Anda di halaman 1dari 10

PROBLEM ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

DALAM FILSAFAT
Ach. Mazani
Abdullah Hanif, M.Fil.I.
Program studi Ilmu Al Quran Dan Tafsir
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH

PENDAHULUAN
Telah kita ketahui bersama bahwasanya Filsafat adalah suatu pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan manusia. Filsafat memiliki peranan penting terhadap penggunaan
cara kita berfikir untuk membangun ilmu. Seperti para filsuf-filsuf yang terkenal
mereka berfikir untuk membangun ilmu yang hingga sampai saat ini kita
mempelajari nya.
Filsafat dan ilmu memiliki keseimbangan dan titik singgung dalam
mencari kebenaran. Ilmu bertugas menggambarkan dan filsafat bertugas
menfsirkan hal yang akan diselidiki. Sistematika filsafat itu tediri dari tiga cabang
besar filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Pada hakikat
nya aktifitas manusia dalam memecahkan suatu masalah itu di gerakkan oleh
pertanyaan yang didasarkan pada tida masalah pokok yakni: apakah yang ingin
diketahui, bagaiman cara memperoleh pengetahuan, dan apakah nilai pengetahuan
nilai tersebut. Kelihatan nya pertanyaan tersebut sangat sederhana, namun untuk
menjawab nya kita memerlukan sistem berfikir yang radikal, kritis, sistematis dan
universal sebagai kebenaran ilmu yang di bahas dalam filsafat keilmuan. Oleh
karena itu, ilmu tidak terlepas dari landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.1
Pada kesempatan ini penulis ingin memaparkan tentang ontologi,
epipstemologi dan aksiologi. Dengan harap kita mengetahui pengertian dari
materi tersebut, dan menjadi orang yang berpikiran kritis dalam ilmiyah

1
Khaetami enden, filsafat ilmu ( Bandung: yayasan bhakti ilham, 2017) 2
PEMBAHASAN
1. ONTOLOGI FILSAFAT ILMU
Kata ontologi berasal dari bahasa yunani kuno ‘on’ dan ‘logos’; On artinya
‘Ada’ atau ‘wujud’, sedangkan Logos artinya ‘Teori’ atau ‘Kata’. Jadi ontologi
berarti ‘Teori mengenai Ada’.2 Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum,
atau bagian dari metafisika, sedangkan metafisika merupakan salah satu dari bab
filsafat. Objek telaah ontologi adalah sesuatu yang ada tidak terikat pada suatu
perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu
berusaha mencari inti yang dimuat dari setiap setiap kenyataan yang meliputi
segala realitas dalam semua bentuk nya. Dengan kata lain, Filsafat ontologi adalah
salah satu ilmu filsafat yang berupaya menjawab soal-soal seperti “ Apa itu ‘Ada’
dan ‘Tidak ada’?”, “kapan sesuatu disebut ‘ada’ atau ‘tidak ada’?” “apa perbedaan
antara keberadaan dan ketidakberadaan?”, dan lain sebagainya.
Filsafat ontologi telah dikaji oleh banyak filosof dari berbagai negara,
berikut penjelasan filsafat ontologi yang dikembangkan di dunia barat kristiani
dan sekuler, dan di dunia islam.

A. Ontologi di dunia barat kristiani


Menurut St. Augustine ( wakil terbaik dari filosof di Dunia Barat Kristiani
pada tahun 350-430 M), yang benar-benar ada hanyalah tuhan, sedangkan
yang selain tuhan itu ada karena ada nya tuhan. Tuhan sebagai Al-Kha>liq
atau pencipta, dan yang selain tuhan di sebut Al-Khalqu atau yang
dicitakan oleh tuhan yang ada. Jadi, yang selain tuhan berada karena atas
izin nya tuhan, yang selain tuhan Ada tapi akan tiada, yang selain tuhan
memiliki keberadaan yang semu (non-being), yang selain tuhan ada tapi
bersifat hanya sementara, sedangkan tuhan memiliki keberadaan yang
hakiki atau sejati.
Mengapa yang selain tuhan memiliki kebergantungan kepada tuhan?
Karena tuhan lah yang menciptakan itu semua. Pada saat menciptakan,
tuhan pun tidak membutuhkan apa-apa pun dari yang selain nya. Lalu,

2
Hidayat Ferry, Pengantar Teori Teori Filsafat (Bekasi:tp, 2016) 15
tuhan menciptakan yang selain tuhan bukan dari substansi nya, karena jika
tuhan mencipatkan yang selain tuhan dari substansi nya, berarti tuhan bisa
saja rusak, atau yang selain tuhan memiliki persamaan dengan tuhan.
Tuhan menciptakan yang selain tuhan itu ex nihilo ( dari ketidakadaan)
Karena tuhan menciptakaan yang selain tuhan itu dari ketidakadaan, maka
tentu saja yang selain tuhan bisa menjadi rusak, berubah dan mati. Karena
hanya tuhan lah yang tidak bisa berubah, tidak bisa rusak, dan tidak bisa
mati.

B. Ontologi di dunia barat sekuler


Ada dua orang wakil filosof ontologi dunia barat sekuler yaitu Stephen
Hawking dan Charles Darwin. Kedua nya tidak mebicarakan tentang
ketuhanan, melainkan tentang alam semesta dan isinya.
Menurut Stephen Hawking, alam semesta ada karena ada nya benturan
yang keras (Bigbang). Setelah terjadi nya benturan tersebut pecahan atau
serpihan bahan baku terbentuk nya alam semesta pun terkumpul. Semenjak
saat itu proses kimiawi berlangsung: benda-benda angkasa mengeluarkan
energi panas, berbenturan, bertabrakan, lalu dari tabrakan itu menyatu lagi,
membentuk benda-benda angkasa baru, akhir nya lahirlah alam semesta.
Beribu-ribu galaksi terbentuk, beribu-beribu tata surya terbentuk, beribu
planet dan benda-benda angkasa lain dengan gaya gravitasi masing-masing
pun terbentuk.3
Intinya adalah dari teori tersebut mengatakan bahwa alam semesta ada
dengan sendiri nya melalui proses Bigbang dan kemudian terkumpul
bahan-bahan baku oembuatan alam semesta tanpa memikirkan ada nya
tuhan yang menciptakan alam semesta tersebut.
Charlers Darwin melengkapi teori penciptaan alam semesta lewat Bigbang
dengan teorinya sendiri: teori evolusi biologis. Setelah bumi tercipta,
benda langit dan meteroid yang dari luar angkasa menerobos masuk ke
bumi. Air yang ada di bumi dan api dari meteor tadi menciptakan senyawa

3
Hidayat Ferry, Pengantar Teori Teori Filsafat. 15 16
kimia yang memungkinkan terciptanya kehidupan air. Lalu muncul
tumbuhan, bakteri, dan makhluk air pertama, yang nanti akan menciptakan
spesies ikan-ikan. Dari ikan akan mucul makhluk amfibi, yang nnti akan
menciptakan spesies makhluk rawa-rawa. Dari makhluk rawa muncul
makhluk darat yang melata. Dari makhluk darat melata akan terus
berevolusi sampai puncak nya muncul binatang kera sebagai binatang
paling cerdas. Dari kera proses evolusi menuju kera yang berjalan tegak
(Pithecantthropus Erectus), lalu puncak nya adalah kita sebagai manusia.
Ontologi dari teori evolusi darwin adalah semua makhluk hidup baik itu
tumbuhan, hewan, dan manusia tercipta dengan sendirinya tanpa ada
penciptaan dari tuna, seakan-akan tuhan tidak ikut campur masalah
penciptaan.

