CLINICAL TRIAL
DISUSUN OLEH:
22221037
A. Konsep Medis
1. Pengertian
a. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat.
b. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
c. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran
usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau
sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir.
2. Klasifikasi
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut
pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh
proses infeksi dari apendiks.
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan
secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh)
dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu
imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain.
Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh,
khususnya saluran cerna.
4. Epidemiologi
a. Richardson (2004) : penelitian di Afrika Selatan menunjukkan angka
kejadian apendicitis :
1) 5/1000 penduduk di pedesaan
2) 9/1000 penduduk di peri urban
3) 18/100 penduduk di perkotaan
b. Addins (1996) : penelitian di USA menunjukkan kejadian apendicitis
tertinggi pada usia 10-19 tahun.
c. Omran (2003) penelitian di Kanada menunjukkan perbandingan apendicitis
pria : wanita adalah 8,8 : 6,2 per 1000 penduduk.
d. Dombal (1994) : penelitian di USA, terjadi penurunan kasus apendicitisdari
100 menjadi 52 per 100.000 penduduk pada tahun 1987-1994.
5. Etiologi
a. Menurut Syamsu Hidayat (2004)
1) Fekalit
2) Tumor appendiks
3) Cacing askaris
4) Erosi mukosa appendiks
5) Hiperplasi jaringan limfe
b. Menurut Mansjoer (2000)
1) Hiperplasi folikel limfoid
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Striktur karena fibrosis
5) Neoplasma
c. Menurut Markum (1996)
1) Fekalit
2) Parasit
3) Hiperplasia limfoid
6. Patofisiologi
Obstruksi intraluminal
Nekrosis
1) Foto polos abdomen setelah enema barium akan nampak jika appendik
tidak terisi oleh kontras dicurigai adanya sumbatan.
2) Ultrasonografi akan terlihat adanya sumbatan atau infeksi.
9. Penataksanaan medik
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan.
Pada abses appendiks dilakukan drainase. Antibiotik dan cairan intra vena
diberikan diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan
setelah diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan di bawah anestesi
umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
10. Komplikasi
a. Peritonitis
b. Ruptur Appendik
c. Syok Hipovolemik
d. Illeus
e. Sepsis
11. Prognosis
Dilakukan tindakan appendiktomy akan lebih baik sebelum terjadi
perforasi.Setelah infeksi masih dapat terjadi infeksi lagi 30% dari kasus
appendik perforasi dan appendik ganggrenosa.
Prognosa mortalitas 0,1% jika appendik tidak pecah,dan 15% jika appendik
pecah.kematian biasanya oleh karena sepsis atau emboli paru.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre op
a. Nyeri Akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi atau
adanya insisi bedah.
b. Hipertermi
c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Intoleransi aktivitas
e. Ansietas
f. Defisiensi pengetahuan
g. Risiko cedera
h. Konstipasi
i. Diare
j. Resiko syok
k. Resiko kekurangan volum cairan
l. Mual, muntah
m.Disfungsi motilitas gastrointestinal
Post op
4. Rencana keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Pre-operatif
a.
dan selama makan
f. Instruksikan untuk
menghindari bau makanan
yang menyengat
Melaporkan g. Kolaborasi pemberian
antiemetik
bebasdari mual
b. Mengidentifikas
c. Nutrisi adekuat
d. Status
hidrasi:hidrasi kulitmembran
mukosabaik, tidak ada
rasahaus yangabnormal,
panas,urin output normal, TD,
HCT normal
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari a. Monitor intake dan output
kebutuhan a. Nutritional status : adequacy b. adanya penurunan BB dan
of nutrient gula darah.
berhubungan dengan
b. Nutritional status : foood and c. Monitor kekeringan,
ketidakmampuan fluid intake rambut kusam, total
untuk memasukkan c. Weight control protein, Hb dan kadar Ht
atau mencerna nutrisi Setelah dilakukan tindakan d. Kaji adanya alergi makanan
oleh karena faktor keperawatan selama ....x24 jam e. Jelaskan pada pasien dan
biologis, psikologis nutrisi kurang teratasi dengan keluarga tentang manfaat
atau ekonomi indikator : nutrisi
f. Anjurkan banyak minum
a. Albumin serum g. Kolaborasi dengan dokter
b. Pre albumin serum tentang kebutuhan
c. Hematokrit suplemen makanan
d. Hemoglobin h. Kolaborasi dengan ahli gizi
e. Total iron binding capacity untuk menentukan jumlah
f. Jumlah limfosit kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
4 Hipertermi NOC : NIC :
berhubungan dengan
penyakit Thermoregulasi a. Monitor tanda vital (TD,
nadi, suhu, RR)
b. Monitor intake dan output
c. Monitor WB, Hb, Hct
Setelah dilakukan tindakan d. Kompres pasien pada lipat
keperawatan selama ....x 24 jam paha dan aksila
pasien menunjukkan suhu tubuh e. Berikan cairan intravena
dalam batas normal dnegan f. Selimuti pasien
g. Berikan antipiretik
kriteria hasil :
a. Suhu 36-37o C
b. Nadi dan RR adlam rentang
normal
c. Tidak ada perubahan warna
kulit dan merasa nyaman
5. Implementasi
Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai strategi tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam masalah keperawatan Apendisitis akan
dilakukan implementasi:
6. Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien dan keluarga
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan ditulis pada catatan
perawat, dilakukan saat setelah selesai tindakan
7. Evaluasi SOAP
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai
waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan yang merupakan rekapan
akhir secara paripurna, catatan naratif, pasien pulang atau pindah. Hasil yang
diharapkan pada pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai
kebutuhanya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E.Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC.
Smeltzer&Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Edisi 8). Jakarta: EGC.
Robbins dan kumar. Buku Ajar Patologi (Edisi 4), Jakarta : EGC
Evelyn C. (1992). Pearce. Anatomi dan Fisiolagi untuk Paramedis. Jakarta :, Gramedia.
Depkes RI. (1995). Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Kasus
N.y D usia 29 tahun datang ke IGD RSUD Palembang BARI pada tanggal 01
November 2021 Jam : 09 :40 dengan keluhan nyeri dibagian bawah perut dengan
skala 3 (0-10) saat pengkajian kesadaran klien composmentis, klien tampak lemas
dan pucat, klien mengeluh nyeri pada bagian perut bagian bawah, dengan
karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan hilang timbul. Selain itu
keluarga klien juga mengatakan susah tidur dan sering terbangun ketika tidur, dan
klien tidak merasa nyaman saat bangun tidur karena nyeri yang ia rasakan.
Dan tidur siang tidak teratur. Klien terpasang infus RL dengan TTV TD : 95/70
II Pertanyaan Klinis
BAB III
ANALISIS JURNAL
1.NAMA PENULIS JURNAL :
Adib-Hajbaghery M, Etri M, Hosseainian M, Mousafi MS
2.TUJUAN PENETIAN :
Apakah akupresur pada P6 berpengaruh pada nyeri, mual dan muntah klien
pasca appendectomy
3.TEMPAT PENELITIAN :
Alzahra Medical Center Iran
5.HASIL :
Pada variable muntah (p = 0,001) sedangkan pada variable nyeri (p >0,05)
di uji dengan analisis t test dan chi square. Dari hasil analisis diasumsikan bahwa
tidak ada pengaruh akupresur p6 terhadap penurunan nyeri dan mual, sedangkan
pada variable muntah ada pengaruh.
analisis t test dan chi square terhadap penurunan nyeri dan mual
sedangkan pada variable muntah ada
pengaruh.
8.VIA
A.Validity
a. Desain : Penelitian mengunakan desain Quasi eksperimental dengan Uji
yang digunakan adalah dengan t test dan chi square
b.Sample :
-Metode pemilihan sampel dalam penelitian tersebut adalah true
eksperimental
-Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi
C.HASIL
1.Apakah hasil penelitian dapat diimplementasikan dikeperawatan?
Jawab : Hasil penelitian tersebut dapat diimplentasikan dalam perawatan post operasi
dalam pengurangan muntah pasca operasi
BAB IV
KESIMPULAN
tidak ada pengaruh akupresur pada P6 terhadap penurunan nyeri dan mual
sedangkan pada variable muntah ada pengaruh. Hasil penelitian tersebut dapat
diimplentasikan dalam perawatan post operasi dalam pengurangan muntah pasca
operasi.