Anda di halaman 1dari 17

ONTOLOGI

FILSAFAT ILMU – MALINDA GHANIYYA/23 OKTOBER 2020

Dosen Pengampu :
Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP.,MP., PIA., CFr., CACP., CH., CHt.
Dr. Yon Giri Mulyono, M.Si
PENDAHULUAN
 Dalam sejarah pengetahuan manusia, filsafat dan ilmu selalu berjalan

beriringan dan saling berkaitan. Filsafat dan ilmu mempunyai titik


singgung dalam mencari kebenaran.

 Ilmu bertugas melukiskan dan filsafat bertugas menafsirkan fenomena

semesta, kebenaran berada disepanjang pemikiran, sedangkan kebenaran


ilmu berada disepanjang pengalaman.

 Tujuan befilsafat menemukan kebenaran yang sebenarnya.


 Pada hakikatnya aktifitas ilmu digerakkan

oleh pertanyaan yang didasarkan pada tiga ONTOLOGI

masalah pokok yakni: Apakah yang ingin


EPISTIMOLOGI
diketahui, bagaimana cara memperoleh
pengetahuan dan apakah nilai
AKSIOLOGI
pengetahuan tersebut
ONTOLOGI
 Ontologi salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal Yunani : Thales, Plato, dan Aristoteles : lahir dari

perenungan Thales.

 Dalam Ontologi manusia menghadapi persoalan Bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala sesuatu

yang ada ini?

 Ontos: being, dan Logos:logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being ; teori tentang keberadaan

sebagai keberadaan)

 Louis O. Kattsoff dalam Elements of Philosophy ; ontology adalah Ultimate Reality

HAKIKAT TENTANG APA YANG DIKAJI

(jasmani/konkrit – rohani/abstrak)
ALIRAN ONTOLOGI
MONOISME

DUALISME

PLURALISM

NIHILISME

AGNOSTISISME
ALIRAN ONTOLOGI
Monoisme : hanya ada satu kenyataan fundamental : Tuhan, Jiwa, Ruh, Materi atau Substansi
lain yang tidak dapat diketahui.
1. Materialisme : materi

2. Idealisme : spiritualisme

 Thales (625-545) substansi “air”

 Anaximander (610-547) “aperion”

 Anaximendes (585-528) “udara”

 Spinoza : Tuhan= alam


ALIRAN ONTOLOGI
Dualisme, yaitu aliran yang mengaggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri
 Plato (428-348 SM), yang membedakan dua dunia, yaitu dunia indra (dunia bayang-bayang) dan dunia ide

(dunia yang terbuka bagi rasio manusia).


 Rene descartes (1596-1650 M), yang membedakan substansi pikiran dan substansi keluasan.

 Leibniz (1646-1650 M), yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin.

 Immanuel Kant (1724-1804), yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia hakiki

(noumena).
ALIRAN ONTOLOGI
 Pluralisme Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi dan dua substansi melainkan banyak

substansi. Para Filsuf yang termasuk Prulalisme di antaranya


 Empedokles (490-430 SM), yang menyatakn bahwa hakikat kenyataan terdiri dari empat unsure, yaitu udara, api,

air dan tanah.

 Anaxagoras (500-428 SM), yang menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsure-unsur yang tidak

terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous.
Dikatakannya bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur
ALIRAN ONTOLOGI
Nihilisme, berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Adalah
sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah ini
diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya fathers and children yang
ditulis pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin ini sudah ada semenjak zaman Yunani
kuno pada pandangan Georgias (483-360 SM).
ALIRAN ONTOLOGI

 Agnostisesme adalah paham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk

mengetahuihakekat benda. Baik hakekat materi maupun hakekat rohani.


Kata Agnostisesme berasal dari bahasa Grik Agnotos yang berarti unknown. A
artinya not, Gno artinya know. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya
suatu kenyataan mutlak yang bersifat transcendent. Tokoh aliran ini seperti Soren
Kierkegaar (1813-1855 M) bapak filsafat eksistansialisme, Heidegger, Sartre, dan
Jaspers.
ONTOLOGI ISLAM
  Ilmuwan-ilmuwan Muslim memiliki kepercayaan yang kuat terhadap status ontologism bukan

hanya pada objek fisik (yang kasat mata), tetapi juga pada objek-objek metafisik (yang gaib).

Mahsusat Metafisika diyakini memiliki status

• Obyek fisik yang dapat ditangkap oleh ontologism yang sama nyatanya dengan

Indra objek-objek fisik, bahkan mungkin lebih riil


daripada objek-objek indra. (Mulyadhi
Ma’qulat Kartanegara, Nalar Religius: Memahami
• Obyek yang tidak dapat ditangkap oleh Hakikat)
indra tetapi dapat diterima oleh akal
Dalam Islam, ontologi itu tidak sekedar yang tampak dan dapat diserap oleh alam empiris, tapi

lebih dari itu. Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam

tumbuhan-tumbuhan, dan alam-alam lainnya. Pemahaman ini agak berbeda dengan cara

pamdang Barat yang membatasi dirinya dengan dunia empiris. Bagi mereka yang tampak dan

diserap oleh panca indera itulah yang wujud. Sementara bagi Islam, yang wujud itu tidak

sekedar fisik, tapi transfisik atau metafisik.


QS. Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut:

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi

orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.[18]

QS. Al-Hadid Ayat 3:

“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang
Bathin, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.[20]
Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir
ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena
banyak bukti- buktinya, tiada diatasnya satu apapun, dan yang Bathin ialah yang tak dapat
digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal, dan tidak ada satupun yang menghalangi-Nya, dan dia
lebih dekat kepada makhluk-Nya daripada makhluk itu sendiri.

(Kutipan ini diambil dari Al-Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Khadim al-haramain asy-
Syarifain, Catatan kaki yang ke 1543.)

Islami memandang realitas dari sudut pandang ke-Khalik-makhluk-an. Artinya, melihat realitas
dari pemahaman adanya Allah sebagai Khalik (pencipta) dan segala sesuatu selainNya sebagai
makhluk.
PENTINGNYA ONTOLOGI
 Kesalahan suatu asumsi/pemahaman hakekat akan melahirkan suatu teori dan

metodologi yang juga salah

 Ontologi akan membantu ilmu menyusun sudut pandang yang integral,

komprehensif dan koheren.

 Membantu memberi masukan informasi untuk mengatasi permasalahan yang

tidak mampu dipecahkan oleh ilmu ilmu khusus.


ONTOLOGI Apa? Realitas/Hakikat

LANDASAN
EPISTIMOLOGI Bagaimana Metodologi
FILSAFAT ILMU

Mengapa? Untuk
AKSIOLOGI Tujuan Nilai
Apa?
SEKIAN, TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai