Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

ONTOLOGI

OLEH :

IKA PUSPITA SARI


NIM. 101614553007

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik
berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek.
Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi
antar manusia dan lingkungannya. Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki
manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu
adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan
ilmu. Seandainya seseorang berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana
cara bermain gitar, maka seorang lainnya mungkin bertanya : apakah
pengetahuan anda itu merupakan ilmu ? tentu saja dengan mudah dia dapat
menjawabnya bahwa pengetahuan bermain gitar bukanah ilmu, melainkan seni.
Prof. Jujun menyatakan bahwa ilmu adalah satu buah pemikiran manusia dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kata sifat ilmu adalah “keilmuan”.
Keilmuan memiliki memiliki tugas membantu menusia dalam memecahkan
masalah.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada
baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa
adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian
dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Pengetahuan manusia pada hakekatnya merupakan segenap apa yang


kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan khazanah
kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya
kehidupan ita. Sukar dibayangkan bagimana kehidupan manusia seandainya
manusia itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi
berbagai pertanyaan yang muncul pada kehidupan. Tiap jenis pengetahuan
pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan yang diajukan. Oleh sebab itu agar
kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita secara maksimal maka
harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa kita berikan oleh suatu
pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita ketahui kepada
pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus kita ajukan.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana
kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas
tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau
teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari
ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu
luas ruang lingkup dan pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang


hakikat,hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana
mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan
dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita
kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya
pikir.Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan
kita akan pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.

Di antara ketiga teori disebut ontologi dikenal sebagai satu kajian


kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut
membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Thales berpenderian bahwa segala sesuatu
tidak berdiri dengan sendirinya melainkan adanya saling keterkaitan dan
keetergantungan satu dengan lainnya .
Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan
apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu
fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses
bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses
tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada
bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian ontologi?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan ontologi itu ?
3. Apa saja jenis-jenis aliran dari ontologi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari ontologi.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ontologi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis aliran dari ontologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan
Logos. Logis Jadi ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan ). Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. Secara
istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang
merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau
abstrak.

Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada


tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolf (1679-1714) membagi metafisika menjadi
dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Istilah itu berakar dari bahasa Yunani,
yang terdiri dari dua kata, yaitu ontos berarti “yang berada atau keberadaan”,
dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran atau juga pemikiran (Lorens
Bagus:2000). Maka ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang
wujud hakikat yang ada pada ilmu. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu
dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa ?

Dan juga dapat diartikan bahwa ontologi adalah pemikiran mengenai


yang ada dan keberadaannya. Sedangkan menurut Jujun S .Suriasumantri
dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif  mengatakan, ontologi membahas apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan
lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”, Menurut Pandangan The
Liang Gie Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna
dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan.

Objek ilmu atau keilmuan itu empirik, dunia yang dapat dijangkau
dengan panca indra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata
lain ontology adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu yang berwujud
(yang ada) dengan berdasarkan pada penalaran logis. Bidang pembicaraan teori
tentang ontologi (hakikat)  ini luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin
ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilai. Nama lain untuk teori
tentang hakikat ialah teori tentang keadaan (Langeveld).

Apa itu hakikat ? hakikat ialah realitas; realitas adalah ke-real-an; real
artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau
menipu, bukan keadaan yang berubah.

Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian munculah beberapa aliran


dalam filsafat, antara lain: Filsafat Materialisme, Filsafat Idealisme, Filsafat
Monoisme, Filsafat Dualisme, Filsafat Skeptisisme, dan Filsafat Agnostisisme.

Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM)
dengan teori ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau
konsep universal dari setiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda,
bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-
tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih
ataupun belang, baik yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea itu adalah
paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang
berada di Benua manapun di Dunia ini. 

Demikan pula manusia juga punya idea. Idea manusia menurut Plato
adalah “badan hidup” yang kita kenal dan dapat berfikir, dengan kata lain, idea
manusia adalah “binatang yang berfikir”. Konsep binatang ini bersifat
universal, berlaku untuk semua manusia baik itu besar atau kecil, tua atau
muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, India, Asia, China, dan sebagainya.
Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan
hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di
balik yang nyata dan idea itulah yang abadi.

Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap oleh panca-indra
senantiasa berubah. Karena itu, ia “bukanlah hakikat”, tetapi hanya
“bayangan”, “kopi” atau “gambaran” dari idea-idea-nya. Dengan kata lain,
benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayal dan
ilusi belaka.

Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental
dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud)  dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat
dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal
pemakaianya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa
yang ada.

Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri,


diantaranya Bramel. Ia mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang
suatu realita dapat bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti
setiap orang berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika
ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah
yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang
kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita
hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata atau real.

Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat


yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling Dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi,
psikologi, dan teologi.

Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan


tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakn tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara
khusus membicarakan Tuhan.

Berikut adalah pendapat tokoh filsafat mengenai ontologi diantaranya:

a.    Aristoteles mengatakan The first Philosophy dan merupakan ilmu


mengenai esensi benda.
b.    Noeng Muhajir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan ontology
membahas tentang yang ada yang universal dan tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu.

c.    Lorens Bagus menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya.

d.    Jujun S. Suriasumatri dalam Pengantar ilmu dalam Perspektif  mengatakan,


ontologi membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin
tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang
ada.

e.    A. Dardiri  dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan Logika mengatakan


ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang  nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas dari kategori-kategori
yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal,abstraksi) dapat
dikatakan ada.

f.     Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi


mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan.

g.    Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan, ontologi


adalah teori/ilmu tetang wujud, tentang hakikat yang ada. 

h.     Menurut Suriasumantri (1985), 

Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh
kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :

a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,

b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan


c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti    berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan.

i.      Menurut Soetriono & Hanafie (2007) 

Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang


lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau
obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita
(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat
merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan
keberadaan.

j.      Menurut Pandangan The Liang Gie 

Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari
sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan: 

1. Apakah artinya ada, hal ada? 


2. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada? 
3. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada? 
4. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-
kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian
universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ?

k.    Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi


Aristoteles 

Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik
dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi
filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu
benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda tersebut.
(Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
B. Sejarah Perkembangan Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis
dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan
orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri). Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang: kuantitatif, yaitu dengan
mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?

Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)


tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa
dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret
secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme,
naturalisme, empirisme Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi
adalah:

a. yang-ada (being)
b. kenyataan/realitas (reality)
c. eksistensi (existence)
d. esensi (essence)
e. substansi (substance)
f. perubahan (change)
g. tunggal (one)
h. jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
(misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu
teknik dan sebagainya).

Berikut adalah Objek Ontologi :

a. Objek Materi
Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi
yang dipelajari dalam plural ilmu pengetahuan, bersifat monistik
pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas
ilmu pengetahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan
dan zat kebendaan berada pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu
dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makhluk. Kenyataan itu
mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan.
Dengan kata lain, prulalitas ilmu pengetahuan berhakikat satu,
yaitu dalam kesatuan objek materinya.
Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas
jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu.
Semua makhluk, sebagai objek materi  pluralitas ilmu
pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses
kausalistik.
Keberadaan manusia didahului  dengan keberadaan
binatang; keberadaan binatang didahului keberadaan tumbuh-
tumbuhan; dan keberadaan tumbuh-tumbuhan didahului oleh zat
kebendaan. Secara sistematis, masing-masing berada dalam sistem
saling bergantung ( interdependence ), dan zat kebendaan terkecil
( atom ) secara eksistensial berfungsi sebagai sumber
ketergantungan makhluk-makhluk lain sesudahnya. Tetapi secara
substansial, keberadaan atom sebagai zat kebendaan terkecil itu
bukanlah dalam tingkat kesempurnaan (berdiri sendiri), melainkan
berada pada tingkat aksidental, artinya berada dengan cara
ditentukan.
Keberadaan zat kebendaan demikian ditentukan oleh
penyebab terdahulu, sekaligus sebagai penyebab pertama dan
terakhir, yang disebut ‘causa prima’. Oleh karena itu, pada tingkat
substansi tertinggi, seluruh pluralitas ilmu pengetahuan, sebagai
akibat prulalitas objeknya, berada dalam satu kesatuan di dalam
diri causa prima-nya.
b. Obek Forma
Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada
umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak,
termasuk metafisika dan ada sesudah kematian maupun segala
sumber yang ada yaitu tuhan yang maha esa. Objek forma
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif,
realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme.
Menurut Lorens Bagus, metode dalam ontologi dibagi
menjadi tiga tingkatan abstraksi yaitu : abstraksi fisik, abstraksi
bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik mendeskripsikan
keseluruhan sifat khas suatu objek, sedangkan abstraksi bentuk
mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis. Abstraksi metafisik mendeskripsikan tentang prinsip
umum yang menjadi dasar dari semua realita. Untuk ontologi ini
metode yang sering digunakan adalah abstraksi metafisik karena
dalam ontologi menerangkan teori-teori tentang realitas.
Menurut Lorens Bagus, metode pembuktian dibagi menjadi
dua yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah
berada lebih dahulu dari predikat dan kesimpulan term tengah
menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan, sedangkan pembuktian
a posteriori disusun dengan term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan, dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang
dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktiannya
disusun dengan tata silogistik, dimana term tengah dihubungkan
dengan subjek sehingga term tengah menjadi akibat dari realitas
kesimpulan.
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik
pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup.
Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu
pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan
cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau
filsafat. Ilmu pengetahuan pada umumnya atau filsafat, ilmu
pengetahuan mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret
dan objektif, yang selanjutnya desebut kebenaran objektif, yang
selanjutnya disebut kebenaran objektif. Kebenaran demikian
tingkat kepastiannya lebih kuat, karena didukung oleh fakta-fakta
konkret dan empirik objektif. Dalam hubunganya dengan perilaku,
kebernaran objektif memberikan landasan stabil dan
es tabil sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai kebenarannya,
dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak. Sedangkan
objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak
pada keseluruhan tetapi pada bagian-bagian kecil dari objek itu.
Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagian-bagian yang
prular, dan mengingat keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan
ilmiah, subjek prular memilah-milah objek studi ke dalam bagian-
bagian, dan kemudian memilih salah satu bagian sebagai lapangan
studi. Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan objek forma.
C. Jenis - jenis Aliran Ontologi
Dalam mempelajari ontologi muncul beberapa pertanyaan yang kemudian
melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan
menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi. Pertanyaan itu
berupa “Apakah yang ada itu? (What is being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu?
(How is being?)”, dan “Dimanakah yang ada itu? (What is being?)”.

