Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

OLEH :
DEWI VIRONICA
NIM. 101614553005

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
MINAT STUDI EPIDEMIOLOGI (MSEIK)
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa
membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk serta indah dan
jelek.Pengetahuan sendiri bersumber pada ilmu dan tidak bisa dinilai ilmu
itu sendiri, harus dilakukan oleh pihak lain. Pihak lain yang mampu
memberikan penilaian secara obyektif dan tuntas, dan pihak lain yang
melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah pengetahuan yang
disebut filsafat.
Agar orang dapat mendapatkan ilmu yang benar adalah dengan tau
apa yang kita tau dan tau apa yang kita tidak tau. Pengetahuan dimulai
dengan rasa ingin tau, kepastian dimulai dengan rasa ragu- ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Orang bersifat didorong oleh
keinginan untuk mengetahui apa yang telah kita tau dan apa yang belum
kita tau.
Pengetahuan yang bersumber dari ilmu dengan tujuan untuk
menjawab permasalahan kehidupan sehari hari yang dihadapi manusia,
dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan kepadanya. Ilmu
dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapinya. Ilmu dapat digunakan untuk menjelaskan,
meramal dan mengontrol gejala alam. Oleh karena itu, sering dikatakan
bahwa dengan ilmu manusia mencoba memanipulasi dan menguasai
alam.
Filsafat adalah awal dari disiplin yang sangat terkait dengan
kebijaksanaan yang diambil dalam kehidupan manusia guna bersikap,
bertindak sesuai dengan norma- norma yang ada untuk mencapai tujuan /
maksud dalam memecahkan suatu masalah atau upaya untuk mencapai
suatu kebenaran, prinsip dan penyebab realita yang ada. Selanjutnya hal
tersebut menjadi bahan renungan, ditafsirkan agar dapat dipakai sebagai
acuan dalam memecahkan setiap masalah kehidupan manusia. Filsafat
meliputi setiap hal yang mungkin dapat dipikirkan manusia, mulai dari
sikap pribadi orang terhadap dunia sekitarnya, sampai dengan seluruh
pengetahuan manusia.
Ilmu adalah rangkaian aktivitas pemikiran manusia yang rasional
(akal) dan/atau aktivitas riset dengan menggunakan metode ilmiah,
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis, teknologi
dan seni mengenai gejala alam, kemasyarakatan atau keorangan umtuk
tujuan mencapai kebenaran, pemahaman, memberikan penjelasan
maupun melakukan penerapan.
Tatkala filsafat lahir dan tumbuh, ilmu pengetahuan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat. Filsafat dan ilmu pada
dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat.
Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar
dengan ditemukannya hukum- hukum alam, dan teori- teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan- perubahan itu terjadi. Filsafat
meletakkan dasar-dasar pengetahuan. Karena itu filsafat disebut induk
segala ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu adalah disiplin yang didalamnya berisikan konsep-
konsep, prinsip, teori tentang ilmu, kemudian dianalisis dan diklarifikasi,
serta menjawab bagaimana ilmu harus dilakukan. Filsafat ilmu merupakan
filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas mungkin
segala sesuatu mengenai ilmu, terutama hakikatnya (esensi) dan
metodenya.
Partap Sing Mehra memberikan definisi berfikir yaitu mencari
sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang sudah diketahui.
Definisi ini mengindikasikan bahwa suatu kegiatan berfikir baru mungkin
terjadi jika akal/pikiran seseorang telah mengetahui sesuatu, kemudian
sesuatu itu dipergunakan untuk mengetahui sesuatu yang lain, sesuatu
yang diketahui itu bisa merupakan data, konsep atau sebuah idea, dan hal
ini kemudian berkembang atau dikembangkan. Berfikir merupakan upaya
untuk memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuan tersebut
proses berfikir dapat terus berlanjut guna memperoleh pengetahuan yang
baru, dan proses itu tidak berhenti selama upaya pencarian pengetahuan
terus dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana keterkaitan filsafat dan ilmu?
2. Apa yang dimaksud filsafat ilmu?
3. Bagaimana ilmu sebagai sistem pikir?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterkaitan antara filsafat dan ilmu.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud filsafat ilmu.
3. Untuk mengetahui ilmu sebagai sistem pikir.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KETERKAITAN FILSAFAT DAN ILMU


Filsafat secara etimologis (arti kata) berasal dari bahasa Yunani
“philosophia” yang artinya cinta kearifan/kebijaksanaan (phytagoras, 572-
497 SM ). Ilmu adalah rangkaian aktivitas pemikiran manusia yang
rasional (akal) dan/atau aktivitas riset dengan menggunakan metode
ilmiah, sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis,
teknologi dan seni mengenai gejala alam, kemasyarakatan atau
keorangan umtuk tujuan mencapai kebenaran, pemahaman, memberikan
penjelasan maupun melakukan penerapan.
Ilmu pengetahuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
filsafat, karena filsafat meletakkan dasar- dasar pengetahuan. Oleh
karena itu filsafat disebut mater scientiarum atau induk segala ilmu
pengetahuan. Francis Bacon (1561- 1626) filsuf Inggris menyebutkan
bahwa filsafat adalah ilmu aging dari ilmu- ilmu (The great mother of
science).
Gerard Beekman dalam bukunya (1973) filsafat, para filsuf,
berfilsafat menyatakan bahwa filsafat memainkan peranan dalam
hubungannya dengan semua ilmu pengetahuan.Pola hubungan antara
ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu
dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato,
bahkan sampai masa al  Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan
boleh disebut tidak ada.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono
(1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi
dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh
mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri
dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri. Interaksi antara ilmu dan filsafat
mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang
dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik
tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael
Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman
persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-
persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat
memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak
salah.
Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam
pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat
dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini
adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu,
ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan
kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain,
keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan
pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan
keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu
mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri.
Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-
ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang
tersatu padukan, komprehensip (tidak ada sesuatu bidang yang berada di
luar bidang filsafat) dan konsisten (uraian kefilsafatan tidak menyusun
pendapat-pendapat yang saling berkontardiksi).
Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali
filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu
untuk membangun filsafat. Filsafat dapat memperlancar integrasi antara
ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya
mendorong peninjauan kembali ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu
maupun bidang-bidang lain.
Ilmu merupakan konkritisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan
dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki
objek dan metode yang khas dan bahkan dapat dirumuskan secara
sistematis. Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh
fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi, integral, radikal,
logis, sistematis, dan universal (kesemestaan).
Sebagai fenomena ilmu filsafat dapat dilihat dari tema besarnya,
yaitu, ontologi (Definisi, pengertian, konsep, mengkaji keberadaan
sesuatu, membahas tentang ada, yang dapat dipahami baik secara
konkret, faktual, transendental, atau pun metafisis), epistemologi
(Substansi, membahas pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila
manusia itu membutuhkannya), dan aksiologi (manfaat,  membahas
kaidah norma dan nilai yang ada pada manusia).
Filsafat dan ilmu saling berkaitan, karena baik filsafat dan ilmu
pengetahuan sama- sama pengetahuan yang metodis, sistematis,
koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan
diantara keduanya adalah filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan
ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik
bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia.
Filsafat memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang
melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu
ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung
jawabkan ilmunya, yang berarti bahwa setiap langkah harus terbuka
terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, dan harus dipertahanakan
secara argumentatif, yaitu dengan argumen- argumen yang obyektif
(dapat dipengaruhi secara intersubyektif).
Konsep sentral dari Filsafat Ilmu adalah empirisme atau tergantung
pada fakta empiris. Empiris adalah pandangan bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman kehidupan manusia. Dalam pengertian ini
pernyataan ilmiah adalah kajian berasal pengalaman manusia atau
pengamatan.Hipotesis ilmiah dikembangkan dan diuji melalui metode
yangterdiri pengamatan dan eksperimen.

Lebih jelas keterkaitan antara filsafat dan ilmu pengetahuan adalah :


1. Ilmu tanpa filsafat? Kosong
a. Definisi nominal filsafat : Filein(=mencintai) dan
sophia(=kebijaksanaan)
b. Obyek ilmu : bahan yang disoroti adalah bidang tertentu
c. Tujuan ilmu adalah membantu manusia dalam
mengorientasikan dirinya dalam dunia
d. Filsafat merupakan sesuatu yang mencintai dan mencari
kebijaksanaan
e. Jadi sesuatu (yang tidak bijaksana dan tidak dapat
mencintai) tetapi berusaha membantu manusia dalam
mengorientasi kan diri manusia dalam dunia, sesuatu itu
akan tidak ada hsilnya / KOSONG.
2. Filsafat tanpa ilmu? Buta
a. Obyek filsafat : segala sesuatu
b. Tujuan filsafat : mencari dan menjelaskan hakikat dari segala
sesuatu
c. Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal usul dari
segala-galanya untuk mencari orientasi dasar bagi
kehidupan manusia
d. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis koheren tentang suatu bidang tertentu atas
realitas kenyataan.
e. Jadi filsafat tanpa pengetahuan yang metodis, sistematis,
koheren tentang suatu bidang tertentu atas realitas/
kenyataan akan BUTA.

Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori.


Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara
berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk
diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya.
Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik
tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris
seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif
yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri,
tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi
dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan.
                   
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
 PERSAMAAN:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
 PERBEDAAN:
1. Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek
material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan
kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non
fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu,
obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide
manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan,
sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan
pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan
ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang
dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang mutlak, dan mendalam
sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan
sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat,
yang sekunder [secondary cause].

B. FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah cabang dari filsafat. Beberapa pakar filsafat
ilmu, mendefinisikan bahwa filsafat ilmu ialah “studi tentang asumsi,
landasan berpikir dan implementasi dari ilmu”.
Filsafat ilmu itu sendiri merupakan suatu cabang filsafat yang
khusus membicarakan tentang ilmu, ada beberapa definisi Filsafat ilmu
menurut para ahli :
1. Robert Ackermann dalam The Liang Gie,1999
mendefinisikan bahwa filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat
lampau yang telah terbukti.
2. Lewis White Beck dalam The Liang Gie, 1999
mendefinisikan bahwa filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Michael V. Berry
Filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori- teori
alamiah dan hubungan- hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode alamiah.
4. May Brodbeck
Filsafat ilmu adalah analisis yang sentral secara etis dan fisafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan- landasan ilmu.

Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab


beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari
dasar dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk
didalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah- masalah seperti
: apa itu konsep (what : ontologi) dan bagaimana (how : epistemologi)
suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai konsep ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi,
serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat meletakkan dasar dasar suatu pengetahuan, sedangkan
filsafat ilmu adalah pengetahuan yang membahas dasar dasar wujud
keilmuan yang merupakan pengembangan dari filsafat dengan
sasarannya ilmu (pengetahuan) dan tiang penyangga bagi eksistensi ilmu
itu sendiri.

 Kajian filsafat ilmu meliputi


1. Perumusan pandangan dunia ( world- view) yang konsisten
dengan, dan pada beberapa pengertian yang didasarkan atas
teori-teori ilmiah. Konsekensinya pada para filsuf ilmu (philosopher
of science) harus mengolaborasiakn implikasi yang lebih luas dari
ilmu.
Filsafat ilmu merupakan perpaduan dari Filsafat analitik, Ilmu baru,
Matematika dan Logika modern Abad XX.
Pandangan dunia ini akan meletakkan jaringan hubungan antara
lain ilmu sehingga terlihat dan dikenalinya cabang- cabang ilmu
yang satu dengn yang lain.
2. Filsafat ilmu adalah suatu eksposisi pola (rangkuman pernyataan
sehingga membentuk pola tertentu) dari presuppotion (praduga)
dan predisposition (karakteristik individu) dari para ilmuwan. Filsuf
ilmu mengemukakan bahwa para ilmuwan menduga (presuppose)
alam tidak berubah ubah dan terdapat suatu keteraturan di alam,
sehingga gejala- gejala alam yang tidak begitu kompleks cukup
didapat oleh peneliti.
3. Filsafat ilmu adalah disiplin yang didalamnya konsep- konsep dan
teori- teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. Jadi
memberi makna tentang ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan ilmiah
5. Filsafat ilmu berisi konsep, asumsi, prinsip dan teori ilmu
pengetahuan baik yang bersifat ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ontologi berisi uraian deskriptif suatu benda fisik dan
nonfisik. Epistemologi merupakan prinsip, kaidah dan teori dari
pemikiran baik rasional.
Filsafat meletakkan dasar- dasar suatu pengetahuan, sedangkan
filsafat ilmu adalah pengetahuan yang membahas dasar- dasar wujud
keilmuan yang merupakan pengembangan dari filsafat pengetahuan (ilmu)
dan merupakan cabang filsafat dengan sarana ilmu (pengetahuan) dan
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu itu sendiri.
Karena itu bidang kajian filsafat ilmu adalah :
 Pertanyaan- pertanyaan apa yang disebut ilmu, konsep dasar dan
makna ilmu
 Ciri- ciri apa yang membedakan ilmu dengan pengetahuan lainnya?
Apa ada perbedaan yang jelas metode ilmu rasional (matematika,
mekanika) dengan metode ilmu empiris (fisika, biologi, kimia,
psikologi, sosiologi, dan ekonomi).
 Bagaimana menarik kesimpulan secara benar?
 Sarana- sarana apakah yang diperlukan dalam kegiatan berpikir
ilmiah?