C. Ontologi dalam islam


Dalam islam terdapat banyak filosof, tapi penulis akan memaparkan satu
sosok filosof ontologi dalam islam yaitu Ibn Sina atau dalam bahasa latin
dikenal dengan sebutan Avicenna.
Pendapat Ibn Sina memiliki kesamaan dengan Pendapat St. Augustine,
yang mengatakan bahwa yang benar-benar ada adalah tuhan, sedangkan
yang selain tuhan itu ada karena ada nya tuhan atau karena tuhan telah
menciptakan nya. Jadi yang selain tuhan itu ada karena ada nya tuhan, dan
keberadan yang selain tuhan itu bersifat semu atau sementara, sedangkan
tuhan sendiri keberadaan nya itu pasti dan selamanya pasti ada.

Menurut Ibn Sina, tuhan sebagai Waji>b Al-wuju>d yang memberikan


sifat niscaya kepada ciptaan nya yang mumkin Al-wuju>d berdasarkan
kedekatannya kdengan tuhan. Ciptaan yang mumkin Al-wuju>d yang
paling dekat dengan tuhan adalah substansi-substansi malaikat (Angelic
substances) atau intelek (Al-‘Aql) lalu kemudian ruh (Al-Nafs), lalu diikuti
oleh bentuk ( Al-S{u>rah ), lalu tubuh ( Al-Jism ), dan yang terakhir ada
materi ( Al-maddah ). Materi adalah ciptaan mumkin Al-wuju>d yang
paling sedikit sedikit menerima sifat niscaya dari tuhan sebagai Waji>b Al-
wuju>d .4
2. EPISTEMOLOGI FILSAFAT
Epistemologi berasal dari bahasa yunani “ Episteme “ dan “ Logos”.
“Episteme” yang berarti pengetahuan (Knowledge), “Logos” berarti teori. Dengan
demikian, epistemologi secara etimologi adalah teori pengetahuan.5
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.
Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni
sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan
dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka yang dipandang dari keyakinan,
kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan majunya
sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena
didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Epistemologi
menjadi modal dasar dan alat strategis dalam merekayasa pengembangan-
pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia.6
Epistemologi banyak dikaji oleh para filosof dari berbagai negara. Kali ini
penulis akan memaparkan filsafat epistemologi yang dikembangkan di dunia barat
yang kristiani dan yang sekuler, di dunia islam.
A. Epistemologi di Dunia Barat kristiani
Menurut St. Augustine, pengetahuan manusia di bagi menjadi 3 jenis:
1. Pengetahuan yang bersumber dari panca indra
2. Pengetahuan yang bersumber dari akal
3. Pengetahuan yang bersumber dari cahaya pengetahuan ilahi
B. Epistemologi di Dunia Barat Sekuler
Sejak abad 18 M, dunia barat mengalami sekularisasi sampai sekarang.
Menurut Karl Marx, pengetahuan manusia itu berasal dan bersumber dari
orang-orang yang hidup satu lingkungan. Orang-orang tadi memproduksi
pengetahuan, lalu pengetahuan tadi di sebarkan melalui pendidikan kepada
4
Ibid., 16
5
Mubin Fatkhul, Filsafat modern: aspek ontologis, epistemologis, aksiologis
6
Khaetami Enden, Filsafat ilmu ( Bandung: Yayasan Bhakti Ilham, 2017) 56
seseorang. Marx menyebutkan semua pengetahuan masyarakat dengan
sebutan ‘kesadaran sosial’. Kalau kita bandingkan menurut St. Augustine
dengan karl marx, maka terlihat jelas kontras yang amat besar. Augustine
masih percaya akan adanya pengetahuan yang berasal dari sensation,
intellection, illumination, sedangkan marx menghapus semua itudengan
menegaskan bahwa segala pengetahuan berasal dari masyarakat. Jadi
pengetahuan keagamaan bukan dari tuhan, tapi warisan masyarakat
dimana seseorang bersosialisasi.7
C. Epistemologi di dunia islam
Menurut Al-Ghazzali, manusia memiliki 3 sumber pengetahuan, yaitu
panca indera, otak, dan Al-‘Aql, panca indera dan otak diciptakan tuhan
untuk manusia dan hewan, sedangkan Al-‘Aql sengaja tuhan ciptakan
untuk diri manusia. Menurut Al-Ghazzali, kerja Al-‘aql dalam diri
manusia itu tidak ada batasnya alias bekerja terus sampai mati. Artinya,
manusia dapat terus memproduksi pengetahuan secara tak terbatas. Dan
juga, Al-‘Aql terus berkembang seiring dengan pertumbuhan manusia.
Akan tetapi, ketika hati manusia menjadi gelap karena dosa-dosa yang
telah ia kerjakan, maka Al-‘Aql berhenti berkembang. Al-‘aql juga bisa
dikembangkan potensi-potensi nya melalu pelatihan ruhaniyah, seperti
yang di lakukan oleh para sufi dan para nabi. Walaupun Al-‘Aql potensi
nya terus berkembang dengan adanya pelatihan ruhaniyah, hasil atau
pengetahuan yangg di dapat dari pelatihan tersebut berbeda-beda antara
satu orang dengan yang lain. Kadang pengetahuan Al-‘Aql berupa ilham-
ilham, biasanya ini kepada para sufi dan kadang pengetahuan Al-‘Aql
berupa wahyu-wahyu, biasanya ini kepada para nabi.8

3. AKSIOLOGI FILSAFAT
Berdasarakan bahasa yunani, aksiologi berasal dari kata ‘Axios’ yang
berarti nilai, dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Maka dapat disimpulkan bahwa

7
Hidayat Ferry, Pengantar Teori Teori Filsafat. 12
8
Hidayat Ferry, Pengantar Teori Teori Filsafat. 13
aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Dengan mengutip pada Jujun. S
Suriasumantri, aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam encyclopedia of philosophy, dijelaskan
bahwa aksiologi disamakan dengan ‘value’ dan valuation. Dalam hal ini nilai
dianggap sebagai nilai memberi nilai dan dinilai.9
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan
pembahasannya disekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan.
Diantara ilmu pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai
kemudahan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Aksiologi yang
mempersoalkan tentang nilai-nilai kehidupan. Aksiologi disebut juga filsafat nilai,
yang meliputi: etika, estetika, dan religi. Etika adalah bagian filsafat aksiologi
yang menilai perbuatan seseorang dari segi baik atau buruk nya. Estetika adalah
bagian filsafat yang menilai sesuatu dari segi indah atau tidak indah. Sedangkan
religi merupakan sumber nilai yang berasal dari agama atau kepercayaan tertentu.
Jadi, kalau ontologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemologi adalah
filsafat mengenai cara mengenal yang ada, dan aksiologi adalah bagian filsafat
mengenai cara menilai yang ada itu.
A. Nilai
Dalam masalah aksiologi, nilai menjadi fokus utama. Nilai dipahami
sebagai pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan
tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu. Dalam filsafat,
nilai berkaitan dengan logika, etika, estetika. Logika akan menjawab tentang
persoalan nilai kebenaran sehingga dengan logika akan diperoleh sebuah
keruntutan. Etika akan berbicara mengenai nilai kebenaran, yaitu antara yang
pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan tidak baik. Adapun estetika akan
mengupas tentang nilai keindahan atau kejelakan. Biasanya estetika berkaitan erat
dengan karya seni. Mngapa dalam filsafat ada pandangan yang mengatakan nilai
itu sangat penting, itu karena filsafat sabeagai “phylosophy of life” mempelajari
nilai-nilai yang ada dalam kehidupan yang berfungsi sebagai pengontrol sifat
keilmua manusia. Nilsi mrupsksn suatu keberadaan yang nyata, tetapi ia

