Esa.
4. ASMAUN WAMAUSFUN, Wa asmaun wahidun ; nama dengan yang empunya nama
adalah Esa jua.
5. AF’ALUN WAMAUSUFUN, af’alun wahidun ; af’al dengan yang empunya af’al Esa jua.
Jadi inilah yang disebut arti dan makna yang sebenarnya daripada fana dan baqa itu
tadi.
Inilah arti fana dan baqa yang dituntut oleh seorang salik/penuntut/tholib/murid. Adapun
alam insan itu terhimpun kepada diatas daripada segala alam, jika bukan karena insane,
sesuatu pun tiada dijadikan/dijahirkan oleh Tuhan selamanya. Dalil menyatakan : Al
insane sirri wa ana sirrohu, artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Dan lagi :
Al insanu sirri wa ana sirri, sifatun wasifatin lagoirih : artinya ; insan itu rahasiaku,
rahasiaku itu sifatku, tiada lain daripadaku jua.
Maka dari itulah insan dilebihkan oleh Allah Ta’ala daripada malaikat ; pun demikian lah
hendaknya itikad kita adanya. Yaitu : itiqad yang putus adanya, dan tiadanya, dan
adanya.
Kalau anda sudah faham benar berarti putus itiqadnya, dan tiadanya dan adanya; maka
barulah mendapat makan ARIFIN yang sebenarnya. Baiklah hamba uraikan secara
ringkas tentang; ADANYA DAN TIADANYA.
MANUNGGAL DUA UNSUR KETIDAK ADAANYA : ADALAH KEADAANYA, DAN KEADAANYA
ADALAH KETIADAANYA.
Sekarang baiklah kita buat contoh/missal :
Kalimah : LA ILAHA ILLALAH itu meliputi sangkalan dan pengakuan. Adalah keadaan/
adanya dan tiadanya keadaannya/tiadanya, artinya : hakikat dari Tuhan adalah tiadanya?
Dalam ketidak adaannya/tiadanya : DIA mulai ADA. Yang terakhir lagi disebut : keadaan
yang abadi.
Itulah makna atau arti dari : ADANYA DAN TIADANYA.
Sekarang kita teruskan sedikit lagi tentang ada dan tiada. Keadaan yang abadi dan
ketidak ada-anya keduanya sekalian bersamaan (sekaligus bersamaan). Adalah
merupakan : Ujud dari Tuhan. Sangkalan mengandung pengakuan yang positif.
Jadi disini sangkalan dan pengakuan tidaklah terpisah dan tidaklah tersentuh,
maksudnya ialah : bercerai tidak , bersatu tidak : akan tetapi keduanya Nafi dan dibatasi
oleh kalimah ILA dan tidak boleh masuk kedalam kalimah ILLALLAH.
Selanjutnya kita harus tahu keadaan harus memberi petunjuk yang terang tentang apa
yang dianggap ada, seperti suatu petunjuk terhadap yang ditunjuk.
Jadi rumus ILLALLAH adalah yang dianggap sebagai ADA. Maka mutlak lah nama
keadaan yang maha mulia dari Tuhan Allah Azzawalla, hanya untuk dialah rumus
ILALLAH itu tepat. Jadi kesimpulannya adalah : SERBA ESA, SERBA SATU, DAN
HITUNGAN SEGALA JIWA-PUN ADALAH SATU (DALAM RAHASIA TUHAN).
Disini tidak ada lagi dua faham dalam ujud, tidak ada lagi dua kata dalam perbuatan,
tidak ada lagi dua unsur dalam asma dan tidak ada lagi dua jenis kehidupan. Dan tidak
ada lagi dua rumus dalam Zat dan Sifat segalanya : QADIRUN BI ZATIHI, MURIDUN BI
ZATIHI, ALIMUN BIZATIHI, HAYUN BIZATIHI, SAMIUN BIZATIHI, BASYIRUN BIZATIHI,
DAN MUTTAKALIMUN BIZATIHI.

Sekarang kita teruskan pula pembicaraan kita kepada tentang hakikat Muhammad secara
ringkasnya.
Hakikat Muhammad itu ialah NUR MUHAMMAD.
NUR MUHAMMAD itu ialah HAKIKAT ALAM.
NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya asal
segala kejadian dan akhir segala kenabian : AL-HAQ dan dia pada Nabi. Itulah sebabnya
hakikat MUHAMMAD itu disebut utusan, maka kalau hakikat Muhammad itu disebut
utusan tuhan maka carilah dan galilah sedalam-dalamnya hakikat hidup kita ini, supaya
bisa pulang kembali keasalnya, yaitu kembali kepada hidup yang sejati, yaitu hidupnya
tuhan yang kekal dan abadi, dan asali dan tidak terkena rusak. Itulah yang disebut Zat
yang maha besar HAK Tuhan Allah yang dikenal dengan sebutan : HAQQULLAH TA’ALA.
Itulah tempat kembali, tempat manusia Ma’rifat, sebagai kesempurnaan kita yang sejati
dan abadi. HAQQULLAH itu adalah sebagai kenyataan kita yaitu, untuk alam akhirat nanti
dan alam dunia ini.
LIQO-PERTEMUAN
Bertemunya makhluk manusia kepada Tuhan dan sampainya, itulah puncak harapan, dan
dengan itulah ia mencapai akan kebahagiaan dan kerajaan besar, bahkan dengan itulah
ia akan lupa dan terhibur dari segala sesuatu selain Allah. Apabila tuhan membukakan
bagimu jalan untuk ma’rifat atau mengenal kepadanya, maka janganlah engkau
menghiraukan asal amalmu yang masih sedikit umpamanya.
Sebab tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia memperkenalkan DiriNya
kepadamu. Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rifat itu adalah puncak keuntungan
seorang hamba, maka tak usah kau hiraukan berapa banyak banyak amal kebaikanmu
atau amal perbuatanmu, meskipun masih sedikit amalmu dengan anggota yang lahir,
Ma’rifat itu suatu karunia pemberian Allah kepadamu, maka Ia sekali-kali tidak
tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikanmu.
Andaikata engkau tidak dapat sampai kepada Allah : kecuali sesudah habis lenyap semua
dosa dan kekotoran sirik, niscaya engkau tak dapat sampai kepadanya. Untuk
selamanya. Tetapi bila Allah menarik engkau kepadanya, maka Allah menutupi sifat2mu
dengan sifatNya, dan kekuranganmu dangan kurniaNya. Hilangkan pandangan mahkluk
kepadamu, karena puas dengan Penglihatan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian
makhluk kepadamu, karena melihat bahwa Allah menghadap kepadamu.
Sebaik-baik saat dalam hidupmu : ialah saat ingat kepada tuhan, dan putus hubungan
dengan segala sesuatu yang lainnya.
Dan apabila pada saat itu tidak ada lagi pandangan yang lainnya dari Allah, maka pada
saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah.
Nikmat itu meskipun beraneka macam bentuknya : hanya disebabkan karena melihat
dan dekatnya Allah. Demikianlah pula siksa itu walaupun ber macam-macam bentuknya
itu hanya karena terhijab dari Allah. Demikanlah pandangan orang yang faham.
Kesimpulannya adalah : siksa itu karena adanya hijab. Dan nikmat itu karena melihat
kepada Zat yang wajibal ujud. Dan siapa fana dengan Allah: pastilah ia lupa segala
sesuatu, dan siapa yang benar2 mengenal kepada Allah, Niscaya tiada risau dan sedih
lagi menghadap hidup ini. Lagi pula barang siapa telah sampai titik puncak, Wali Allah
namanya, atau yang sering disebut : AL ALIMURROBANIYAH, ( Alim yang sebenarnya).
Ma’rifat yang paling tinggi dan yang paling dianugrahi Allah Ta’ala dengan ilmu
Terbayang.
Apakah ilmu terbayang itu?
Yang dimaksud ilmu ternyang itu ialah ; ILMU LADUNIYAH, yang tiada mudah hilang.
Sedang ilmu yang tampak ini mudah hilang dibawa angin lalu, jadi yang dinamakan ilmu
yang tampak ialah ilmu hafalan dan darusan. Apabila lupa ia dengan ilmunya, niscaya
terhenti bicaranya (lafalnya). Karena kalau diteruskan bisa membawa kehancuran dan
kerusakan menyeluruh. Itulah dia ilmu yang tampak. Sedang ilmu terbayang tak pernah
pudar untuk selama-lamanya. Ilmu yang tampak hanya dimilki orang alim fiqih, sedang
ilmu terbayang dimilki oleh Ahlullah.
Jadi ilmu yang tampak itu hanya bercahaya dalam alam dunia ini saja. Sedang ilmu yang
terbayang, bercahaya-cahaya meliputi hati orang yang memiliki qalbun salim. Artinya ;
hati yang latif yang bersifat ketuhanan (Lahud).
Itulah DIA yang disebut cahaya yang terang cemerlang yang tiada harapan tuhan
bartajali kepadanya. Dia bukan Zat, bukan benda dan bukan materi: tetapi dia adalah
……………………………… yang paling sulit pada segalanya. Itulah DIA kaymiyakbathin, DIA
diatas daripada ilmu yang ada dalam dunia ini.
Kalau masih terhenti kepada ilmu, belumlah ilmu. Ilmu yang sejati ialah : ALIMULGOIBI
WASYSYA’ADAH. Ilmu yang seperti ini hanya dianugrahi kepada hambanya yang
dikehendakinya.
Ilmu yang nyata boleh untuk semua orang, ilmu yang goib hanya untuk hambanya yang
beroleh petunjuk dan anugrah istimewa daripada Allah Ta’ala, bukti nyata lihatlah
kepada nabi-nabi, khususnya kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Kalam yang tertulis dalam Al qur’an datangnya darimana dan kembalinya atau si
empunya kemana?
Apakah setelah membekas pada kulit2 kayu, daun korma, dibatu dan dikayu2 : sudah
hilangkah yang sejatinya?
Apakah Al qur’an itu hanya tertulis di lukh mahfut saja? Adakah lagi lainnya? Bagaimana
riwayatnya dan apakah nama tempatnya?
Kitab yang diturunkan Allah kebumi ini ada 104 buah kitab, Adakah kitab yang
tersembunyi dibalik yg 104 itu? Tidak; Kitabullah yang sebenarnya itu apakah ia
berhuruf, bersuara, dan merupakan kata-kata?
Manusia ini ini hanya diberikan sedikit saja percikan kalam Tuhan yang hakiki dan Azali.
Jadi siapa yang berhajat kepada ilmu, ilmulah namanya, siapa yang berhajat kepada
Allah, Allah namanya.
Dan barang siapa tiada berhajat kepada ilmu dan kepada Allah, ITULAH YANG
SEBENARNYA, yang sampai.
Inilah makam tuhan yang hakiki dan Azali. Dan inilah makam Ahlul akhirat namanya.
Inilah makam nabi-nabi dan rasul-rasul Allah, inilah makam MAHMUDAN namanya:
Makam yang terpuji dilangit dan dibumi, jadi siapa yang dikehendaki Allah, semuanya
Jadi.
Tidak ada tertengah bagi Allah, hanya engkau sendiri kurang faham dengan Allah. Bila
engkau faham dengan Allah, maka berarti engkau sefaham dengan Allah. Artinya :
fahaman satu rahasia dengan faham Allah. Kemauanmu satu rahasia dengan kemauan
Allah. Kebesaranmu satu rahasia dengan kebesaran Allah. Akhirnya Ujudmu dan
hidupmu satu rahasia dengan Ujud Allah dan Hayatullah Zat. Dan satu rahasia dengan
perikemanusiaan, dan dengan seluruh jagat raya ini. Dan se-gala2nya dalam hal apapun
jua, tetapi tetap satu rahasia dengan kebesaran dan kemuliaan dan kekerasan, keelokan
dan kesmpurnaan zat. TUHAN YANG MAHA AGUNG DAN YANG MAHA SEMPURNA.
PANDANGAN HIDUP MUSLIM
Marilah kita menjadi seorang sufi, menjadi seorang sifa. Karena kita adalah pengikut nabi
yang telah disucikan dan dibersihkan atau mutafa. Marilah kita menjadi sufi, dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari, suci dalam perniagaan, sufi dalam pergaulan, sufi
dalam hidup kasih sayang, dan sufi dalam hubungan dengan Tuhan. Sufi sejati luas
perasaannya, tinggi hikmahnya dan putus segala tali pengikat yang mengikat kebebasan
jiwa, terikat oleh siapapun, dan oleh apa-apa saja, selain terikat oleh Allah.
Sufi yang sejati meleburkan dirinya kedalam masdar tempat asalnya, fana diri kedalam
baqa. Dalam manusia biasa, maksudnya dalam pandangan manusia biasa, Tuhan adalah
yang maha kuasa atas alam ini. Alam ini dibolak balikkan, ditelentangkan dan
ditelungkupkan oleh satu zat yang maha kuasa : ALLAHU AKBAR. Dalam pandangan sufi
memandang bahwa Tuhan itu adalah hakikat ujud dalam hidup ini atau hakikat kekuatan
dalam hidup. Kekuatan dan tenaga itulah menjadi gerak gerik hati manusia bahwa gerak
gerik alam alam maya pada ini. Sufi yang sejati ialah : yang selalu ingat kepada Allah
dalam setiap saat dan lidah tidak kering-kering menyebut Allah, dengan maksud
nyawanya tidak putus mengingat Allah. Meskipun lidah jasmaninya berdiam diri saja. Sufi
sejati telah putus segala-gala rantai yang beri batas dengan alam. Rohaninya terbang
tinggi laksana burung yang terbang keangkasa luas menyusup awan hijau,
ditinggalkannya sangkar, naik ke atas puncak gunung, ditinggalkannya gunung naik ke
atas awan hijau, dia bertahta di atas awan hijau, dipandangnya sangat lemah sekali alam
semesta ini, termasuk dirinya, kian lama kian terasa semakin lemah, AKUNYA : yang
akhirnya leburlah AKU kedalam hakikat AKU yang sebenarnya. Itulah ufuk tinggi luar
biasa, kadang-kadang ia berjumpa dengan orang-orang suci, atau aulia Allah, dan wali
Allah, serta orang-orang ahli tasauf. Inilah mi’rojnya yang pertama bagi seorang sufi.
Jadi kalau aku masih merasa aku, maka belumlah aku sampai kepada inti cinta. Kalau
AKUKU : Aku leburkan kedalam Engkau, maka AKU adalah ENGKAU dalam segala hal.
Kini AKU tiada disana. Hanya engkau tinggal semata. Sekarang AKU tak dapat berkata-
kata lagi. Bagaimana AKU menerangkan tentang DIA. Sedangkan AKU dengan AKU, dan
AKU dengan dimana. Kalau AKU kembali, maka dengan AKU kembali itu terpisah. Kalau
AKU lalai, dengan lalai itu, AKU diringankan. Apabila AKU berpadu kembali barulah
jiwaku menjadi tentram dan damai/bahagia. Inilah pendirianku atau akidahku yang
terakhir. Akhirnya : AKUKU LEBUR KEDALAM JIBU.
LAHURUFIN WALA SAUTIN, artinya : Tiada huruf, tiada suara, tiada kata-kata, zat
dirinya.
Jadi kalau seorang penuntut telah sampai kepada JIBU / LA HURUFIN WALA SAUTIN :
Maka pastilah ia faham akan apa-apa yang dibicarakan. Jadi siapa-siapa belum faham,
berarti dia belum bisa menangkap segala pembicaraan yang amat halus ini dan sulit
baginya untuk memahami. Demikianlah apa-apa yang dapat hamba sampaikan.