Phylosophy Science

Phylosophyof
science

Source of knowledge:

1.Rasionalisme
Physic
Ontology Epistemology 2.Empirisme
Non Physic
3.Ras Empirisme
Verificative

Scientific
knowledges
Axiology:

Values 1.To explain the


Sciences& Art phenomena

2.to control predict

3.to verify knowledge

4.to apply act

Gbr. Kajian Filsafat Ilmu (Supriyanto 2013)


 Objek filsafat ilmu ada dua, yaitu:
1. Objek material filsafat ilmu adalah objek yang dijadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu
itu. Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri,
yaitu penegtahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
2. Objek formal filsafat ilmu adalah sudut pndang dari sudut mana
sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat
ilmu hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, bagaiman acara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia.

 Manfaat belajar filsafat ilmu antara lain :


1. Sebagai sarana pengujian penalaran alamiah, sehingga menjadi
kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Merupakan metode untuk merefleksi, menguji, mengkritisi,
memberikan asumsi keilmuan.
3. Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

 Fungsi filsafat ilmu dalam kehidupan antara lain :


1. Filsafat ilmu menggiring manusia ke pengertian yang terang dan
pemahaman yang jelas. Kemudian filsafat ilmu juga menuntun
manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret.
2. Filsafat ilmu membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan
dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat
dengan pertanyaan- pertanyaan mendasar.
3. Filsafat ilmu merpakan cabang dari filsafat, oleh karena itu fungsi
filsafat ilmu tidak lepas dari fungsi filsafat secara keseluruhan yaitu
sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
4. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup.
5. Memberikan ajaran moral dan etika dalam kehidupan.
6. Filsafat ilmu mengajak untuk berfikir secara radikal, holistik dan
sistematis, hingga kita tidak hanya ikut- ikutan saja mengikuti
pandangan umum, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan oleh orang lain, mempunyai pendapat sendiri,
dengan cita- cita mencari kebenaran.

Filsafat ilmu juga berfungsi sebagai metode. Makna filsafat ilmu


sebagai metode adalah:
 Filsafat ilmu merupakan metode atau tata cara penulisan karya
ilmiah atau penelitian
 Filsafat ilmu merupakan refleksi filsafat yang tidak pernah
mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah untuk
mencapai kebenaran atau kenyataan
 Filsafat ilmu memberikan landasan berpikir bagaimana ilmu
dikembankan, keterjalinan antaracabang ilmu yang satu dengan
yang lain, memberikan sikap mental (mind set) untuk selalu
bertindak aktif, terhindar dari kecongkakan intelektual, terhindar
dari arus yang memandang kebenaran ilmiah sebagai barang
jadi, selesai dan berhenti dalam kebekuan normatif untuk
diulan- ulang sebagai bahan hafalan.
 Filsafat ilmu melakukan kajian teoritis konsep/ teori ilmu dan
memeriksa asumsinya untuk memperoleh kearifan dan
keakuratan, sehingga diperoleh landasan kebenaran yang kuat.

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu


dalam memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu
sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendeskripsikan relasi
normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni
berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara
sederhana.

C. ILMU SEBAGAI SISTEM PIKIR


Menurut Jujun S Suriasumantri, berfikir merupakan suatu proses
yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian
gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya
sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sehingga
ilmu (pengetahuan) merupakan hasil dari berfikir manusia, dan ilmu
tersebut akan mempengaruhi sitem berpikir manusia tersebut dalam
bertindak.
Pola pikir dan ilmu/ pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi
ciri keutamaan manusia, tanpa ilmu manusia akan sulit berfikir dan tanpa
berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena
itu nampaknya pola pikir dan ilmu mempunyai hubungan yang sifatnya
siklikal.
Gerak sirkuler antara pola pikir dan ilmu pengetahuan akan terus
membesar mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatif,
semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit
berfikirnya, demikian juga semakin rumit aktivitas berfikir semakin kaya
akumulasi ilmu pengetahuannya. Semakin akumulatif pengetahuan
manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk melihat
pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu,
sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula
orang-orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka ini
mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara
radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu
pola pikir dan pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke
dalam :

 Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa


(pengetahuan eksistensial)
 Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan
pengetahuan ilmiah (ilmu)
 Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan
filosofis (filsafat).

Gambar Proses Siklikal berfikir dan ilmu /pengetahuan

Gerak Siklikal antara proses berfikir dengan ilmu pengetahuan akan


terus membesar seiring dengan pengetahuan yang ditemukan melalui
proses berfikir yang terakumulasi, di mana semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki seseorang semakin kompleks pula aktivitas berfikir orang itu
dan sebaliknya, kompleksitas proses berfikir seseorang akan memperkaya
pengetahuannya secara akumulatif. Berawal dari pengetahuan sederhana
yang dihasilkan melalui proses berfikir sederhana, jika dilakukan terus
menerus secara bersistem atau runtut, melalui metode tertentu, dan
universal maka jadilah pengetahuan ilmiah, yang tiada lain adalah suatu
ilmu.

Semua jenis sistem pikir dan pengetahuan tersebut di atas


mempunyai poisisi dan manfaatnya masing-masing, perbedaan hanyalah
bersifat gradual, sebab semuanya tetap merupakan sifat yang inheren
dengan manusia. Sifat inheren berfikir dan berpengetahuan pada manusia
telah menjadi pendorong bagi upaya-upaya untuk lebih memahami
kaidah-kaidah berfikir benar (logika), dan semua ini makin memerlukan
keahlian, sehingga makin rumit tingkatan berfikir dan pengetahuan makin
sedikit yang mempunyai kemampuan tersebut, namun serendah apapun
gradasi berpikir dan berpengetahuan yang  dimiliki seseorang tetap saja
mereka bisa menggunakan akalnya untuk berfikir untuk memperoleh
pengetahuan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan,
sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya (pengetahuan
macam ini disebut pengetahuan eksistensial).

Memiliki ilmu pengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia


untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk itu dalam diri manusia telah
terdapat akal yang dapat dipergunakan berfikir untuk lebih mendalami dan
memperluas pengetahuan. Paling tidak terdapat dua alasan mengapa
manusia memerlukan pengetahuan/ilmu yaitu:
1. Manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah, sementara
binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan
bawaannya.
2. Manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit maupun
eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana
untuk menjawabnya.

Dengan demikian sistem pikir dan ilmu bagi manusia merupakan


instrumen penting untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi
dalam hidupnya di dunia. Berpikir adalah prosedur, cara dan teknik
memperoleh pengetahuan. Meski tidak semua pengetahuan didapatkan
melalui metode atau pendekatan ilmiah, tetapi apa yang disebut dengan
ilmu, harus didapatkan melalui pendekatan dan metode ilmiah.
Sistem berpikir juga akan membentuk sikap yang sistemik dalam
merespon permasalahan (system attitude), yakni suatu pola prilaku yang
tidak menabrak aturan main (rule of game) yang sudah disepakati dalam
satu sistem tertentu. Sebuah aturaan yang ditetapkan dalam sistem
memang bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), namun pada
saat yang sama memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja
sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Sehingga terwujud
sistem pemikiran yang menghasilkan kebenaran dan ketepatan
pengembangan pemikiran dari pola berpikir yang diterapkan untuk
mencapai hasil terbaik yang terarah pada perubahan yang dicitakan
dalam pengembangan ilmu.

Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi


persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu :
1. Pernyataan harus logis
2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman
dan pengetahuan)

Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap


pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta
empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat
menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar
2. Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang
ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik
ilmu ialah rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai
landasannya.
Sistem pemikiran ilmu dalam kerangka berpikir secara holistik
menekankan pada pendekatan pengetahuan filosofis yang memandang
ilmu secara keseluruhan dan mendasar sebagai model pengembangan
berpikir secara teoritikal dalam menganalisis ilmu yang berkembang.
Berpikir teoritikal dalam sistem pemikiran ilmu merupakan suatu pemikiran
yang yang dijadikan landasan berpikir dalam menggambarkan dan
menjelaskan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah pengembangan ilmu.
Pemikiran yang terarah dalam penerapan ilmu tidak terlepas dari
bagaimana pionir ilmu berpikir dan berlaku etis mewujudkannya sesuai
dengan nilai-nilai dalam pemikiran ilmiah dan praktik yang berkaitan
dengan pemanfaatan pengetahuan yang diwujudkan secara profesional
sebagai instrumen yang ampuh dalam ketatalaksanaan pelayanan yang
berkualitas secara organisatoris dan memiliki daya saing keilmuan dalam
bidang ilmu dan ditindaklanjuti dengan penguatan yang inovatif melalui
pengujian ilmu yang mengarah pada uji penalaran berdasarkan data
sebagai fakta konkrit yang dapat menghasilkan konsep baru sebagai
terobosan penting yang adalah bagian yang diutamakan dari proses
revolusi pengetahuan dalam pengembangan ilmu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Keterkaitan antara filsafat dan ilmu adalah bahwa Ilmu pengetahuan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat, karena filsafat
meletakkan dasar- dasar pengetahuan. Oleh karena itu filsafat disebut
mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Pada
hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya
tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada
kebenaran. Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat
pasteriori, kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-
pengujian secara berulang-ulang. Sedangkan filsafat bersifat priori,
yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian.
2. Filsafat ilmu adalah cabang dari filsafat yang khusus membicarakan
tentang ilmu. Bidang ini mempelajari dasar dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk didalamnya antara lain ilmu alam
dan ilmu sosial.Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan
masalah- masalah seperti : apa itu konsep (what : ontologi) dan
bagaimana (how : epistemologi).
Fungsi filsafat ilmu salah satunya menggiring manusia ke pengertian
yang terang dan pemahaman yang jelas, kemudian filsafat ilmu juga
menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret.
3. Menurut Jujun S Suriasumantri, berfikir merupakan suatu proses yang
membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya
sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Sehingga ilmu (pengetahuan) merupakan hasil dari berfikir manusia,
dan ilmu tersebut akan mempengaruhi sitem berpikir manusia tersebut
dalam bertindak.Pola pikir dan ilmu/ pengetahuan merupakan dua hal
yang menjadi ciri keutamaan manusia, tanpa ilmu manusia akan sulit
berfikir dan tanpa berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin
dapat dicapai.
4. Manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya.
5. Berpikir adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh pengetahuan.
Meski tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode atau
pendekatan ilmiah, tetapi apa yang disebut dengan ilmu, harus
didapatkan melalui pendekatan dan metode ilmiah.
6. Berpikir teoritikal dalam sistem pemikiran ilmu merupakan suatu
pemikiran yang yang dijadikan landasan berpikir dalam
menggambarkan dan menjelaskan tentang fakta obyektif dan fakta
ilmiah pengembangan ilmu.
REFERENSI

Burhanuddin, Afid.2014. Pengertian Dan Ruang Lingkup Filsafat


Ilmu-8.
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/07/pengertian dan
ruang lingkup filsafat ilmu-8.html diakses Sabtu,17 September 2016
(05.30 wib)
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung : CV.Mulia Press

Suriasumantri, Jujun S.2011. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar


Populer. Jakarta : Sinar Harapan
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.

Supriyanto, Stevanus. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta : Prestasi


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai