Disusun Oleh :
P1337420417097 / 49
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun makalah
berjudul tentang pengertian pengeathuan, ilmu dan filsafat. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan
Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam penyusunan makalah
ini dapat dilalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta salam, selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang tenang
benderang.
Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para mahasiswa yang
ingin mempelajari Pengetahuan, Filsafat dan Ilmu. Karena Filsafat merupakan al penting dalam
kehidupan manusia.
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam mempelajari dan
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
“philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat
Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan
baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu
pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten)
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan,
mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual
maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento
Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu
yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu
bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena
itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie,
1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Dalam studi-awal filsafat tentu masalah pertama yang harus diselasaikan: apa itu filsafat?
Dengan pertanyaan itu kita memasuki medan filsafat, karena pertanyaan yang dimulai dengan
Yang jelas, filsafat itu adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah pikirannya,
membentuk suatu sistem pengetahuan, yang kita sebut filsafat dari filosof itu.
Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang berasal dari luar manusia. Jenis
pengetahuan yang kedua inilah yang dianggap atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia
dan Alam (yang oleh orang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan
materialisme tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak
mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama itu pengetahuan
Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan, yang dasarnya pemikiran.
Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ini.
1. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh, cium. Pengalaman pancar
eksperimen. Hasil berikir dan berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan.
1. Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan:
Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa berbeda dengan Jasad
5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan :
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat
yang sebenarnya
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir radikal, berpikir sampai
Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya.
Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.
2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah
dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang
teratur.
3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada bagian-
bagian tertentu, tapi mencakup keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai
keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang
ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia
Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum
atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.
E. Filsafat di Masyarakat
Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita agar sesuai dengan
perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik dan buruk itu diajarkan oleh agama
kepada kita semua. Agama itu kita warisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran,
dan ulasan tentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi
sebagai filsuf.
Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang mengajarkan aliran faham,
yang membentuk pandangan hidup dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu
Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut gambaran tanggapan
umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah-tengah kita, dalam laku-perbuatan dan
KESIMPULAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal. Pengertian
pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk
Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsaafat menurut para ahli. Diambil kembali dari Blog Xandra
Wesly: candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-menurut-para-ahli.