1.    Apakah yang ada itu? (What is being?)

Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir aliran filsafat, yaitu sebagai


berikut :

a). Aliran Monoisme

Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua.
Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa
materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing
bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang
pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah
tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia
menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah
monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini
kemudian terbagi ke dalam dua aliran .

1. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi,
bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh itu hanyalah
merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu
cara tertentu. Aliran pemikiran ini  dipelopori oleh bapak filsafat yaitu
Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air,
karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528 SM)
berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa
udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370
SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang
banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah
yang merupakan asal kejadian alam.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalisme,
sebenarnya ada sedikit perbedaan diantara dua paham itu. Namun begitu,
materlialisme dapat dianggap seatu penampakan diri dari naturalism.
Naturlisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya diluar
alam tidak ada. Yang dimaksud alam disini ialah segala-galanya,
meliputi benda dan ruh. Jadi bnda dan ruh sama nilainya dianggap
sebagai alam yang satu. Sebaliknya, materlialisme menganggap ruh
adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda dan ruh seperti
dalam naturalisme.
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yg paling tua, paham ini
timbum dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu
diwarnai dengan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini
berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan
hakikat adalah:
a. Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang
dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran
sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang
abstrak.
b. Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa
pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat
sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam
peristiwa ini.
c. Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda
seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul disitu. Kesemuanya
ini memperkat dugaan bahwa yang memperkuat hakikat adalah
benda.
2. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang
dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang
spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau
sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menepati
ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelasan
ruhani. Dan menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu
yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak
dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini
dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan
selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah
membawa orang pada kebenaran sejati. Dalam perkembangannya, aliran
ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya.
Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep
universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang
menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah
ruhani, spirit atau sebangsanya adalah :
a. Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari
materi bagi kehidupan manusia. Ruh ini dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya,
bayangan atau penjelmaan saja.
b. Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia diluar
dirinya.
c. Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang. Benda
tidak ada, yang ada energy itu saja. Materi bagi penganut
idealism sebenarnya tidak ada. Segala kenyataan ini termasuk
kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai
kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai
manusia perorangan, tetapi juga kebudayaan. Jadi kebudayaan
adalah perwujudan dari alam cita-cita itu adalah ruhani.
Karenanya aliran ini dapat disebut idealism dan dapat disebut
spiritualisme. Aristoteles (284-322 SM) memberikan sifat
keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
itu sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu
sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu.

b). Aliran Dualisme

Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik


materi ataupun ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa
hakikat itu ada dua aliran ini disebut dualisme Aliran ini berpendapat
bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu
hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua
macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama
azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam
ini. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda.
Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Ubungan keduanya menciptakan
kehidupan dalam ala mini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja
sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia. Umumnya manusia tidak
akam mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, kerana
setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang
kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai
bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah
dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam
bukunya Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima
Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya
yang terkenal dengan Cogito Descartes (metode keraguan
Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus de
Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz (1646-1716M).
c). Aliran Pluralisme

Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk


merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui
bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme
dalam Dictionary of Philosophy and Religiondikatakan sebagai paham yang
menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih
dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada
itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum,
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.

Sebab - sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita
anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah,
karena dalam praktiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tiada kebenaran yang mutlak,
yang ada adalah kebenaran-kebenaran, yaitu apa yang benar dalam
pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat diubah oleh
pengalaman berikutnya. Kenyataan terdiri dari banyak kawasan yang
berdiri sendiri

d). Aliran Nihilisme

Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak


ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di
Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman
Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun
yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. Bukankah Zeno juga perna
sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu selalu tiba pada
paradox. Kita harus menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak,
terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi tidak
dapat diterima, maka pemikiran lebih baik tid menyatakan apa-apa tentag
realitas. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ini disebabkan
oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi.
Akal juga tidak mampu menyakinkan kita tentang alam semesta ini karena
kita telah dikukung oleh dilemma subjektif. Kita berfikir dengan kemauan,
ide kita, yang kita terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun realitas itu
dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam
pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia.
Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas
dunia di mana ia hidup.

e). Aliran Agnostisisme

Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui


hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata
agnostisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang
berarti unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita
kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan
mutlak yang bersifat trancedent. Agnostisisme adalah paham pengingkaran
atau penyangkalan manusia mengetahui hakikat benda baik materi ataupun
ruhani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa
manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakikat. Namun tampaknya
agnotisisme lebih baik dari itu karena menyarah sama sekali. Aliran ini
dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti,
Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai
Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak
pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang
sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang
lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang
mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya
manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah,
Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu
menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada),
melainkan aentre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah
paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia
mengetahui hakikat benda, baik materi maupun rohani.

D. Keunggulan dan Kekurangan dari Ontology


1.   Keunggulan (kelebihan) Ontology
a. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan
sistem pemikiran yang ada. 
b. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan
eksistensi. 
c. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.
d. Membantu membentuk pola pikir yang maju dari zaman ke zamannya.
 2  Kelemahan (kekurangan) ontology :
a. Memerlukan penguasaan yang baik karna mengunakan pemahaman.
b. Sulit untuk di pahami karna hanya menggunakan teori dalam
pengerjaannya.
c. Hanya terdapat teori di dalamnya .
d. Terdapat keterbatasan dalam konteks teorinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Menurut bahasa, anologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos
= ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
2. Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, properti
dari suatu sesuatu yang ada. Pembahasan ontologi terkait dengan
pembahasan mengenai metafisika. Dikarenakan, ontologi membahas
hakikat yang “ada”,sedangkan metafisika menjawab pertanyaan apakah
hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya. Keberadaan asumsi sebagai
bagian dari filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting karena asumsi
berfungsi sebagai bagian yang mendasar yang harus ada. Asumsi memiliki
posisi di berbagai bidang disiplin keilmuwan bahkan keberadaan asumsi
pun ada dalam hukum alam sekalipun karena segala yang terjadi di alam
ini bukanlah suatu kebetulan semata akan tetapi terdapat pola-pola tertentu
yang terus terulang. Sedangkan dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan
menentukan asumsi pokok (the standard presumption) dari keberadaan
suatu objek penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian oleh si
peneliti itu sendiri, karena asumsi akan dapat memberi arah dan landasan
bagi kegiatan penelaahan.
3. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada
tahun 1936 M, untuk menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.
4. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Objek
anologi terbagi menjadi dua yaitu pertama objek materi, Kesatuan ilmu
pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal
seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi
pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses
kausalistik. Kedua objek Forma, Objek forma ini sering dipahami sebagai
sudut atau titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup.
Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan
berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah
antara satu dengan yang lain. Pandangan-pandangan ontologi yaitu
monoisme,dualisme, pluralisme, nihilismeagnotisisme.
Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2015. Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan


Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali; Dimensi Ontologi, dan


Aksiologi, Bandung: Pustaka Setia.

Hamersa, Harry. 2012. Pintu masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanius.

Mustansyir, Rizal, dkk. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai
Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Anwar, Ruang Lingkup Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi Dan


Aksiologi, (7 Januari 2014),  https://plus.google.com/111276199-303520579310,
diakses pada tanggal 10 April 2016.

Noor, J. (2013) Metodelogi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai