Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

OLEH :

NENENG DWI SEPTIANI


NIM. 101614553003

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengetahuan yang bersumber dari ilmu dengan tujuan untuk menjawab
permasalah kehidupan sehari-hari yang dihadapi manusia, dan digunakan untuk
menawarkan berbagai kemudahan kepadanya. Ilmu dapat diibaratkan sebagai
alat manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Ilmu
dapat digunakan untuk menjelaskan, meramal dan mengontrol gejala alam.
Oleh karena itu sering dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba
memanipulasi dan menguasai alam.
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional kognitif, dengan
berbagai metode berupa anek prosedur dan tata langkah, sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sitematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, dan keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, atau penerapan.
Terdapat beberapa paradigma mengenai ilmu. Paradigma itu sendiri
dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan dalam bahasa Perancis disebut
paradigme, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma.
Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti
(memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Sedangkan
deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau
mempertunjukkan sesuatu. Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat memaparkan
beberapa pengertian tentang paradigma salah satunya dalam ilmu pengetahuan
artinya menjadi model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomenon yang
dipandang dijelaskan
Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan
kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap, evolutif. Oleh karena
itu untuk memahami strategi perkembangan ilmu, maka kita perlu mengetahui
secara global sejarah perkembangan ilmu. Melalui sejarah perkembangan ilmu,
kita dapat memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia. Sejarah
perkembangan ilmu itu sendiri merupakan suatu tahapan yang terjadi secara
pereodik. Setiap periodik menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan.
Dari perkembangan ilmu, munculah bermacam-macam jenis ilmu yang
sangat beragam. Ada ilmu yang membahas tentang tubuh manusia, hubungan
antar manusia, kesehatan manusia, alam semesta, komunikasi antara individu,
tumbuhan, binatang, spiritual, dan lain-lain. Semuanya memberikan
sumbangan yang sangat berharga bagi kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian ilmu?
2. Apa paradigma ilmu?
3. Bagaimana perkembangan ilmu?
4. Apa saja jenis-jenis ilmu?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu.
2. Untuk mengetahui tentang paradigma ilmu.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah rangkaian aktivitas pemikiran manusia yang rasional (akal)
dan/atau untuk aktivitas riset dengan menggunakan metode ilmiah, sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis, teknologi dan seni
mengenai gejala kealaman, kemasyarakatan atau keorangan untuk tujuan
mencapai kebenaran, pemahaman, memberikan penjelasan maupun melakukan
penerapan.
Beberapa pakar ilmu mendefinisikan ilmu sebagai berikut:
1. Daoed Joesoef
Pengertian ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk-produk, proses
dan masyarakat.
Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah
diketahui dan diakui kebenarannya oleh ilmuwan. Pengetahuan ilmiah
dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung
kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji dan
dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan
yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia sebagaimana
adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang
tindak tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat
ketentuan (imperative) yaitu univerlisme, komunalisme, tanpa pamrih dan
skeptisisme yang teratur.
2. Thomas Kuhn
T.S. Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”
memberikan ciri sebuah ilmu dalam 9 pokok pikiran, antara lain:
a. Realism
Ilmu adalah suatu percobaan untuk mendapatkan satu realitas dunia,
berupa kebenaran tentang dunia.
b. Demarcation
Ada perbedaan jelas antara teori ilmu dan kepercayaan; antara ilmu
dan bukan ilmu. Perhatian ilmu pada observasi dan dapat dilakukan
falsifikasi.
c. Science is cumulative
Ilmu yang baru merupakan penyempurnaan dari ilmu-ilmu
sebelumnya. Teori Einstein adalah generalisasi teori Newton.
d. Observation-Theory distinction
Ada perbedaan yang cukup kontras antara hasil observasi dan
pernyataan teori. Teori Copernicus tentang tata surya menjelaskan
bahwa matahari mengitari bumi, sedangkan Galileo menyatakan bahwa
bumi yang mengitari matahari.
e. Foundation
Observasi dan eksperimen meletakan dasar untuk justifikasi dari
hipotesis dan teori.
f. Theories have a deductive structure
Teori memiliki dan dapat berkembang melalui deductive observation
dan dari teori postulat yang ada.
g. Konsep-konsep ilmiah
Agak tepat (rather precise) dan term yang digunakan dalam ilmu
memiliki arti yang fix.
h. A context of justification and context of discovery
Ada suatu cara untuk melakukan jastifikasi dan penemuan baru
i. The unity of science
Seharusnya ada satu ilmu untuk satu dunia nyata. Ilmu sosiologi
dapat diturunkan dari ilmu psikologi; ilmu psikologi dari ilmu biologi;
ilmu biologi dari ilmu kimia dan ilmu kimia dari ilmu fisika.
3. J. J. Davies
Dalam bukunya “On The Scientific Method” mendefinisikan ilmu
adalah suatu struktur yang dibangun di atas fakta-fakta.
4. Suriasumantri J. S.
Ilmu adalah semua pengetahuan yang terhimpun lewat metode-
metode keilmuan, berupa hasil rentetan daur-daur penyimpulan rampatan
(induksi), penyimpulan khasan (deduksi) dan penyahihan
(verifikasi/validasi) yang terus-menerus tak kunjung usai atau daur metode
deduktif-hipotetiko-verifikatif.
5. The Liang Gie
Ilmu sebagai proses (aktivitas riset), prosedur (metode ilmiah), dan
sebagai produk (pengetahuan sistematis).
Ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan
mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu. Adapun syarat-syarat ilmu sebagai berikut:
1. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya
dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih
harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis 
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan
logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut
180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

B. Paradigma Ilmu
Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai)
yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan
memperlihatkan (deik). Kata ini semula merupakan istilah ilmiah, dan lebih
lazim digunakan. Sekarang ini dengan arti model, teori, persepsi, asumsi, atau
kerangka acuan. Dalam pengertian yang lebih umum, paradigma adalah cara
kita “melihat”.
Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir untuk
melihat suatu permasalahan. Pengertian paradigma selanjutnya berkembang
dari definisi paradigma pengetahuan yang dikembangkan oleh Kuhn dalam
rangka menjelaskan cara kerja dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Paradigma pengetahuan merupakan perspektif intelektual yang dalam kondisi
normal memberikan pedoman kerja terhadap ilmuwan yang membentuk
‘masyarakat ilmiah’ dalam disiplin tertentu. Paradigma memberikan batasan
mengenai apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana
harus dijawab dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban
yang diperoleh.
Paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa
seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia
dalam kesehariannya maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma dalam hal
ini dibatasi pada paradigma pencarian ilmu pengetahuan, yaitu suatu keyakinan
dasar yang digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas
menjadi suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan.
Dalam mengembangkan suatu paradigma ilmu kita harus dapat melihat
cara pandang yang menjadi aspek filosofis dan metodologis dalam menemukan
ilmu pengetahuan, yaitu: dimensi ontologis (dimensi yang membicarakan
hakikat ilmu), dimensi epistemologis (dimensi yang membicarakan bagaimana
memperoleh ilmu), dimensi aksiologis (dimensi yang membicarakan nilai
ssebuah ilmu), dimensi retorik (dimensi yang membicarakan tentang bahasa
yang dipakai dalam pemikiran ilmu), dan dimensi metodologis (dimensi yang
membicarakan metode-metode memperoleh ilmu).
Paradigma sangat penting perannya dalam mempengaruhi teori, analisis
maupun tindak perilaku seseorang karena paradigma sangat menentukan apa
yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui.
Paradigma pulalah yang mempengaruhi pandangan seseorang apa yang baik
dan buruk, adil dan yang tidak adil. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang
melihat sesuatu realitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan,
penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda pula. Perbedaan ini semuanya
dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang secara otomatis
memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang.
Selanjutnya pandangan tentang paradigma ilmu pengetahuan tampaknya
berubah-ubah antar waktu. Perubahan paradigma dalam ilmu pengetahuan
mencakup seluruh aspek paradigma. Dalam realitas contoh-contoh dari
paradigma ilmu sangat banyak.  Namun menurut Muhammad Adib dalam
bukunya Filsafat Ilmu mengemukakan bahwa ada empat paradigma ilmu yang
dikembangkan dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan.
Berikut dikemukakan empat paradigma ilmu tersebut:
1. Positivisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa ilmu alam adalah satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan memandang bahwa suatu
pernyataan dikatakan ilmu pengetahuan apabila kebenarannya dapat
dibuktikan secara empiris.
2. Postpositivisme, yaitu aliran yang memperbaiki kelemahan positivisme
yang hanya mengandalkan pengamatan langsung terhadap objek, dan
memandang bahwa suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat
secara benar oleh manusia (peneliti).
3. Critical Theory, yaitu aliran yang digunakan untuk mengkritik, mengubah
masyarakat keseluruhan, tidak hanya memahami dan menjelaskannya, dan
berpengaruh terhadap perubahan sosial dalam mengubah sistem dan struktur
tersebut menjadi lebih adil.
4. Konstruktivisme, yaitu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan  kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi
kognitif dengan membuat struktur, kategori, konsep, skema, yang
diperlukan untuk membentuk pengetahuan.
Macam-macam paradigma ilmu pengetahuan:
1. Paradigma kualitatif
Proses penelitian berdasarkan metodologi yang menyelidiki fenomena
social untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan
menggunakan metode berfikir induktif
2. Paradigma deduksi-induksi
Penelitian deduksi (penelitian dengan pendekatan kuantitatif). Analisis
data-kesimpulan.
Penelitian induksi (pendekatan kualitatif). Pengumpulan data-observasi-
hipotesis-kesimpulan.
3. Paradigma piramida
Kerangka berfikir/model penyelidikan ilmiah yang tahapannya
menyerupai piramida. Terbagi menjadi:
a. Piramida berlapis, yang menunjukkan semakin ke atas berarti tujuan
semakin tercapai yaitu ditemukannya teori baru.
b. Paramida ganda, yang di buat berdasarkan piramida yang sudah ada.
c. Piramida terbalik, piramida yang dibuat berdasarkan teori yang sudah
ada.
4. Paradigma siklus empiris
Kerangka berfikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus
5. Paradigma rekonstruksi teori
Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau
metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model
rekonstruksi teori dapat di terapkan dengan baik, pemilihan dan penguasaan
teori tertentu yang dianggap relevan dengan penelitian sangat menunjang
keberhasilan teorinya.

C. Perkembangan ilmu
1. Zaman Pra Yunani Kuna (Zaman Purba)
Pada era ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Zaman batu tua
Zaman batu tua disebut juga zaman prasejarah. Era ini berlangsung
sekitar 4 juta tahun SM sampai 20.000 atau 10.000 tahun SM. Pada
zaman ini telah mempunyai ciri khas, di antaranya adalah menggunakan
alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal cocok
tanam dan berternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan
pengamatan primitif menggunakan sistem trial and error (mencoba-
coba dan salah) kemudian bisa berkembang menjadi know how. Pada
zaman batu tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan
manusia purba. Belum ditemukan secara spesifik data diri mereka,
tetapi yang terlihat secara jelas adalah hasil karya mereka. Karya-karya
mereka yang fenomenal adalah peralatan yang terbuat dari batu dan
tulang.
b. Zaman batu muda
Pada zaman ini telah berkembang kemampuan-kemampuan yang
sangat signifikan. Kemampuan itu berupa tulisan (gambar dan simbol),
kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan
kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah
perbintangan, matematika, dan hukum. Pada zaman batu muda sudah
ada kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah.
Kerajaan itu adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India, dan Cina.
Karya-karya yang didapat pada zaman ini berupa batu Rosetta
(Hieroglip), segitiga dengan unit 3,4,5 (segitiga siku-siku), nilai logam
sebagai nilai tukar, lukisan di dinding gua, tulisan kanji (Pistographic
Writing), dan zodiak.
c. Zaman logam
Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari,
bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan
perang. Pada masa ini karya-karya yang ada didominasi dengan alat-alat
yang terbuat dari besi dan perunggu. Seni membuat patung juga
menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan sampai saat ini.
Contohnya adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri raja
Fir’aun (Neferitti).
2. Zaman Yunani Kuno
Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu
mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM – 6 M.
Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suuatu sikap yang
senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu saja).
Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka, antara lain:
a. Thales dari Miletus yang merupakan filsuf pertama sebelum masa
Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi
adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi
dasar alam.
b. Pythagoras yang merupakan seorang matematikawan dan filsuf Yunani
yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal dengan “Bapak
Bilangan”, dan salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah
teorema Pythagoras. Dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil
menyumbangkan teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan
menemukan hubungan antara nada dan panjang dawai.
c. Socrates merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Sumbangsi Socrates
yang terpenting bagi pemikiran barat adalah metode penyelidikannya,
yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk
menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai
bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum.
d. Plato adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karya yang
paling terkenal ialah Republik (Politeia) dimana ia menguraikan garis
besar pandangannya pada keadaan “ideal”. Sumbangsi Plato yang
terpenting adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal
semuanya sangat sempurna.
e. Aristoteles memberikan konstribusi di bidang metafisika, fisika, etika,
politik, ilmu kedokteran, dan ilmu alam. Dibidang ilmu alam, ia
merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis. Dibidang politik, Aristoteles
percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk
demokrasi dan monarki. Masalah logika dan Teologi (metafisika)
adalah kontrbusi Aristoteles yang paling penting. Logika Aristoteles
adalah suatu sistem berfikir deduktif (deductive reasoning), yang
bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap
pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan
berfikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk
menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh
Aristoteles didasarkan pada susunan pikir (syllogisme).
3. Zaman pertengahan
Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman
ini ditandai dengan tampilnya para Teolog dilapangan ilmu pengetahuan.
Aktivitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasarkan atau
mendukung kepada agama. Pada zaman ini filsafat sering dikenal sebagai
Anchilla Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas
pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci
ssebagai pegangan.
Ketika Bangsa Eropa mengalami masa kegelapan, kebangkitan justru
menjadi milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi Muhammad
saw. pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta
penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada
abad ke-7 M sampai abad ke-12 M.