ALAM DAN TUHAN


Kehidupan dan alam penuhlah rahasia-rahasia. Rahasia-rahasia itu tertutup oleh dinding.
Diantara dinding-dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri. Tetapi rahasia-rahasia itu
mungkin terbuka atau tersimpan. Dan dinding-dinding / hijab itu mungkin tersimbah kita
dapat melihat atau merasai berhubungan langsung dengan yang ter-rahasia, asal kita
sudi menempuh jalannya. Jalannya ialah jalan yang dinamai tarikat. Dan jalan inilah yang
menyampaikan kepada ilmu hakikat. Jadi kumpulan ilmu pengetahuan syariat,
kesediannya menempuh jalan tarikat dan mencapainya akan hakikat, dan semuanya.
Jadi ma’rifat itulah kumpulan ilmu pengetahuan, amal dan ibadah. Kumpulan daripada
ilmu, dan filsafat agama. Kumpulan daripada pengamalan dan perasaan atau zauq. Dan
kumpulan daripada mantik, keindahan dan cinta.
Jadi syariát itu artinya kenyataan, dan tarikat itu jalan.
Sedang hakikat itu artinya : yang sebenarnya, yaitu : Itiqad yang sebenarnya, yang wajib
dipercayakan dan takluk ia kepada perbuatan hati.
Hakikat itu ialah kebenaran sejati dan mutlak. Yang padanyalah ujung segala perjalanan
bagaimanapun jauhnya. Akhirnya daripada segala langkah tujuan segala jalan. Dan
untuknyalah syariát dan undang-undang, dan didalam perjalanan menuju hakikat itu,
orang memulai dari dalam dirinya sendirinya. Untuk mengenal Tuhan kenallah diri ( diri
sendiri ). Perjalanan itu dimulai dari dalam kita sendiri dari dalam terus kedalam,
akhirnya serba alam dengan keindahannya dan dengan keganjulannya, hanyalah sebagai
aksi pencari diri. Disini sering terjadilah cara yang didapat oleh ahli suluk atau ahli
perjalanan / tharikat.
Setengahnya karena saking asyiknya, maka dirasainya bahwa diri tiada lagi. Yang ada
hanya yang ada atau: LAMUJUDA BIHAQQIN ILALLAH (hanya Tuhan yang ada sedang
mahluk tiada ). Yang ada ialah yang AWAL, yang tidak ada permulaan dan yang akhir
tidak ada penghabisan.
Adapun diri sendiri dalam alam seluruhnya tidaklah ada ; sebab awalnya ADAM, artinya
tiada. Dan ahirnya fana dan lenyap : maka apabila jalan itu telah dijalani dengan
segenap kesungguhan, ketaatan, dan setia memegang segala syarat dan rukunnya,
akhirnya bertemulah kita dengan hakikat yang sebenarnya.
Mula-mula tercapailah kasyap, yaitu terbukalah rahasia yang senantiasa yang
menyelubungi antara kita dengan DIA.
Maka dengan itu terbukalah hijab atau dinding yaitu : dinding-dinding tebal yang
memisahkan kita dengan DIA, dan dinding-dinding itu ialah :Hawa nafsu kita sendiri atau
yang disebut angkara murka, atau nafsu hewani atau nafsu syaiton. Maka dari itu
gunanya kita TAJAHUT, artinya : melepaskan diri dari belenggu segala ikatan atas diri
kita sendiri.
Dan apabila rohani kita telah mencapai kesempurnaan, maka otomatis takluklah jasmani
kepada kehendak rohani. Pada waktu itu tidak ada miskin lagi, bahkan mautpun sebagai
sangkar kecil kepada kebebasan luas mencari kekasih. Dan mereka katakana, mati itu
adalah alamat CINTA sejati dan mutlak. Disini timbullah dalam kata yaitu yang dikatakan
hulul. Hulul yaitu : timbul kesatuan diantara asyik dan ma’syuknya. Atau meninggalnya
antara asyik ma’syuk atau yang mencintai dengan yang dicintai, sehingga AKU adalah
DIA, dan DIA adalah AKU dan AnAL-HAQ. Disini mulailah ada pertingkahan diantara
ulama ahli lahir dengan ulama ahli bathin. Tentu saja ada yang menolak dan adapula
yang membela. Kata yang membela, orang yang telah mabuk cinta dan rindu, yang
diliputi oleh perasaan-perasaan lebih mendalam daripada orang yang hanya
menggunakan akal semata dan mantik semata.

AHLI TASYAUF YANG SEJATI


Ahli tasyauf yang sejati ialah mereka yang benar-benar memegang agama yang tulen.
Ahli sufi yang sejati ialah mereka yang jiwanya bebas tidak terikat oleh apa-apa atau
siapapun, dan bebas menjalankan kebenaran dari ilahi robbi. Berani mengatakan itu
benar dan ini salah. Ahli tasyauf adalah putus dengan mahluk dan erat hubungannya
dengan Tuhan, pandangannya Allah semata. Ahli tasyauf tidak melihat kepada dirinya
lagi, hanya Allah dalam pandangannya. Jadi siapa yang masih melihat kepada dirinya,
niscaya tiada melihat akan Tuhannya. Seluruh pandangan ruhaniyah memandang satu
dalam banyak. Dan yang banyak pada yang satu.
Terhimpun dalam satu kesatuan yang dalam istilah sufi disebut pabrik KUN dan yang
diatur oleh seorang insinyur yang pintar ialah : ALLAH TA’ALA. Kalau pandangan kita
sudah mantap separti itu, maka hilanglah rasa takut dan gentar, kecuali kepada Allah
saja. Jadi pandangan seorang yang dibawah memang berbeda dengan yang diatas. Ujud
selain daripada ujud Allah adalah ujud injaman karena semua itu Allah dan Allah itu
semuanya, ia hanya pertanda dari yang sebenarnya ada. Yang ada adalah yang ada,
yang ada ialah yang awal dan tidak ada permulaannya, yang ahir tidak ada
penghabisannya.
SABDA RASULULLAH S.A.W.
Zabir berkata, katanya : RASULULLAH S.A.W. bersabda : Siapa dapat melakukan
HUSUDHZAN artinya ; baik sangka kapada Allah Ta’ala, sehingga ia tiada mati kecuali
tetap dalam husnudhzan terhadap Allah Ta’ala.
Maka haruslah kita berbuat husnudhzan terhadap Allah Ta’ala dan pada sesama kita
umat MUHAMMAD.
Sesungguhnya kata NABI, sebaik-baik fi’il / kelakuan ibadah kepada Allah ialah : baik
sangka kepada Allah. Baik sangka kepada Allah itu pertanda bahwa sudah bulat
tawakkalnya kepada Allah, dan penyerahannya kepada Allah, orang itu jaminannya
hanya Allah.
LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI
Artinya : TAK ADA DAYA UNTUK BERBUAT KEBAIKAN
DAN TAK ADA UPAYA UNTUK MENOLAK KEJAHATAN.
BUHARI MUSLIM BERKATA :
Tak ada dayaku untuk menolak suatu kemelaratan atau bahaya keburukan, dan tak ada
upayaku untuk berbuat kemanfaatan, melainkan dengan Allah jua. Jadi tidak mudah bagi
kaum sufi untuk mengatakan: La hawla wala quwwata illa billahi.
Disini hamba tekankan janganlah kamu berani mengatakan La hawla wala quwwata illa
billahi, sebelum kamu memasuki alam tasyauf. Engkau katakan itu tetapi ujudmu masih
ada, selama ujudmu masih ada, selama itu juga engkau dalam bergelimang dalam dosa
durhaka kepadanya.
Selama ujud ADAM masih melekat dalam ingatanmu, selama itu pula engkau
mempermainkan Tuhanmu. Ini namanya lain dimulut / dihati. Kalau engkau
mengatakan : LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI.
SEBELUM ENGKAU MATI, MAKA CELAKALAH KEMATIAANMU. Hilangkanlah ke AKUAN
mu, lenyapkanlah kesombonganmu, baharu sempurna amal ibadahmu kepada Allah.
BISMILLAHI AWWALLUH, WA AKHIRU, artinya : Awalnya Allah, ahirnya Allah.
Awalnya tidak ada permulaannya. Dan ahirnya tidak ada penghabisannya.
MALLAM YASY KURINNAS, LAM YASY KURILLAH. Artinya : Barang siapa tidak berterima
kasih kepada sesamanya, maka samalah ia tidak berterima kasih kepada Allah.
Sebab NUR MUHAMMAD itu adalah hakikat alam. Dan Allah adalah hakikat alam atau
hakikat ujud dalam hidup ini. Allah adalah hakikat kekuatan dalam hidup ini. Johir Tuhan
ada dimanusia, dan bathin manusia ada di Tuhan.
Kalau anda sudah mengerti, laksanakanlah.
Untuk memperkuat dalil ini, hamba bawakan sebuah hadist qudsyi yang berbunyi :
AL INSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU ( SIRROHU ).
Kata TUHAN : INSAN ITU RAHASIAKU, AKUPUN RAHASIANYA.
DAN LAGI : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI, SIFATIN WA SIFATUN LA GOIRIH.
ARTINYA : INSAN ITU RAHASIAKU DAN RAHASIA ITU SIFATKU, SIFATKU ITU TIADA
LAIN DARI PADAKU.
Dalil ini dalil nyata, tak bisa lagi diragukan. Menurut riwayat :Banyak para pemuka-
pemuka agama, ahli tasyauf dan lain-lainnya : mencari siapa DIA yang sebenarnya. Maka
datang para nabi-nabi dan rasul-rasul menyampaikan langsung, melompat dari mulut /
lidahnya perkataan :
AMALLAH LA ILAHA ILLA ANA
Artinya AKU ALLAH, TIDAK ADA TUHAN, MELAINKAN AKU
Jadi menurut aqidah/pendirian hamba dalam soal ini ; hamba tidak taklid dengan
siapapun, dan hamba nyatakan bahwa kalimah itu tadi adalah inti dari semua golongan
tasyauf, golongan para wali-wali, para sahabat, aulia dan anbiya dan para nabi-nabi dan
para rasul-rasul. Jadi kalau para nabi dan rasul demikian adanya, maka tiada lain
andapun juga demikian hendaknya.
Banyak kaum sufi mati, karena mempertahankan pendiriannya.
Hamba sebagai penulis buku ini menyatakan : Apabila lain dari yang di ucapkan
RASULULLAH s.a.w. itu tadi, maka : BUKANLAH IA DARI GOLONGAN MUHAMMAD. DAN
KELUAR DARI GOLONGAN MUHAMMAD. MAKA IA BUKAN TERMASUK KELURGA TUHAN.
Didalam Al-Qur’anul karim Tuhan mengatakan :
AKU akan memberikan SATU kata kepadamu. Tetapi engkau tidak sanggup.
Apakah yang dimaksud SATU kata itu ?
Inilah SATU kata itu tadi : Siapa yang sanggup dialah keluarga Tuhan. Siapa tidak
sanggup dialah keluarga syaiton.
Pilihlah antara dua : ingin jadi pahlawan Tuhan, atau jadi pahlawan syaiton.
Siapa menjadi keluarga Tuhan didunia ini, niscaya sampai ke-ahirat. Dan siapa menjadi
keluarga syaiton didunia ini, niscaya sampai juga ke-ahirat.

SABDA RASULULLAH S.A.W.:


SYARIAT ITU SEPERTI TANAH
THARIKAT ITU SEPERTI AIR
HAKIKAT ITU SEPERTI ANGIN
MA’RIFAT ITU SEPERTI API
TANAH ITU BADAN MUHAMMAD
AIR ITU NUR MUHAMMAD
ANGIN ITU NAFAS MUHAMMAD
API ITU PENGLIHATAN MUHAMMAD
ADAPUN MATI ORANG SYARIAT ITU HANCUR LULUH
ADAPUN MATI ORANG THARIKAT ITU KURUS KERING
ADAPUN MATI ORANG HAKIKAT ITU LAMAK GEMUK
ADAPUN MATI ORANG MA’RIFAT ITU HILANG LENYAP

SABDA NABI S.A.W. :


SYARIAT ITU LIDAHKU
THARIKAT ITU HATIKU
HAKIKAT ITU KEDIAMANKU
MA’RIFAT ITU ROHKU
PERNYATAANKU :
AKU HIDUP BUKAN KARENA NAFAS
BUKAN KARENA DENGAN NYAWA
BUKAN KARENA DENGAN ROH
BUKAN KARENA ITU DAN INI
TAPI AKU HIDUP SENDIRINYA SEBELUM ADA KEHIDUPAN DIDUNIA INI
AKU SUDAH ADA SEBELUMNYA ADA DUNIA YANG ADA INI
AKU ADALAH AKU DIDALAM AKU, BER-AKU AKU
BILA AKU BERNYATA, ITULAH AKU DALAM KEAADANKU
SEBAB KEADAANKU ITU ADALAH KEADAANKU JUA

TENTANG FANA UL FANA


1. Fana zahir yaitu : merasakan tajali atau memantul keagungan Tuhan pada tindak
tanduk seseorang, sehingga segala keinginan, kehendaknya, ikhtiarnya sudah terlepas
dari dirinya. Karena itu kadang-kadang orang itu sampai-sampai beberapa lama tidak
tahu makan dan minum dan sebagainya, semuanya terserah kepada Allah.
2. Fana bathin yaitu : hatinya saja yang fana dan lahirnya tidak, lahirnya seperti biasa.
Hatinya terbuka pada melihat sifat-sifat Tuhan, dan keagungan serta gerakan-gerakan
Tuhan, hilanglah segala was-was dan keragu-raguan dalam hatinya dan penuhlah
hatinya dengan keyakinan terhadap Allah s.w.t. Tidak ada dalam hatinya timbul perasan
takut dan gentar, kasih dan sayang, suka dan duka, kecuali kepada Allah.
Fana yang demikian itu yang membawa ke maqam baqabillah, serta melewati fana yang
pertama. Biasanya lebih dahulu dimulai dengan pengakuan seluruh wujud. Sedang
hatinya atau rohnya selalu melihat gerakan Allah, baik dalam ibadah seperti : dalam
sembahyang. Dan dalam segala apa yang dilihat dan didengar dan lain-lain sebagainya.
Maqam baqabillah inilah yang senantiasa ada pada para nabi dan rasul-rasul, dan aulia
dan anbiya Allah Ta’ala yang bereda dibawah qidamnya nabi Muhammad s.a.w.
Maqam baqabillah ini kebanyakan adalah maqam mereka yang mahzub, dimana setelah
mereka berada dipuncak tauhid, lalu mereka turun kepada sifat, dan sama, terus kepada
af’al, sehingga kelihatan pada lahirnya mereka seperti orang biasa saja, memandang
akuan ini, dan berbuat seperti ahli syariat umumnya. Tetapi hati mereka tidak pernah
lupa kepada Allah dan selalu berpegang kepadanya. Ada perbedaan sedikit bagi orang
yang berada dimaqam fana, mereka adalah orang yang salik. Dimana pandangan mereka
dimulai dari bawah dan terus naik atau tarakki. Yakni dimulai memandang akuan, naik
kepada af’al, sama, terus kepada sifat, dan ahirnya kepada zat. Dan karena tajamnya
dan asyiknya musahadah, mungkin terjadi perasaan fana, yang kita maksudkan dengan
fana zahir yang tersebut diatas.
Demikianlah perjalanan fana dan baqa bagi seorang arifbillah atau wali Allah Ta’ala. Jadi
disini hamba katakan bahwa, kalau dimaqam fana belum faham betul atau belum
mengerti, maka tidak ada harapan untuk mencapai maqam baqa. Maka daripada itu
pandanglah sedalam-dalamnya tentang maqam fana, kalau sudah hasil makam fana,
maka tercapailah maqam baqa. Demikianlah tentang maqam fana dan maqam baqa.

SOAL SOAL IKHLAS


Tidak dapat dikatan kecil perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas ( sepiring pamrih ).
Tidak dapat dikatakan benar awal-awal yang dilakukan dengan tidak ikhlas, karena
belum ma’rifat.
Orang yang menjalankan fana dan baqa baru syah disebut khusyu dan ikhlas.
Firman Allah Ta’ala dalam Al qur’anul karim : yang artinya demikian : Sesungguhnya
Allah hanya menerima amal perbuatan yang sudah kembali. Yaitu amal yang dilakukan
dengan ikhlas, dan tepat sasarannya menurut ajaran Tuhannya.
ABDULLAH IBNU MA’SUD r.a berkata : Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang
berilmu, dan mengerti /ikhlas, adalah lebih baik daripada amal ibadah yang dilakukan
oleh orang yang tidak mengerti, sepanjang umurnya atau selama hidupnya ( tidak
diterima amal ibadahnya ).
Sekarang baiklah kita berkisar pada ilmu-ilmu. Ilmu itu ada tiga unsur atau tiga martabat
:
1. Ilmuyakin ialah : keyakinan yang didapat dari pengertian teori belajar atau berguru.
2. Ainalyakin ialah : keyakinan yang didapat dari fakta keyakinan yang lahir, setelah
terungkap atau terbuka.
3. Hakkulyakin ialah : keyakinan yang benar-benar langsung dari Tuhan dan tidak dapat
diragukan lagi kebenarannya, yaitu ; keyakinan-keyakinan yang mutlak. Demikianlah
adanya.

ZIKKRULLAH
Apakah yang disebut dengan ZIKKRULLAH itu ?
Menurut pengertian umum memuji dan menuju dengan hati yang tulus ikhlas. Tetapi
tulus dan ikhlasnya itu berbeda dengan orang yang mengerti/ yang faham. Orang yang
faham ialah, seperti dalil berbunyi :
LA YA’ZIKKRULLAH ILLALLAH, artinya : tidak menyebut Allah hanya Allah.
Adapun yang mengatakan LA ILAHA ILLALLAH itu ialah : RAHASIA ALLAH ZAHIR DAN
BATHIN, ATAU BATHIN DAN ZAHIR. Kesimpulannya ialah : tidak lagi kita ini yang
mengatakan kalimat itu, melainkan SIRULLAH jua adanya. Dengan demikian leburlah
tubuh itu dan hati itu kepada Roh, dan Roh itu hancur pula menjadi NUR, dan NUR itu
lenyap pula kepada RAHASIA ALLAH TA’ALA. Jadi yang berzikir itu adalah RAHASIA
ALLAH jua.
Disini letaknya nilai, dan nilai itu terletak dalam diri pribadi masing-masing. Inilah yang
disebut ISI daripada ZIKKRULLAH itu. Berzikirlah dengan Zikkrullah, dan ingatlah dengan
ingatnya Allah dan pandanglah dengan pandangannya Allah. Dan berbuatlah dengan
perbuatan Allah, dan tinggalkanlah apa-apa yang ditinggalkan oleh Allah.
Kerjakanlah apa yang dikerjakan Allah, dan tinggalkanlah apa yang ditolak Allah.
INILAH KATA-KATA PAHIT TAPI MANIS.

BEBERAPA KESIMPULAN
TIADA MENGENAL ALLAH, HANYA ALLAH
TIADA MELIHAT ALLAH, HANYA ALLAH
TIADA MENYEMBAH ALLAH, HANYA ALLAH
TIADA MENYEBUT ALLAH, HANYA ALLAH
TIADA YANG MAUJUD, HANYA ALLAH
TIADA UJUD BAGIKU, HANYA UJUD ALLAH
TIDAK ADA DALAM DIRI, MELAINKAN ALLAH
TIADA UJUD BAGI KITA, HANYA UJUD ALLAH
TIADA HIDUP KITA, HANYA HAYATULLAH ZAT
TIADA PERBUATAN KITA, HANYA FI’IL ALLAH
TIADA NAMA BAGI KITA, HANYA ASMA ALLAH
TIADA PANDANGAN KITA, HANYA PANDANGAN ALLAH
TIADA PENGLIHATAN BAGI KITA, HANYA PENGLIHATAN ALLAH
TIADA PENGUCAP BAGI KITA, HANYA UCAPAN ALLAH
TIADA PENCIUMAN BAGI KITA, HANYA PENCIUMAN ALLAH
TIADA RASA BAGI KITA, HANYA RAHASIA ALLAH
TIADA KUASA BAGI KITA, HANYA KUDRAT ALLAH
TIADA HIDUP BAGI KITA, HANYA KEHIDUPAN ALLAH
TIADA BERKEHENDAK KITA, HANYA IRADAT ALLAH
TIADA TAHU KITA, HANYA ILMU ALLAH
TIADA MENDENGAR KITA, HANYA ALLAH
TIADA MELIHAT KITA, HANYA ALLAH
TIADA BERKATA-KATA KITA, HANYA RAHASIA ALLAH
TIADA UJUD BAGI KITA, HANYA UJUD ALLAH
TIADA LAGI KITA KITA INI, HANYA DALAM RAHASIA ALLAH
DEMIKIANLAH BEBERAPA RAHASIA DALAM MA’RIFAT KHALIK DAN MAHLUK

BEBERAPA KESIMPULAN :
Asal kata mahluk diambil dari kata-kata halq.
Dan kata-kata halq itu diambil dari kata khalik.
Dan kata-kata khalik itu adalah khalik.
Jadi asal dari khalik kembali lagi kepada khalik.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN.
DATANG DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH.
Awalnya Allah, dan ahirnya Allah.
Awalnya Tuhan, dan ahirnya Tuhan.
Awalnya tidak ada permulaannya, dan ahirnyapun tidak ada penghabisannya.
Kalau ma’rifat kita sudah ta’zmullah, yaitu : tilik seorang arif itu akan kebesaran dan
kemuliaan, keagungan sesuatu itu melainkan itu semata-mata kebesaran, kemuliaan,
dan keagungan Tuhan Allah aza wazallah jua adanya.
Maka intisari daripada itu adalah : Segala mahluk itu adalah khalik, dan khalik itu
sebaliknya.
Dalilnya : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH,
ahirnya SYUHUDUL WAHDAH FIL WAHDAH. Demikianlah pandangan seorang arifibillah.
Jadi kesimpulannya adalah : SEMUA ITU ALLAH, dan ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah yang
disebut WAHDAH AL UJUD : atau kesatuan UJUD. Demikianlah yang dapat hamba
menyimpulkan bahwa :
ALLAH ADALAH HAKIKAT ALAM.

RUKUN – AGAMA – ADA – EMPAT – PASAL


Agama islam adalah agama yang murni.Kemurniaan agama itu dibarengi oleh 4 rukun.
Pertama : syariát, Kedua : THARIKAT, Ketiga : HAKIKAT, Keempat : ialah MA’RIFAT.
Tanpa yang empat macam ini bukan dinamakanagama. Pokok yang empat ini ialah :
MA’RIFAT.
Dan MA’RIFAT ialah : kumpulan daripada syariat, tharikat, hakikat. Itulah yang disebut
MA’RIFAT.
Syariat artinya : kenyataan
Tharikat artinya : jalan yang menuju/menyempurnakan syariat
Hakikat artinya : kebenaran yang sejati dan mutlak
Jadi kumpulan ilmu pengetahuan tentang syariat dan kesediaannya dengan tharikat,
ahirnya akan bertemu dengan hakikat. Itulah yang disebut ma’rifat.
Maka nyatalah kepada kita bahwa ma’rifat itu adalah gabungan dari ilmu fiqih, usulludin
dan ilmu tasauf. Kumpulan dari mantik, keindahan dan cinta. Dengan demikian hanya
empat pasal inilah yang menyempurnakan agama Allah didalam dunia ini. Jadi tanpa
yang empat ini, semua amal ibadah, baik lahir maupun bathin akan membara masuk
neraka. Sebab dalam amal ibadah pasti ada syariatnya, tharikatnya, hakikatnya dan
ma’rifatnya.

Seperti dalam rukun islam ada lima perkara :


1. Dua kalimat syahadat
2. Mengerjakan sholat
3. Puasa pada bulan ramadhan
4. Mengeluarkan zakat fitrah
5. Naik haji kalau mampu

Jadi susunannya sebagai berikut dibawah ini :


1. Syariat syahadat
2. Tharikat syahadat
3. Hakikat syahadat
4. Ma’rifat syahadat
Inilah susunan syahadat yang sebenarnya. Dan rukun islam yang kedua ialah :
1. Syariat sholat
2. Tharikat sholat
3. Hakikat sholat
4. Ma’rifat sholat

Inilah susunan rukun islam yang ketiga ialah :


1. Syariat puasa
2. Tharikat puasa
3. Hakikat puasa
4. Ma’rifat puasa

Inilah susunan rukun islam yang keempat ialah :


1. Syariat zakat
2. Tharikat zakat
3. Hakikat zakat
4. Ma’rifat zakat
Inilah susunan rukun islam yang kelima ialah :
1. Syariat haji
2. Tharikat haji
3. Hakikat haji
4. Ma’rifat haji

Baiklah kita uraikan satu persatunya ;


Pertama Syahadat.
Syariat syahadat itu ialah : mengucap dengan lidah.
Tharikat syahadat itu ialah : pada sholat sejatinya, sedang melakukan tajali kepada
Tuhan.
Hakikat syahadat itu ialah : hidup/hayat yang sesungguhnya.
Ma’rifat syahadat itu ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu
dengan zat dan sifat Allah.
Kedua Sholat.
Syariat sholat ialah : saat-saat berdiri, ruku, sujud, dan lain-lain.
Tharikat sholat ialah : tetap saja dalam kita sedang sholat sejatinya ialah tajli mutlak.
Hakikat sholat ialah : telah jelas adanya, alif, lam awal, lam ahir, ha.Katakanlah Allah tak
salah lagi.
Ma’rifat sholat ialah : harus sampai bertemu dengan Nur Muhammad itu.
Inilah sholat sejatinya, sebelum kita ini tahu dia sudah ada.
Ketiga Puasa.
Syariat puasa ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat puasa ialah : menyatu dengan tajli.
Hakikat puasa ialah : puasa yang bergelimang dengan nafsu angkara murka, dan supaya
kita berdiri dengan nafsu zat hak ta’ala. ( nafsu yang diridhoi ).
Ma’rifat puasa ialah : harus bertemu dngan bulan purnama sidi. Yaitu terang
benderangnya, Tuhan telah Bertazalli kepadanya.
Keempat Zakat.
Syariat zakat ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatannya, dan harus tajli
mutlak.
Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa atau salah dalam akidah.
Ma’rifat zakat ialah : harus bisa atau harus sanggup merasakan hilangnya ujud
seluruhnya lahir dan
Bathin dan menunggal dengan Tuhan ( dalam rahasia ).
Kelima Haji.
Syariat haji ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat haji ialah : sedang kita sholat atau waktu kita ada dibaitullah ( rumah Tuhan ).
Hakikat haji ialah : meleburkan dosa dengan jalan ma’rifat, mengenal Tuhan Allah.
Ma’rifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang utuh/mutlak.
Demikianlah yang dapat hamba sampaikan. Jadi rukun islam itu tadi tiap-tiap satu rukun
mempunyai empat pasal. Maka klau demikian, lima rukun itu menjadi lima kali empat
adalah duapuluh pasal. Inilah siempunya sifat dua puluh itu. Sebab dua puluh itu pasal
ini menghimpunkan segala sifat-sifat Allah didalam alam ini. Dan manakah sifat
istimewah bagi Tuhan ?
Segala-galanya harus bagi Tuhan, tidak ada yang tertegah bagi Tuhan/tidak ada dinding-
dindingnya lagi. Hanya nafsumu sendiri yang tertegah, karena masih terdinding. Bagi
Tuhan tidak ada lagi wajib, yang ajib hanya bagimu dan bagi orang yang belum faham
dan belum mengerti. Jadi siapa yang faham, itulah yang beroleh petunjuk dari Tuhan
Allah. Kesimpulan rukun agama itu tadi ialah ESA SEGALANYA dan tidak ada lagi
DUANYA.

RUKUN – IMAN
Perihal rukun iman itu ialah :
1. AMANTUBILLAH
2. WAL MALAIKATIHI
3. WA KUTUBIHI
4. WA RASULIHI
5. WAL YAUMIL ACHIRI
6. WA QADRI ACHIRI, WAARIHI MINALLAHI TA’ALA
Artinya ialah :
Aku percaya adanya Tuhan Allah Ta’ala s.w.t.
Apakah cukup dngan keyakinan begitu saja ?
Apakah adanya yang ada itu berada di arsyi atau dilangit sebelah, ataukah berada dalam
sorga ?
Kepercayaan yang seperti itu adalah kepercayaan orang taklid buta. Karena orang
kebanyakan mereka raba sendiri-sendiri. Sedang dalil ada mengatakan :
WANNAHU AKROBU ILAIHI MINHABLIL WARID.
Artinya : dekat urat lehermu dengan daging. Maka dekat lagi Tuhan itu.
Jadi makna rukun iman yang pertama tadi harus begini dan tidak bisa dicari dengan dalil
yang lain.
Jadi AMANTUBILLAH ini harus diartikan dengan : Sesungguhnya percaya bahwa
kehidupan sendiri, kehidupan wujud ini, selama hidup ini adalah tanda adanya Tuhan
Allah s.w.t.
Jadi jelasnya kepada kita bahwa dunia ini pasti didalam ruang lingkup hidupnya Tuhan.
Sedangkan sifat hidup ini adalah zat Tuhan Allah.
1. AMANTUBILLAH, artinya : aku percaya adanya Tuhan.
2. WAL MALAIKATIHI, artinya : percaya kepada malaikatnya.
3. WA KUTUBIHI, artinya : percaya kepada kitab-kitabnya.
4. WA RASULIHI, artinya : percaya kepada rasul-rasulnya.
5. WAL YAUMIL ACHIRI, artinya : percaya kepada hari ahir.
6. WAL QADRI AHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada
Allah Ta’ala.
Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya :
AMANTUBILLAHI, artinya : Percaya kepada adanya Tuhan.
Belumlah benar kalau belum dihalalkan, artinya kalau belum kembali kapada roh lagi dan
perasaan. Dalil sudah jelas mengatakan bahwa Tuhan lebih dekat kepadamu, daripada
urat lehermu sendiri. Jadi kita tak usah repot menari Tuhan. Tuhan ada pada kamu
dimana saja kamu berada. Kesimpulannya ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda
adanya Tuhan/yang ada. LAMAUJUDA BI HAQQIN ILALLAH. Artinya, tidak ada yang
maujud didalam alam ini, kecuali Allah Ta’ala.
WAL MALAIKATIHI, artinya : Percaya kepada malaikat-Nya.
Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada.
Cobalah tekadkan dan telanjangi sekujur badan kita, agar supaya cepat beriman kepada
Tuhan Allah s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan yang maha Agung/maha kuasa.
Tatkala sedang menghadapi sakaratul maut nanti.
Dalil apakah yang bisa menolong untuk nmenyempurnakan nyawa ?
Bukankah kita sudah tahu bahwa malaikat itu utusan Allah. Jelaslah sudah dengan
usiknya utusan, tentu hiduplah yang memerintahkan, biarpun sehelai bulu usiknya,
begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, juga semua itu malaikat. Malaikat itu bukan
jirim bukan jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa sedang tidur itupun, juga bulu
memanjang akan tetap berlaku.Nah begitulah kenyataannya malaikat pada diri kita ini,
tidak akan hilang dengan badan kita ini.Siang dan malam terus bekerja tiada hentinya.
Jadi usiknya dalam melihat, mendengar, mencium, dn dalam bicara. Mandornya ialah,
JIBRIL, MIKAIL, ISROFIL, DAN IZROIL.
WA KUTUBIHI, artinya : Percaya kepada kitab kitab-Nya.
Jadi yang benar-benar percaya kepada kitabnya itu seperti Al-qur’an, harus dirangkap
dengan wujud kita ini. Jadi begini, kalau kita belum mengetahuinya, kita harus percaya
kepada takdir yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri. Kita harus yakin dengan
adanya takdir Tuhan itu. Tulisan wujud kita ini yang sesungguhnya, kalau kita sudah
ainal yakin dan hakkul yakin, kita bisa sabar dalam menghadapi apapun juga. Karena
pohon ilmu itu adalah sabar dan ridho. Tentunya sudah tertulis dilikhmakhfudh. Jadi
iman kepada kitab-kitabnya itu umum. Persoalan diluar alkitab, manusia tidak ada yang
tahu, terkecuali Allah. Memang ada persoalan diluar kitab, tetapi amat sulit mencapainya.
Itulah yang disebut MAKHSYAF, yang tiada huruf, tiada suara, dan tiada kata-kata. Ini
adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat dahsyat, dan tidak seorangpun yang
mendapatkannya, kecuali Tuhan sendiri. Kehendak Tuhan tidak ada yang
menghalanginya. Dia sanggup merubah yang tak dapat dirubah oleh mahluk. Sedang
perubahan yang ada pada mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan
kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai
sekalian tholib.
WA RASULIHI, artinya : Percaya kepada rasul-rasulnya.
Memang kita percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul, itupun tak ada salahnya,
memang dlam bentuk nyaa, memang demikian. Tetapi karena sudah pada wafat semua,
sudah lestari, maka tinggal percaya itu berbalik kepada wujud. Yaitu, kepada hakikat
badan yang jadi utusan hidup kita pribadi, beginilah tekad kita sesungguhnya percaya
kapada rasa wjud kita. Seperti, melihat, mendengar, mengucap dan mencium. Coba saja
kita rasakan, bagaimana kita tidak peraya kepada ujud kita kita ini ?
Kalau kita mencicipi garam, sudah tentu kita merasa asin, tidak mungkin yang lainnya.
Demikian pula dengan yang lainnya, seperti : pendengaran, tidak mungkin salah
lagi.Juga seperti panglihatan, penium dan pengucap. Semuanya dapat kita fahami
dengan perasaan kita.
Disinilah orang banyak tidak faham arti rasul yang sesungguhnya. Padahal rasul atau
utusan itu ada pada kita jua.Makanya kita kalau mengatakan dua kalimat syahadat itu,
harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan Aku naik saksi, tiada Tuhan melainkan
Aku, dan Muhammad itu utusanKu. Maka kitapun demikian pula adanya, kalau lain
daripada itu, maka tersalahlah ma’rifat kita. Orang kebanyakan salah memahami tentang
arti rasul yang sebenarnya, mereka mengira rasul itu hanya ada pada nabi-nabi, seperti
nabi Muhammad. Jadi yang dimaksud dalam pengertian Muhammad itu utusanku, yaitu
Muhammad dalam arti rahasia ma’rifat. Karena setiap insan kamil itu mempunyai utusan
(rasul) pribadi. Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam
pribadi masing-masing.
Inilah arti percaya kepada rasul-rasul yang hak.
WAL YAUMIL ACHIRI, artinya : Percaya kepada hari akhir yaitu hari kiamat ( pembalasan
).
Kiamat besar hanya kita yakini dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing-masing.
Pertama kiamat diri, yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad, dan hingga sirna
dan tuntas sampai tiada merasa lagi memiliki wujud lahir dan bathin. Dan akhirnya
menunggal dengan kemaha agungan Tuhan ( menunggal dalam rahasia ).
Dan kiamat diri yang kedua ialah : dikala sakaratul maut telah tiba. Inilah yang disebut
kiamat sugro, sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya.
Inilah pengertian walyaumil akhiri itu tadi. Yang terakhir sekali ialah :
WAQODRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat datang
daripada Allah jua. Maksudnya segala perbuatan yang berlaku didalam ala mini adalah
perbuatan Allah Ta’ala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Dan
yakinlah kita bahwa kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kudrat dan
iradat Allah Ta’ala jua adanya. Maka dengan adanya rukun iman ini yang ke-enam ini,
tentunya kita menjadi sadar akan diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena ma’rifat dan
ma’rifat itu timbul karena terbuka hijab (dinding).
Orang Ahli hakekat yang telah lupa kepada makhluk, karena langsung melihat Allah raja
yang Hak. Mereka lupa dengan sebab musabab, karena teringat kepada yang
menentukan dan yang menjadikannya. Orang ini sebagai hamba yang menghadapi
hakikat yang nyata baginya terang cahayanya dan sedang berjalan pada jalannya.
Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam alam cahaya :
sehingga tidak kelihatan bekas-bekas mahluknya lagi. Dan lebih banyak lupanya
terhadap alam, daripada ingatnya kepada makhluk. Dan bertemunya daripada
renggangnya, dan lenyapnya atau leburlah dirinya dari tetapnya perasaannya, dan
lupanya terhadap mahkluk daripada ingatnya pada mereka.
Demikianlah seorang ahli hakikat : yang telah fana zahirnya dan fana bathinnya kepada
yang Hak. Dan siapa yang telah fana dengan Allah maka pasti ia lupa atau goib dari
segala sesuatu. Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya itu seolah-
olah sebagai hasil kepintarannya sendiri, maka tauhidnya itu tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari Api neraka.

