Anda di halaman 1dari 11

KITAB AL-MUNTAHI Karya SYEKH HAMZAH FANSURI

Ini adalah petikan dari Kitab Al Muntahi karya dari Syekh Hamzah Fansuri,seorang ulama
islam terkenal .Pemahaman kitab ini sangat diutamakan karena lebih mengutamakan bahasa
tersirat,dan bagi yang belum memiliki pemahaman tentang tasawuf maka harus banyak belajar
dan bertanya kepada ahli tasawuf,karena pernyataan nya lebih tentang rasa dan perasaan,bukan
pemahaman teks tertulis.Harus dapat memahami maknanya

1. Ketahui olehmu hai Talib (pelajar) bahwa sabda Rasullulah saw : Barang siapa menilik
kepada sesuatu, jika tidak dilihatnya Allah dalamnya, maka ia itu sia-sia. Kata Saidina Ali :
Tiada ku lihat suatu melainkan kulihat Allah dalamnya. Sabda Nabi; Barangsiapa mengenal
dirinya, maka akan mengenal Tuhannya.

2. Arti mengenal Tuhan dan mengenal dirinya yakni: diri KUNTU KANZAN MAKHFIYYAN itu
dirinya, dan semesta sekalian alam Ilmu Allah. Seperti sebiji benih dan pohon, pohonnya
dalam sebiji itu, walaupun tidak kelihatan, tetapi hukumnya ada dalam sebiji itu.
Kata Syeikh Junaid: Ada Allah dan tiada ada sertaNya sesuatu pun. Ia sekarang ini seperti
AdaNya dahulu itu jua.
Karena itu Ali berkata; Tiada ku lihat sesuatu melainkan ku lihat Allah .

3.Tetapi jangan melihat seperti kain basah, karena kain lain, airnya lain. Allah swt Maha Suci
demikian itulah tamsilnya, tetapi jika ditamsilkan seperti laut dan ombak, harus seperti bunyi
syair :
Yang laut itu laut jua pada sedia pertamanya,
Maka yang baru itu ombaknya dan sungainya,
Jangan mendindingi di kau segala rupa yang menyerupai dirinya,
Karena dengan segala rupa itu dinding daripadanya.
Ombak beserta dengan laut Qadim, seperti kata; Laut itu Qadim, apabila bergelombang, baru
ombak namanya tetapi pada hakekatnya laut jua, karena laut dan ombak esa tiada dua.
Seperti Firman Allah : "Allah meliputi segala sesuatu
Sabda Rasullulah saw : "Aku daripada Allah, sekalian alam daripada ku.
Seperti matahari dengan cahayanya dan panasnya, namanya tiga hakekatnya satu jua.
Seperti isyarat Rasullulah saw : Barangsiapa mengenal dirinya niscaya akan mengenal
Tuhannya.

4.Walaupun memiliki nama dan rupa namun hakekatnya rupanya dan namanya tiada. Seperti
bayang-bayang dalam cermin, rupanya dan namanya ada hakekatnya tiada.
Seperti sabda Rasullulah saw : Mukmin itu cermin samanya dengan mukmin.
Artinya, Nama Allah Mukmin, maka hambanya yang khas pun namanya mukmin. Jika
demikian sama dengan Tuhannya, karena hamba tidak berpisah dari Tuhannya, dan Tuhan pun
tidak berpisah dengan hambaNya.

5.Seperti firman Allah swt : IA beserta kamu dimana saja kamu berada.
Firman Allah swt : Jika ada tiga orang, melainkan IA jua keempatnya dengan mereka itu; dan
jika ada lima orang, melainkan IA keenamnya dengan mereka itu; dan tiada lebih dan tiada
kurang daripada demikian itu malainkan IA jua serta mereka itu.
Seperti firman Allah swt : "Kami lebih dekat daripada urat leher mereka.

