Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ PENGETAHUAN, ILMU DAN FILSAFAT “

Dosen Pembimbing : Teguh Wahyudi, MN dan Team

Disusun Oleh :

Jihan Putri Kusuma Dewi

P1337420417097 / 49

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN BLORA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun makalah

berjudul tentang pengertian pengeathuan, ilmu dan filsafat. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan

Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam penyusunan makalah

ini dapat dilalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta salam, selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang tenang

benderang.

Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para mahasiswa yang

ingin mempelajari Pengetahuan, Filsafat dan Ilmu. Karena Filsafat merupakan al penting dalam

kehidupan manusia.

Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam mempelajari dan

memahami mata kuliah keperawatan gerontik.

Blora, September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami

perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani,

“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat

Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah

(Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu

pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu

pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut

ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran

Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,

sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri

telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu

pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang

melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti

metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan

munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan

baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.

Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu

pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten)

dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan,

sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat

mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual

maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento

Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu

yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu

terapan atau praktis.

Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu

bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena

itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan

pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat

merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup

pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999)

menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau

ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan

pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada

komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi,

epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie,

1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau

tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Filsafat ?

2. Bagaimanakah Kedudukan Filsafat Dalam Pengetahuan ?

3. Bagaimanakah Filsafat Menurut Para Ahli ?

4. Apakah Ciri Berfikir Filsafat ?

5. Bagaimanakah Filsafat Di Masyarakat ?

6. Bagaimanakah Filsafat Dalam Islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian filsafat

2. Mengetahui tentang kedudukan filsafat dalam pengetahuan

3. Mengetahui filsafat menurut para ahli

4. Mengetahui ciri-ciri berfiskir filsafat

5. Mengetahui tentang filsafat di masyarakat

6. Mengetahui tentang filsafat dalam islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Dalam studi-awal filsafat tentu masalah pertama yang harus diselasaikan: apa itu filsafat?

Dengan pertanyaan itu kita memasuki medan filsafat, karena pertanyaan yang dimulai dengan

apa merupakan pertanyaan filsafat. Pertanyaan demikian dijawab dengan pengertian.

Pengertian itu dirumuskan dengan definisi.

Yang jelas, filsafat itu adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah pikirannya,

membentuk suatu sistem pengetahuan, yang kita sebut filsafat dari filosof itu.

B. Pengetahuan dalam filsafat

Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang berasal dari luar manusia. Jenis

pengetahuan yang kedua inilah yang dianggap atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia

dan Alam (yang oleh orang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan

materialisme tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak

mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama itu pengetahuan

Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan, yang dasarnya pemikiran.

Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ini.

Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan.

1. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh, cium. Pengalaman pancar

indra ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan.


2. Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis dan mendalam, disertai riset dan

eksperimen. Hasil berikir dan berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan.

3. Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal, dan universal.

C. Filsafat Menurut Para Ahli

1. Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu

pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).

2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:

Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk

mencapainya.

4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa berbeda dengan Jasad

(The Soul si distinct krom The Brody)

5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan :

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat

yang sebenarnya

D. Ciri Berfikir Filsafat

1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir radikal, berpikir sampai

ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir.

Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya.

Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.
2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah

dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang

teratur.

3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada bagian-

bagian tertentu, tapi mencakup keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai

keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang

ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia

Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum

atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

E. Filsafat di Masyarakat

Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita agar sesuai dengan

perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik dan buruk itu diajarkan oleh agama

kepada kita semua. Agama itu kita warisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran,

dan ulasan tentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi

sebagai filsuf.

Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang mengajarkan aliran faham,

yang membentuk pandangan hidup dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu

mengendalikan laku-perbuatan kita.

Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut gambaran tanggapan

umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah-tengah kita, dalam laku-perbuatan dan

tindakan sehari-hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat


BAB III

KESIMPULAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu

yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal. Pengertian

ini merupakan kumpulan dari pendapat para ahli mengenai filsafat.

Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengetahuan adalah kedudukan filsafat dalam

pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal

memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk

membangun teori ilmiah


DAFTAR PUSTAKA

buckingham, W. (2013). The Philosophy Book. London: DK Pubishing.

Gazalba, S. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Meliono, I. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI.

Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsaafat menurut para ahli. Diambil kembali dari Blog Xandra

Wesly: candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-menurut-para-ahli.

Anda mungkin juga menyukai