Anda di halaman 1dari 10

Maka kata Abu Bakar R.

A :
Artinya :tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah sebelumnya.

Maka kata Umar RA :


Artinyaa : tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah Sesudahnya.
Dan berkata Usman RA :
Artinya : tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah besertanya.
Dan berkata Ali KW :
Artinya : tIada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah didalamnya.
Maka sekalianlah dalil dan hadist dan perkataan sahabat, hendaklah engkau belajar
Kepada guru yang mursadi yakni guru yang se-benar2nya. Allah Ta’ala tiadalah
berhimpun dan tiadalah berjarak dengan sesuatu adanya.

Dan inilah jalannya untuk menghadap kepada Allah Ta’ala, hadap yang tiada berwaktu –
waktu/bermasa, tiada berkira, tiada awal dan tiada lupa dan tiada berkeputusan dan
tiada berkesudahan, senantiasa hadap baik siang dan malam, maka itulah jalan yang se-
benar2nya, ma’rifat kepada Allah, baik dalam jaga maupun dalam tidur tiada lupa
barang sekejap. Inilah ma’rifat kepada Allah yakni ma’rifat menghilangkan segala
hal pekerjaan dunia dan merasakan alamnya, dan jika menghanjurkan pendapat dan
akal maka berhimpunlah ia dengan huruf maka tidaklah boleh dekat Allah Ta’ala, maka
disinilah kita mematikan wujud, zat, sifat, asma dan af’al kita, dan apabila hapus/fa’an
kita maka tiada kelihatan lagi wujud, zat, sifat, asma, dan af’al kita, maka karamlah diri
kita itu kepada azza Wajalla, maka barulah engkau bertemu ghaib dalam ghaib dan
wujud di dalam wujud , dan zat didalam zat, dan sifat didalam sifat dan asma di dalam
asma dan af’al didalam af’al, sir didalam sir dan rahasia didalam rahasia dan rasa
didalam rasa , maka disinilah engkau menerima, maka inilah jalan dalil menjunjung dan
menunjukkan karamnya kepada Allah Ta’ala. Inilah Tudabbul bada sarral qalbii,
tudabbul qalbi sarrarruhi, tudabburruhi sarrannur, tudabbunnur sarra Anna illa anna.
Artinya : Hancurkan badan jadikan hati, hancurkan hati jadikan ruh, hancurkan ruh
jadikan Nur, hancurkan Nur jadikan Aku. Ya aku yang se-benar2 nya , rahasia sekalian
hukum manusia didalam hatimu.

4
Artinya : adapun hati manusia itu umpama cermin, maka apabila ditilik/dilihat
didalamnya akan kelihatan Tuhannya, rahasianya, rupa kita yang bathin yang AKU
ALLAH, yaitu lupa dari pada rahasianya seperti dalil :

Artinya : bermula insan itu rahasiaKu dan rahasiaKu itu sifatKu dan sifatKu itu tiada lain
dari pada ZatKu yang Wajibul Wujud adanya.

Artinya : dalam akal itu hati, dalam hati itu ruh, didalam ruh itu sir, di dalam sir itu Aku
ya Aku yang merupakan rahasia segala manusia didalam hatimu. Ketahui pula olehmu
bahwa orang yang mengenal dengan sebenar-benarnya akan Allah Ta’ala seperti
FirmanNya :

Artinya : Barang siapa mengenal Allah yaitu Nama Allah dan Muhammad.

Hayat hidup dengan sendirinya dan Hayyun itu dihidupkan dengan yang hidup dengan
sendirinya, dan manusia itu disertai dengan sifat Hayat. Adapun yang jadi badan itu
dengan empat perkara, pertama mani, kedua manikam, ketiga waza dan k empat mazi.
Itulah asal jadi badan yang disertai dengan sifat hayat, ilmu, qudrat, iradat, sama’
bashar, kalam disinilah tempat tajjali sifat, tajjali af’al dan tajjali zat Muhammad, Adam
dan zat insan adanya. Ketahui pula olehmu bahwasanya ini suatu faedah perhimpunan
martabat ahadiyah jalalui Jalal, Ahadiyah Qaharul Qahar dan ahadiyah Kamalul Kamal.
Adapun martabat ahadiyah itu yaitu Esa maka itulah yang dinamakan martabat LATA’IN

Artinya tiada nyata-nyatanya.

Zat Allah Ta’ala itu separuh Esa nyata pada manusia, maka terdindinglah/terhijab
olehmu wujud mutlak yang se-benar2nya, tiada dengan sifat suatu yakni belum ada
wujud alam suhud, oleh sebab itu dinamai akan dia wujud Muhktar maksudnya wujud
se-mata2 dan dinamai juga tajjali artinya dahulu yang awal segala awal dan dinamai juga
dengan Kuhni Zat yang tiada dapat diketahui dan tiada boleh difikirkan oleh akal dan
tiada sampai padanya ilmu melainkan sedikit jua, dan dinamakan juga Tannazul Muhsin
artinya Suci se-mata2. Hal itu menunjukkan baru suci dengan segala suci, belum ada

5
sifat dengan kelakuan dan belum ada NUr. Sedang martabat wahidah artinya ESA
karena perhimpunan tanazzahu dan tasbih yakni mutlak dan nakyit yakni seperti laut
dengan ombak maka tiada bercerai keduanya. Itu juga dinamakan Ta’in awal artinya
nyata yang awal zatnya yakni Allah Ta’ala dan Muhammad termasuk zat dengan zat
maka itulah sifat Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala : Artinya
Allah beserta kamu dimanapun kamu berada

Bermula serta itu tiada bercerai zat dengan sifat dan tiada bercerai Tuhan dengan
mahluk adanya. Adappun kelakuan disini zat wujud alam Nur yang dinamai hakekat ESA.
Artinya perkara yang se-benar2nya perkara.. Bukannya perkara yang maklum dan
bukannya perkara segala alam sekalian. Perhimpunan wahidah, seperti firman-Nya
dalam Al Qur’an : artinya : Allah Ta’ala itu meliputi bagi
tiap-tiap sesuatu, seperti besi diliput oleh api, maka demikianlah pandangan hakikat kita

Kepada Allah Ta’ala tempat perhimpunan dan

Dan segala niat dan I’tikad inilah jalannya. Maka berhimpunlah yang empat huruf itu
maka disebut ALLAH bacanya. Dan apabila dibuangkan “Lam” awal maka bunyinya lahu
dan apabila dibuangkan huruf “ ha “ tiadalah berhuruf lagi maka tiada dapat lagi akan
kata Allah.

Oleh karena itu bicarakanlah olehmu baik-baik huruf itu kepada gurumu yang
mursad yang boleh mengeluarkan perkataan yang sedikit itu, karena perkataan ini lebih
keras dari batu dan lebih tajam dari pada pedang. Dan jikalau tiada mendapat akan
huruf itu maka tiada syah akan ilmu yang sekalian dan sekalian amalan dan
I’tikad yang telah dikerjakan, maka jauhlah dari pada maqom Nabi kita Muhammad
SAW, inilah jalan sifat namanya dan inilah perjalanan para arifbillah, aulia dan nabi. Para
arifbillah tiada melihat akan dirinya melainkan wujud Allah Ta’ala se-mata2 yang ada
baginya wujud dan baqa seperti sabda Nabi Muhammad SAW :

6
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya dengan fana, maka mengenal Tuhannya dengan
baqa, maka jadilah ia dikenal Tuhannya baqa, sebab dilihat olehnya akan dirinya tiada

berwujud, se-mata2 hanya dilihatnya wujud Allah yang ada baginya. Wujud, zat, sifat
dan asma’ serta af’al atau bersifat pada badan, atau pada zohirnya, atau pada bathinnya

Jua dengan sendirinya dan zat sedirinya dan sifat sendirinya dan asma’ sendirinya
dan af’al sendirinya seperti kata Abu Bakar Siddiq, Usman RA, Umar RA, dan Ali
KW diatas itulah pandangan orang yang arifbillah yang se-benar2-nya. Jalan
ma’rifat kepada ALLAH SWT, inilah yang dinamakan dengan apa yang dikatakan
pandangan tasawuf.

7
Artinya : Bermula menuntut ilmu itu fardu atas tiap-tiap muslimin laki-laki dan
Muslim perempuan.

Soal : Mana asal ilmu itu ?

Jawab : Asal ilmu itu Qur’an dan Hadits. Dan jangan engkau menuntut selain

Itu.

Soal : Mana asal agama itu dan apa yang dikatakan Agama ?

Jawab : Asal agama itu ialah AWALUDDIN MA’RIFATULLAH, artinya : asal

Agama itu, mengenal Allah. Adapun asal mengenal itu yaitu

Mengenal asal-usul diri.

Adapun yang dikatakan agama itu ialah ; kumpulan dari pada Iman-

Islam – Tauhid – Ma’rifat.

Adapun arti iman itu ialah : Percaya dengan se-benar benar-nya

Kepada Allah. Dan arti Islam itu menjunjung segala perintah dan

Menjauhi segala larangan Allah.

Adapun arti Tauhid itu meng-Esakan Zat Allah, Sifat Allah, Asma

Allah dan Af’al Allah.

Soal : Bagaimana meng-Esakan Zat Allah itu, bagaimana meng-Esakan

Sifat Allah dan bagaimana meng-Esakan Asma Allah, Bagaimana

Meng-Esakan Af’al Allah itu ?....

2
Berkata ulama Rahimahullah

Artinya : berkata ulama ahli Hakekat, adapun asal sembahyang itu yaitu dari
empat Perkara. Pertama : dari pada berdiri betul itu asalnya dari Api bukannya
Api pelita dan bukannya api bara. Adapun arti api itu yaitu hakekat sipat
JALALULAH artinya Kebesaran Allah Ta’ala, yaitu dua perkara yakni Kuat dan
Lemah

Adapun kuat dan lemah itu dengan iradatnya jua, artinya kehendaknya jua.

Seperti firman Allah Ta’ala artinya : Allah Ta’ala jua yang berbuat
sekehendaknya, dan yang hamba itu sekali-sekali tiada mempunyai kuat dan
lemah, karena kuat dan lemah itu , dikuatkan dan dilemahkannya dan yang
difanakan didalam dirimu itu segala perbuatan yang Qadim, seperti kata
Arifbillah: tiada aku perbuat didalam sembahyang itu zhohirnya dan Bathinya
melainkan Allah Ta’ala yang berbuat. Yang Kedua ; Ruku itu asalnya dari pada
ANGIN, bukannya angin Timur dan bukan pula angin Barat. Adapun artinya Angin
itu hakekat sifat JAMALULLAH artinya Keindahan Yakni dua perkara, Tua dan
Muda. Adapun hamba itu sekai-sekali tiada mempunyai Tua dan Muda, karena
tua dan muda itu dengan iradatnya jualah, adapun yang difanakan didalam Ruku
itu yaitu segala nama kita yang baharu seperti kata Arifbillah : tiada nama yang
lain didalam sembahyang itu hanya nama Allah Ta’ala jualah, seperti katanya :

artinya : bermula nama dengan yang punya nama Esa zhohir


dan bathin. KETIGA : Sujud itu asalnya dari pada Air, bukannya air laut dan bukan
pula air sungai. Adapun hakekat air itu, yaitu hakekat sifat QAHARULLAH artinya
ialah Keperkasaan Allah Ta’ala. Maka yaitu dua perkara : perkara hidup dan
perkara mati. Dan hamba itu sekali-sekali tiada mempunyai hidup dan mati,
karena hidup dan mati, dihidupkan dan dimatikan oleh Allah Ta’ala. Dan yang

11
difanakan dalam sujud itu adalah segala sifat kita bahwa matikan yang Qadim.
Kata arifbillah : tiada sifat yang lain didalam sembahyang hanya Allah Ta’ala,
seperti katanya : artinya : bermula sifat dengan yang
mempunyai sifat itu Esa jua zhohir dan bathin.

Artinya sifat seperti : artinya :

Tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak,
tiada yang mendengar, tiada yang melihat, tiada yang ber-kata-kata. Hanya Allah
Ta’ala. Ke=Empat : Duduk, yakni asalnya dari pada Tanah, bukannya tanah pasir
dan bukannya tanah lumpur, maka arti tanah itu ialah hakekat sifat JAMILULLAH
artinya Kesempurnaan Allah yakni dua perkara : Ada dan Tiada. Dan hamba itu
sekali-sekali tidak mempunyai ada dan tiada, karena ada dan tiada itu diadakan
dan ditiadakan, adapun yang difanakan tatkala duduk itu ialah segala wujud kita
yang baharu, seperti kata arifbillah : tiada yang lain dalam sembahyang itu hanya
wujud Allah zhohir dan bathin, Itulah hakekatnya. Didalam sembahyang jadilah
ma’rifat tauhid kita itu sesuai dari pada niat yaitu jangan bersambung dan sesuai
dari pada niat dan jangan berawalan. Seperti firman Allah Ta’ala :

Artinya : Dahulu Allah dengan tiada yang mendahulukan akan Dia, Dan kemudian
dengan tiada yang mengemudikan akan Dia dan tiada zhohir Allah Ta’ala dengan
tiada yang menzhohirkan akan Dia. Dan yang bathin dengan tiada yang
membathinkan akan Dia Yakni :

12
Artinya: yang Awal dan yang Akhir yaitu Ia jua, yang zhohir dan yang bathin pun
Dia jua dan tiada lainnya dari padanya. Jangan sangka lagi, inilah tauhid dan
ma’rifat yang sempurna dan tiada demikian itu Tauhid dan ma’rifatnya jadi se-
olah-olahnya orang itu menyembah berhala besar dan kecil. Adapun berhala
besar itu seperti anak kamu dan istri kamu dan segala harta kamu dan segala
kawan-kawan kamu. Adapun berhala kecil itu yaitu yang ada pada diri kamu yaitu
nafsu kamu dan nyawa kamu, maka akhirnya hakekat sembahyang dan asalnya
sembahyang ketahuilah oleh kamu Inilah daerahnya.

13
Thanks for the God Almighty, Cogratulation on your marriage may your both
be happy and God bless you.
Ginting (Penrek)

Anda mungkin juga menyukai