6.Dengarkan hai Talib (pelajar) WA HUA MA AKUM (dan DIA beserta kamu), tiada di luar
dan tiada di dalam, dan tiada di atas dan tiada di bawah, dan tiada di kiri dan tiada di kanan,
Seperti firman Allah swt : IA jua yang Dahulu (Awal) dan IA jua yang Kemudian (Akhir) dan
IA jua yang Nyata (Dzahir) dan IA jua yang Tersembunyi (Batin).
Ibarat tamsil seperti sebuah Pohon : Namanya (pohon) limau atau yang lain dari (pohon)
limau. Daunnya lain, dahannya lain, bunganya lain, buahnya lain, akarnya lain. Pada
hakekatnya sekalian itu (pohon) limau jua. walaupun namanya dan rupanya dan warnanya
berbeda-beda hakekatnya esa jua..
Kalau demikian hendaklah semua orang harus mengenal Allah swt seperti isyarat Rasullulah
saw : "Barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya.

7. Bermula sabda Rasullulah saw dengan diisyaratkan jua. walaupun pada Syariat rupanya
macam-macam namun pada Hakekat Esa jua, seperti kata syair :
Kekasihku, tubuh dan nyawa rupanya jua,
Siapa tubuh? Siapa nyawa?. sekalian alam ini rupanya jua
Segala rupa yang baik dan arti yang suci itu pun rupanya jua,
Segala barang yang datang kepada penglihatanku itu pun rupanya jua.
Seperti firman Allah swt : Kemana mukamu kau hadapkan, maka di sana ada Dzat Allah;.
Tamsil, seperti susu dan minyak sapi, namanya dua, hakekatnya satu jua. Kesudahannya susu
lenyap apabila ia diputar minyak jua kekal sendirinya.

8.Sekali-kali tidak tertukar seperti sabda Rasullulah saw: Barangsiapa mengenal dirinya
dengan fananya, bahwasanya mengenal ia Tuhannya dan Baqalah ia beserta Tuhannya.
Seperti mengetahui ruh dengan badan; Ruh muhit (hidup) pada badan pun tiada, dalam badan
pun tiada, di luar badan pun tiada.
Demikian juga Tuhan; pada sekalian alam pun tiada, dalam alam pun tiada, di luar alam pun
tiada.
Seperti permata cincin dengan cahayanya, dalam permata pun tiada cahayanya, di luar
permata pun tiada cahayanya.

9.Karena itu kata Saidina Ali : Tiada ku lihat melainkan ku lihat Allah di dalamnya
Mansur Al-Hallaj pun berkata dengan sangat berahinya: Ana Al-Hak (Akulah yang
Sebenarnya.
Kata sufi Yazid : Maha suci aku, siapa besar seperti aku.
Kata Syeikh Junaid : Tiada di dalam jubahku ini melainkan Allah.
Kata Sayyid Nasimi : Bahwa Akulah Allah.
Kata Maksudi : Dzat Allah yang Qadim, itulah dzat ku sekarang.
Kata Maulana Rumi : Alam ini belum, aku ada, Adam pun belum, aku ada, sesuatupun belum,
aku ada, berahikan Qadim ku jua.
Kata Sultan Asyikin Syeikh Ali Abul Wafa : Segala wujud itu WujudNya jangan kau sekutukan
dengan yang lain; Apabila kau lihatNya bagiNya dengan dia, maka sujudlah engkau sana
tiada berdosa.
Maka kata kitab Gulshan :
"Hai semua Islam, jika kau ketahui berhala itu apa..? maka ketahui olehmu bahwa yang jalan
itu pada menyembah berhala,.. beragama tanpa pengetahuan yamg benar jadi sesat
(Peringatan: Kandungan kitab ini amat berat bagi pemikiran yang tidak paham, jangan
membuat kesimpulan sendiri.., )

