Dosen Pengampu :
Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP.,MP., PIA., CFr., CACP., CH., CHt.
Dr. Yon Giri Mulyono, M.Si
PENDAHULUAN
Dalam sejarah pengetahuan manusia, filsafat dan ilmu selalu berjalan
perenungan Thales.
Dalam Ontologi manusia menghadapi persoalan Bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala sesuatu
Ontos: being, dan Logos:logic. Jadi, ontologi adalah the theory of being qua being ; teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan)
(jasmani/konkrit – rohani/abstrak)
ALIRAN ONTOLOGI
MONOISME
DUALISME
PLURALISM
NIHILISME
AGNOSTISISME
ALIRAN ONTOLOGI
Monoisme : hanya ada satu kenyataan fundamental : Tuhan, Jiwa, Ruh, Materi atau Substansi
lain yang tidak dapat diketahui.
1. Materialisme : materi
2. Idealisme : spiritualisme
Leibniz (1646-1650 M), yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin.
Immanuel Kant (1724-1804), yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia hakiki
(noumena).
ALIRAN ONTOLOGI
Pluralisme Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi dan dua substansi melainkan banyak
Anaxagoras (500-428 SM), yang menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsure-unsur yang tidak
terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous.
Dikatakannya bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur
ALIRAN ONTOLOGI
Nihilisme, berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Adalah
sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah ini
diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya fathers and children yang
ditulis pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin ini sudah ada semenjak zaman Yunani
kuno pada pandangan Georgias (483-360 SM).
ALIRAN ONTOLOGI
hanya pada objek fisik (yang kasat mata), tetapi juga pada objek-objek metafisik (yang gaib).
• Obyek fisik yang dapat ditangkap oleh ontologism yang sama nyatanya dengan
lebih dari itu. Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam
pamdang Barat yang membatasi dirinya dengan dunia empiris. Bagi mereka yang tampak dan
diserap oleh panca indera itulah yang wujud. Sementara bagi Islam, yang wujud itu tidak
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.[18]
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang
Bathin, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.[20]
Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir
ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena
banyak bukti- buktinya, tiada diatasnya satu apapun, dan yang Bathin ialah yang tak dapat
digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal, dan tidak ada satupun yang menghalangi-Nya, dan dia
lebih dekat kepada makhluk-Nya daripada makhluk itu sendiri.
(Kutipan ini diambil dari Al-Qur’an dan Terjemahnya, Wakaf Khadim al-haramain asy-
Syarifain, Catatan kaki yang ke 1543.)
Islami memandang realitas dari sudut pandang ke-Khalik-makhluk-an. Artinya, melihat realitas
dari pemahaman adanya Allah sebagai Khalik (pencipta) dan segala sesuatu selainNya sebagai
makhluk.
PENTINGNYA ONTOLOGI
Kesalahan suatu asumsi/pemahaman hakekat akan melahirkan suatu teori dan
LANDASAN
EPISTIMOLOGI Bagaimana Metodologi
FILSAFAT ILMU
Mengapa? Untuk
AKSIOLOGI Tujuan Nilai
Apa?
SEKIAN, TERIMAKASIH