Anda di halaman 1dari 7

7 Ilmu Warisan

Bismillahirrahmanirrahim

Dari kitab Barencong ilmu turunan dari Datuk Sanggul tanah Amuning Kalimantan Selatan.

Dari Datuk Sanggul. Bismillah. Allah itu tajalli kepada hayat, hayat itu roh, roh itu nafas, nafas itu
nyawa, inilah pegangan Datuk Sanggul dalam tanah Amuning. Barang siapa berlepas dari pada ini
matinya sama dengan binatang.
Bismillah. Allah tajalli kepada hayat, hayat tajalli kepada nur Muhammad, nur Muhammad itu
tubuh kita.
Ahlul Sunnah Waljama'ah. Bismillah. Allah Ta'ala jangan dicari lagi. Karena sudah menjadi sekalian
nyawa. Allah ta'ala sudah Laisya Kamislihi Sya'in.
Dari H. Abd. Hasan di Nagara Kalimantan Selatan. Bismillah. Ilmu sudah rapat mupakat Ahlul
Sunnah Wal jama'ah untuk anak cucu Tuan Guru. Kita berpegang kepada hayat, hayat itu menjadi
nyawa, nyawa itu menjadi Allah. Nyawa itu menjadi Muhammad. maka jangan lepas dari pada ini.
Dari H. M. Arsyad dalam pagar Martapura. Bismillah. Ilmu itu sudah mupakat Ahlul Sunnah Wal
Jama'ah. Aku turunkan kepada anak cucu Tuan Guru. Adapun sebenarbenarnya diri adalah hayat
dan sebenarbenar hayat adalah roh dan sebenarbenarnya roh adalah nafas dan sebenarbenarnya
napas adalah rahasia dan sebenarbenarnya rahasia adalah Nur Muhammad dan sebenarbenarnya
Nur Muhammad adalah tubuh kita.
Bismillah. La itu hayat...Ilaha itu napas...Illa itu roh...Allah itu nyawa...jangan lepas dari ini karena
terlepas dari ini tidak terjamin keselamatannya.
Dari Abd. Samad di Bakumpai. Bismillah. Adapun badan rohani itu adalah Allah Ta'ala. Jangan
dicari lagi karena Allah Ta'ala sudah menjadi nyawa kita di dalam rohani adanya.

Semoga Bermanfaat. Carilah guru yang arjan untuk menguraikannya. Bersama Kita meraih Ridho
Illahi.

Salam rahman dan rahim


Hamba Doib

Makrifat 99
Sunday, December 15, 2013
Di manakah Tujuh Langit Itu?
T.
Djamaluddi
n
(Staf Peneliti
Bidang
Matahari dan
Lingkungan
Antariksa,
LAPAN,
Bandung)
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad
SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Isra' : 1).Dan sesungguhnya dia (Nabi
Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga
tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu
selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. An-Najm:13-18).
Ayat-ayat itu mengisahkan tentang peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
SAW. Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di
Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Mi'raj adalah perjalanan dari masjidil
Aqsha ke Sidratul Muntaha. Sidratul muntaha secara harfiah berarti 'tumbuhan
sidrah yang tak terlampaui', suatu perlambang batas yang tak ada manusia atau
makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-
hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur'an
dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha
itu.
Di dalam kisah yang agak lebih rinci di dalam hadits disebutkan bahwa
Sidratul Muntaha dilihat oleh Nabi setelah mencapai langit ke tujuh. Dari
kisah itu orang mungkin bertanya- tanya di manakah langit ke tujuh itu.
Mungkin sekali ada yang mengira langit di atas itu berlapis-lapis sapai tujuh
dan Sidratul Muntaha ada di lapisan teratas. Benarkah itu? Tulisan ini
mencoba membahasnya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.
Sekilas Kisah Isra' Mi'raj
Di dalam beberapa hadits sahih disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW
melakukan isra' dan mi'raj dengan menggunakan "buraq". Di dalam hadits
hanya disebutkan bahwa buraq adalah 'binatang' berwarna putih yang
langkahnya sejauh pandangan mata. Ini menunjukkan bahwa "kendaraan"
yang membawa Nabi SAW dan Malaikat Jibril mempunyai kecepatan tinggi.
Apakah buraq sesungguhnya? Tidak ada penjelasan yang lebih rinci. Cerita
israiliyat yang menyatakan bahwa buraq itu seperti kuda bersayap berwajah
wanita sama sekali tidak ada dasarnya. Sayangnya, gambaran ini sampai
sekarang masih diikuti oleh sebagian masyarakat, teruatam di desa-desa.
Dengan buraq itu Nabi melakukan isra' dari Masjidil Haram di Mekkah ke
Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Setelah melakukan salat dua
rakaat dan meminum susu yang ditawarkan Malaikat Jibril Nabi melanjutkan
perjalanan mi'raj ke Sidratul Muntaha.
Nabi SAW dalam perjalanan mi'raj mula-mula memasuki langit dunia. Di sana
dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di
kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke
tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga
ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW
bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam,
dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul
Ma'mur, tempat 70.000 malaikat salat tiap harinya, setiap malaikat hanya
sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha
didengarnya kalam-kalam ('pena'). Dari sidratul muntaha dilihatnya pula
empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir)
di dunia: sungai Efrat di Iraq dan sungai Nil di Mesir.
Jibril juga mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan
pula dalam Al-Qur'an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi
melihat wujud Jibril yang sebenarnya. Puncak dari perjalanan itu adalah
diterimanya perintah salat wajib.
Mulanya diwajibkan salat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi
Musa, Nabi SAW meminta keringan dan diberinya pengurangan sepuluh-
sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi
enggan meminta keringanan lagi, "Saya telah meminta keringan kepada
Tuhanku, kini saya rela dan menyerah." Maka Allah berfirman, "Itulah fardlu-
Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku."
Di manakah Tujuh Langit
Konsep tujuh lapis langit sering disalahartikan. Tidak jarang orang
membayangkan langit berlapis-lapis dan berjumlah tujuh. Kisah isra' mi'raj
dan sebutan "sab'ah samawat" (tujuh langit) di dalam Al-Qur'an sering
dijadikan alasan untuk mendukung pendapat adanya tujuh lapis langit itu.
Ada tiga hal yang perlu dikaji dalam masalah ini. Dari segi sejarah, segi
makna "tujuh langit", dan hakikat langit dalam kisah Isra' mi'raj.
Sejarah Tujuh Langit
Dari segi sejarah, orang-orang dahulu --jauh sebelum Al- Qur'an diturunkan--
memang berpendapat adanya tujuh lapis langit. Ini berkaitan dengan
pengetahuan mereka bahwa ada tujuh benda langit utama yang jaraknya
berbeda-beda. Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan mereka atas gerakan
benda-benda langit. Benda-benda langit yang lebih cepat geraknya di langit
dianggap lebih dekat jaraknya. Lalu ada gambaran seolah-olah benda-benda
langit itu berada pada lapisan langit yang berbeda-beda.
Di langit pertama ada bulan, benda langit yang bergerak tercepat sehingga
disimpulkan sebagai yang paling dekat. Langit ke dua ditempati Merkurius
(bintang Utarid). Venus (bintang kejora) berada di langit ke tiga. Sedangkan
matahari ada di langit ke empat. Di langit ke lima ada Mars (bintang Marikh).
Di langit ke enam ada Jupiter (bintang Musytari). Langit ke tujuh ditempati
Saturnus (bintang Siarah/Zuhal). Itu keyakinan lama yang menganggap bumi
sebagai pusat alam semesta.
Orang-orang dahulu juga percaya bahwa ke tujuh benda-benda langit itu
mempengaruhi kehidupan di bumi. Pengaruhnya bergantian dari jam ke jam
dengan urutan mulai dari yang terjauh, Saturnus, sampai yang terdekat, bulan.
Karena itu hari pertama itu disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa
Inggris atau Doyoubi (hari Saturnus/Dosei) dalam bahasa Jepang. Dalam
bahasa Indonesia Saturday adalah Sabtu. Ternyata, kalau kita menghitung hari
mundur sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1 memang jatuh pada
hari Sabtu.
Hari-hari yang lain dipengaruhi oleh benda-benda langit yang lain. Secara
berurutan hari-hari itu menjadi Hari Matahari (Sunday, Ahad), Hari Bulan
(Monday, Senin), Hari Mars (Selasa), Hari Merkurius (Rabu), Hari Jupiter
(Kamis), dan Hari Venus (Jum'at). Itulah asal mula satu pekan menjadi tujuh
hari.
Jumlah tujuh hari itu diambil juga oleh orang-orang Arab. Dalam bahasa Arab
nama-nama hari disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, ..., sampai tujuh,
yakni ahad, itsnaan, tsalatsah, arba'ah, khamsah, sittah, dan sab'ah. Bahasa
Indonesia mengikuti penamaan Arab ini sehingga menjadi Ahad, Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, dan Sabtu. Hari ke enam disebut secara khusus,
Jum'at, karena itulah penamaan yang diberikan Allah di dalam Al-Qur'an yang
menunjukkan adanya kewajiban salat Jum'at berjamaah.
Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis Dominggo yang berarti hari
Tuhan. Ini berdasarkan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus
bangkit. Tetapi orang Islam tidak mempercayai hal itu, karenanya lebih
menyukai pemakaian "Ahad" daripada "Minggu".
Makna Tujuh Langit
Langit (samaa' atau samawat) di dalam Al-Qur'an berarti segala yang ada di
atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet,
batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan
tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada. Sedangkan
warna biru bukanlah warna langit sesungguhnya. Warna biru dihasilkan dari
hamburan cahaya biru dari matahari oleh atmosfer bumi.
Di dalam Al-Qur'an ungkapan 'tujuh' atau 'tujuh puluh' sering mengacu pada
jumlah yang tak terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah
menjanjikan:
Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat menanam sebiji benih
yang menumbuhkan TUJUH tangkai yang masing-masingnya berbuah seratus
butir. Allah MELIPATGANDAKAN pahala orang-orang yang
dikehendakinya....
Juga di dalam Q.S. Luqman:27:
Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan
menjadi tintanya dan ditambahkan TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis
Kalimat Allah....
Jadi 'tujuh langit' semestinya difahami pula sebagai tatanan benda-benda langit
yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.
Tujuh langit pada Mi'raj
Kisah Isra' Mi'raj sejak lama telah minimbulkan perdebatan soal tanggal
pastinya dan apakah Nabi melakukannya dengan jasad dan ruhnya atau ruhnya
saja. Demikian juga dengan hakikat langit. Muhammad Al Banna dari Mesir
menyatakan bahwa beberapa ahli tafsir berpendapat Sidratul Muntaha itu
adalah Bintang Syi'ra. Tetapi sebagian lainnya, seperti Muhammad Rasyid
Ridha dari Mesir, berpendapat bahwa tujuh langit dalam kisah isra' mi'raj
adalah langit ghaib.
Dalam kisah mi'raj itu peristiwa lahiriyah bercampur dengan peristiwa ghaib.
Misalnya pertemuan dengan ruh para Nabi, melihat dua sungai di surga dan
dua sungai di bumi, serta melihat Baitur Makmur, tempat ibadah para
malaikat. Jadi, nampaknya pengertian langit dalam kisah mi'raj itu memang
bukan langit lahiriyah yang berisi bintang-bintang, tetapi langit ghaib.
Rajab, 1415
T.Djamaluddin

T. Djamaluddin adalah peneliti bidang matahari & lingkungan antariksa,


Lapan, Bandung.

dipetik dari: http://media.isnet.org/isnet/Djamal/isra2.html

ISI KITAB BARENCONG DATU SANGGUL

ISI KITAB BARENCONG DATU SANGGUL


DOWNLOAD

daripada ke1ahiran Li"a S%)A# ALLAH jua yang dina"akan kali"ah J ALLAH J yaitu 4+A$%&*N,
M*&%$*N, AL%M*N, &A A*N, WAH$AN%A#. adi yang !erna"a M*HAMMA$ itu
se!enar6!enarnya adalah S%)A# #*HAN jua,yaituS%)A# 2E-ESA&AN, 2EEL 2AN dan
2ESEM/*&NAAN, ialah yang dina"akan 2AL%MAH #A*H%$ yang "ulia yaitu
LA%LAHA%LLALLAH artinya tiada yang terdahulu hai M*HAMMA$ dan tiaa yang
terke"udian 3a M*HAMMA$. 2e"udian daripada itu hendaklah diketahui pula "aksudnya
2ali"ah yang "ulia itu supaya jangan syak dan 'aha" lagi pada pengetahuan #A*H%$ dan
MA’&%)A#. Adapun kali"ah LA %LAHA %LLA ALLAH itu ter!agi ddua !agian ( /erta"a, LA
%LAHA. $an yang 2edua, %LLA ALLAH. Adapun LA %LAHA ialah S%)A# 2E2A3AAN yang
tiada ada kekurangannya,yaitu Allah #a’ala. $an %LLA ALLAH itu ialahS%)A# 2E2*&ANGAN
yang "asih !erkahendak,yaitu Muha""ad. 2e"udian hendaklah diketahui pula yang !erna"a
M*HAMMA$ itu apa 0leh ALLAH#A’ALA dan yang !erna"a ALLAH #A’ALA itu apa 0leh
M*HAMMA$ supaya !enar6!enar!isa "enjai #A*H%$ pada 2ali"ah yang "ulia ini. Adapun
M*HAMMA$ %#* HAM-A. Artinya, &ahasianya 0leh Allah #a’ala,karena Allah itu adalah
na"a !agi ZA# yang 'aji!ul'ujud dan "utlak,yakni -A#H%N M*HAMMA$.#A’ALA itu adalah na"a
!agi S%)A#,yakni ZAH%& M*HAMMA$. adi ZAH%& dan -A#H%N M*HAMMA$ itulah
yang !erna"a ALLAH #A’ALA. $engan de"ikian "aka patutlahkali"ah yang "ulia itu
dina"akan 2ali"ah #auhid artinya 2ali"ah ESA. 3aitu (
LAILAHAILLALLAH
Maka pada kali"ah yang "ulia inilah perte"uan HAM-A dengan #*HANN3A. Lagi
pulakali"ah yang "ulia ini diu"pa"akan se!esar6!esar gedung perhi"punan
segala &AHAS%A,segala & H,segala N3AWA, segala %LM* dan segala %S%N3A,segala
%SLAM, segala %MAN,segala #A*H%$ dan MA’&%)A#,yang kese"uanya terhi"pun didala"
kali"ah yang "ulia ini. $an hendaklah dia"alkan supaya "ahir,seperti ( A*M*N &ASA
A*M*L MES&A. Artinya, Mesrakan pada siang dan "ala" yangteruta"a sekali didala" atau
di'aktu se"!ahyang Li"a Waktu. 2arena di'aktu itulah#uhan "enurunkan petunjuk yang
dina"akan WAH3* 7 !agi para Na!i6Na!i dan &asul6 &asulnya atau yang dina"akan
%LHAM untuk "anusia !iasa seperti kita 8. $an jikalau kita sudah faha" !etul
"aksud !i aranya tentulah kita ge"ar dan rajin "enga"alkannya 2ali"ah yang "ulia
ini.2arena sudah tahu !etul dan terang !etul !ah'asanya kita ini tiadaada "e"punyai
sesuatu. adi tiada !0leh lagi dikatakan yang !erkata6kata ini kita,karena apa!ila dikatakan
yang!erkata6kata ini adalah kita,!erarti #uhan fana kepada kita !ukan kita fana kepada
#uhan. Maka yang de"ikian ini "ustahil dan yang se!enar6!enarnya kita jua yang fana
kepada
#uhan 7 ALLAH 8. &upa niat 2anitah itu ialah niat dala" hati serta sela"anya daripada
tak!irnya "enyusunlafad1 serta "aknanya dan niat #a'asijah itu "e"!agikan niat itu daripada
suku6sukutak!ir daripada asal hingga Allahu ak!ar. %tulah niat yang !atal
keduanya. Adapun niat Arifiyah itu ialah !ah'a "enghadirkan. %alah yang perta"a6ta"a
se"!ahyangdengan +asat, tha’arat, tha’ain. #erdahulu sedikit daripada #ak!ir,"aka di"ulai niat itudaripada
Allahu dan disudahi dengan Ak!ar. angan terdahulu dan terke"udian. Adapun niat
2a"aliyah itu ialah "asuk ia pada niat Arifiyah jua,karena niat Arifiyah ituC7tiga8 derajat
didala"nya ialah (=.

$*N%,artinya segala yang 'aji! pada syara’ dikerjakan "e"adai akan dia.B.

WAS#A’%,artinya yang se"purna.C.

+AAW%,artinya terle!ih se"purna daripada yang a"at se"purna,yaitu niat Na!i6Na!idan


Wali6Wali yang "e"akainya.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Alha"dulillahi ra!!il’ala"in 'assh0latu 'assala"u’ala sayyidina "ursalin 'a’ala alihi'aasha!ihi
adj"a’in,a""a !a’du. Adapun ke"udian daripada itu diketahui 0leh"u hai thali!,!ah'asanya
tiada se"purna !ai sese0rang "engenal dirinya,jika tiada tahu akan asal diri 7kejadian diri8
dan "engetahuiakan yang "ula6"ula dijadikan AllahSu!hanahu Wata’ala,seperti se"!ahyang
"ula6"uladijadikan Allah Su!hanahu #a’ala.Seperti se"!ah A-$%LLAH !in A--AS &.A.
2atanya4 3a junjunganku, apakah jua yang"ula6"ula dijadikan Allah Su!hanahu Wata’ala. Maka
sa!da NA-% M*HAMMA$ SAW.3ang artinya 4 -ah'asanya Allah #a’ala "anjadikan
dahulu daripada segala Asyia ini yaitu N*& NA-%M*. Maka nyatalah &0h Na!i kita
Muha""ad SAW itu dijadikan le!ih dahulu daripada Asyia,dan lagi dijadikan Allah #a’ala
daripada ZA#nya,seperti kata Syeh A!dul'aha! yangartinya 4 Allah #a’ala "anjadikan &0h
Na!i M*HAMMA$ itu daripada ZA#nya, dan"enjadikan sekalian ala" ini jadi daripada N*&
NA-% M*HAMMA$. Maka nyatalah &0h sekalian ala" ini daripada N*& M*HAMMA$
dan segala !atang tu!uh kita ini jadidaripada A$AM seperti sa!da Na!i Muha""ad Sa'.yang
artinya ( Aku adalah !apak 0leh sekalian & H dan NA-% A$AM adalah !apak 0leh segala
!atang tu!uh,karena NA-% A$AM itu dijadikan ia daripada tanah,seperti fir"an Allah yang
artinya ( Aku jadikan %NSAN A$AM daripada tanah, tanah itu adalah N*& yang dijadikan
ia daripada A%&, dan A%& itu

dijadikan ia daripada N*& M*HAMMA$ SAW. Maka nyatalah &0h kita, #u!uh kita
serta sekalian ala" ini jadi daripada N*& M*HAMMA$. 2epada & HM* dan kepada -
A#ANG#*-*HM* dan kepada sekalian kainat,insya Allah "alihatlah engkau akan keel0kan
dan'aji! ujud lagi yang su i adanya. 2arena tu!uh kita yang kasar ini sekali6kali tiada
dapat"engenal ALLAH #A’ALA karena ia fana,"elainkan N*& M*HAMMA$ jua. Maka !arang siapa
"e"esrakan N*& M*HAMMA$ dan "e"usyahadahkan N*& M*HAMMA$,adalah ia
"e"esrakan #*HANN3A dan se!agai !ikti 7 dalil 8 keadaan akanke1ahiran dan kenyataan
!agi ujudnya,"aka !agi tiap6tiap yang datang kepada"u itu seperti 4 /englihat, /endengar,
/engrasa, dan lain se!againya,yaitu se"ata6"ata se!a! N*& M*HAMMA$ jua.Seperti fir"an
Allah yang artinya ( -arang yang datang kepada"u yaitu hak Allah daripada#*HANM*, yaitu
N*& dan kepada N*& itulah perhi"punan dan perjalanan segala Auliadan Ar!ia
yang "ursalin "engenal ALLAH #A’ALA dan "ula6"ula sa"pai pendapat Ari!illah pada
"arta!at ini karena ia asal kejadian ala" seperti fir"an Allah didala"hadist 5udsyi yang
artinya (3a Muha""ad, engkau kujadikan karenaku dan aku jadikan se"esta sekalian
ala "inikarena"u. Maka sa!da Na!i Muha""ad SAW,yang artinya ( Aku daripada Allah dan sekalian
Mu’"in daripada aku,"aka hendaklah !erpegang kepada N*& itu,sela"a adadidala" i!adat
atau lainnya,yang lain daripada pekerjaan. 2e"udian ketahui pula 0leh"uakan
se!enar6!enarnya diri,seperti kata Syeh A--$*&&A*) 4 -er"ula yang se!enar6!enarnya diri itu
adalah N3AWA dan yang se!enar6!enarnya N3AWA itu adalah N*& M*HAMMA$ dan
yang se!enar6!enarnya N*& M*HAMMA$ itu adalah S%)A# dan yang se!enar6!enarnya
S%)A# itu adalah ZA# HA3A# !ukan ZA# HA3*N. #etapi tiada lain kata setengah ula"a, -
er"ula yang se!enar6!enarnya $%&% itu adalah & H,tatkala ia "asuk!agi sekalian tu!uh
"aka !erna"a N3AWA,dan tatkala ia keluar "asuk "aka !erna"a NA)AS dan tatkala ia
!erkehendak !erna"a HA#% dan tatkala ia ingin sesuatu !erna"a NA)S* dan tatkala ia dapat
"e"ilih akan sesuatu !erna"a %FH#%A& dan tatkala ia per ayaakan sesuatu !erna"a
%MAN dan tatkala ia dapat "e"per!uat akan sesuatu !erna"a A2ALdan p0k0k 9 pangkal
A2AL itu adalah %LM* itulah yang se!enar6!enarnya $%&%,dan kepadadiri itulah
ZAH%&N3A #*HAN. Seperti sa!da Na!i M*HAMMA$ SAW ( ZAH%&* &A--%WAL -
A#H%N* A-$%,artinya Lahir #uhan itu ada pada !athin ha"!anya yakni pada %LM* HA2%2A# yang
putus adanya dan tiadanya dan Esanya. -ersa"!ung..

Anda mungkin juga menyukai