10. Sebab demikian maka Syeikh Aynul Qudat menyembah anjing mengatakan : "Hadha Rabbi
(Inilah Tuhanku), karena anjing itu tidak dilihatnya, hanya dilihatnya Tuhannya jua.
Seperti orang melihat kepada cermin, mukanya jua yang dilihatnya, cermin ghaib dari
penglihatannya, karena alam ini pada penglihatannya seperti bayang-bayang jua,. rupanya
ada Hakekatnya tiada.
Nisbat kepada Hak Allah swt tiada nisbat kepada kita, adalah karena kita memandang dengan
hijab.
Seperti Sabda Rasullulah saw: Siapa mengenal dirinya sesungguhnya ia mengenal Tuhannya;

dengan isyaratkan jua, pada Hakekatnya dikenal pun Ia, mengenal pun Ia juga.
11. Seperti Sabda Rasullulah saw: Barangsiapa mengenal Allah lanjuti lidahnya, takkala
pertama mengetahui siapa mengenal dirinya, setelah sampai kepada sesungguhnya
mengenal Tuhannya, maka Ia Sendiri NYA.
Maka Sabda Rasullulah saw: Barangsiapa mengenal Allah maka kelulah lidahnya; artinya
tempat berkata tiada lagi.

12. Seperti kata Syeikh Muhyil Din Arabi: Sesungguhnya Allah adalah Rahasiam, . itupun
isyarat kepada: Barangsiapa mengenal dirinya sesungguhnya ia mengenal Tuhannya jua.
Syair Muhyil Din Arabi :
Jika engkau orang bermata, bermula hamba itu kenyataan Tuhan, jika engkau orang berbudi
maka segala sesuatu yang engkau lihat ini keadaan NYA, dan jika engkau orang bermata dan
berbudi, maka apakah yang engkau lihat? hanya segala sesuatu itu di dalam NYA melainkan
dengan segala rupa.
Seperti Firman Allah swt: "Ia itu beserta kamu di mana kamu berada.
Kata Syeikh Muhyil Din Arabi dalam bentuk syair:
Kamilah huruf yang Maha Tinggi tiada berpindah,
Dan yang tergantung dengan istananya di atas puncak gunung. Aku engkau di dalamnya, dan
kami engkau dan engkau,.. Ia, maka sekalian dalam Itu Ia, .. maka bertanyalah engkau
kepada barangsiapa yang telah wasal (sampai kepada Allah).

13. Hai Pelajar, mengetahui "Siapa mengenal diri mengenal Tuhannya. bukan mengenal
jantung atau paru-paru, bukan mengenal kaki dan tangan. Makna "Siapa mengenal diri
adanya dengan ada Tuhannya Esa jua.
Seperti kata Syeikh Junaid: "Warna air itu warna bejananya .
Seperti kata syair:
Sesungguhnya telah tersembunyilah engkau maka
tiada dapat dilihat oleh segala mata;
Maka betapa dilihat oleh segala mata
Karena Ia terdinding oleh adaNya.
Kata Syeikh Muhyildin Arabi:
Jika pergilah aku menuntut Dia,
tiadalah berkesudahan tuntutku,

jika datang aku ke hadiratNya,


Ia liar daripadaku;
Tidak aku melihat Dia,
Ia tidak jauh daripada penglihatanku,
Bermula: Ia ada dalamku dan tiada aku bertemu pada seumurku.
Maka ini lagi kata Syeikh Junaid: Adamu ini dosa, tiada dosa seperti ini.

14. Barangkali engkau pun satu wujud, Hak Allah pun satu wujud, "Sharika lahu (engkau
mensyirikanNya) datang karena Hak Allah : "Wahdahu la shararika lahu : (tiada sekutu
bagiNya), tiada wujud lain hanya wujud Hak Allah. Seperti laut dan ombak.
Firman Allah : Kemana mukamu kau hadapkan, maka di sana ada Dzat Allah.
Kata Maulana Abdul Rahman Jami :
Sekampung sekedudukan, sekalian itu Ia jua,
Pada telekung segala minta makan dan pada atlas segala raja-raja itu pun Ia jua. Pada segala
perhimpunan dan perceraian dan rumah yang tersembunyi dan yang berhimpun itu pun Ia jua,
Demi Allah sekaliannya Ia jua.

15. Seperti sebiji benih pohon, di dalamnya terdapat sepohon utuh pohon kayu yang lengkap.
Asalnya biji benih itu jua, setelah menjadi pohon kayu yang tumbuh besar, biji benih itu pun
ghaib (tidak kelihatan) pohon kayu itu juga yang kelihatan. Warnanya pohon pun bermacammacam, rasa buahnya pun bermacam-macam, tetapi asalnya adalah dari sebiji benih itu jua,
Seperti firman Allah: kami tuangkan dengan suatu air dan Kami lebihkan setengah atas
sesetengahnya pada rasa makanan.
Perhatikan juga, seperti air hujan dalam tanam-tanaman. Air hujan itu jua yang meresapi
pada sekalian tanaman dan bermacam-macam juga rasanya. Pada buah limau masam
rasanya, pada pohon tebu manis rasanya, pada mambau pahit rasanya, masing-masing
membawa rasanya. Tetapi pada hakekatnya air hujan itu jua pada sekalian tanaman itu.
Satu lagi, seperti Matahari dengan panasnya, menyinari bunga atau pohon-pohon, namun ia
tidak peroleh bau daripada bunga (maksudnya bau bunga itu tidak memberi bau kepada
panas). Jikalau najis pun demikian juga. Jangan syak di sini karena syak itu adalah hijab.

16. Karena atas bekas Jalal dan atas bekas Mazhar Jamal tidak ia berpisah, maka Kamal
namanya. Nama Al Muiz tiada bercerai, nama Al Latif dan Al Qahar tiada berpisah. Dan
syirik pun bekasNYA jua:

Seperti kata Shah Nikmatullah:


Kulihat Allah pada keadaanku dengan PenglihatanNYA,
Bermula: keadaanku itu KeadaanNYA,
Maka tilik kepadaNYA dengan tilik daripadaNYA.
Kekasihku, pada segala lain daripadaku,
Ber-awal: padaku AdaNya itu dengan keadaanku satu jua.
Inilah Sifat: Siapa yang mengenal diri maka mengenal Tuhannya, itupun permulaan jua.

17. Firman Allah swt: QS As Syafaat (37: 96) "Bahwa Allah menjadikan kamu dan perbuatan
kamu.
Dan lagi Firman Allah swt: QS Hud (11:56) Tiada sesuatu yang melata di muka bumi,
melainkan Dialah yang menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus.
Dan lagi sabda Rasullulah saw: "Tiada daya dan upaya kecuali dengan seizin Allah.
Sabda Rasullulah lagi: "Tidak bergerak suatu zarah kecuali dengan izin Allah.
Sabda Rasullulah lagi: :Baik dan buruk itu datang daripada Allah swt.
Firman Allah swt, QS Al-Mursalat (77:30) "Dan tidak berkehendak mereka itu seorang jua
pun melainkan dengan kehendak Allah jua.

18. Sekalian dalil dan hadist ini isyarat kepada : Siapa yang mengenal diri maka mengenal
Tuhannya, lain dari padanya tiada.
Dan kata Syeikh Muhyildin Arabi:
Telah haramlah atas segala yang berahi bahwa memandang lain daripada NYA,
Apabila ada keadaan Allah dengan cahayaNYA gilang gemilang.
Segala sesuatu yang ku katakan bahwa Engkau jua Esa, tiada lain
Suatupun daripadaMu maka barang lain daripada Mu itu seperti hamba adanya.
Seperti Firman Allah saw: QS Ar-Rahman (55: 29)
"Segala apapun melainkan dalam kelakuanNYA
19. Pada dzahirNya bermacam-macam, tetapi pada DzatNya tidak bermacam-macam dan
tiada berubah

Seperti Firman Allah QS Al Hadid 57: 3.Dia Yang Awal, Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang
Batin
AwalNya tidak ketahuan akhirNya tidak berkesudahan dzahirNya amat tersembunyi dengan
batinNya tidak kedapatan. Memandang diriNya dengan diriNya, melihat diriNya dengan
DzatNya dengan SifatNya dengan AfaalNya dengan AtharNya (bekasnya). Sungguhpun
namaNya empat tetapi hakekatNya esa.
Seperti kata Syeikh Muhyildin Arabi : "Menunjukkan AdaNya dengan AdaNya.
Sementara itu, Imam Muhammad Ghazzali berkata: "Alam ini daripadaNya dengan Dialah
sekalianya Dia.
Kata Kimiyai Saadat:
" Wujud kami daripadaNya dan kuasa kami dengan Dia,
"Tiada bedanya antaraku dan Tuhanku melainkan dengan dua martabat. Martabat Tuhan dan
Martabat hamba.
Inilah ibaratnya kalimat : "Siapa yang mengenal dirinya mengenal ia Tuhannya.

20. Allah swt tidak bertempat dan tidak bermisal. Mana ada tempat jika lain daripadaNya
tiada? Mana tempat?, mana missal?, mana warna?
Hamba pun demikian hendaknya jangan bertempat, jangan bermisal, karena sifat hamba
adalah sifat Tuhannya, seperti kata-kata berikut:
"Apabila sempurna Fakir, maka Ia itu Allah dan hidupNya dengan hidup Allah.
Maulana Abdul Rahman Jami berkata:
Kepada kekasih yang tidak berwarna itu (Allah) kau kehendak,
Hai hati, jangan kau padamkan kepada warna..
Hai hati, bahwa segala warna daripada tidak berwarna datangnya,
Hai hati, barangsiapa mengambil warna daripada Allah itulah terlebih baik,
Hai hati !

21. Yakni yang asalnya tidak berwarna dan tidak berupa. Segala rupa yang dapat dilihat dan
dapat dibicarakan, sekalian makhluk jua pada ibaratnya. Barangsiapa menyembah makhluk,
ia itu musyrik (menyekutukan Allah), seperti menyembah orang mati, jantung dan paru-paru,
sekalian itu berhala jua hukumnya. Barangsiapa menyembah berhala, ia itu kafi., kami
berlindung dengan Allah daripadanya, Allah yang lebih mengetahui.

22. Jika demikian mengapa memandang seperti ombak dan laut? padahal kedua-duanya Esa

jua

23. Seperti kata syair:


Asalnya satu jua warnanya bermacam-macam
Rahasia ini bagi orang yang tahu saja dapat memakainya.
Syairnya lagi:
Berahi dan yang berahi dan yang diberahikan itu ketiga-tiganya Esa jua Apabila pertemuan
tiada, perpisahan dimana akan ada?

24. Mengapa dikatakan bertemu dan berpisah itu dua? Hendaknya bagi yang mengetahui
hakekatnya tiada dua. Seperti ombak dan laut esa jua, pada dzahirnya saja dua, tetapi bertemu
pun tidak berpisah pun tidak, di dalamnya tiada di luarnya pun tiada.
Seperti kata Ghawth : Mana lagi acara ibadah yang lebih dari berjumpa kepadaMu ya
Tuhanku?
Firman Allah swt : Sembahyang yang di dalamnya tiada lain selain Aku, dan yang menyembah
ghaib.
Nyatalah disini bahwa yang disembah pun Ia jua, yang menyembah pun Hak. Seperti kata
Mashakikh:
"Tiada mengenal Allah hanya Allah
"Tiada mengetahui Allah hanya Allah
"Tiada melihat Allah hanya Allah
Dan seperti kata Shibli:
Aku seperti katak tinggal dalam laut
Jika kubukakan mulutku niscaya dipenuhi air;
Jika aku diam niscaya matilah aku dalam percintaanku.

25. Isyarat daripada Syeikh Sakdul Din : Jangan lagi dicari tidak akan diperoleh, jangan lagi
dipandang tiada dilihat, karena perbuatan kita itu seperti angin di laut. Jikalau berhenti angin
ombak pulang kepada asalnya..
Seperti Firman Allah QS Al Fajr 89: 27,28:
Hai jiwa-jiwa yang tenang (Mutmainah), kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan redha
dan diredhai, maka masuklah ke dalam surgaKu.

Artinya datangnya daripada laut (Dzat Allah), pulang pun kepada laut (Dzat Allah) jua.

Seperti kata-kata:
Surga orang zahid (peribadah) bidadari dan mahligai,
Surga orang berahi (kekasih) kepada perbendaharaan yang tersembunyi (Dzat Allah).

26. Di situlah tempat tinggal orang yang berahi kepada Allah, berahikan surga pun tidak,
dengan neraka pun dia tidak takut, karena pada orang berahi yang wasal jannah (sampai
surga), itulah yang dikatakan dalam firman Allah QS Al Fajr 89:29,30 : "Masuklah kamu
dalam golongan hambaKu, dan masuklah kamu ke dalam surgaKu.
Pulang ia kepada tempat perbandaharaan yang tersembunyi (Dzat Allah).
Seperti kata ahli Makrifatullah: "Barang siapa mengenal Allah maka ia itu musyrik, kenapa
musyrik..? Karena ada dua
Dan juga kata ahli Allah: Yang fakir itu hitam (tiada) mukanya pada kedua negeri (Dzahir dan
batin, yang ada hanya wajah Allah)
Dan Lagi: Aku telah karamlah pada laut yang tidak bersisi Dzat Allah,
Maka lenyaplah aku di dalamnya,
Daripada ada dan tiada pun aku tiadalah tahu.
Kata syair: Kembalilah aku daripada menuntut dan yang dituntut.
Dan berhimpunlah aku antara yang memberi karunia dan yang dikaruniai,
Dan kembalilah pada aku bagi adaMu.
Tiada engkau di dalamnya dan tiada aku.
Kata Syeikh Attar pula: Kembalilah, dari melihat tamasya tepuk dan tari,
Nyawa pun diberi selesailah ia daripada tuntut.
Lagi kata: Kertas pun dibakar dan pinsil pun dipatahkan dan dakwa pun ditumpahkan dan
nafas pun ditarik.
Lagi kata: Tuntut pun seteru dan kehendak pun sia-sia, dan wujud pun jadi dinding (hijab)
tidak dapat diperoleh menghendaki damping dan cita, yang hadir segala nafs pun menjauhkan
(menghijab).

27. Inilah kesudahan sekalian, inilah yang dikatakan Fana, inilah yang dikatakan alam Lahut,
dapat juga dikatakan wasal (sampai), dikatakan mabuk (berahi Allah) .

Inilah kata Shah Ali Barizi: "Kepada pintu negeri yang Fana (yang tinggal hanya Allah)
sujudlah aku.
Ku bukakan kepalaku, maka pertunjukanlah mukaMu kepadaku.
Kata orang Pasai: Jika tidak tertutup maka tidak bertemu (Dzat Allah). yaitu, menjadi seperti
dahulu kala seperti di alam Lahut, takkala dalam perbendaharaan tersembunyi, serta dengan
TuhanNya.
Seperti biji benih dalam pohon, sungguhpun dzahirnya tidak kelihatan, hakekatnya Esa jua.
Sebab itulah Mansur Al Halaj menyatakan: "Ana Al Hak (Akulah Hak), manakala sebagian
sufi yang lain menyatakan: Anallah (Aku Allah), karena adanya dirinya tidaklah dilihatnya
lagi telah Fana, yang tinggal hanya Allah.

28. Inilah artinya: "Yang fakir itu tiada suatu pun padanya.
Maka firman Allah dalam Hadis Qudsi:
Tidur fakir itu tidurKu,
Makan fakir itu makanKu,
Dan minum fakir itu minumKu.
Firman Allah: "Manusia itu adalah RahasiaKu dan Aku Rahasianya dan Sifatnya.
Berkata pula Uways Al Qarani: Yang fakir itu hidup dengan hidup Allah, dan sukanya dengan
Kesukaan Allah.
Seperti kata Mashaikh: "Barangsiapa yang mengenal Allah maka ia akan menyenkutukannya,
dan barangsiapa mengenal dirinya maka ia itu kafir.
Seperti kata Syeikh Muhyil Din Ibnu Arabi:
Yang Makrifat itu dinding bagiNya,
Jikalau tiada wujud kedua (alam) niscaya nyatalah AdaNya.

29. Karena belajar dan makrifat, rindu dan merindu, sekaliannya itu, pada iktibarnya adalah
sifat hamba juga, jikalau sekalian itu tiadalah padanya, maka lenyaplah ia. Karena dzatnya
dan sifatnya nisbat kepada Allah swt jua, jikalau barangkali tiada ia, maka sifat hamba,
seperti sifat ombak, pulang ke laut (Dzat).
Inilah makna Firman Allah
QS Fajr 89:28: Pulang kepada Tuhannya dengan redha dan diredhai.
Dan makna QS Al Baqarah 2:156: Daripada Allah kami datang dan kepada Allah kami
kembali.

Dan Firman Allah: QS Al Qashash 28:88: Tiap-tiap sesuatu binasa kecuali wajah Allah.
Dan juga Firman Allah QS Ar Rahman 55:26,27: Segala sesuatu akan fana, dan yang kekal
Dzat Tuhanmu yang empunya Kebesaran dan Kemuliaan.

30. Jikalau masih ada lagi citanya, rasanya dan lezatnya itu bermakna sifatnya dua jua,
seperti musyahadah pun dua lagi hukumnya. Dan jika lagi syuhud pun masih ada dua
kehendaknya:
Seperti rasa, yang dirasa dan merasa pun hendaknya, seperti mencinta dan dicinta hendaknya,
masih dua belum lagi Esa.
Sekalian sifat itu pada iktibarnya dua juga, seperti ombak pada ombaknya laut pada lautnya,,
belum lagi (kembali ke) laut.
Apabila ombak dan laut sudah menjadi satu, muqabalah pun tidaklah, musyahadah pun
tidaklah, makanya hanya fana dengan fana jua. Tetapi jika dengan fananya itupun, jika
diketahuinya, maka belum bertemu dengan fana, karena ia lagi ingat akan fananya. Itu masih
lagi dua sifatnya.

31. Seperti kata Syeikh Attar:


Jalan orang berahi (kepada Allah) yang wasil (sampai) kepada kekasihnya itu, maka orang itu
satupun tidaklah dilihatnya, segala orang yang melihat dia itu, dan alam itu pun tiadalah
dilihatnya.
Lagi kata Syeikh Attar:
Jangan ada semata-mata, inilah jalan kamil,
Jangan bermuka dua, inilah sebenarnya wasil.
Karena arti wasil bukan dua (tetapi Esa). Yakni syak dan yakin tidaklah ada padanya, maka
wasillah.
Namanya Ilmul yakin, mengetahui dengan yakin, Ainul yakin yaitu melihat dengan yakin, dan
Haqqul yakin yaitu sebenar yakin.. yakin adanya dengan ada Tuhannya Esa jua.
Maksudnya apabila sempurna fakirnya (fana) maka ia itu Allah,

Selesai

Anda mungkin juga menyukai