Selain itu, pada abad ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia
Selatan dan Timur, seperti ajaran Lao Tse (manjaga keharmonisan dengan
alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal sehat). Pada
abad 12 M, yang diklaim sebagai awal mula zaman Renaissance telah
muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen,
yaitu:
a. Roger Bacon (1214 M – 1294 M), filsuf Inggris yang meletakkan
penekan pada empirisme, dan dikenal sebagai salah seorang pendukung
awal metode ilmiah modern di dunia Barat. Ia dikenal dengan sebutan
Doctor Mirabilis (guru yang sangat mengagumkan). Teorinya
menyatakan bahwa apa yang menjadi landasan awal dan ujian akhir dari
semua ilmu pengetahuan adalah pegalaman, dan syarat mutlak untuk
mengolah pengetahuan adalah dengan matematika.
b. Gerard van Cremona (1114 M – 1187 M), adalah seorang penerjemah
karya ilmiah Arab. Dia adalah salah satu orang paling penting di
Taledo. Ia menerjemahkan sekitar 70 bahasa Arab dan karya-karya
klasik Yunani kedalam bahasa Latin termasuk karya Euclidius, Al-
Farabi, Al- Farghani dan karya-karya lain.
c. Giovanni Boccaccio (1313 M – 1375 M) adalah seorang penulis dan
penyair dari Itali. Karya yang dihasilkan dalam periode ini meliputi
Filostrato dan Teseida, Filocolo, sebuah versi prosa yang ada roman
Prancis, dan La Caccia di Diana, sebuah puisi dalam daftar sajak oktaf
neapolitan perempuan.
Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut
Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang dipengaruhi Islam. Dengan
berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh
ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan ilmu, antara lain
sebagai berikut:
a. Al-Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama
yang lahir dari kalangan Islam. Al-Kindi menuliskan banyak karya
dalam bidang geometri, astronomi, aritmatika, musik (yang
dibangunnya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi,
meteorologi, dan politik.
b. Al-Farabi (870 M – 950 M) adalah seorang komentator filsafat Yunani
yang sangat ulung di dunia Islam. Ia telah membuat berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, kitab
al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah al-Madinah
al-Fadhilah (kota atau negara utama) yang membahas tentang
pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan politik dan hubungan antara
razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum Ilahian
Islam.
c. Ibnu Sina (980 M – 1037 M) dikenal sebagai Avicenna di dunia barat.
Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Karyanya
merupakan rujukan dibidang kedokteran selama berabad-abad.
d. Ibnu Kaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawab muslim
dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu histiriografi,
sosiologi, dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah
(pendahuluan).
e. Al-Razi (856 M – 925 M), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang
dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu
penelitian ilmu kimia. Beliau mengarang ensiklopedia ilmu kedokteran
yang berjudul Contenens.
4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada abad 14 M – 17 M. Renaissance sering
diartikan dengan kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali, yaitu
dilahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir, dan jauh
dari ajaran-ajaran agama. Renaissance adalah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Pada zaman renaissance ini manusia merindukan pemikiran yang bebas
seperti zaman yunani kuno dan juga sebagai animal rationale, karena pada
masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin
mencapai kemajuan (progress) atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan
atas campur tangan ilahi (gereja). Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan
sudah mulai dirintis pada zaman renaissance.
Tokoh-tokoh ilmuwan yang berpengaruh dimasa ini adalah sebagai
berikut:
a. Nicolaus Copernicus (1473 M – 1543 M), adalah seorang astronom,
matematikawan, dan ekunom yang berkebangsaan Polandia. Ia
mengembangkan Teori Heliosentris (tata surya berpusat di matahari).
b. Galileo Galilei (1564 M – 1642 M), adalah seorang astronom, filsuf,
dan fisikawan Itali. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain
penyempurnaan teleskop (dengan 32× pembesaran) dan berbagai
observasi astronomi. Dia adalah orang pertama yang melukiskan tata
surya seperti yang kita kenal sekarang.
c. Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom Jerman,
matematikawan dan astrolog. Ia paling dikenal melalui hukum gerak
planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang
pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement To Witelo,
Expounding The Optical Part Of Astronomy. Ia orang pertama yang
menjelaskan cara kerja mata.
5. Zaman modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi,
indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga
abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam
bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Santoso, ada tiga sumber pokok yang
menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat,
yaitu hubungan antara kerajaan Islma di Semenanjung Liberia dengan
negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan
jatuhnya Istambul ke tangan Turki pada tahun 1453.
Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia
sebagai pusat perhatian penyelidikan filsafat. Selain itu, yang menjadi topik
utama ialah persoalan epistemologi. Beberapa tokoh-tokoh ilmuwan pada
zaman ini adalah Isaac Newton, Rene Descartes, Charles Robert Darwin,
Joseph John Thompson dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan lainnya..
6. Zaman kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat
ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan
spesialis-spesialis ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Fisika
menempati kedudukan yang paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para
filsuf. Hal ini disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang membentuk alam semesta.
Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi diabad 21 merupakan hasil
penemuan mutakhir diabad 20. Pada zaman ini ilmuan yang menonjol dan
banyak dibicarakan adalah fisikawan, salah satunya adalah Albert Einstein.
Ia mengemukakan teori relativitas dan banyak menyumbangkan bagi
perkembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, zaman yang
disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah
buku yang berjudul “The Nature of Chemical Bond” menggunakan prinsip-
prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam
pemodelan fisik DNA. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis
Crick, dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan
genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya.
Selain kimia dan fisika, teknologi komuikasi dan informasi
berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan sebagai
penemuan yang mengubah warna dunia, yaitu: listrik, elektronika, robotika,
TV dan radio, Internet, telepon dan seluler, dan masih banyak lagi.
Terdapat beberapa aliran pada zaman ini, yaitu:
a. Rasionalisme, aliran yang berpendapat bahwa akal merupakan sumber
pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya. Pengalaman hanya
dipakai untuk menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh
melalui akal. Salah satu tokohnya adalah Rene Descrates (1589-1650)
yang juga merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan
pernyataannya Cogito Ergo Sum (aku berfikir, maka aku ada). Metode
yang digunakan Descretes disebut dengan a priori yang secara harfiah
berarti berdasarkan atas adanya hal-hal yang mendahului.
b. Empirisme, sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman yang dapat
ditangkap oleh panca indera, baik lahir maupun batin. Akalnya hanya
berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah data yang
diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah a posterori
atau metode yang berdasarkan atas hal-hal yang terjadi pada kemudian.
Dipelopori oleh Francis Bacon yang memperkenalkan metode
eksperimen.
c. Kritisisme, sebuah teori yang berupaya untuk menyatukan dua
pandangan yang berbeda antara rasionalisme dan empirisme yang
dipelopori oleh Immanuel Kant (1724 M – 1904 M). Ia berpendapat
bahwa pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya
kerjasama antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman
iderawi dan cara mengolah kesan yang nantinya akan menimbulkan
hubungan antara sebab dan akibat.
d. Idealisme, berawal dari penyatuan dua idealisme yang berbeda antara
idealisme subyektif (fitche) dan idealisme obyektif (scelling) oleh
Hegel (1770 M – 1931 M) menjadi filsafat idealisme yang mutlak.
Hegel berpendapat bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam
ialah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Asas idealisme adalah
keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia yang
merupakan intuisi dasar.
e. Pragmatisme, aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari
pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari
pengetahuan kepada individu-individu.
f. Relativisme, berasal dari kata Latin, relativus, yang berarti nisbi atau
relatif. Sejalan dengan arti katanya, secara umum relativisme
berpendapat bahwa perbedaan manusia, budaya, etika, moral, agama,
bukanlah perbedaan dalam hakikat, melainkan perbedaan karena faktor-
faktor di luarnya. Sebagai paham dan pandangan etis, relativisme
berpendapat bahwa yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang
salah tergantung pada masing-masing orang dan budaya masyarakatnya.
Ajaran seperti ini dianut oleh Protagras, Pyrrho, dan pengikut-
pengikutnya, maupun oleh kaum Skeptik.
g. Naturalisme, kelompok yang hanya mempercayai alam (otentik).
Naturalisme menolak suatu dunia yang ada bersifat adialami
(supranatural realisme). Naturalisme modern bersifat pluralisme, artinya
mengakui adaya hal-hal yang bersifat alami dan memiliki banyak corak.
Naturalisme mengakui bahwa setiap hal merupakan bagian alam dan
dapat dipahami dengan menggunakan berbagai teknik (metode ilmiah)
untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat umum yang sama.