BERTEMUNYA MANUSIA KEPADA TUHAN


Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan,
dan dengan itulah dia mencapai kebahagiaan dan kerajaan besar ; bahwa dengan itulah
dia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Ta’ala. Hilangkan pandangan
makhluk kepadamu, karena pua dengan penglihatan Allah kepadamu. Dan lupakan
perhatian/menghadapnya mahluk kepadamu.
Nikmat itu meskipun beraneka ragam bentuknya ; hanya disebabkan karena melihat
Allah dan dekatnya kepada Allah. Demikian pula siksa itu walau bagaimana pun aneka
ragamnya, karena terhijab, dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada ZAT Tuhan
yang maha mulia.
Maha suci Allah yang sengaja tidak member tanda kepada walinya kecuali sekedar untuk
mengenal kepadaNya.
Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak
disampaikannya untuk mengenal Allah ; itulah HIKMAH YANG MAHA TINGGI.

BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Adapun yang dinamakan : PAHAM AL-FATIHAH, itu sebagai berikut
ALHAMDULILLAH : Artinya, Ya Muhammad, sembahyangmu itu aku jua memuji diriku.
RABBIL – ALAMIN : Artinya, Ya Muhammad, aku tahu lahir bathinmu.
ARRACHMANIRRACHIM : Artinya, Ya Muhammad, yang membaca fatihah itu, aku jua
memuji diriku.
MALIKIYYAUMIDDIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau jua ganti pekerjaanku, karena
engkau tiada lain Aku.
IYAKANA’BUDU WAIYYA – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang sembahyang hanya aku
dan yang ghaib Aku jua kerja sendirian.
KANASTAIN
IHDINASSYIROTOL – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang mengetahui akan daku,
hanya
MUSTAQIM engkau jua.
SYIROTOLLAZINA AN’AMTA : Artinya, Ya Muhammad, sesungguhnya karenamu sekalian
yang ada.
ALAIHIM
GHOIRILMAGDHUBI’ALAIHIM : Artinya, Ya Muhammad, tiada aku marah Aku kasih
padamu dan
Sekalian umatmu. Aku mengatakan Rahasiaku padamu, dan engkau
Katakan rahasiamu pada sekalian umatmu.
WALADHOLLIN : Artinya, Ya Muhammad, jika tiada engkau kekasihku, maka tiada
RahasiaKU sekaliannya padamu.
AMIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau ganti Rahasiaku, Allah nama bagi zat
Tuhan yang qadim
—ooOoo–

BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
ADAPUN YANG DINAMAKAN ‘DINDING ASAL DIRI’ ITU ADALAH SEPERTI DISEBUT
DIBAWAH INI :
AKU ALIF ALLAH. MASUKKU KEPADA LAM DJALALLAH. LENYAPKU DI GHOIRULLAH.
HILANGKU KEPADA LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH.
———
PERPINDAHAN KEDUDUKAN NYAWA DITIAP-TIAP WAKTU
SUBUH berada di SULBI Nabinya ADAM Warnanya PUTIH.
ZOHOR berada di PUSAT Nabinya IBRAHIM warnanya KUNING.
ASHAR berada di JANTUNG Nabinya YUSUF warna MERAH.
MAGRIB berada di DADA Nabinya ISA warnanya BIRU.
ISYA berada di OTAK Nabinya MUSA Warnanya HITAM.

UNTUK DIBACA SEBELUM TAKBIRATUL IHRAM SEBELUM MEMBACA DOA PERTAMA


BAITULLAH, HU ALLAH, HU BAINA ALLAH, RAHASIA ALLAH.

Caranya kita hendak mengangkat TAKBIRATULIHRAM, Yaitu kita tarik napas dengan HU,
hakikat kita AKU masuk kedalam.
— Tatkala kita mengangkat TAKBIR ingat ZAT – ALIF
— Tatkala kita RUKU ingat SIFAT – SIFAT
— Tatkala kita I’TIDAL ingat akan ASMA – LAM
— Tatkala kita SUJUD ingat akan AF’AL – HA

Yaitu sampai salam jangan lupa ;


ZAT – ALIF SIFAT – LAM ASMA – LAM AF’AL – HA
LA ILAHA ILLA ALLAH
1. Adapun ALIF itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi Rahasia kepada MUHAMMAD, menjadi
CAHAYA kepada kita.
2. Adapun LAM AWAL itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi RUPA kepada MUHAMMAD,
menjadi CAHAYANYA kepada kita.
3. Adapun LAM AKHIR itu ibarat ASMA ALLAH, menjadi ILMU kepada MUHAMMAD,
menjadi IMAN kepada kita.
4. Adapun HA itu ibarat AF’AL ALLAH, menjadi KELAKUAN kepada MUHAMMAD, menjadi
HATI kepada kita. Maka HU itu AKULAH ALLAH.

Leburnya MUHAMMAD kepada ALLAH. LA itu AKULAH Raja Dunia dan Akhirat.
ZAT – MA’RIFAT SIFAT – HAKIKAT ASMA – THARIKAT AF’AL – SYARIAT
Adapun ZATnya Adapun SIFATnya Adapun ASMAnya Adapun AF’ALnya
Nyata kepada nyata kepada nyata kepada nyata kepada
MA’RIFAT. HAKIKAT. THARIKAT. SYARIAT.
— Adapun SYARIAT nyata kepada kelakuan TUBUH INSAN.
— Adapun THARIKAT nyata kepada kelakuan HATI INSAN.
— Adapun HAKIKAT nyata kepada kelakuan NYAWA INSAN.
— Adapun MA’RIFAAT nyata kepada kelakuan FUAD INSAN.
Inilah rupa yang 4 perkara ini, jangan tidak diketahui risalah tersebut dibawah ini.
ZAT SIFAT ASMA AF’AL
MA’RIFAT HAKIKAT THARIKAT SYARIAT
RAHASIA NYAWA HATI TUBUH
MIM HA MIM DAL
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Adapun asal tubuh ( lembaga ) terdiri dari 4 ( empat ) nasar ialah :


1). TANAH 2). AIR 3). ANGIN 4). API
Kesemuanya ini daripada NUR MUHAMMAD ( Muhammad Al – qur’an ).
Adapun asal kejadian diri terdiri dari 3 perkara ialah :
1. BAPAK 2. IBU 3. TUHAN
- Urat besar – Rambut – Penglihat
- Urat kecil – Kulit – Pendengar
- Tulang – Daging – Pengrasa
- Otak – Darah – Pencium
- Nyawa

Ketiga perkara ini jumlahnya 13 ( tigabelas ) dan ini terhimpun dalam rukun 13
( tigabelas – Rukun Sembahyang ( Hadist).
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
1. Bismillah 1. Kepala kita.
2. Arrachman 2. Mata kita.
3. Arrachim 3. Antara kedua mata kita.
4. Alhamdulillah 4. Muka kita.
5. Rabbil’alamin 5. Telinga kanan kita.
6. Arrachman 6. Telinga kiri kita.
7. Arrachim 7. Tangan kanan dan kiri.
8. Malikiyyaumiddin 8. Belakang kita.
9. Iyyakana’budu 9. Kulipak ( kulit ) kita.
10. Waiyyakanasta’in 10. Dada kita.
11. Ihdinasyirotol mustaqim 11. Urat lidah kita.
12. Syirotollazina an’amtaalaihim 12. Pusat kita.
13. Ghoirilmagdhubi alaihim 13. Empedu kita, Hati kita.
14. Waladdollin 14. Hati kura ( paru – paru ) kita.
15. Amin 15. Jantung kita.

BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
1. SYARIAT 2. THARIKAT 3. HAKIKAT 4. MA’RIFAT
Syariat tubuh Af’al Allah (diri terperiksa – Syariat Ilmu yaqin).
Tharikat hati Asma Allah (diri terperi – Tharikat Ainul yaqin).
Hakikat roh Sifat Allah (diri tadjali – Hakikat Hakkul yaqin).
Ma’rifat Rahasia Zat Allah (diri tadjali – Ma’rifat malul yaqin).
LA – ILAHA – ILLA – ALLAH – LAILAHAILLALLAH
LA : Jasmani yakni syariat tubuh ( Syariat itu perbuatan – Djalla ).
ILAHA : Rochani yakni tharikat hati ( Tharikat itu kataku – Jamal ).
ILLA : Hakikat nyawa ( Hakikat itu kediamanku – Qahar ).
ALLAH : Ma’rifat atau rahasia ( Ma’rifat itu rahasiaku – Kamal ).
LA : Menjadi ALCHAMDU atau ZAT Hayat.

BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Apabila kita hendak mancari/mengenal diri, maka hendaknya terlebih dahulu kita
ketahui/kita kenal akan RAHASIA NUR MUHAMMAD karena rahasia Nur Muhammad
itulah sebenar-benar diri.
“ RAHASIA NUR MUHAMMAD “ : Adapun yang bernama diri itu terbagi 2(dua) bagian,
pertama diri yang lahir, kedua diri yang bathin. Adapun yang lahir berasal daripada
ANAMIR ADAM yakni 4 (empat) perkara:
1. API 2. ANGIN 3.AIR 4.BUMI
a. Adapun API itu terbit daripada yang bathin berhuruf ALIF, bernama ZAT, menjadi
RAHASIA, hurufnya DARAH pada kita.
b. Adapun ANGIN itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM AWAL, bernama SIFAT
menjadi NYAWA, hurufnya NAFAS pada kita.
c. Adapun AIR itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM ACHIR, bernama ASMA
menjadi HATI, hurufnya MANI pada kita.
d. Adapun BUMI itu terbit daripada yang bathin berhuruf HA, bernama AF’AL menjadi
KELAKUAN, hurufnya TUBUH pada kita.
Jadi jika demikian Diri kita yang lahir itu terbit daripada bayang-bayang diri kita yang
bathin jua, yang berhuruf atau berkalimah ALLAH, dan jangan kiranya kita syak dan
waham lagi.
Kemudian daripada itu hendaklah kita fikirkan pula diri kita yang sudah berhuruf atau
berkalimat ALLAH itu, bagaimana hendaknya supaya jangan sampai tersalah sangka.
Kemudian sesudah kita ketahui diri yang lahir itu, hendaknya kita ketahui pula diri yang
bathin, siapa dan yang mana. Karena diri yang bathin itulah yang mengenal Tuhannya,
seperti sabda Nabi Muhammad MAN ARAFA NAFSAHU FAQOD ARAFA RABBAHU :
Artinya, barang siapa yang mengenal akan dirinya, maka dikenalnya akan Tuhannya.
Tetapi sebelum kita mengenal diri yang bathin, maka hendaknya lebih dahulu diri kita
yang lahir itu, yang berwujud nama ALLAH itu. Kita matikan sebelum daripada mati,
seperti firman Allah didalam Qur’an ; ANTAL MAUTU QOBBAL MAUTU, Artinya engkau
matikan dirimu sebelum kamu mati.
Maka jikalau sudah kita matikan diri kita yang lahir, barulah nyata diri kita yang bathin,
yang bernama sebenar-benarnya diri.
Adapun mematikan diri yang berhuruf atau berkalimah nama Allah itu demikian caranya :
pertama manafikan hurufnya ALIF-LAM-LAM-HA.
1. ALIF – ALLAHUSSAMAWATUWAL ARD.
2. LAM – LILLAHISSAMAWATIWAL ARD.
3. LAM – LAHULMULQUSSAMAWATIWAL ARD.
4. HA – HUWAL AWALU WAL ACHIRU WAL ZAHIRU WAL BATHINU.
Jadi kalau diri kita yang lahir itu nyata sudah FANA, artinya berkali-kali tiada mempunyai
apa lagi, seperti kata lafat :
“ MIN ADAMIN ILLA UJUDIN WAMIN UJUDINILLA ADAMIN “ Artinya, Daripada tiada
menjadi ada dan daripada ada kembali kepada tiada.
Jadi maksudnya kita ini ( diri kita yang lahir ini ) sudah fana kepada diri yang bathin,
artinya yang lahir ini sehelai rambutpun tiada mempunyai apa lagi, dan tiada boleh
dikatakan ada lagi. Pada ILMUnya hanya diri yang bathin jua, ialah yang bernama
MUHAMMAD. Seperti firman Allah didalam hadist qudsyi : CHALAQAL ASYIA LIAZLIKA
WAHA OTUHALILAZLI, Artinya ; ku jadikan engkau karenaku ya Muhammad.
Jadi jelaslah bahwa yang bernama MUHAMMAD itulah sebenar-benarnya diri yang
bathin, dan hendaknya janganlah kita syak dan waham lagi, karena MUHAMMAD itulah
yang ada mempunyai :
TUBUH, HATI, NYAWA, dan RAHASIA.
1. Adapun TUBUH MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM IHSAN yakni SYARIAT.
2. Adapun HATI MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM DJITSIH yakni THARIKAT.
3. Adapun NYAWA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM MISAL yakni HAKIKAT.
4. Adapun RAHASIA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM ROH yakni MA’RIFAT.
Maka sesudah demikian itu hendaklah MUHAMMAD itu pula yang mengenal TUHANNYA,
tetapi belum lagi MUHAMMAD bisa mengenal Tuhannya, jika belum lagi fana TUBUHNYA,
HATINYA, NYAWANYA, RAHASIANYA, ZATNYA, SIFATNYA, ASMANYA dan AF’ALNYA.
Seperti firman Allah didalam Qur’an :
QUL HUALLAHU AHAD, Artinya ; Katakan olehmu Ya Muhammad, bahwasanya Allah
Ta’ala ESA. ESA pada ZATNYA, ESA pada SIFATNYA, ESA pada ASMANYA, dan ESA pada
AF’ALNYA.
Dan lagi firman Allah didalam Al – Qur’an :
“ WATAWAKKAL ALAL HAYYIL LAZILA YAMUTU “ Artinya, serahkan dirimu Ya
Muhammad kepada Tuhanmu yang hidup dan tiada mati.
Maka keterangan MUHAMMAD meng – Esakan dan menyerahkan diri kepada Allah
seperti tersebut dibawah ini, dan jangan syak dan waham lagi pada perkataan ini.
1. Adapun BATHIN MUHAMMAD, ZAT kepada Allah, RAHASIA kepada hamba.
2. Adapun AWAL MUHAMMAD, SIFAT kepada Allah, NYAWA kepada hamba.
3. Adapun ACHIR MUHAMMAD, ASMA kepada Allah, HATI kepada hamba.
4. Adapun ZAHIR MUHAMMAD, AF’AL kepada Allah, TUBUH kepada hamba.
Adapun yang disebut / dinamakan HAMBA itu tiada lain ialah MUHAMMAD jua dan
jangan disangka bahwa yang disebut HAMBA itu KITA, itu salah karena kita ini pada
ilmunya sudah tidak ada lagi.
Jadi RAHASIA, NYAWA, HATI dan TUBUH MUHAMMAD itupun tiada jua karena tubuh
fana kepada Zatnya, Sifatnya, Asmanya, Af’alnya, yakni Allah jua, seperti firman Allah “
HUWAL AWWALU WAL AHIRU, WAL ZAHIRU WAL BATHINU “ Artinya ia jua Tuhan yang
awal, tiada baginya berpermulaan dan ia jua achir yang tiada baginya berkesudahan dan
ia jua yang Zahir serta ia jua yang Bathin.
Jadi Muhammad itu hanya sekedar nama jua. Adapun keterangan yang lebih jelas lagi
yang lebih menentukan bahwasanya itu tiada mempunyai sesuatu melainkan hanya
sekedar nama jua, adalah seperti tersebut dibawah ini :
1. Seperti yang dikatakan RAHASIA MUHAMMAD itu, yang sebenar-benarnya tiada lain
daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ Qala ” yaitu ;
WUJUD, QIDAM, BAQA, MUCHALAFATUHULILHAWADDIS, QIYAMUHU TA’ALA BINAFSIH.
2. Adapun yang dikatakan NYAWA MUHAMMAD itu, yang sebenar-benarnya tiada lain
daripada kezahiran Enam SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILAHA “ yaitu ;
SAMA, BASAR, QALAM, SA’MIUN, BASHIRUN, MUTAKALLIMUN.
3. Adapun yang dikatakan HATI MUHAMMAD itu, yang sebenar-benarnya tiada lain
daripada kezahiran Empat SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILLA “ yaitu ;
QODRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT.
4. Adapun yang dikatakan TUBUH MUHAMMAD itu, ang sebenar-benarnya tiada lain
daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ALLAH “ yaitu ;
QADIRUN, MURIDUN, ALIMUN, RAJAUN, WAHDANIAT.
Jadi yang bernama MUHAMMAD itu sebenar-benarnya adalah SIFAT TUHAN jua, yaitu
SIFAT KEBESARAN, KEELOKAN dan KESEMPURNAAN, ialah yang dinamakan KALIMAH
TAUHID yang mulia yaitu LAILAHAILLALLAH artinya tiada yang terdahulu hai
MUHAMMAD dan tiaa yang terkemudian Ya MUHAMMAD.
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya Kalimah yang mulia itu
supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan TAUHID dan MA’RIFAT.
Adapun kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH itu terbagi ddua bagian :
Pertama, LA ILAHA. Dan yang Kedua, ILLA ALLAH. Adapun LA ILAHA ialah SIFAT
KEKAYAAN yang tiada ada kekurangannya, yaitu Allah Ta’ala. Dan ILLA ALLAH itu ialah
SIFAT KEKURANGAN yang masih berkahendak, yaitu Muhammad.
Kemudian hendaklah diketahui pula yang bernama MUHAMMAD itu apa oleh ALLAH
TA’ALA dan yang bernama ALLAH TA’ALA itu apa oleh MUHAMMAD supaya benar-benar
bisa menjai TAUHID pada Kalimah yang mulia ini. Adapun MUHAMMAD ITU HAMBA.
Artinya, Rahasianya oleh Allah Ta’ala, karena Allah itu adalah nama bagi ZAT yang
wajibul wujud dan mutlak, yakni BATHIN MUHAMMAD.
TA’ALA itu adalah nama bagi SIFAT, yakni ZAHIR MUHAMMAD. Jadi ZAHIR dan BATHIN
MUHAMMAD itulah yang bernama ALLAH TA’ALA. Dengan demikian maka patutlah
kalimah yang mulia itu dinamakan Kalimah Tauhid artinya Kalimah ESA. Yaitu :
LAILAHAILLALLAH
Maka pada kalimah yang mulia inilah pertemuan HAMBA dengan TUHANNYA. Lagi pula
kalimah yang mulia ini diumpamakan sebesar-besar gedung perhimpunan segala
RAHASIA, segala ROH, segala NYAWA, segala ILMU dan segala ISINYA, segala ISLAM,
segala IMAN, segala TAUHID dan MA’RIFAT, yang kesemuanya terhimpun didalam
kalimah yang mulia ini.
Dan hendaklah diamalkan supaya mahir, seperti :
JAUMUN RASA JAUMUL MESRA. Artinya, Mesrakan pada siang dan malam yang terutama
sekali didalam atau diwaktu sembahyang Lima Waktu. Karena diwaktu itulah Tuhan
menurunkan petunjuk yang dinamakan WAHYU ( bagi para Nabi-Nabi dan Rasul-
Rasulnya atau yang dinamakan ILHAM untuk manusia biasa seperti kita ). Dan jikalau
kita sudah faham betul maksud bicaranya tentulah kita gemar dan rajin
mengamalkannya Kalimah yang mulia ini.Karena sudah tahu betul dan terang betul
bahwasanya kita ini tiada ada mempunyai sesuatu.
Jadi tiada boleh lagi dikatakan yang berkata-kata ini kita, karena apabila dikatakan yang
berkata-kata ini adalah kita, berarti Tuhan fana kepada kita bukan kita fana kepada
Tuhan. Maka yang demikian ini mustahil dan yang sebenar-benarnya kita jua yang fana
kepada Tuhan ( ALLAH ).
Rupa niat Kanitah itu ialah niat dalam hati serta selamanya daripada takbirnya menyusun
lafadz serta maknanya dan niat Tawasijah itu membagikan niat itu daripada suku-suku
takbir daripada asal hingga Allahu akbar. Itulah niat yang batal keduanya.
Adapun niat Arifiyah itu ialah bahwa menghadirkan. Ialah yang pertama-tama
sembahyang dengan Qasat, tha’arat, tha’ain. Terdahulu sedikit daripada Takbir, maka
dimulai niat itu daripada Allahu dan disudahi dengan Akbar. Jangan terdahulu dan
terkemudian.
Adapun niat Kamaliyah itu ialah masuk ia pada niat Arifiyah jua, karena niat Arifiyah itu
3(tiga) derajat didalamnya ialah :
1. DUNI, artinya segala yang wajib pada syara’ dikerjakan memadai akan dia.
2. WASTA’I, artinya yang sempurna.
3. QAAWI, artinya terlebih sempurna daripada yang amat sempurna, yaitu niat Nabi-Nabi
dan Wali-Wali yang memakainya.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Alhamdulillahi rabbil’alamin washolatu wassalamu’ala syaiyidina , ursalin wa’ala alihi
wasahabihi adjam’in, amma ba’du. Adapun kemudian dari pada itu diketahui olehmu hai
thalib, bahwasannya tiada sempurna bagi seseorang mengenal dirinya, jika tidak ada
tahu akan asalnya diri. (kejadian diri) dan mengetahui akan yang mula-mula dijadikan
Allah Subhanahu wata’ala, seperti sembahyang mula-mula dijadikan Allah subhanahu
wata’ala. Seperti sembah ABDILLAH bin ABBAS R.A. katanya, Ya Junjunganku, apakah
jua yang mula-mula dijadikan Allah Subhanahu wata’ala. Maka sabda Nabi Muhammad
SAW. Yang artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan dahulu daripada segala Asyia
ini yaitu NUR NABIMU. Maka nyatalah Roh Nabi kita Muhammad SAW itu dijadikan lebih
dahulu daripada Asyia, dan lagi dijadikan Allah Ta’ala daripada ZATnya, seperti kata Syeh
Abdulwahab yang artinya; Allah Ta’ala menjadikan Roh Nabi Muhammad itu daripada
Zat-nya. Dan menjadikan sekalian ala mini jadi daripada NUR NABI MUHAMMAD. Maka
nyatalah Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD dan segala batang tubuh kita
ini jadi daripada ADAM seperti Sabda Nabi Muhammad Saw. Yang artinya : Aku adalah
bapak oleh sekalian ROH dan Nabi ADAM adalah bapa oleh segala batang tubuh, Karena
Nabi ADAM itu dijadikan ia daripada Tanah, seperti Firman Allah yang artinya; aku
jadikan INSAN ADAM daripada tanah, tanah itu adalah NUR yang dijadikan ia daripada
AIR, dan AIR itu NUR MUHAMMAD SAW. Maka nytalah ROH kita Tubuh kita Tubuh kita
serta sekalian ala mini jadi daripada NUR MUHAMMAD SAW. Maka nyatalah ROH kita
tubuh kita serta sekalian ala mini jadi daripada NUR MUHAMMAD kepada ROHMU dan
kepala BATANG TUBUHMU dan kepada sekalian kainat, insya Allah melihatlah engkau
akan keelokan dan Dzat wajibal wujud lagi yang suci adanya, karena tubuh kita yang
samar ini sekali-kali tiada dapat mengenal ALLAH TA’ALA karena ia NUR MUHAMMAD dan
me-musyahadahkan NUR MUHAMMAD, adalah ia memesakan TUHANNYA dan sebagai
bukti (dalil) keadaan akan kezairan dan kenyataan bag ujudnya, maka bagi tiap-tiap
yang datang kepadamu itu seperti; penglihat, pendengar, pengrasa, dan lain sebagainya,
yaitu semata-mata sebab NUR MUHAMMAD jua. Seperti firman Allah Ta’ala yaitu NUR,
dan firman Allah yang artinya barang yang dating kepadamu yaitu hak Allah yang artinya
barang yang datang kepadamu yaitu hak Allah daripada Tuhanmu, yaitu NUR dan
kepada NUR itulah perhimpunan dan perjalanan segala AULIA dan ARABIA yang mursalin
mengenal ALLAH TA’ALA dan mula-mula sampai pendapat arifbillah pada martabat ini
karena ia asal kejadian alam seperti Firman Allah didalam Hadist Qudsyi yang artinya ;
Ya, MUHAMMAD, engkau kujadikan karena-ku dan aku jadkan semesta sekalian ala mini
karenamu. Maka sabda Nabi MUHAMMAD SAW. Yang artinya ; Aku daripada Allah dan
sekalian MU’MIN daripada aku. Maka hendaklah berpegang kepada NUR itu, Cuma ada
didalam ibadat atau lainnya. Yang lain daripada pekerjaan. Kemudian ketahui pula
olehmu akan sebenar-benarnya diri, seperti kata Syeh ABDUR RAUP ; Bermula yang
sebenar-benarnya diri itu adalah NYAWA dan yang sebenar-benarnya NYAWA itu adalah
NUR MUHAMMAD dan se-benar-benarnya NUR MUHAMMAD itu adalah SIFAT dan se-
benar-benarnya SIFAT itu adalah ZAT HAYAT bukan ZAT HAYUN. Tetapi tiada lain kata
setengah ulama, bermula yang sebenar-benarnya DIRI itu adalah ROH, tatkala ia asuk
bagi sekalian tubuh maka bernama NAFAS, Dan tatkala ia berkehendak bernama HATI,
dan tatkala ia ingin sesuatu bernama NAFSU dan tatkala ia dapat memilih akan sesuatu
bernama ICHTIAR, dan tatkala ia percaya akan sesuatu bernama IMAN, dan tatkala ia
dapat memperbuat barang sesuatu bernama AKAL, dan poko/pangkal AKAL itu adalah
ILMU itulah se-benarnya DIRI, dan kepada diri itulah ZAHIRNYA TUHAN, seperti sabda
nabi MUHAMMAD SAW. ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI, artinya Lahir Tuhan itu ada
pada bathin hambanya, yakni pada ILMU HAKIKAT yang putus adanya dan tiadanya dan
Esanya. Kemudian daripada itu maka hendaklah engaku kenal DIRI itu supaya sempurna
mengenal ALLAH TA’ALA, seperti Sabda Nabi MUHAMMAD SAW. MAN ARRAFA NAFSAHU
FAQAD ARRAFA RABBAHU, artinya, barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya
menegenal akan Tuhannya. Bermula mengenal DIRI itu terdiri atas 2 (dua) perkara;
Pertama hendaklah kita ketahui Asal diri seperti yang tersebut di atas tadi, Kedua
hendaklah MATIKAN DIRIMU seperti Firman Allah; ANTAL MAUTU QABLAL MAUTU
artinya matikan dirimu sebelum kamu mati. Bermula mematikan diri itu seperti ; WALA
QADIRUN, WALA MUDIRUN WALA ALIMUN, WALA HAYUN, WALA SAMI’UN WALA
BASHIRUN, WALA MUTAKALIMUN, artinya ; tiada hambanya kuasa, tiada berkehendak,
tiada tahu, tiada hidup, tiada mendengar, tiada melihat, tiada berkata-kata. Yang kuasa
hanya Allah, yang tahu hanya Allah, yang hidup Allah, yang mendengar Allah, yang
melihat Allah, berkata-kata Allah serta Maujud dan Esa Allah jua. Maka falah sekalian
DIRI itu di dalam DIRI Ahdiat Allah yakni ; fanalah di dalam ILMUNYA ALLAH yang
Qadim adanya. Kemudian daripada itu maka hendaklah diketahui akan SYIR ALLAH
didalam UJUD IHSAN ini, niscaya senantiasa di dalam dosa, seperti Sabda Nabi
MUHAMMAD SAW, yang artinya ; Bermula ADAM itu di dosa yang amat besar dan dosa
itu sebagiannya yakni tiada sempurna mengenal Allah Ta’ala jikalau diri di dalam
kebaktian, karena kebaktian itu adalah umpama JASAD dan ROH, demikian pula
kebaktian tiada sempurna jika tiada dengan ILMU, demikianlah adanya. Adapun SYIR
ALLAH DIDALAM UJUD INSAN itu seperti Firman Allah di dalam Hadist Qudsyi yang
artinya ; bermula INSAN itu RAHASIAKU dan AKUPUN RAHASIANYA. Dan lagi Firman
Allah di dalam Hadist Qudsyi yang artinya ; INSAN itu RAHASIAKU dan AKU
RAHASIANYA, atau RAHASIAKU itu SIFATKU dan sifatku itu tiada lain daripada AKU.
Maka kata GHAUSYALU AZIM yang artinya ; TUBUH MANUSIA, NAFSUNYA, HATINYA,
NYAWANYA, PENDENGARANNYA, PENGLIHATANNYA, TANGANNYA, KAKINYA, dan
sekalaiannya itu AKU nyatakan dengan azzaku dirinya bagi diriku itu tiada lain daripada
AKU, dan aku tiada lain nDARIPADANYA. Dan ketahui olehmu bahwasannya HAK ALLAH
SUBHANAHU TA’ALA itu tiada ia berdengan segala AF’ALNYA seperti Firman Allah
“WAHUWA MA’AKUM AINAM KUNTUM” artinya Tiada ada kamu, Allah Ta’ala beserta
kamu, dan lagi Firman Allah. Artinya di dalam DIRI KAMU jua AKU, maka tiadalah KAMU
melihat akan DAKU, karena aku terlehampir daripada HATI MATAMU YANG HITAM
DENGAN YANG PUTIH. Maka hendaklah engkau tilik tiap-tiap sesuatu daripada ala mini
ALLAH TA’ALA serta di dalamnya, seperti sabda Nabi MUHAMMAD SAW yang artinya,
barang siapa menilik kepada sesuatu, jika tiada dilihatnya Allah Ta’ala didalamnya, maka
tiliknya itu bathal yakni sia-sia. Maka kata Syaiyidina ABU BAKAR artinya ; tiada aku lihat
akan sesuatu melainkan padahal aku lihat Allah Ta’ala dahulunya. Jadi yang mengata
kalimah LAILAHA ILLA ALLAH itu tiada lain IA jua memuji DIRI-NYA, seperti Firman Allah
di dalam Qur’an :
1. ABABARALLAH ILLALIAH artinya ; Tiada yang menyebut Allah hanya Allah
2. LAYA’JAHARALIAH ILLALLAH artinya ; Tiada yang menyembah Allah hanya Allah
3. LAYU’RIFULLAH ILLALLAH artinya ; Tiada yang melihat Allah hanya Allah
4. LAYA’BUDULLAH ILLALIAH artinya ; Tiada yang mngenal Allah hanya Allah
1. ZAT bagi ALLAH, NAFSIAH pada MUHAMMAD, NAFAS pada ADAM
2. SIFAT bagi ALLAH, SALBIAH pada Muhammad, TUBUH pada ADAM
3. ASMA bagi ALLAH, MA’ANI pada MUHAMMAD, HATI pada ADAM
4. AF’AL bagi ALLAH, MA’NAWIYAH pada MUHAMMAD, RAHASIA pada ADAM
Kemudian yang empat sifat itu dibagi dua :
1. Pertama ; SIFAT mengadakan SYORGA dan NERAKA
2. Kedua ; SIFAT mengadakan DOSA dan PAHALA, jahat dan baik
I. ISTIGNA bagi Allah, SIFAT KETUHANAN pada MUHAMMAD, ILMU pada ADAM
II. ISTIGFAR bagi Allah, SIFAT BERCAHAYA (NUR) pada MUHAMMAD ADA pada ADAM
Adapun yang terkandung didalam yang empat sifat ini ;
1. SIFAT NAFSIAH = ialah NYAWA, pada kita
2. SIFAT SALBIAH = ialah KULIT, URAT, TULANG, DAGING, DAN
DARAH
3. SIFAT MA’ANI = ialah HATI, JANTUNG, SIMIT, RABU, EMPEDU, DAN
RAMBUT
4. SIFAT MA’NAWIYAH = ialah OTAK, SUMSUM, MENDENGAR, MELIHAT,
MENCIUM, BERKATA
Inilah yang dinamakan asal tubuh kita daripada sifat (empat sifat adanya).
ASYHADU ALLA ILAHA ILLA ALLAH = Zat Wajibal wujud, qadim yang kusembah
WAASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH = harap kurnia ampun, Rahmad dari
pada Allah.
Adapun SEMBAHYANG LIMA WAKTU terhimpun didalam ALHAMDU, keluar daripada
CAHAYA MANIKAM yang PUTIH yaitu HATI pada kita.
ALIF = SUBUH dua raka’at ROH dan JASAD. Keluar daripada CAHAYA MANIKAM
yang HIJAU yaitu EMPEDU pada kita.
LAM = ZUHUR empat raka’at DUA KAKI (empat potong/ruas) keluar daripada
CAHAYA MANIKAM yang MERAH yaitu PARU-PARU pada kita.
HA = ASHAR empat raka’at DUA TANGAN (empat potong/ruas) keluar daripada
CAHAYA MANIKAM yang KUNING yaitu JANTUNG pada kita.
MIM = MAGHRIB tiga raka’at DUA LOBANG HIDUNG + SATU LOBANG KULIT.
Keluar daripada CAHAYA MANIKAM yang HITAM, LIMPA pada kita.
DAL = ISYA empat raka’at DUA BIJI MATA + DUA LOBANG KUPING, Amal ROH
ialah NYAWA, Amal HAti ialah PENGETAHUAN, Amal TUBUH ialah
BADAN.
HUKUM SYAHADAT : Pertama = Mengesakan Zat Allah Ta’ala : ADA. DIA KEKAL
BERSALAHAN dan BERDIRI SATU.
Kedua = Mengesakan Sifat Allah Ta’ala HIDUP, TAHU,
KUASA, BERKEHENDAK, MENDENGAR, MELIHAT dan BERKATA-KATA.
Ketiga = Mengesakan Af’al Allah Ta’ala ; yang HIDUP, YG
TAHU, YG KUASA, YG BERKEHENDAK, YG MENDENGAR, dan YG BERKATA-KATA.
Keempat= Meng-esakan kebenaran Rasulullah Saw
PERCAKAPAN YG BENAR, PERJALANAN YANG BENAR, DAN PENGETAHUAN YANG
BENAR.
LA ILAHA ILLA ALLAH, ialah nama bagi ROHUL HAYAT
MUHAMMADAR RASULULLAH, ialah nama bagi TUBUH INSAN KAMIL.
LA ILAHA ILLA ALLAH = LA ; Sifat Mafsiah. ILAHA ; Sifat salbiah, ILLA : Sifat Ma’ani, dan
ALLAH Sifat Ma’nawiyah.
LA = Kalimah IMAN, artinya IMAN itu percaya didalam hati kepada Allah.
ILAHA = Kalimah ISLAM, artinya ISLAM itu mengerjakan segala perintah
ALLAH, dan menjunjung segala perintah ALLAH serta menjauhi segala yang dlarang oleh
ALLAH.
ILLA = Kalimah TAUHID, artinya itu mengesakan ALLAH daripada segala SIFAT yang
bersekutu dengan ALLAH.
ALLAH = Kalimah MA’RIFAT, artinya MA’RIFAT itu pengenalan kepada Allah dengan jalan
MA”RIFAT yang putus.

Kemudian diketahui olehmu hai Thalib, adapun yang dinamakan ISLAM itu daripada
Kalimah LAILAHAILLALLAHI. Maka wajib diketahui dahulu Kalimah itu barulah dinamakan
ISLAM, yang asalnya demikian Firman Allah ; WA’TASHINU BIHABILLAHI SAMI’AN WALA
WALA TAPARRAQU, artinya ; berpeganglah kamu kepada tali Allah dan janganlah engkau
bercerai. Adapun berpegang kepada tali Allah itu adalah seperti yang tersebut dibawah
ini.
HU = Puji NYAWA, zikir waktu naik, nyawa keluar.
ALLAH = Puji ROH, zikir waktu turun, nyawa masuk.
ZIKIR ALLAH = Sama dengan Zikir LA ILLAHA ILLA ALLAH.
Maka kata Syaiyidina UMAR ; WAMA RAAITU SYAI’AN ILLA WARRAITUL LAHI BA’DAH,
artinya Tiada aku lihat akan sesuatu melainkan aku lihat Allah Ta’ala sertanya. Dan
berkata SYAIYIDINA ALI ; WAMA RAAITU SYAI’AN ILLA WARRAITULLAHI FIHI ; artinya
Tiada aku lihatakan sesuatu melainkan aku lihat Allah Ta’ala di dalamnya. Maka sekalian
dalil dan hadist serta sekalian kata sahabat-sahabat ini adalah perhimpunan WAHDAH
Seperti Firman Allah ; ALLAHU BIKULLI SYA’IN MUHITH, artinya Allah Ta’ala itu meliputi
ia bagi tiap-tiap sesuatu, seperti BESI diliputi oleh API. Begitulah pandang kita kepada
Allah Ta’ala tempat perhimpunan daripada LAILAHA ILALLAH didalam TAKBIRATUL
IHRAM, dan segala niat dan I’tikad inilah jalannya, maka berhimpunlah 4 (empat) huruf
itu pada kalimah ALLAH. Huruf Allah itu apabila dihilangkan huruf ALIF maka terbacalah
LILLAH, apabila dihilangkan huruf LAM AWAL maka terbacalah oleh kita LAHU, apabila
dihilangkan huruf LAM ACHIRNYA, maka terbacalah oleh kita HU, dan apabila fana huruf
LAM itu, maka tiadalah dapat terbaca lagi ALLAH tersebut. Untuk mengetahui dengan
sesungguhnya atas kefanaan atau setelah fananya huruf HA ini, maka bicarakanlah
olehmu baik-baik. Hai salah seorang yang meuntut ilmu jalan kepada Allah Ta’ala.
Bicarakanlah olehmu baik-baik huruf atau perkataan itu (perkataan Allah itu) dengan
seorang Guru yang boleh atau berhak mengeluarkannya perkataan yang sedikit ini,
karena perkataan ini terlebih keras daripada DUNIA ini, terlebih keras daripada BATU,
terlebih keras daripada BESI dan terlebih keras daripada Segala yang keras dan jikalau
tiada ilmunya, sekalian amalnya dan Itikadnya, maka jauhilah daripada makam Nabi
MUHAMMAD SAW. Inilah jalannya SYUFI, arifbillah dan ALIMBILLAH namanya.
Inilah jalan bagi segala AULIA dan AMBIA, segala jalan arifbillah itu tiada ia menilik
DIRINYA itu ada baginya UJUD lain selain UJUD ALLAH Ta’ala semata-mata. Bagi Allah
Ta’ala jua yang ada baginya UJUD dan baginya ZAT dan baginya SIFAT BAQA seperti
firman Allah ; MAN ARAFA NAFSAHU BIL FANA’I, FAQAD ARAFA RABBAHU BIL BAQA’I,
artinya ; Barang siapa mengenal DIRINYA dengan FANA, bahwasannya dikenalnya
TUHANNYA DENGAN BAQA. Bermula inilah jalan NABI MUHAMMAD mengenal kepada
Allah Ta’ala yaitu HADAP YG TIADA BERPUTUS, tiada BERKETIKA, tiada LALAI, tiada
LUPA, tiada berkeputusan, atau BERKESUDAHAN siang dan malam, senantiasa CINTA
dan KASIH kepada ALLAH TA’ALA, baik pada waktu Tidur maupun jaganya. Inilah yang
sebenar-benarnya jalan MA’RIFAT kepada ALLAH TA’ALA, yaitu menghilangkan segala
pekerjaan dunia, mengerjakan akan ilmunya dan menghancurkan akan segala
pandangannya, maka berhimpunlah kesemuanya ini daripada huruf HA seperti
disebutkan terdahulu. Maka disanalah kita MEMATIKAN UJUD DIRI KITA, SIFAT KITA,
ASMA KITA, DAN AF’AL KITA. Demikianlah kita mencari yang dinamakan RAHASIA
ALLAH dengan MUHAMMAD. Adapun orang AHLI SHUFI mengucapkan ZIKIR ALLAH itu
ada empat perkara kesempurnaannya :
1. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Syari’at : Tiada ada Tuhan yang lain hanya Allah.
2. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Tharikat : Tiada aku kasih yang lain hanya Allah.
3. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Hakikat : Tiada aku kasih yang lain hanya Allah.
4. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Ma’rifat : Tiada ujud sesuatu hanya ujud Allah.
1. Barang siapa menyebut LAILAHAILLALLAH dengan katanya tiada lidahnya, maka
kafirlah orang itu pada zahirnya dan selamanya pada bathinnya.
2. Barang siapa menyebut LAILAHAILLALLAH dengan lidahnya dan tiada tasdik hatinya,
maka kafirlah ia.
3. Barang siapa menyebut LAILAHAILALLAH dengan lidahnya dan tasdik hatinya, maka
orang mu’miniah ia dengan se-benarnya mu’min.
4. Barang siapa mengekalkan ia akan ujud itu, maka fanalah ia di dalam menyebut LA
ILAHAILALLAH, maka orang itu WALI ALLAH, karena kita ini ke ESAAN ujud ALLAh jua,
sebab ujud Allah itu ujud HAKIKI dan ujud kita ini hanya ujud MUJAJI.
Adapun tandil tergangi tiada mempunyai Ujud hanya Allah Ta’ala. Adapun kita ini hamba-
nya artinya MUNAJAT itu berkata-kata, adapun yang berkata ALLAHU AKBAR itu Allah
jua, bukannya kita, karena kita ini hamba-nya. Adapun MI’RADJ itu LAIP, adapun LAIP
itu tiada mempunyai DIRI, melainkan hanya Allah Ta’ala bukannya kita, karena kita ini
hambanya,
adapun IHRAM itu artinya ter-cegang adapun ter-cengeng itu tiada tahu akan dirinya dan
dia tahu maka apabila hapuslah/fanalah dan tiada kelihatan ujud lagi ujud diri kita, maka
disanalah tempat kita menanamkan diri dengan Tuhan kita AZZA WAZALLA, dan barulah
kita bertemu GAIB dalam GAIB, Ujud didalam Ujud, Zat didalam Zat, Sifat didalam Sifat,
asma didalam Asma, Af’al didalam Af’al, Syir didalam Syir, Rahasia didalam Rahasia dan
Rasa didalam Rasa, maka disanalah kita menerima ZAUK WADJDAN dan ASYIK
menghasiki, inilah dalil yang menunjukkan diri kepada ALLAH TA’ALA.
Kedua martabat WAHDAH : artinya ESA karena Tunasah dan Tasbih ialah perhimpunan
SHALIK dan seperti laut dengan ombak maka tiadalah bercerai keduanya, maka dinamai
TA’IM AWAL artinya CINTA PERTAMA, yang bernama ALLAH dan MUHAMMAD, bernama
ZAT dengan ZAT, maka yaitu Sifat Allah Ta’ala : WAHUWA MA AKUM AINAMA KUNTUK,
artinya ; dimana saja kamu berada Allah Ta’ala beserta kamu. Dan mula serta itu tiada
bercerai ZAT dengan SIFAT, tiada bercerai TUHAN dengan MAKHLUK, adapun menurut
kelakuan disini ZAT UJUD ILMU NUR SYUHUD itu dinamai yaitu HAKIKAT ASYIA, artinya
ada yang se-benarnya, perkara yang maklum bukan perkara ilmu (segala ilmu) Allah
Ta’ala kemudiannya dan lagi seperti kata para sahabat-sahabat Nabi terdahulu. Inilah
pandangan orang arifbillah yang sebenar-benarnya jalan MA’RIFAT kepada ALLAH
TA’ALA. Begitu pula pandang kita.
Adapun yang terhimpun didalam tubuh kita ada DUA ROH, yang hendak diketahui ;
Pertama. ROH yang dinamakan ROH QUDUS
Kedua, ROH yang dinamakan ROHANI,
zikir sebutan ROHANI itu ucapannya – ALLAH-ALLAH
ROH QUDUS itu ucapannya – HU – HU
Tiada tahu akan Tuhannya, hanya bertemu GAIB didalam GAIB, SYEKH MUHAMMAD
USMAN pernah berwasiat kepada anaknya, yang artinya ; Hai anakku tiada dapat tidak
atau jangan tidak, wajib engkau ketahui serta engkau I’tikadkan didalam hatimu ilmu
yang 5 (lima) perkara ini, inilah yang dinamakan ILMU HAKIKAT. Artinya ilmu Hakikat itu
mengetahui dengan yakin hati, bukannya dengan bacaan atau dengan perkataan lidah
tetapi dengan diberi ESANYA ditetapkan didalam hati jua.
Maka tiada berfaedah bacaan dengan lidah dan kalimat perkara tersebut adalah sebagai
berikut :
PERTAMA : TAUHIDUL AF’AL
KEDUA : TAUHIDUL SIFAT
KETIGA : TAUHIDUL ASMA
KEEMPAT : TAUHIDUL ZAT
Dan suatu riwayat mengatakan sebagai berikut : FANA’IL AF’AL FANA’IL SIFAT dan
FANA’IL ZAT. Adapun Tauhidul Af’al itu seperti engkau kata ; LAFA’LUN ILLA FI’LULLAH,
artinya tiada mempunyai perbuatan melainkan se-mata perbuatan Allah Ta’ala jua
didalamnya (Hakikatnya). Dan Tauhidul Sifat itu yakni seperti engkau kata, dan engkau
i’tikatkan didalam hatimu : IA QUDRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT, SAMA, BASHAR, KALAM,
artinya ; Tiadamempunyai KUASA, BERKEHENDAK, TAHU, HIDUP, MENDENGAR,
MELIHAT DAN BER-KATA-KATA. Melainkan kesemuanya itu daripada Allah Ta’ala jua
pada hakikatnya.
Adapun Tauhidul ZAT itu seperti engkau kata engkau I’tikatkan didalam hatimu ; LA
MAUJUDA ILLALLAH, artinya tiada yang ujud didalam alam ini melainkan Allah Ta’ala
semata-mata pada Hakikatnya, karena sekalian alam (Ujud alam) ini tiada maujud
sendirinya, tetapi berdiri ujud kepada ujud Allah aza wazalla. Keempat dalil Shuhudul
Kasyrah, seperti telah diuraikan terdahulu, yaitu pandang yang banyak didalam satu dan
pandang yang satu didalam yang banyak. Maka pandang itu olehmu dengan
bahwasannya ujud sekalian alam ini berdiri kepada Ujud Allah Ta’ala, tiada maujud
sendirinya dan pandang olehmu bahwasannya Allah Ta’ala itu maujud didalam sesuatu
yang maujud maka disertakan pandangmu itu dengan pandang PANDANG RAHASIA
DIDALAM HATI. Gukan pandang yang dibangsakan dengan perkataan dan lafad itu tiada
memberi faedah.
Artinya pandang olehmu bahwasannya Allah Ta’ala itu maujud ia didalam tiap-tiap
sesuatu ujud, yaitu pandang HAWIYAHNYA QIYAUMAHNYA dan Qudratnya serta
kebesarannya dan tiada diambil tempat dan Allah Ta’ala itu tiada menjadi rupa sesuatu,
karena Allah Ta’ala LAISAKAMISLIHI SYAI’UN WAHUWASSAMI’UL BASHIR artinya ; Tiada
menyamai Allah Ta’ala itu sesuatu juapun dan ia amat mendengar lagi amat melihat
akan segala pekerjaan baik yang zahir maupun yang bathin.
Dan lagi ketahui olehmu bahwasannya sesungguhnya keadaan kita itu tetap selama-
lamanya didalam ILMU ALLAH TA’ALA jua, demikianlah se-benar-benarnya I’tikad kita,
maka itulah I’tikad sekalian para Nabi-Nabi Allah, sekalian wali Allah dan I’tikada sekalian
yang Sholih-Sholih maka janganlah kita ubah daripada i’tikad ini, supaya sampai kepada
jalan FANAFILLAH dan BAQABILLAH, Artinya ; LAIP KITA DIDALAM ALLAH TA’ALA dan
KEKAL ADANYA DENGAN ALLAH TA’ALA. Adapun artinya LAIP itu ialah HAPUS, hapus itu
tiada lagi kelihatan ZAT kita, kecuali ZAT Allah Ta’ala se-mata. Begitulah hendaknya
I’tikad dan pandang kita, umpamanya seperti ombak ia bernama ombak atau laut sebab
ia bernama laut, tetapi pada hakikatnya adalah daripada AIR jua. Maka itu namanya tiga
hakikat tetapi berasal daripada satu jua. Umpamanya seperti besi didalam Api, maka
hilanglah besi itu oleh api, tiada kelihatan lagi ujud besinya, hanya keadaan api itulah
yang kelihatan se-mata, zatnya, sifatnya dan Af’alnya. Maka apabila ditetapkan keadaan
itu dan dikeraskan didalam keadaan kita, niscaya hilanglah keadaan kita itu, maka tiada
lagi dan sampailah kita kepada jalan fanafillah dan baqabillah, maka apabila kita tidur
terlihatlah oleh kita dalalahnya pada bertemu.
TUDIBBUL BADANI HAJJA ALA QALBI, hancurlah badan jadilah HATI. TUDIBUL QALBI
SHARARROHI, artinya, hancurkan hati jadikan ROH. TUDIBURROHI SHARANNURU,
artinya, hancurkan roh jadikan CAHAYA, ialah AKU ALLAH (dalam Diam). Aku yang se-
benarnya RAHASIA MARKUM MANUSIA didalam hatimu itu. Adapun hati manusia itu
umpama cermin, maka apabila ditilik didalamnya, maka kelihatanlah itu TUHANNYA,
daripada RAHASIANYA, karena rupa kita yang bathin itulah yang diakui Allah RUPA
DARIPADA RAHASIANYA, karena dalil menyatakan yang artinya ; INSAN ITU
RAHASIAKU, RAHASIAKU ITU SIFATNYA, SIFATNYA ITU TIADA LAIN DARIPADA UJUDKU
yang WAJIB UJUD adanya. ALQALBUHAYATI SYIRRI ANA ILLA ANA, artinya ; Didalam
Akal itu Hati, didalam Hati itu Roh, didalam Roh itu Syir, didalam Syir itu AKU. AKU
RAHASIA SEGALA MANUSIA
AKU RAHASIA SEGALA MANUSIA DIDALAM HATI. Ketahui olehmu hai Shaleh. Inilah
orang yang sebenar-benarnya mengenal ALLAH TA’ALA seperti ; MAN ARAFALLAHU
FAHUWA ALLAH, yakni barang siapa mengenal ALLAH yaitu bernama Allah dan
Muhammad.
—ooo0oo—
ALAM MINKUM
Adapun HAYAT artinya dihidupkan, adapun MINKUM itu keTuhanan namanya. Maka
inilah sifat Allah Ta’ala yang dizahirkan kepada manusia, maka manusia itu disertai sifat-
sifat Tuhan, ialah ; HAYAT, QUDRAT, IRADAT, ASMA, BASHAR DAN KALAM. Inilah
kejadian segala manusia, maka inilah yang dikatakan TAJLI ZAT namanya. Adapun yang
jadi NYAWA itu terdiri dari (empat) perkara ; Pertama MANI, KEDUA WALI, KETIGA
WADI, KEEMPAT MADI. Maka itulah yang disertai ia dengan sifat 7 (tujuh) tersebut
diatas, tempat TAJLI ZAT MUHAMMAD dan ZAT INSAN. Bahwa daripada menyatakan
sesuatu Qaidah perhimpunan marabat ABDIATUL JALAL, AHDIATUL QAHAR, ABDIATUL
KAMAL, namanya. Kemudian daripada itu martabat AHDIAT itu ESA ia, itulah yang
dinamai martabat, …………………………………artinya tiada nyata-nyatanya. Adapun ZAT
ALLAH TA’ALA itu sangat nyata ia pada insane maka jadi terlindung oleh UJUD
……………….sebenarnya-benarnya yang tiada dengan sifat sesuatu, yakni belum ada
UJUD ALAM SYUHUD dan dinamai akan dia UJUD MUHDAR, artinya Ujud se-mata-mata.
Maka dinamai akan dia KUN AZALA artinya dahulu dan pertama sekali, dan dinamai akan
dia KUNHI ZAT yang tiada dapat diketahui dan tiada boleh dipikirkan oleh akal dan tiada
sampai kepadanya ILMU. Melainkan sedikit jua dan dinamai TUNAZZAH MAHAHI.
Artinyasuci semata-mata. Mula suci belum Sifat dengan segala kelakuan dan belum
dapat NUR itu, dan kedua.
ALAM MINKUM
Alam MINKUM itu adalah alam ketuhanan atau LAHUD. Ini sangat sekali , dan jarang
hmbanya sampai kepada alam MINKUM ini tidak seorangpun sampai kepadanya, kecuali
apa-apa yang dikehendaki ALLAH buat hambanya. Orang yang telah sampai kepadanya
itu ialah ; Hamba Allah yang sudah bulat tawakalnya kepada TUHANNYA. Dan tidak ada
lagi yang patut diragukan lagi dan tidak ada lagi baginya rasayang ada. Kecuali ADA
sendirinya dan berdiri dengan sendirinya . Dan orang yang demikian itu telah berasda
dalam kedudukan KHIB didalam KHIB.
Dialah bernama KHIB itu dalam keseluruhanNYA.
Orang yang seperti itu, apa saja yang dikehendakinya, pasti jadi. MINKUM ; siapakah
dan apakah yang disebut KUM itu didalam alam KUM itu ZAT TUHAN berdiri dengan
sendirinya, dialah rahja kuasa, langit dan bumi dan alam seluruhnya.
Dan disini berdiri JALALULLAH, JANALLULLAH, KAHARULLAH, DAN KAMALULLAH. DAN
DISINI DIA SENDIRI SEBAGAI HAKIM, DAN MEHAKIMI.
Memang dahsyat daripada DUSTA, lebih keras daripada baja, ebih hebat daripada segala
yang hebat.
Alam KUM ini tiada beda dengan KUN
Singkatannya ialah KAFMIM dan KAFNUN
Samalah ia dengan ; MAHJUN dan MAKNUN

MAKAM PENELANJANGAN TUHAN


Makam ini disebut juga dengan makam ahlul ahirat, atau makam HAKIKAT SEMATA.
Makam ini sangat dahsyat sekali. Ia diluar dari akal orang banyak. Dan ia tidak
berpegang kepada kulit lahir daripada Nas dan dalil lagi. Ia telah menyeberang daripada
Nas dan dalil yang ada ini, ia tidak berpegang dengan kata- kata yang ada ini lagi, dan
tidak bersandar kepada hukum-hukum lahir lagi. Ia berdirisendiri menurut kata SIR-nya
Inilah yang menjadi hokum baginya Jadi yang beginilah yang hamba katakan sangat
dahsyat sekali, dan sangat hebat sekali
TIDAK AdA TUHAN, MELAINKAN TUHAN
TIDAK ADA ENGKAU, MELAINKAN AKU
TIDAK ADA AKU, MELAINKAN ENGKAU
ENGKAU DAN AKU ADALAH ESA
ENGKAU LENYAP, AKU BERNYATA
AKU LENYAP ENGKAUPUN NYATA
ENGAKU DAN AKU telah lenyap didalam kefanaannya,
kefanaan lenyap didalam ke-esaannya Tuhan.
Keesaan lenyap didalam kekidaman.
Kekidaman lenyap didalam kebaqaan.
Akhirnya fana dan baqa dalam keagungan.
Kini tiada kelihatan lagi makhluknya.
HAMBA dan TUHAN hanyalah asma.
HAMBA itu berarti ; AKU
TUHAN itu berarti ALLAH
HAMBA dan TUHAN adalah Satu
AKU dan ALLAH juga Satu
Kalau dihimpunkan menjadi : AKU ALLAH
Lenyap AKU, tinggallah ALLAH
FANA HURUF ALLAH, timbullah kosong
Kosong huruf, kosong asma, kosong suara, kosong segala-galanya, dan tidak apa-apa,
tiada hingga. Ahirnya didalam kekosongan, Nampak jelas ujud membayang. Bayangan
Allah adalah alam.
Terpandang kepada Allah Nampak jelas ujud yang sebenarnya. Karena ia tiada boleh
pisah walau ……….
Jadi bagi orang yang berada pada makam penelanjangan TUHAN, berkata dengan
sembarang kata, tapi jadi. Apa yang dikehendaki pasti jadi.
Hanya orang banyak tidak mengerti dan tidak paham dengan apa yang dimaksudkan.
Contoh banyak sekali kepada wali-wali Allah yang terdahulu. Hamba pribadi telah banyak
membuktikan apa-apa. Yang terjadi, diluar kemampuan orang umum/awam.
Siapa percaya boleh percaya, dan siapa yang tidak percaya boleh tinggalkan ajaran ini.
AKULAH YANG ERNAMA CINTA, AKULAH YANG BERNAMA si HAK, AKULAH YANG
BERNAMA SORGA DAN NERAKA ITU. AKULAH YANG BERNAMA ZATULHAQQ,
SIFATULHAQQ, ASMAULHAQQ, DAN AF’ALLUNHAQQ, HAQUQULHAQ adalah ; HAQQ,
HAQQ TA’ALA itulah AKU.
TA’ALA itu namaku yang rahasia didalam ala mini.
RUHULHAQ RASIA HAMBA, NAMAKU DISEBUT SETIAP SAAT.
Apabila orang menyebut TA’ALA didalam bacaannya, atau dalam hatinya atau dalam
DIAMnya. Maka tersebut samaku didalamnya.
AKULAH TA’ALA ITU, DAN AKULAH RAHASIA ITU.
BERARTI HAMBA ALLAH. Yang member nama yang empunya nama.
HAMBA ALLAH berarti : AKU ALLAH
NAMA YANG DIHANTARKAN KEPADAKU NYATA DARI ALLAH
Tiap-tiap nama seseorang itu mengandung hikmah. Hikmah itu bertepatan dengan
pemberian nama itu. AKULAH YANG HAMBA DAN AKULAH YANG TUHAN.
AKULAH YANG BERNAMA siHAQ ITU
DAN AKULAH YANG NYATA DAN YANG GOIB ITU
AKU JUA YANG LAHIR DAN AKU JUA YANG BATHIN
AKU HIDUP YANG TIADA MATI-MATI, dan apabila AKU tiada lagi dalam dunia fana ini,
janganlah mencari Aku lagi.
Aku tetap ada setiap orang yag beriaman kepada ALLAH. Bila engkau hendak bertemu
AKU, pandanglah dirimu itu AKU. Tidak ada AKU, melainkan AKU. Dalam keseluruhannya.
AKULAH yang bernama ala mini, dan AKULAH YANG bernama akhirat itu
Tidak aku lihat didalam sesuatu itu, melainkan AKU melihat AKU
AKU itu telah lenyap dalam KE AKUANKu, sehingga tidaklah AKU melihat kehambaanku
lagi. Dan Aku telah bernyata didalam AKU, beraku ku. Sehingga hapuslah mulutku dan
hatiku
mengata AKU. Kini Aku tidak berkata dengan lidah lagi, tidak dengan hati lagi, dan tidak
dengan puad dan jantung lagi.
TA’ALA RIDHA KASIH SAYANGKU
TA’ALA RACHMAD ITU SELIMUTKU
TA’ALA NIKMAT ITU RASAKU
TA’ALA HIKMAH ITU RACHMAN RACHIMKU
TA’ALA SUNNAH ITU ATURANKU
TA’ALA SHOLEH ITU ILMUKU
TA’ALA ADIL ITU KEKUASAANKU
TA’ALA ISFIAH ITU KEMAUANKU
TA’ALA DHOIM ITU RAHASIA PRIBADIKU
TA’ALA ALAIH ITU KALAMKU PASTI
T ‘ALA JALAL ITU KEMESRAANKU
TA’ALA JAMAL ITU KEELOKKANKU
TA’ALA KOHAR ITU KEKERASANKU
TA’ALA KAMAL ITU KESEMPURNAAN DAN KEMULIAANKU
TA’ALA KHIB ITU KESATUANKU BAGI SELURUH ALAM
Demikialah sebagai penutup dari pembukaan
Rahasia yang terkandung pada kejadian DUNIA dan
Achirat, dan amalan akhir kalamku sebagai harta atau
Pembendaharaan GOIB yang kuwariskan kepada saudaraku
MUSLIMIN DAN MUSLIMAH dimanapun ia berada.
INILAH ASAL SEBENARNYA TUHAN
MENJADIKAN MANUSIA
1. KUN PAYAKUN : MENJADI OTAK PADA KITA YAITU ; ROH
IDOFI
2. KUN HAQ : MATA TERANG HATI TERANG
3. KUN SABITAH : NAPSIAH NAFSU PADA KITA
4. KUN SAPUTIH : NYAWA PADA KTA (GERAK PADA KITA)
5. KUN SADJATURRACHMAN : KEHENDAK PADA KITA
6. KUN SUDJATULLAH : KELAKUAN PADA KITA
7. KUN RAHMAN : RUPA KITA
8. KUN ZAT HAYUN : TIADA MATI
9. KUN ILLA NUR : RASA SEGALA TUBUH KITA
NAMA DIRI HAMBA NUR HAYA QADIM
TURNA ILALLAHI WAYARAKNA ILLALLAHI WAMA DAMA, ALA MA’PA’AL NAHU WALA
ADJAM NAHU, MINGKULI DJAMIL AZIM WALA NAU WUDU BIHI ABADAN ABADA.
Kata Allah nyawa itu kekuasaanku dihati putih tempat bernyawa
dalam UKUP, dijadikan umat MUHAMMAD sekaliannya daripada ;
AIR KUM DUMULLAH. (yang bernama NUR MAYA QADIM).
LAILLAHAILLALLAH : Hampir hamba kepada Tuhannya
LAILLAHAILLALLAH : MAUJUD BIHAKQI
ILLALLAH : Aku maujud pa’hu (diri)
RAHASIA SYARIAT PD ANGGOTA TUBUH.
RAHASIATHARIKAT PD HATI.
RAHASIA HAKIKAT PD NYAWA.
RAHASIA MA’RIFAT PD DIRI. Kalau sudah mengenal diri nampaklah hakikat diri pencipta
sekalian alam.
Itulah yang bernama ; ALLAH : tiada berpermulaan tiada berkesudahan
1. LAILLAHAILLALLAH ; zikir
2. ILLALLAH ; zikir
3. ALLAH ; zikir
4. ; sunyi
MINALLAH ; HAMBA
BILLAH ; MUHAMMAD
LILLAH ; ALLAH
1. Dari pada ALLAH
2. Kepada ALLAH
3. Karena ALLAH
1. ROHANI : TUBUH SYARIAT
2. RAHMAN : HATI THARIKAT
3. IDOFI : NYAWA HAKIKAT
4. BABBANI : RAHASIA MA’RIFAT
INI PASAL AIRMULHAYAT
Bermula asal diri kita diambil secara ringkas.
Asal diri kita selagi belum ada apa-apa, hanya ibu dan bapak belum berkumpul menjadi
satu. Maka Allah Ta’ala memerintahkan mengambil air MULHAYAT, diarak didalam surga
atau dilangit beberapa malaikat dan jibril membawanya lalu diperintahkan dikirim kepada
Bapak kita MAKAMAL MACHMUD, namanya setelah mahaluat 7(tujuh) hari lamanya. Lalu
bapak kita menjadi satu kepada ibu, umpama besi terdampar dibatu, jatuhlah air
mulhayat dirahim ibu kita, yang dinamakan MUKTAH.
Air mani ayah berasal dari matahari, justru Putih warnanya, maka dari itu sir atau
syahwat cepat merangsang pada pihak ayah, itu dinamakan ZAT SIR RAHU, jatuh
kepada ibu seperti air hujan setitik didalam daun keladi. Maka menjadi anasar ayah
aurat, tulang, otam, sumsum. Dan pada ibu air mani tersebut dari bulan dan dinamakan
MUTEPAH. Karena itu air mulhayat ibu kuning warnanya. Sir atau syahwat ibu lambat
merangsang namun kekuatannya air tadi sama dengan bapak, pihak ibu dinamakan ZAT
SIR JAMANINI artinya anasar ibu ; bulu, kulit, darah, dan daging. Dan anasar
MUHAMMAD ; Pendengar, Penglihatan, penciuman dan perasa. Empat puluh hari belum
lagi terserat, tatkala delapan puluh hari didalam rahim ibu kita, waktu itu darah haid
nikah bercampur dengan air bercampur dengan air Nuktah, lalu suka makan asam-asam
ibu kita dan suka tidur, karena sudah hamil atau mengandung. Demikianlah daeerahnya
atau alkah sedarah namanya daging segumpal dirahim ibu kita. Tatkala seratus dua
puluh hari didalam rahim ibu maka menjadi ALIF ACHMAD pujinya, Inilah daerahnya
tatkala genap seratus empat puluh hari cukup lengkap kai, tangan, mata, mulut, kepala,
hidung dan telinga MUHAMMAD pujinya, inilah darahnya didalamrahim ibu kita. Tatkala
cukup 9 (sembilan bulan)9 (sembilan) hari maka firman Allah Ta’ala : LA TATTAHARAKA
ILA BI IZNILLAH dengan seizin Allah maka keluarlah anak itu demikianlah berdo’alah
amin.
MAKAM SALIK
Ini jalan ringkas dimakam salik yaitu ambil jumlah, supaya lekas paham, asal mula ambil
dari bawah naik keatas : Pertama ROHANI jasmani, arad basariyah segala tubuh yang
kasar. Kedua ayan darajiah, roh idhofi atau roh maruhul qudus artinya roh yang halus
tetapi masih kasar jua halusnya itu jirim-jisim artinya tubuh yang halus betul, halus
masih kasar jua, halusnya ini seperti debu dijendela iruhul cahaya matahari, karena alam
roh, alammitsal, alam ajasam dan alam insan, sifat ma’ani nur iman belum dapat
mengenal allah, mesti berhancur atau jalan fana, hapus atau jalan baqa ulbaqa atau
jalan kadim bagi kadim, baru bisa dapat makam ubudiyah dan mendapat makam
uluhiyah serta didapatnya pula makam rububiyah. Serta didapatnya akan salik karena
nur mubassarah dengan nur mutalazimah, berlazim-laziman didapatnya ZAUK WADJIDAN
IDRAK artinya dirasa dengan pengrasanya dan didapat dengan pendapatnya daripada
yang lemah, karena kita tiada merasa, dan mendapat serta lemah, hanya ilmu saja yang
tahu sampai kepada JUDBAH, dan makam laduniyah atau makam istiqomah artinya
tetap.
ALAM NUR / NUR AKLI NUR
BISMILLAHIRRACHMANNIRRACHIM
Ambil ringkas saja jalan asal UJUD ADAM mesti mengambil amanah HALAKAL INSANA
MINTIN. Artinya asal manusia itu dari pada ujud Adam. Adapun ujud Adam dari pada
NUR MUHAMMAD. Jadi jasad dan roh oun jadi dari pada NUR MUHAMMAD jua. Sebenar-
benarnya diri adalah Roh. Sebenar-benarnya Roh adalah manusia, sebenar-benarnya
manusia adalah Muhammad, sebenar-benarnya Muhammada adalah NURULLAH,
sebenarnya NURULLAH ialah NUR ZAT, sebenarnya NUR ZAT ialah ILMU ; mengetahui
pandang SUHUD yaitu pandang SALIK.
NAIK dan TURUN, tatkala naik pujinya “HU” dan tatkala turun pujinya “ALLAH” Naik
senaiknya, turun seturunnya tiada di naik-naikan, tiadaa diturunkan. Ini hanya
sendirinya, janagan berpegang kepada nafas keluar masuknya, kalau naik, nafas masuk,
kalau turun nafas keluar.
Yang dikata dengan lidah dan hati. Yang dipakai puji naik HU dan turun ALLAH. Supaya
jangan berpegang kenafas, tetapi naik-turun, tatkala naik pujinya HU melengkapi tujuh
lapis langit ujudnya HUTASARPAH la hurufin wala sautin, tiada huruf dan suara, zat
dirinya. Tatkala turun pujinya ALLAH melengkapi tujuh lapis bumi ujudnya huyasariyah
ZAT dirinya.
Inilah dinamakan makam SALIK, (taraki dan tanazul) turun dan naiknya tetap berdiri
sendirinya sampai pulang ke rahmattullah. Jika ada yang menyerupai tolak, semua was-
was dari syaiton, tidak ada yang menyerupai lagi.
Itulah JIBU / UJUD MUHDAR.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Yang menjadikan dan yang memberi baik dan jahat dan yang lengkap tujuh lapis langit
dan tujuh lapis bumi yaitu hanya ZAT ALLAH dan SIFAT ALLAH yang sebenar-benarnya.
Adapun akan JIBU itu yaitu yang tiada ber ujud dan tiada ia ZAT. Adapun ZAT dan SIFAT
itu namanya jua, maka jikalau ada ujud, ZATlah namanya. Sungguhpun ada ujudnya,
yaitu belum nama tetapi pada hakikatnya tiada lain daripada JIBU, tiada ujudnya dan
tiada zatnya dan tiada sifatnya melainkan dirinya jua, yang sekalian ni JIBU jua. Adapun
yang ber-ujud itu zatnya dan yang berzat itu ujudnya, dan yang ber pa-el itu sifat
ilmunyadan yang berilmu itu Zatnya karena Tuhan itu yang tiada bersifat. Adapun Allah
itu bukan karena ia karena nama, Allah itu namanya. Engkau pikirkan/ cari dengan
pikiran yang sempurna. Maka barang siapa yang menyembah ZAT ALLAH maka orang itu
sirik, barang siapa meninggalkan ZAT ALLAH dan UJUD ALLAH maka orang itu mukmin
sebenar-benarnya MUKMIN.
Maka itu barang siapa menyembah ZAT atau SIFAT, maka orang itu BID’AH sesat
menjadi kafir kepada Allah, Islam makhluknya. Adapun lenyap sekalian semesta alam ini
ma’lum, lenyap maklum kepada hayun, lenyap hayun kepada ZAT, kepada hidup yang
tiada berzat, karena zat dan sifat dan ujud kembali kepada JIBU, pada hari yang
kemudian, kedua-keduanya itu karena tiada kembali kepada tiada.
UJUD MUHDAR……………
UJUD MUHDAR
Alhamdulillahirabbil alamin wassalatu wassalam ‘ ala saidul mursalin, wa’ala alihi
wasahbihi ajma’in. Asal-usul sebelum ada bumi dan langit, tiada ada apa-apa hanya
kosong saja, melainkan ALLAH TA’ALA saja yang ada sendirinya tiada apa-apa. Allah pun
belum ada namanya LA – TA – YIN, tiada senyata-nyatanya. Hanya UJUD MUHDAR yang
ESA, hidup didalam ilmunya takluk kabdah namanya ESA sendirinya didalam
genggamannya yang hidup tiada mati.
AHDIYAT, WAHDAH, WAHDIYAT
Tanzizi kadim suluhiyah kadim takluk kodrat iradat ; jalal, jamal, kabar dan kamal.
artinya ; kebesaran, keelokkan, kekerasan dan kesempurnaan. Maka lengkaplah bumi
dan langit dengan isinya semesta sekalian alam ini adanya. KUN katanya ALLAH
PAYAKUN kata MUHAMMAD, ALLAH bernama ZAT MUHAMMAD bernama SUHUN ZAT,
karena kita bernama tanzizi hadist, arad basariyah tubuh yang kasar sifat baharu alam,
keterangan ringkas ini didabit oleh DATUK ABDURRAHMAN dan diperbanyak oleh DATUK
SYAHRUDIN.
Sekian hanya untuk akhlinya saja.
—oo0oo—
HADIST QUDSYI
Dan ini bermula hadist qudsyi, menerangkan sehingganya pada batang tubuh kita dan
lenyap melainkan yang ada, Ujudnya Allah Ta’ala semata-mata, dan inilah keterangannya
tersebut di bawah ini.
1. Hancurlah badan timbul hati
2. Hancurlah hati timbul akal
3. Hancurlah akal timbul fikir
4. Hancurlah fikir timbul faham
5. Hancurlah faham timbul ilmu
6. Hancurlah ilmu timbul rahasia
7. Hancurlah rahasia timbul cahaya
8. Hancurlah cahaya timbul nyawa
9. Hancurlah nyawa timbul AKU (rahasia) melainkan ujudku yang ada.
NAMA ROH DALAM JANTUNG
1. Ruhul amin
2. Ruhul Amri
3.
1. AKU : ALLAH
2. AKU : MUHAMMAD
3. KARENA : HAMBA
: ALLAH
: IRADAT
: UJUD
—oo0oo—
UNTUK HALAMAN YG TERAKHIR INI ; saya gali sejarah
KALIMANTAN SELATAN pada abad ke 18 (delapan belas)
Ada beberapa tokoh yang terkenal ditengah-tengah
PERTAMA ialah Syeh ABDUL HAMID TATAKAN/RANTAU, yaitu dengan gelar DATUK
SANGGUL / DATUK KUNING.
KEDUA ialah SYEH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
KETIGA ialah SYEH ABDUL HAMID ABULUNG
KEEMPAT ialah SYEH MUHAMMAD NAFIS AL BANJARI
Dan pada abad ke-19 bertambah banyak lagi tokoh-tokoh agama di Kalimantan ini. Dan
akhirnya pada abad ke-20 banyak lagi melahirkan tokoh-tokoh baru untuk penerus
perjuangan beliau itu.
Jadi tokoh-tokoh empat besar itu tadi patut kita warisi, karena adalah berdasarkan Al-
Qur’an dan hadist dan ijma Ulama yang ahlus sunnah wal jama’ah yang hak.
Bagaimana kita hendak ingkar dengan ajaran-ajarannya yang berbau dengan kebenaran
itu.
Demikian pula wali-wali itu adalah di bawah nabi sebagai halifah didalam bumi ini,
sedang nabi-nabi itu beroleh wahyu dan wali-wali beroleh ilham.
Marilah kita teruskan perjuangan yang gigih itu untuk merebut kembali kemenangan
yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dahulu. Beranikanlah dirimu untuk terjun
dimedan laga, untuk meraih kemenangan yang gilang-gemilang. Serahkanlah dirimu
bulat-bulat kepadanya, niscaya Tuhan berdiri dihadapanmu sekaliannya. Kita semua
harus berani jangan pengecut ; karena pengecut itu adalah bibit segala dosa durhaka.
Kalau siapa pengecut dalam perjuangan, itu namanya pahlawan syaiton namanya. Dan
siapa berani berjuang dengan Allah, ia akan mendapat gelar pahlawan Tuhan. Pilihlah
antara dua, inign jadi pahlawan Tuhan atau jadi pahlawan shaiton.
Marilah kita menuju kebenaran ; insya Allah, Tuhan akan menunjukkan jalannya.
Lihat contoh sebagai pahlawan Tuhan yaitu ;
DATUK ABULUNG mati dalam mempertahankan agamanya. Dan beliau meninggalkan
warisan yaitu sebuah kata-kata mutiara yang lebih berharga daripada harta benda dunia,
apakah kata-kata itu ;
TIADA YANG MAUJUD, MELAINKAN HANYALAH DIA
DIA ADALAH AKU
DAN AKU ADALAH DIA
Inilah inti sari tasauf beliau
Dan DATUK SANGGUL mewariskan kalimat ; A, I, U
Dan DATUK KELAMPAIAN mewariskan kalimat ; L, L, L
Dan DATUK MUHAMMAD NAFIS mewariskan sebuah kitab yang bernama ADDURUN
NAFIS
Dengan intisarrinya yang berbunyi ; A, A, A
Apakah arti dan makna A, L, U, itu ?
Apakah arti dan makna L, L, L, itu ?
Dan apakah arti dan makna dari A, A, A
Marilah kita gali selanjutnya sampai tuntas, siapa beroleh
Petunjuk, dialah yang beruntung
DEMIKIANLAH RIWAYAT SINGKAT TENTANG TOKOH “ KEAGAMAAN DI KALIMANTAN
SELATAN, KHUSUSNYA, DAN KALIMANTAN UMUMNYA.
Sekian.
WASSALAM
INSAN KAMIL
1. Jadi insan kamil adalah pada waktu tanazul berada paling akhir, sedang pada waktu
taraki nantinya jadi yang awal sekali.
2. Yang disebut rahul hajat ialah pintu Tuhan hakikatnya dikatakan pintu-pintu zat itulah
dia lobang yang dinamakan mekar dan kkuncupnya marnas atau buka tutupnya mahid.
3. Syiratal mustaqim ialah maksudnya menamakan hilang perginya atau, sempat
diakhirat atau diakhirat ilahi robbi dan tuhan kita mengatakan bahwa ayat yang diatas ini
tadi maksudnya adalah keluarnya perkataan kita.
4. Arsiullah artinya muka pada hakikatnya wadah persidangan zat yaitu berada di kepala
dan di dada kita
5. Kursi artinya tempat duduk pada hakikatnya tempat duduk zat yaitu berada pada otak
dan jantung
6. Luch machfut / luch kalam artinya luch tempat machfut dijaga pada hakikatnya adalah
sifat-sifat zat. tempatnya berada di jasad serta dijaga oleh malaikat katibin. Jadi yang
dimaksud puncak hidup itu ialah berada di badan kita pribadi (pahmakanlah)
7. Mizan artinya timbangan, pada hakikatnya pertimbangan zat yang berada di penglihat,
pendengar, pencium, pengrasa dan perkataan maksudnya mengatakan terhadap
pertimbangan hidup kita yang berada di panca indra.
Ibarat wahana zat dengan sifat itu, seperti sendiri-sendiri saja. Jelasnya mengatakan
terhadap berdirinya hamba dan Tuhan. Seolah-olah berdiri sendiri-sendiri padahal yang
sebenarnya adalah tetap satu (esa). Jadilah kesimpulannya adalah tidak ada sifat yang
berdiri diatas zat atau yang bertambah dengan sifat ma’ani yaitu gazlikun bizatihi,
maridun bizatihi, alimun bizatihi, dan seterusnya sampai kalam.
Jadi disini duduknya kepada JIBU artinya tiada huruf dan tiada suara, zat dirinya. Ibarat
roh dengan badan, tetap kekal. Inilah yang dinamakan alip mutakalimun wahid. Artinya
yang berkata-kata jadi ucapan tanpa mulut itu adalah yang mempunya rupa yang sejati,
dan tempatnya berada didalam sukma/nyawa kita pribadi, dan suara. Inilah yang disbut
zikir batin yang sesungguhnya dan yang sebenarnya serta azali dan qadimdan yang
baqa. Sedang malaikat pun tidak boleh tahu apapun yang keluar itu : semua malaikat
dan zipun bisa tahu. Tetapi yang disebut mudawatuhzukri itu tak ada seorangpun yang
tahu kecuali dia sendiri inilah puncak segala puncak ilmu dan amal ma’rifat. Dan inilah
zikir yang senantiasa dan tiada pernah lupa walau sekejap matapun. Maka ada seorang
wali pernah berkata : apabila aku lupa sekejap juapun sengaja atau tidak sengaja, maka
aku hukumnya diriku itu murtad. Demikianlah adanya kepada kita ini semuanya, bila lupa
berarti belum sempurna ilmnya. Dengan sdanya keterangan ini itulah apa adanya dapat
hamba sampaikan semoga Allah meridhoinya amin ya robbal alamin.
TENTANG NAFSU
Nafsu itu ada empat martabat :
1. Nafsu amarah tempatnya pada empedu
2. Nafsu lawwamah tempatnya pada perut
3. Nafsu sawiyah tempatnya pada limpa
4. Nafsu mutmainah tempatnya pada tulang
Inilah nafsu zat haq ta’ala. Kenyataannya pada/diri hidung kejadiannya dalam cahaya
putih : kelihatan segala macam sesuatu dikalam laut Rachmad jadi kesempurnaan dari
ke 4 macam tersebut diatas tadi adalah bersatu di dalam alam nur/ cahaya kita pribadi.
Demikianlah uraian ringkas dari hamba semoga kita semua beroleh petunjuk, serta taufik
dan hidayahnya dari pada Tuhan azzawazallah. Amin
Qalbu hati
Hati itu ada dua bagian :
1. Hati sanubari : juga disebut hati nabati
2. Hati nurani : juga disebut hati cahaya
Sebab disebut hati nabati, karena ia daging segumpal berhenti dibawah lambung kiri
diantara dua jari di bawah susu kiri di dalam dada kita. Dan adapun hati nabati itu
mempunyai beberapa nama. Namanya Halifatullah artinya ganti Allah karena ia
memerintah tubuh manusia dan lain-lainnya. Namanya amisu mu’minin artinya raja yang
nyata karena kuasa akan sesuatu. Namanya arsyullah artinya mahligai Allah, karena ia
tempat taajalli allah ta’ala kepadanya. Namanya Zarrotul Haq artinya cermin haq ta’ala
karena ia haq ta’ala kepadanya. Namanya iradatul ujud artinya kehendak yang nyata ada
atau kehendak dari. Karena ia tiada luput daripadanya. Adapun hati nurani itu amat
besar dan amat luasnya daripada segala alam. Tetapi amat/halus maka ialah menerima
tadjali zat allah, sifat allah, asma allah, af’al allah. Maka daripadanya lampah kepada
yang lainnya Karena hati nurani itulah yang memakai sifat 7 yaitu: hayat, ilmu, kudrat,
iradat, sama, besar dan kalam, jadi kalau terhenti kepada hati nurani karena hidupnya
hati nurani itu adalah kenyataan hayat.
Zatullah ta’ala. Tahu hati nurani kenyataan ilmu Zatullah ta’ala. Kuasa hati nurani
kenyataan kudrat Zatullah ta’ala. Berkehendak hati nurani kenyataan pendengaran
Zatullah ta’ala melihat hati nurani kenyataan penglihat Zatullah ta’ala. berkata hati nurani
kenyataan alam Zatullah ta’ala. jadi pernahkah susunan/gugurnya kepada diri kita sendiri
atau diri pribadi.
Arti dan Makna
Jadi baiklah kita uraikan arti dan makna sebenarnya apa yang berlaku kepada hati nurani
itulah kelakuan Zatullah ta’ala maknanya apabila kelakuan Zatullah ta’ala pada hati
nurani itu tiada di dalam da tiada diluar hamba tiada dengan nyata-nyatanya hati nurani
karena hati nurani itu adalah sifat zattullah dan daripada hati nurani itulah lampah
kepada tubuh kita ini. Maka nyatalah tubuh kalimah daripada hati nurani. Maka karena
hidup tubuh kita ini sebab hidup hati nurani tahu tubuh kita ini sebab tahu hati nurani.
Kuasa tubuh kita ini sebab kuasa hati nurani. Berkehendak tubuh kita ini sebab
berkehendak hati nurani. Mendengar tubuh kita ini, sebab mendengar hati nurani.
Melihat tubuh kita ini. Sebab melihat hati nurani. Berkata tubuh kita ini sebab melihat
hati nurani. Berkata tubuh kita ini sebab berkata hati nurani. Bergerak tubuh kita ini
sebab bergerak hati nurani. Gerak dan diam tubuh kita ini sebab gerak diam hati nurani
jua. Maka nyatalah hidup kita dan tahu, kuasa kita, bergerak dan mendengar/melihat
serta berkata-kata ini kenyataan hati nurani artinya kelakuan hati nurani. Maka apabila
kelakuan hati nurani pada tubuh kita yang kasar ini, tiada nyatanya kepada tubuh kita
yang kasar ini karena tubuh kita yang kasar ini. Sifat hati nurani dan hati nurani itulah
kenyataan zat Allah Ta’ala yang tiada baginya ialah yang di per-ujudileh sekalian yang
maujud adapun sebenarnya hamba itu yaitu : mata tiada melihat, telinga tiada
mendengar, mulut tiada berkata-kata, hidung tiada mencium, maka mata dapat melihat,
telinga dapat mendengar hidung dapat mencium mulut dapat berkata-kata. Hanya
pekerjaannya jua. Sabda rasulullah saw yang artinya : lidah itu juru bicara hati dan hati
itu juru bahasa lidah, hidayah itu daripada cahaya yang qadim dan azali. Adapun arti
hidayah itu ialah sifat tubuh yang nyata pada hati nurani adapun sifat itu adalah
kenyataan zat yang wajibal wujud. Tuhan Allah ada menerangkan didalam al-Qur’an
yang artinya kenyataan Allah didalam diri kamu melengkapi, mengapakah kamu tidak
melihat. Dan lagi Allah Ta’ala serta kamu, dimana saja kamu berada
Maka nyatalah bahwa kelakuan yang nyata kepada dirimu itu ialah nafsumu itu
semuanya kenyataan keadaan zatullah ta’ala yang meutlak, adapun hamba tak punya.
Jadi yang mempunyai kelakuan itu tiada huruf dan tiada suara.dan tiada isyarat itulah
dirimu dunia dan akhirat itulah Jibu. Adapun pahamnya segala yang tersebut didalam
akibat yang lain-lainnya, ang dinaakan kitab maksudi tasauf itu yaitu jikalau kita ada bisa
mengembalikan amanah allah atau berlaku barang sebgainya sama didalam
sembahyang, didalam ziki atau barang pekerjaan dunia, maka sudah karamlah kita
didalma laut qadim ang haqiqi. Manakal karam hapuslah namanya, manakala hapus
lenyaplah baginya namapun tiada itulah yang dikata Esa dan meliputi. Jadi kalau tiada
demikian, tiadalah hasil ma’rifat seperti ini barulah benar-benar cinta dan rindu dendam
dengan zat hayat yang hidup sendirinya. Maka berkasih-kasih dan berinjak-jinakan,
karena sudah sauju senyawa, serta serasa dan serahasia. Inilah walaupun sembarang
saja kelakuannya, tiada diketahuinya dirinya karena pekerjaan itu atau kelakuannya
didunia dan diakhirat sama dibuatnya adapun arti rindu itu belum berjumpa dan arti
dendam itu sudah bertemu.
Dan arti rindu itu hamba, dan dendam ialah Tuhan maksudnya. Yang artinya berjumpa
itu sudah bertemu nyatalah dengan nyatanya, manakala nyata datanglah laut rahmat
dan nikmat itulah jibu.
KARENA itu tidaklah BERDIRI SENDIRI. TETAPI SEMUANYA BERHAJAT KEPADA ALLAH.
MAKANYA ADANYA ALAM INI TIDAK MENARIK PERHATIANNYA. KARENA ITU MEREKA
ANGGAP BAGAIKAN TIDAK ADA. INILAH CAHAYA ILAHI ROBBI YANG MENYINARI
DIRINYA LAHIR BATIN.

Anda mungkin juga menyukai