NIM : 214420087
KELAS : B REGULER
1. Plato dan Teorinya
Plato adalah seorang filsuf Yunani, ia dilahirkan di kota Athena pada tahun 428 SM. Ia
adalah keturunan kerajaan atau darah biru baik dari jalur ayah maupun ibunya, sejak
kecil Plato sudah mengikuti diskusi-diskusi Sokrates. Pelajaran yang diperolehnya
dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah menggambar dan melukis disambung
dengan belajar musik dan puisi. Sebalum dia dewasa dia sudah pandai membuat
karangan yang bersajak. Di masa itu Plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi,
pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Plato juga sebagai pemikir
Politik yang sangat kritis terhadap penguasa di Athena, apalagi pada saat Gurunya yaitu
socrates dihukum mati oleh pemerintah, maka pemikiran Plato mulai berkembangan
dan kritis terhadap pemerintah sehingga berpendapat bahwa orang yang paling tepat
dan baik sebagai pemimpin itu orang yang berfilsafat.
Link artikel
. JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 5, No. 1, 2020 | h. 68-82 Izul Haq Lidinilah p-issn
2541-352x e-issn 2714-9420
a. Teori Emanasi
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya
tentang emanasi (al-faid) suatu teori tentang proses urutan kejadian suatu
wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib al wujud (Tuhan).
Menurutnya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala
sesuatu menurut Al-Farabi keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan
mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik – baiknya. Ilmu-
Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya. Al-Farabi
menggunakan proses konseptual yang disebut nazhariyyah al-faidh (teori
emanasi) untuk memahami hubungan antara Tuhan dan alam pluralis dan
empirik. Menurut teori ini, alam terjadi dan tercipta karena pancaran dari Yang
Esa (Tuhan), yaitu keluarnya al-wujud (disebut alam) dari pancaran Wajib al-
Wujud (Tuhan). Proses emanasi (pancaran) melalui tafakur (berpikir) Tuhan
tentang diri-Nya sehingga Wajib al-Wujud diartikan ‘Tuhan yang berpikir’. Tuhan
senantiasa aktif berpikir tentang diri-Nya sendiri sekaligus menjadi obyek
pemikiran.
b. Teori Pengetahuan
Al-Farabi berpendapat bahwa jendela pengetahuan adalah indera, pengetahuan
masuk ke dalam diri manusia melalui indera. Sementara pengetahuan totalitas
terwujud melalui pengetahuan parsial atau pemahaman universal merupakan
hasil penginderaan terhadap hal-hal yang parsial. Jiwa mengetahui dengan daya
dan indera adalah jalan yang dimanfaatkan jiwa untuk memperoleh
pengetahuan kemanusiaan. Tetapi penginderaan inderawi tidak memberikan
kepada kita informasi tentang esensi segala sesuatu melainkan hanya
memberikan sisi lahiriah segala sesuatu. Pengetahuan universal dan esensi
segala sesuatu hanya diperoleh melalui akal.
Link artikel ; https://secangkirsurga.wordpress.com/2019/02/05/teori-emanasi-al-farabi/
Keluar dari pembicaraan mengenai latar belakang budaya dan intelektual Jerman, ada
seorang genius, yakni Immanuel Kant (1724–1804) yang pertama kalinya
mengemukakan jawaban filosofis atas skeptisme Hume.Namun, jawaban Kant atas
Hume juga berlaku untuk hal lain, Jawaban itu berisi salah satu manuver besar dalam
filsafat, sebuah pergeseran menuju cara pandang batu atas keseluruhan filsafat. Karva
paling besar Kant adalah Critique of Pure Reason dan dipublikasikan pada 1781, delapan
tahun sebelum Revolusi Prancis.
Kant memahami kekuatan argumen èmpirisme Hume. Namun, Kant melihat bahwa
produk logis empirisme Hume, yang menyatakan landasan segala pengetahuan terletak
pada pengalaman, mengarah pada kesimpulan bahwa tidak ada pengetahuan. Yang ada
hanyalah gabungan gagasan melalui kebiasaan, pengharapan psikologis, dan dorongan.
Akhirnya, dalam pandangan empirisme Hume, tidak ada apa pun kecuali keyakinan
kebinatangan sebagai pedoman untuk meyakini bahwa kebiasaan pengalaman dan ilmu
pengetahuan akan terus berlangsung, bahwa matahari besok akan bersinar, atau bahwa
air akan mulai beku pada suhu 32 derajat Fahrenheit.
a. Komponen Pengindraan
Kant menekankan bahwa obat untuk bencana ini, sebagaimana dikatakan filsafat
Hume, bukan terletak pada pengambilan langkah pertama—langkah empirisme
radikal, yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya bersumber pada pengalaman
pengindraan. Berlawanan dengan empirisme radikal, yang mencari pengetahuan
hanya dari pegalaman pancaindraan, Kant memperkenalkan sebuah konsepsi
pengetahuan yang baru. Pengetahuan memang bersumber seperti pada elemen
kesan Hume, elemen pancaindra yang kaitanya adalah pemikiran menjadj pasif,
sekedar menerima kesan yang kemudian menyalinnya dalam bentuk pemikiran.
Pikiran dibekali konsep murninya yakni bahwa pikiran mengatur perubahan kesan
pengindraan menjadi berbagai zat, ciri, dan jumlah, serta menjadi sebab dan akibat.
Berlawanan dengan Hume, pikiran, kata Kant. tidak kosong, tetapi dilengkapi dua
belas konsep murni atau kategori. pikiran tidaklah pasif, seperti dinyatakan Hume
dan penganut empirisme yang lain. Pikiran tidak sekadar menerima, seperti pada
sebuah layar atau teater, aliran kesan indra; pikiran bukanlah kain atau kertas
kosong yang ditulisi alam. Jadi, pikiran itu aktif. Pikiran ini dengan aktif
menerjemahkan dunia bukannya secara pasif menerima dan merekam dalam
ingatan apa yang datang dari dunia luar melalui pancaindra. Pikiran adalah berbagai
kategori pikiran kita sendiri yang mengatur perubahan sensorik dan memaknainya
sebagai benda, dengan kualitas, dan kuantitas, atau terhubung sebagai sebab dan
akibat, atau timbal penyebaban timbal-balik.
b. Teori Gempa
Teori Thales tentang penyebab gempa bumi sejalan dengan hipotesisnya bahwa
bumi mengapung di atas air. Tampaknya ia menerapkan perumpamaan
mengambang di atas air pada fenomena alam gempa bumi.
Aëtius mencatat bahwa Thales dan Democritus menemukan penyebab gempa bumi
di air, dan Seneca mengaitkan teori Thales bahwa pada saat bumi dikatakan gempa,
bumi berfluktuasi karena gejolak yang terjadi di lautan. Meskipun teorinya salah,
hipotesis Thales rasional karena memberikan penjelasan yang tidak menggunakan
entitas tersembunyi. Ini adalah kemajuan dari pandangan Homer tradisional bahwa
gempa dihasilkan dari dewa supernatural yang marah, Poseidon, yang mengguncang
bumi melalui langkahnya yang cepat.
c. Pembahasan di atas mungkin tidak mudah untuk kita mengerti, karenanya berikut
ringkasan gagasan terkenal Thales;