A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang
dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
dapat berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat
darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. (Mu’ah, 2014).
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan jasa, jasa berbeda dengan barang. Pelayanan tidak
lagi hanya berfokus pada kepuasan pasien tetapi lebih penting adalah keselamatan pasien
(Patient Safety). Harapan pelayanan profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada
keselamatan (safety) dan kepuasan pasien dapat terlaksana. Rumah sakit merupakan
organisasi yang berisiko tinggi terhadap terjadinya insiden keselamatan pasien yang
diakibatkan oleh kesalahan mansuia.Ada beberapa insiden dirumah sakit yang terkadang
tidak diperhatikan, salah satu insidennya yaitu pasien jatuh pada saat dirawat inap di
rumah sakit (Oktaviani, 2015) dalam (Sulastri, dkk. 2020). tar Belakang Rumah sakit
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien yang menjamin patient safety
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Salah satu indikator patient safety adalah
pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (WHO, 2012).
Perawat adalah profesi yang dalam asuhan dan pelayanannya berada paling lama
dan paling dekat dengan pasien. Berada di sisi klien membuat perawat lebih mengerti
tentang apa yang dirasakan dan dibutuhkan klien terkait kesejahteraan kesehatannya.
Tuntutan profesi dan juga naluri seorang perawat yang harus berada di dekat klien
membuat perawat rentan menginfeksi dan juga terinfeksi. Hal ini tentu harus diperhatikan
secara khusus oleh pihak terkait yang terlibat dalam pemberian tindakan medis tidak
hanya di rumah sakit tetapi di setiap fasilitas kesehatan. Satu-satunya upaya yang dapat
dilakukan agar tidak menginfeksi dan terinfeksi adalah dengan cara memutus rantai
infeksi tersebut. Apabila rantai ini terus berlanjut maka tidak hanya keselamatan perawat
yang terancam, tetapi juga seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga, atau orang lain
yang memiliki kontak dengan perawat. (Oktaviany, Ria. 2020). Perawat selain dalam
memberikan asuhan pelayanan keperawatan, perawat juga dapat berperan untuk memutus
rantai infeksi baik di rumah sakit, puskesmas ataupun tempat perkerjaan lainnya. Perawat
mencegah terjadinya infeksi dengan cara memutuskan rantai penularan infeksi (Craven &
Hirnle, 2007).
Infeksi nosokomial atau HealthcareAssociated Infections (HAIs) adalah infeksi
yang terjadi di rumah sakit dan menyerang pasien yang sedang dalam proses perawatan,
yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk rumah sakit.
Rumah sakit merupakan tempat untuk mencari kesembuhan namun juga merupakan
sumber infeksi. Rumah sakit memiliki risiko tinggi menjadi tempat penyebaran infeksi
karena populasi mikroorganisme yang tinggi. Mikroorganisme ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit seperti lantai, air, udara, perabotan rumah sakit,
peralatan non medis bahkan pada makanan dan peralatan medis (Caroline, Waworuntu, &
Buntuan, 2016).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah
upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat
HAIS adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien
pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2017).
Prevalensi HAIs di rumah sakit dunia mencapai 9% atau kurang lebih 1,40 juta
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia terkena infeksi nosokomial. Penelitian
yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,70% dari 55 rumah sakit di 14
negara yang berada di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan
adanya HAIs. Prevalensi HAIs paling banyak di Mediterania Timur dan Asia Tenggara
yaitu sebesar 11,80% dan 10% sedangkan di Eropa dan Pasifik Barat masingmasing
sebesar 7,70% dan 9% (Kurniawati, Satyabakti, & Arbianti, 2015). Penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,80%
pasien rawat inap mendapatkan infeksi nosokomial (HAIs). HAIs yang paling sering
terjadi adalah infeksi daerah operasi (IDO), infeksi saluran kemih (ISK), infeksi saluran
napas bawah, dan infeksi aliran darah primer (IADP) (Achmad, 2017).
Kejadian Infeksi Nosokomial sebenarnya dapat dicegah bila pelayanan kesehatan
secara konsisten melaksanakan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan
kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan (Permenkes No 27, 2017).
Menurut Darmadi (2008), sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari
pengunjung, petugas rumah sakit, pasien atau lingkungan rumah sakit. Dalam hal
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah
Padangsidimpuan, rumah sakit telah menetapkan berbagai kebijakan terkait dengan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, yaitu dengan menerapkan jam berkunjung dan
membatasi jumlah pengunjung.
Menurut Nursalam (2012), upaya dalam mencegah infeksi nosokomial yaitu
dengan cara Universal Precaution. Unsur Universal Precaution meliputi mencuci tangan,
alat pelindung diri yang sesuai, pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk
membuang jarum suntik, bekas botol ampul, dan sebagainya). Penerapan Universal
Precaution tidak terlepas dari peran masingmasing pihak yang terlibat yaitu pimpinan
rumah sakit beserta staf administrasi, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya, serta
para pengguna jasa rumah sakit, seperti pasien lain dan pengunjung. Perawat memiliki
peran yang sangat penting dalam pencegahan infeksi nosokomial karena perawat
merupakan petugas yang kontak paling lama dengan pasien bahkan sampai 24 jam penuh.
Perawat juga dapat mengambil peran yang cukup besar dalam memberikan kontribusi
kejadian infeksi nosokomial (Nursalam, 2012). Menurut WHO (2002), perawat
diharapkan memiliki peran dalam pencegahan infeski nosokomial yaitu dengan menjaga
lingkungan rumah sakit, menjaga kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelingdung Diri
(APD), melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi, pelaksanaan isolasi
pasien penyakit menular, membatasi infeksi yang berasal dari pengunjung.
Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dengan cara memutus rantai
penularan infeksi merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan
penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung pada ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan. (Kemenkes RI, 2011), (KARS, 2012).
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang
bersifat konstan. ( Pusdik SDM Kesehatan).
Perawat selain dalam memberikan asuhan pelayanan keperawatan, perawat juga
dapat berperan untuk memutus rantai infeksi baik di rumah sakit, puskesmas ataupun
tempat perkerjaan lainnya. Perawat mencegah terjadinya infeksi dengan cara
memutuskan rantai penularan infeksi (Craven & Hirnle, 2007).
Berdasarkan masalah yang terjadi membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisis peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) di RS Muhammadiyah Palembang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah “Peran Perawat Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di
RS Muhammadiyah Palembang”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) di RS Muhammadiyah Palembang
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) di RS Muhammadiyah Palembang
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dan informasi
bagi mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
dalam peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di RS
Muhammadiyah Palembang
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai informasi dan masukan untuk mengetahui peran perawat dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di RS Muhammadiyah Palembang
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dalam melaksanakan peran perawat dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi (PPI) di RS Muhammadiyah Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usahauntuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain (Raymon, 2012). Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok kearah tujuan yang baik (Terry, 2006). Manajemen keperawatan menurut
Nursalam (2002) dalam Bakri (2017) Merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap pasien
(Gilles dalam Mugiarti, 2016). Menurut (Asmuji, 2014) manajemen keperawatan
merupakan suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya
yang efektif.
E. Praktik Keperawatan
1. Definisi
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri professional melalui kerjasama
berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggungjawab perawat
(Menkes RI, 2014). Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat (Nursalam, 2011). Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.Praktik Keperawatan adalah
pelayanan yang diselenggarakan Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam
merawat dirinya (Potter & Perry, 2010).
2. Pendidikan Perawat
Perawat terdiri dari perawat vokasi (Ahli Madya) dan perawat profesi (nurse,
nurse spesialis). Perawat vokasi adalah seseorang yang telah menyelesaikan
Pendidikan jenjang Diploma Tiga Keperawatan setelah lulus
SMU.Nurseadalahtenaga keperawatan profesional yang telah menyelesaikan
pendidikan profesi.Nursespesialis adalah sesorang yang telah menyelesaikan
pendidikan profesi keperawatan spesialis. Nurse Spesialis dapat memiliki tingkatan
pengakuan kepakaran dari kolegium spesialis sebagai Spesialis Konsultan (Nursalam,
2011).
3. Peran Perawat Peran perawat profesional adalah sebagai berikut:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Giver) Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan
tidak langsung, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan (Nursalam, 2011).
b. Pembela Untuk Melindungi Pasien (Client Advocate) Perawat berfungsi sebagai
penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan, membela kepentingan pasien dan pasien memahami informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan dengan pendekatan tradisional maupun
profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani pasien (Potter & Perry, 2010).
c. Pemberi Bimbingan atau Konseling (Counselor) Tugas utama perawat adalah
mengidentifikasi perubahan pola interaksi pasien terhadap keadaan sehat-
sakitnya. Pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan bimbingan pasien, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas (Nursalam, 2011).
d. Pendidik Pasien (Educator) Perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan terkait keperawatan dan tindakan
medik yang diterima sehingga pasien/keluarga dapat menerima tanggung jawab
terhadap hal yang diketahuinya. Perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan
lain sebagainya (Nursalam, 2011).
e. Koordinator dalam memanfaatkan sumber potensi pasien (Coordinator) Perawat
memanfaatkan semua sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun
kemampuan pasien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang
terlewatkan maupun tumpang tindih. Perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4) Memberikan informasi terkait pelayanan keperawatan.
f. Sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk untuk mengadakan perubahan-
perubahan (Change agent) Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi
dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan
pasien atau keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan pasien dan cara
memberikan perawatan kepada pasien (Potter & Perry, 2010).
g. Sumber informasi yang membantu memecahkan masalah (Consultan) Elemen ini
secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan pasien terhadap informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Peran ini dapat dikatakan bahwa
perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik pasien
(Potter & Perry, 2010).
h. Kolaborasi (Collaborator) Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Salah satu bentuk kolaborasi adalah
pemberian obat kepada pasien (Nursalam, 2011).
F. Kerangka Teori
Pengetahuan
Peran Perawat dalam
pencegahan dan pengendalian
Sikap
infeksi (PPI)
Dukungan
Fasilitas
H. Telaah Jurnal
Pada analisis Peran Perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, didapat beberapa artikel penelitian sebagai
sumber utama yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan relevansi dengan tujuan Studi
Kasus yang mana sumber database pencarian elektronik dari masing-masing jurnal
berasal dari Google schoolar yang dapat diakses dengan fulltext, HTMl full text, science
direct dan Scihub dalam format pdf. Pencarian artikel dilakukan dengan metode PICO
dan dianalisis dengan metode VIA. Berikut ini merupakan beberapa tahapan yang
menjelaskan tentang pencarian artikel.
1. Pertanyaan klinis
Bagaimana Peran Perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi ?
2. Kata kunci
P (Problem/Population) : infeksi
I (Intervention) : peran
C (Comparison) :-
O (Outcome) : pengendalian
3. Kriteria Artikel
Terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemilihan referensi studi kasus ini, yaitu:
a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan meliputi peran
perawat dalam pencegahan pengendalian infeksi
b. Artikel yang berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris serta dalam bentuk fulltext dan
dapat diakses dengan fulltext, HTMl full text, science direct dan Scihub dalam format
pdf.
c. Artikel/jurnal yang dirujuk sudah terpublikasi dengan rentang waktu yang dimulai
pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.
d. Sumber pencarian jurnal/artikel berasal dari database elektronik seperti ebsco, google
schoolar, proquest, pubmed, science direct dan balai pustaka.
Adapun beberapa kriteria eksklusi dalam pemilihan referensi studi kasus ini, yakni
artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, dan artikel yang tidak membahas mengenai
peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
4. Searching Literatur (jurnal)
Penelusuran yang digunakan dalam mencari jurnal/artikel menggunakan database
elektronik yang dapat diakses yakni Google schoolar yang dapat diakses dengan
fulltext, HTMl full text, science direct dan Scihub dalam format pdf. kata kunci tiap
variabel yang dipilih database yakni intervensi water tepid sponge dengan hasil 140
artikel yang muncul, kemudian akan dieliminasi berdasarkan tahun terbit yakni tahun
2016 sampai dengan 2021 dengan hasil pencarian sebanyak 100 artikel, dieliminasi
berdasarkan jalan akses dengan fulltext, HTMl full text, science direct dan Scihub dalam
format pdf sejumlah 25 artikel. Pada 25 artikel ini akan dieliminasi dan dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapat 10 artikel. Pada 10 artikel ini akan di
baca dan dipilih terkait dengan tujuan penulisan Studi Kasus dan berfokus pada
intervensi maka di dapat 5 artikel yang digunakan sebagai sumber utama dalam
penyusunan telaah jurnal Studi Kasus.
Tabel 2.2 Daftar Referensi Artikel
No Penulis Judul P (Problem/ Population) I (Intervention) C (Comparation) O (Outcome)
1. Abonda, Peran Perawat Infeksi nosokomial atau saat Intervensi pada Tidak ada Hasil penelitian Peran perawat
Hafiz Dalam ini lebih dikenal dengan penelitian ini yaitu pelaksan dalam mengendalikan
Rahmad, Mengendalika Health-care Associated setiap responden tingkat kejadian infeksi
Elly n Tingkat Infections (HAIs) adalah akan diberikan phlebitis di ruang rawat inap
Wardani Kejadaan penyebab paling penting kuisioner . Penelitian Rumah Sakit Banda Aceh
(2018) Infeksi mortalitas dan morbiditas ini bertujuan untuk berada pada kategori baik
Phlebitis Di pasien di rumah sakit. Salah mengetahui peran (69,9%). Peran perawat
Ruang Rawat satu infeksi nosokomial yang perawat sebagai pendidik dalam mengendalikan
Inap Rumah sering didapatkan pasien di perawat pelaksana tingkat kejadian infeksi
Sakit rumah sakit dari terapi dan perawat phlebitis di ruang rawat inap
intravena adalah phlebitis. pendidik dalam Rumah Sakit Banda Aceh
Infeksi nosokomial yang mengendalikan berada pada kategori baik
disebabkan oleh petugas tingkat kejadian (72,6%).
kesehatan termasuk perawat infeksi phlebitis di
salah satunya, terjadi karena ruang rawat inap
ketidak patuhan dalam Rumah Sakit Banda
penerapan prinsip standard Aceh.
precautions. Populasi pada
penelitian ini adalah sebanyak
73 responden yang berprofesi
sebagai perawat pelaksana
diruang rawat inap Rumah
Sakit Banda Aceh.
2. Romiko Analisis Infeksi nosokomial sangat Pada penelitian ini Tidak ada Hasil penelitian
(2020) Kepatuhan berpengaruh terhadap kondisi pengumpulan data 1. Sebagian besar informan
Perawat kesehatan pasien secara melalui wawancara menyatakan bahwa perawat
Terhadap menyeluruh dan dapat mendalam, studi sudah baik dalam menjaga
Pencegahan meningkatkan morbiditas dokumentasi dan kebersihan rumah sakit, namun
Dan serta mortalitas. Kejadian observasi, untuk dari hasil observasi ternyata
Pengendalian infeksi nosokomial di Rumah menganalisis hanya sebagian kecil perawat
Infeksi Di Sakit Muhammadiyah kepatuhan perawat yang melakukannya dengan
Rumah Sakit Palembang masih banyak terhadap pencegahan maksimal.
Muhammadiya ditemukan, kepatuhan dan pengendalian 2.Sebagian besar informan
h Palembang perawat dalam mencegah dan infeksi di Rumah mengungkapkan bahwa
mengendalikan infeksi Sakit perawat sudah baik dalam
merupakan faktor yang sangat Muhammadiyah melaksanakan cuci tangan,
penting dalam pencegahan Palembang serta namun dari hasil observasi
terjadinya infeksi determinanya. hanya sebagian perawat yang
nosokomial. mengikuti aturan 6 langkah dan
Populasi pada penelitian ini 6 waktu cuci tangan dengan
adalah 3 orang perawat prosedur yang benar.
pelaksana, 3 orang kepala 3. Sebagian informan
ruangan dan 1 orang perawat berpendapat bahwa kepatuhan
PPIRS. perawat dalam menggunakan
alat pelindung diri sudah
tergolong baik, namun dari
hasil observasi, ternyata hanya
sebagian kecil perawat yang
menggunakan APD dengan
tepat dan sesuai prosedur.
4.Sebagian besar informan
menyatakan bahwa kepatuhan
perawat masih kurang baik
dalam melakukan teknik
aseptik sesuai prosedur, begitu
juga dengan hasil observasi
5.Dalam melapor kepada
dokter jika ada tanda dan gejala
infeksi, hampir semua
informan menegaskan bahwa
perawat pada umumnya sudah
baik. Walaupun`hasil observasi
menemukan masih ada perawat
yang belumn melapor kepada
dokter sesuai prosedur.
6. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dan
hasil observasi, sebagian
perawat masih kurang baik
dalam melakukan isolasi
terhadap pasien dengan
penyakit menular
7. Sebagian besar informan
mengungkapkan bahwa
kepatuhan perawat dalam
membatasi paparan pasien
terhadap infeksi yang berasal
dari pengunjung sudah
tergolong baik. Namun, dari
hasil observasi hanya sebagian
kecil perawat yang
melakukannya sesuai prosedur.
8. Sebagian besar informan
menyatakan bahwa kepatuhan
perawat dalam
mempertahankan keamanan
peralatan dan perlengkapan
perawatan dari penularan
infeksi nosocomial tergolong
baik. Namun, dari hasil
observasinya ternyata hanya
sebagian kecil perawat yang
melakukannya sesuai prosedur.
3. Widyastuti Hubungan Pencegahan HAIs bisa Pengumpulan data Tidak ada 1. Sebagian besar usia perawat
, Monna. Karakteristik dipengaruhi oleh perilaku dilakukan dengan dewasa muda melaksanakan
2018 Dan seseorang dalam pembagian pencegahan HAIs di
Pengetahuan menyikapinya. perilaku kuisioner, Untuk Instalasi Rawat Inap Rumah
Perawat seseorang dipengaruhi dan rumah sakit, melalui Sakit dr. Reksodiwiryo
Dengan ditentukan oleh pengetahuan, Komite Pencegahan Padang. Secara statistik
Pencegahan sikap, kepercayaan, dan dan Pengendalian diperoleh p value 1,000.
Healthcare karakteristik individu. Infeksi dalam 2. Sebagian besar perawat
Assosiated Perawat selalu terpapar oleh memberikan berjenis kelamin laki-laki
Infections Di mikroorganisme saat bekerja, dukungan dan melaksanakan pencegahan
Instalasi Rawat mikroorganisme tersebut melakukan HAIs di Instalasi Rawat
Inap Rs sangat berbahaya bahkan ada pembinaan kepada Inap Rumah Sakit dr.
Dr.Reksodiwir yang menyebabkan kematian. tenaga keperawatan Reksodiwiryo
yo Padang Populasi pada penelitian tentang pentingnya Padang.Secara statistik
Tahun 2017 adalah perawat yang bekerja memahami dan diperoleh p value 0,185.
diruang rawat sebanyak 89 melaksanakan 3. Sebagian besar perawat
orang. pencegahan HAIs, tingkat pendidikan
sehingga kualitas vokasional melaksanakan
pelayanan pencegahan HAIs di
keperawatan yang Instalasi Rawat Inap Rumah
bermutu dapat Sakit dr. Reksodiwiryo
dipertahankan dan Padang.Secara statistik
ditingkatkan. diperoleh p value 1,000.
4. Sebagian besar perawat
senior melaksanakan
pencegahan HAIs di
Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit dr. Reksodiwiryo
Padang. Secara statistik
diperoleh p value 0,687.
5. Sebagian besar perawat
berpengetahuan baik
melaksanakan pencegahan
HAIs di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit dr.
Reksodiwiryo Padang.
Secara statistik diperoleh p
value 0,129.
Tabel 2.3 Telaah Jurnal Metode VIA
No Judul Artikel VIA
1. Peran Perawat Dalam Validity
Mengendalikan Tingkat a. Desain, Desain pada penelitian ini menggunakan desain
Kejadaan Infeksi Phlebitis Cross Sectional Study .
Di Ruang Rawat Inap b. Sampel, Sampling pada penelitian ini yaitu sebanyak 73
Rumah Sakit. (Abonda, responden
Hafiz Rahmad, Elly c. Randomisasi, pada penelitian tersebut tidak dilakukan
Wardani. 2018) randomisasi dalam pengambilan sampel.
Applicability
Dalam penelitian ini menujukkan hasil bahwa peran perawat
dalam mengendalikan tingkat kejadian infeksi phlebitis diruang
rawat inap RS banda acrh berada dalam kategori baik dengan
nilai (69,9%), sedangkan peran perawat pendidik dalam
mengendakalikvn tingkat kejadian infeksi phlebitis diruang
rawat inap RS banda aceh berada pada kategori baik dengan nilai
(72,6%).
2. Analisis Kepatuhan Validity
Perawat Terhadap a. Desain, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
Pencegahan Dan dengan pendekatan interaktif .
Pengendalian Infeksi Di b. Sampel, informan pada penelitian ini sebanyak tiga orang
Rumah Sakit perawat pelaksana, tiga orang kepala ruang, dan satu orang
Muhammadiyah perawat PPIRS.
Palembang c. Randomisasi, pada penelitian tersebut tidak dilakukan
Romiko. (2020) randomisasi dalam pengambilan sampel.
Applicability
Dalam penelitian ini menujukkan hasil bahwa informasi yang
diberikan oleh perawat sedikit berbeda dengan hasil observasi
dari peneliti. Hal ini bervrti bahwa masih banyak perawat yang
tidak patuh dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di
RSMP.
3. Hubungan Karakteristik Validity
Dan Pengetahuan Perawat a. Desain, jenis penelitian ini adalah cross secsional study
Dengan Pencegahan b. Sampel, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
Healthcare Assosiated pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RS Dr.
Infections Di Instalasi Reksodiwiryo, dengan jumlah 117 orang perawat, jumlah
Rawat Inap Rs sampel yang diperlukan sebanyak 89 perawat .
Dr.Reksodiwiryo Padang c. Randomisasi, pada penelitian tersebut tidak dilakukan
Tahun 2017. randomisasi dalam pengambilan sampel.
Widyastuti, Monna. (2018)
Importance dalam Hasil
a. Karakteristik Subjek, pada artikel ini memiliki karakteristik
subjek, meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja.
b. Beda Proporsi, berdasarkan Usia, Dewasa muda sebanyak 87
orang (97,8%) dan usia madya sebanyak 2 orang (2,2%).
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 9 orang
(10.1%) dan permpuan sebanyak 80 orang (89,9%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, Vokasional sebanyak 55
orang (61,8%), Profesional sebanyak 34 orang (38,2%).
Berdasarkan lama bekerja, Senio sebanyak 26 orang (29,25),
Junior sebanyak 63 orang (70,8%).
c. Beda Mean, hubungan usia dengan pencegahan Hai yaitu,
dewasa muda lebih baik melaksanakan pencegahan hais
dibanding dewasa madya yaitu 9,2% berbanding 8%. Pada
jenis kelamin laki-laki lebih baik melaksanakan pencegahan
HAIs dibanding perempuan yaitu 22,2% berbanding 7,5%.
Pada tingkat pendidikan vokasional lebih baik melaksanakan
pencegahan HAIs dibanding tingkat pendidikan professional
yaitu 9,1% berbanding 8,8%. Pada lama bekerja senior lebih
baik melaksanakan pencegahan HAIs dibanding junior yaitu
11,5% berbanding 7,9%. Pada pengetahuan baik
melaksanakan pencegahan HAIs dibanding pengetahuan tidak
baik yaitu 20% berbanding 6,8%
d. Nilai p value, pada hasil penelitian disebutkan bahwa hasil
pada setiap karakteristik responden yaitu p>0,05 yang
artinya todak terdapat perbedaan yang bermakna.
e.
Applicability
Dalam penelitian ini menujukkan hasil bahwa usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, lamanya bekerja dan pengetahuan
perawat tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara
statistik. Ini berarti bahwa perlu dilvkukan supervisi, pelatihan
serta peran dan fungsi tim agar kepatuhan perawat dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi dapat diterapkan.
BAB III
METODOLOGI
A. Desain
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban. Desain penelitian mengacu pada jenis atau
macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan, serta berperan sebagai alat dan
pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Desain penelitian membantu peneliti untuk
mendapatkan jawaban dari penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi,
2015). Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini merupakan deskriptif
dalam bentuk studi kasus, yaitu pelaksanaannya berfokus pada satu kasus tertentu yang
diamati dan dianalisis secara cermat sampai dengan tuntas. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan discharge
planning. Studi kasus departemen manajemen keperawatan yang memfokuskan pada
analisis peran perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
muhammadiyah palembang
E. Pengumpulan data
Data yang di kumpulkan dari pengkajian tersebut meliputi nama tenaga kesehatan
(perawat, bidan dan dokter), jenis kelamin, umur, di rumah sakit X. Instrumen dalam
studi kasus ini berupa : kuisioner, Cara pengambilan data dengan melakukan pengkajian
langsung ke tenaga kesehatan.
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara observasi,
wawancara melalui anamnesa (pengkajian dengan wawancara langsung dengan perawat,
bidan dan dokter), pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak (Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari tenaga
kesehtan, seperti keadaan wastafel, air dan sabun dan juga mengobservasi hasil
tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya tenaga kesehatan setelah kontak
dengan pasien melakukan hand hygiene tidak.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur
kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan mengarah sesuai dengan
format pengkajian. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas
(keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi kebebasan untuk
mengolah sendri pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan
responden secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data identitas, keluhan
pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari pasien.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
2. Rahasia (Privacy)
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, pengumpulan data meyakinkan kepada
klien bahwa pastisipasinya dalam pengumpulan data ini hanya untuk mengumpulkan
data dan informasi yang telah diberikan dan meyakinkan bahwa data atau informasi
responden dijamin hanya pengumpulan data dan pengetahuan. Pasien diberikan
informasi mengenai tujuan pengumpulan data, yaitu hanya untuk keperluan Studi
Kasus dan tidak menyebarluaskan mengenai informasi yang telah di dapat.