9
Suaedi, pengantar filsafat ilmu (Bogor: IPB Press, 2016) 106
bersembunyi di balik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan-
kenyataan yang lain dan tidak pernah mengalami perubaham (meskipun pembawa
nilai bisa berubah).10
B. Etika
Eika merupakan salah satu cabang illmu filsafat yang membahas moralitas
(norma-norma), prinsip-prinsip moral, dan teori-teori-teori moral (misalnya teori
hati nurani, teori rasa moral, teori keputusan moral, teori tentang kebaikan mutlak
dan teori tentang kebaikan relatif, teori tentang kejahatan, teori kriteria moral,
teori tentang asal-muasal manusia harus bermoral, dan lain-lain). Etika yang juga
dikenal sebagai filsafat moral, memiliki cabang utama, antara lain sebagai berikut.
 Meta-etika, berisi tentang makna teoretis ( makna yang berdasarkan teori)
dan acuan proposisi-proposisi moral dan bagaimana nilai-nilai mmoral
ditentukan.
 Etika normatif, tantang makna praktis yang menentukan moral untuk
melakukan tindakan
 Etika praktis, tentang bagaimana hasil-hasil moral bisa didapatkan dalam
situasi-situasi yang khusus.
 Psikologi moral, tentang bagaimana kapitas moral dan agen-aagen moral
berkembang dan apa sifat-sifat dasarnya.
 Etika deskriptif, tentang nilai-nilai moral manusia yang secara aktual ada.
Dalam khazanah pemikiran islam, etika diartikan sebagai al-akhlaq. Menurut
pendekataan etimologi, perkataan “akhlaq” nerasal dari bahasa arab, jama’ dari
bentuk mufrodnya khuluqun yang diartikan sebagai: budi pekerti, perangai
tingkah laku atau tabiat. Etika pada hakikat nya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan, norma-
norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika tidak membiarkan
pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat-pendapat
moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan.11
C. Estetika
10
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA 2011) 210
11
Uswatun Hasanah, Aksiologi Ilmu Dalam Tradisi Islam dan Barat( Banten: tp. Tt.) 4
Estetika adalah pengetahuan tentang sesuatu yang indah(mengandung
keindahan). Jadi, objek nya adalah hal-hal yang dianggap indah dan hal-hal yang
dianggap tidak indah atau jelek. Estetika membahas mengenai keindahan dan
implikasi nya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori
mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya manusia.
Secara lebih luas, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang seni,
budaya, dan alam. Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang filsafat dan
juga diasosiasikan sengan filsafat seni. Hubungan seni dengan filsafat sangatlah
penting. Seni dapat juga didefinisakn sebagainkegiatan manusia yang menjelajahi
dan menciptakan realitas baru serta menyajikannya secara kiasan. Manusia
membutuhkan seni, sebagimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu karena
melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan menanamkan apresiasi dalam
pengalaman nya. Ada yang beranggapan bahwa estetika adalah bagian dari
tritunggal: (1) Epistemologi (teori kebenaran); (2) Etika (kebaikan dan keburuka);
(3) Estetika (keindahan).12

KESIMPULAN

1. Ontologi, epistemologi, aksiologi merupakan bagian dari filsafat. Ontologi


merupakan teori mengenai ‘ada’ dan ‘tidak ada’. Sedangkan epistemologi,
teori pengetahuan. Dan aksiologi merupakan teori tentang nilai. Jadi, kalau
ontologi adalah filsafat mengenai yang ada, maka epistemologi adalah
filsafat mengenai cara mengenal yang ada, dan aksiologi adalah bagian
filsafat mengenai cara menilai yang ada itu.
2. Dalam aksiologi, meliputi tentang: nilai, etika, dan estetika.

12
Nurani Soyomukti, Pengantar filsafat 243.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Ferry, Pengantar Teori Teori Filsafat Bekasi:tp, 2016


Khaetami enden, filsafat ilmu Bandung: yayasan bhakti ilham, 2017
Mubin Fatkhul, Filsafat modern: aspek ontologis, epistemologis, aksiologis
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
2011
Suaedi, pengantar filsafat ilmu Bogor: IPB Press, 2016

Anda mungkin juga menyukai