D. Jenis Ilmu
Christian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat.
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Wolff ini dapat diskemakan sebagai
berikut:
1. Ilmu pengetahuan Empiris
a. kosmologis empiris
b. psikologi empiris
2. Matematika
a. Murni: aritmatika, geometri, dan aljabar.
b. Campuran: mekanika, dan lain-lain.
3. Filsafat
a. Spekulatif (metafisika): umum (ontologi), dan khusus (psikologi,
kosmologi, theologi).
b. Praktis: intelek (Logika), kehendak (ekonomi, etika, politik) dan
pekerjaan fisik (teknologi).
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan
Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang
menunjukkan bahwa gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan
tampil terlebih dahulu. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste
Comte sebagai berikut:
a. Ilmu Pasti (Matematika) merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan.
b. Ilmu Perbintangan (Astronomi) dapat menyusun hukum yang
bersangkutan dengan gejala benda langit.
c. Ilmu Alam (Fisika) merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu
perbintangan.
d. Ilmu Kimia (Chemistry), gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks
daripada ilmu alam.
e. Ilmu Hayat (Fisiologi atau Biologi) merupakan ilmu yang kompleks dan
berhadapan dengan gejala kehidupan.
f. Fisika Sosial (Sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan
ilmu pengetahuan.
Atau secara garis besar dapat diskemakan sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan; 1. Logika (matematika murni); 2. Ilmu pengetahuan
empiris (astronomi, fisika, kimia, biologi, sosiologi).
b. Filsafat: 1. Metafisika; 2. filsafat ilmu pengetahuan (pada umumnya; pada
khususnya).
Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat
terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada
realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ignas Kleden menunjukkan
tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti terlihat dalam
bagan berikut:
Sifat Ilmu Jenis Ilmu Pengetahuan Akses Tujuan
yang kepada
dihasilkan realitas
Empiris- Ilmu alam Informasi Observasi Penguasaan
Analitis dan sosial teknik
empiris
Historis Humaniora Interpretasi Pemahaman Pengembangan
hermeneutis arti via inter subjektif
bahasa
Sosial-Kritis Ekonomi, Analisis Self- Pembahasan
sosiologi, reflextion kesadaran non-
politik. reflektif
Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga
kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan
dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi, dan kekuasaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Ilmu adalah rangkaian aktivitas pemikiran manusia yang rasional (akal)
dan/atau untuk aktivitas riset dengan menggunakan metode ilmiah,
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis, teknologi
dan seni mengenai gejala kealaman, kemasyarakatan atau keorangan untuk
tujuan mencapai kebenaran, pemahaman, memberikan penjelasan maupun
melakukan penerapan.
2. Paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa
seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan
manusia dalam kesehariannya maupun dalam penyelidikan ilmiah. Empat
paradigma ilmu adalah positivisme, postpositivisme, critical theory,
konstruktivisme.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi mulai dari zaman Pra Yunani
Kuno (zaman batu tua, zaman batu muda, dan zaman logam), zaman
Yunani Kuno, zaman pertengahan, zaman Renaissance, zaman modern,
dan zaman kontemporer.
4. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai
berikut: Ilmu Pasti (Matematika) merupakan dasar bagi semua ilmu
pengetahuan; Ilmu Perbintangan (Astronomi) dapat menyusun hukum
yang bersangkutan dengan gejala benda langit; Ilmu Alam (Fisika)
merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu perbintangan; Ilmu
Kimia (Chemistry), gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih kompleks
daripada ilmu alam; Ilmu Hayat (Fisiologi atau Biologi) merupakan ilmu
yang kompleks dan berhadapan dengan gejala kehidupan; Fisika Sosial
(Sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu
pengetahuan.
REFERENSI

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan


logika Ilmu pengetahuan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Al-Syafi'i, Moh. Syafi'il Anam. 2012. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan.


http://maftuhtsaquf.blogspot.co.id/2012/01/sejarah-perkembangan-ilmu-
pengetahuan.html (diakses sabtu, 10 September 2016 Pukul: 15.30 WIB)

Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Bumi Aksara.


Jakarta

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Indeks.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai