Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI


Jl. Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO, BANTUL 55714

Telp. (0274) 367381, 367386, Dir: 367507, Fax. (0274) 367506

Website : http//www.rsudps-bantulkab.go.id

E-Mail: rsudps@bantulkab.go.id

PROGRAM KERJA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
TAHUN 2014

KOMITE PPI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PROGRAM KERJA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
TAHUN 2014
I. PENDAHULUAN
Program pencegahan dan pengendalian infeksi RS (PPIRS) sangat penting untuk di
laksanakan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, sebagai tempat
pelayanan kesehatan disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan yang berfokus pada
keselamatan untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko
tertularnya infeksi karena di rawat, bertugas atau berkunjung ke suatu rumah sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit sebagai salah satu sarana yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.oleh karena itu rumah sakit di tuntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah di
tentukan.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainya perlu di terapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI),
yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi. Hal ini penting sebagai bagian dari resiko terhadap
muncul dan berkembangnya berbagai penyakit dan infeksi baru (new emerging,emerging
desease,dan re emerging disease), wabah atau kejadian luar biasa (KLB). Penyakit infeksi
yang sulit di perkirakan datangnya perlu di waspadai dengan peningkatan upaya pencegahan
serta pengendaliannya. Infeksi nosokomial atau infeksi rumah sakit yang terjadi dapat di
kendalikan ataupun di cegah dengan implementasi langkah langkah yang sesuai dengan
prosedur yang berlaku.

Infeksi rumah sakit/ nosokomial atau yang sekarang disebut Healthcare


Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi selama proses perawatan dirumah
sakit atau difasilitas pelayanan kesehatan lainnya, saat masuk pasien tidak ada infeksi atau
tidak dalam masa inkubasi, infeksi didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang. Juga
infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi karena pekerjaan (Kem.Kes. RI 2007).

Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di


rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi yang di peroleh di rumah sakit, baik
karena perawatan, bertugas atau datang berkunjung ke rumah sakit. Angka infeksi
nosokomial terus meningkat mencapai sekitar 9 % (variasi 3- 21 %) atau lebih dari 1,4 juta
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia ( al varado,2000). Hasil survei point
prevelensi 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang di lakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Prof . Dr Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 di dapatkan angka
infeksi nosokomial untuk ILO 18,9 % ISK 15,1 %, IADP 26,4 %, PNEUMONIA 24,5%,
dan infeksi salluran nafas lain 15,1% serta infeksi lain 32,1%.

Kementrian Kesehatan RI telah menerbitkan pedoman standar pelayanan minimal RS


mencakup berbagai sasaran termasuk dalam bidang PPIRS untuk mendukung peningkatan
mutu pelayanan di RS. Disamping itu juga kementrian kesehatan telah menyusun dan
menerbitkan pedoman managerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainya serta pedoman tata laksana pencegahan dan
pengendalian infeksi, pada tahun 2007 yang di perbaharui tahun 2009, pedoman ini
merupakan salah satu faktor sangat penting bagi RS untuk mendapatkan dukungan
manajerial serta menggalang komitmen dari seluruh civitas hospitalia.

Infeksi rumah sakit/ nosokomial atau HAIs adalah infeksi yang di dapat atau timbul pada
waktu pasien di rawat rumah sakit ( CDC 2007, WHO 2009, DEPKES 2007 ).

Suatu infeksi di katakan di dapat di rumah sakit bila :

1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda /gejala atau tidak masa dalam inkubasi
infeksi tersebut.
2. Infeksi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien di rawat .
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi di sebabkan oleh mikro organisme yang berbeda
dari mikro organisme pada saat masuk rumah sakit atau mikro organisme penyebab
sama tetapi lokasi infeksi berbeda (Kusnanto 1997; Depkes 2003 ).

Kejadian HAIs akan memberikan dampak sangat luas baik bagi rumah sakit maupun
pasien, masyarakat pengguna jasa rumah sakit. Adapun dampak dari HAIs dapat
menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian pasien, selain itu dapat
menyebabkan kerugian lain seperti :

 Perpanjangan hari rawat (LOS meningkat)


 Biaya perawatan dan pengobatan bertambah
 Mutu pelayanan menururn
 Citra rumah sakit menurun dan Kesempatan merawat penderita lain berkurang
 Produktifitas dan pendapatan RS maupun pasien menurun.
 Rasa tidak aman, tidak nyaman bagi pasien
 Resiko cacat fisik, mental dan sosial ekonomi.
 Dapat berakibat tuntutan hukum.
Disamping rumah sakit ikut berperan dalam hal terjadinya infeksi nosokomial, faktor
faktor individu pasien banyak menentukan timbul atau tidaknya infeksi tersebut beberapa
penyakit dan kondisi medis tertentu yang di alami pasien merupakan faktor predisposisi
infeksi nosokomial, infeksi nosokomial yang mikrobanya berasal dari pasien sendiri
(endogen) merupakan infeksi yang secara potensial tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
pencegahan yang memadai.

Fakta yang ada dirumah sakit menunjukan bahwa:

 Penderita yang di rawat dengan penyakit kronis dapat mengalami lebih dari satu jenis
infeksi nosokomial;
 Jenis infeksi nosokomial dan penyebabnya antara satu rumah sakit dengan rumah
sakit lain mempunyai kemiripan baik dari segi penyebabnya maupun proses
kejadiannya;
 Infeksi nosokomial sering terjadi dan menjadi problem utama rumah sakit Negara
berkembang maupun di Negara maju ;

HAIs dapat terjadi pada setiap unit di rumah sakit, pada umumnya terjadi pada pelayanan
medis dimana pasien ditangani dan mendapat tindakan invasif. Pengendalian infeksi di RS
akan berhasil apabila setiap petugas di rumah sakit sebagai pelaksana sehari-hari mengetahui
dan dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
mencegah dan mengendalikan infeksi ke tingkat yang serendah-rendahnya. Untuk itu perlu
dilakukan kegiatan pencegahan infeksi secara berkesinambungan melalui pengendalian mutu
dari tiap unit kerja yang terkait,yang berpotensi dapat menimbulkan terjadinya infeksi.

RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagai rumah sakit tipe B milik Pemda Bantul
merupakan salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan umum/
pelayanan publik. Berbagai layanan kesehatan diantaranya penyakit dalam, bedah,
kebidanan, anak dan sebagainya, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Masyarakat
yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung rumah sakit di
hadapkan pada resiko terjadinya infeksi yang disebut infeksi rumah sakit, oleh karena itu
RSUD Panembahan Senopati Bantul dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul pencegahan dan pengendalian infeksi dimulai
tahun 2009, dengan pembentukan Komite Pengendalian Infeksi Nosokomial (Komite PPI).
Dalam perjalanannya Komite PPI dirasa kurang berjalan dengan maksimal oleh karena
berbagai hal. Tahun 2014 dalam rangka menghadapi Akreditasi RS Versi 2012 dilakukan re-
organisasi Komite dan Tim PPI, dan sesuai dengan kapasitas RS 296 TT telah ditunjuk 2
orang perawat pencegah dan pengendali infeksi purna waktu (IPCN Purna Waktu) .
Terkait dengan hal itu diperlukanlah kerangka acuan program pencegahan dan
pengendalian infeksi di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2014 agar semua
kegiatan bisa berjalan dengan optimal.

II. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM PROGRAM PPI
Tercapainya kondisi lingkungan RS yang memenuhi persyaratan agar menjamin
pengendalian dan pencegahan infeksi dan membantu proses tata laksana klinis serta
penyembuhan pasien secara efisien sebagai bagian upaya rumah sakit dalam peningkatan
mutu pelayanan yang berfokus pada keselamatan.

b. TUJUAN KHUSUS
1. Memperpendek lama hari perawatan di rumah sakit
2. Memberi peluang bagi pasien baru untuk mendapatkan perawatan
3. Mengurangi biaya perawatan dan pengobatan
4. Meminimalkan angka kejadian infeksi : IADP, VAP/ HAP, ISK, SSI, Plebitis,
Dekubitus.
5. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien dan petugas Rumah Sakit

6. Mengurangi terjadinya resiko cacat fisik


7. Mencegah resiko infeksi kepada petugas yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dan memberikan rasa aman.
8. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di rumah sakit.
9. Meningkatkan patient safety, kenyamanan dan kepuasan pasien, keluarga dan
masyarakat.
10. Meningkatkan citra rumah sakit.

III. KEGIATAN PROGRAM PPI


A. KEGIATAN POKOK
Manajemen PPI yang merupakan kegiatan untuk mengendaliakan infeksi terkait dengan
pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembinaan,
monitoring evaluasi serta pelaporan

B. RINCIAN KEGIATAN
1. Menyusun rencana kerja tahunan
Rencana kerja tahunan disusun pada awal tahun sebagai panduan dalam pelaksanaan
program PPI.
2. Merevisi/ Membuat kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUD
Panembahan Senopati Bantul, antara lain :
a. Kebijakan PPI rumah sakit
b. Kebijakan tentang hand hygiene
c. Kebijakan tentang pembuangan dan pengelolaan sampah
d. Kebijakan tentang Isolasi Pasien
e. Kebijakan tentang pelayanan Sterilisasi
f. Kebijakan tentang Pelayanan Linen dan Laundri
g. Kebijakan pencegahan infeksi terkait kegiatan renovasi dan pembongkaran
h. Kebijakan tentang identifikasi resiko tinggi infeksi RS
i. dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan.
3. Merevisi/ Membuat Standar Prosedur Operasional ( SPO ) yang berkaitan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial, antara lain:
a. SPO tentang hand hygiene, APD
b. SPO tentang Pengelolaan limbah rumah sakit

c. SPO tentang penanganan limbah benda tajam


d. SPO tentang Isolasi Pasien
e. SPO tentang prosedur sterilisasi
f. SPO tentang pengelolaan linen
g. SPO tentang kegiatan surveilen
h. SPO tentang KLB
i. dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan.
4. Melaksanakan Program Pendidikan dan Pelatihan PPI (DIKLAT PPI) :
a. Pendidikan dan Pelatihan PPI kepada :
1) Semua staf (Dokter, Perawat, Non Medik) termasuk orientasi karyawan baru.
2) Peserta didik : Siswa, Mahasiswa, Koas, PPDS
b. Sosialisasi PPI kepada :
1) Karyawan baru, peserta didik : mahasiswa baru, koas, dll
2) Pasien, keluarga
3) Pengunjung
4) Masyarakat sekitar RS
5. Melaksanakan Program Kewaspadaan Isolasi :
a. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan tangan (handhygiene)
2) Alat Pelindung Diri (APD) : Sarung tangan, masker, goggle, Faceshield, gaun
 Melakukan sosialisasi hand hygiene dan APD kepada semua civitas
hospitalia rumah sakit
 Koordinasi dengan bagian Patient Education Center ( PEC ) atau PKRS,
untuk memberikan edukasi kepada pasien, keluarga, pengunjung terkait
pencegahan infeksi melalui hand hygiene.
 Penempatan fasilitas cuci tangan ( handwash/ handrub ) di area-area
pelayanan dan mudah dijangkau
 Monitoring kepatuhan cuci tangan dan pemakaian APD
 Audit cuci tangan
 Evaluasi kegiatan
3) Peralatan perawatan pasien.
 Pemantauan prosedur dekontaminasi

 Pemantauan produk steril dari unit sterilisasi selama 1 tahun dengan uji
kultur
 Pemantauan ruangan sterilisasi
 Laporan kegiatan sterilisasi setiap bulan
 Pemantauan Peralatan kadaluwarsa, single-use menjadi re-use
4) Pengendalian lingkungan
 Monitoring pengendalian lingkungan di rumah sakit/ pembersihan
lingkungan yang meliputi area :
 Area pelayanan pasien : kamar operasi, kamar rawat inap, ruang
praktek dokter, ruang pemeriksaan penunjang, laboratorium, dll.
 Area Staf rumah sakit : area administrasi, ruang back office, ruang
sekretariat, kamar ganti, kantin, dll
 Area pengunjung : lobby, kantin, ruang tunggu, dll.
 Sosialisasi tentang limbah rumah sakit kepada staf umum dan petugas
cleaning servis
 Pemantauan pembuangan dan pengelolaan sampah oleh petugas cleaning
servis
 Pemantauan pembersihan ruangan pelayanan klinis antara lain : ruang
praktek dokter, ruang pemeriksaan penunjang, ruang tindakan, ruang
perawatan pasien, kamar bedah.
 Pemantauan pembersihan ruangan non klinis : pantry, toilet, kamar ganti,
ruang kantor, gudang, dll
 Koordinasi dengan bagian Kesling untuk pengendalian lingkungan sekitar
rumah sakit
 Pengelolaan sampah infeksius, penanganan pembuangan darah,
komponen darah dan cairan tubuh
 Pengelolaan Pembuangan benda tajam dan jarum
 Monitoring dan evaluasi
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
 Penanganan, transportasi dan proses linen yang terkena cairan tubuh,
darah, sekresi, ekskresi dengan prosedur yang benar.
 Penggunaan APD

 Penyortiran linen, hindari memanipulasi linen kotor.


 Tehnik pencucian.
 Kelembapan linen.
 Laporan pengelolaan laundry.
6) Kesehatan karyawan/ Perlindungan petugas kesehatan
 Berhati-hati dalam bekerja atau bekerja sesuai SPO
 Hindari recap jarum
 Pemeriksaan rutin kesehatan tiap tahun terutama unit-unit resiko tinggi
( IGD, Farmasi, HD, Lab. Klinik, Kamar jenazah, radiologi, kamar
bersalin ) dan resiko sangat tinggi (ICU, NICU, PICU, ISOLASI FLU
BURUNG, Ruang MDR TB, Lab. Infeksi, Ruang operasi, Ruang rawat
pasien kanker)
 Penanganan pasca pajanan
 Pemberian imunisasi pada petugas terutama unit-unit resiko tinggi dan
resiko sangat tinggi.
 Pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum dan pajanan lainnya serta tindak
lanjutnya.
 Kerjasama dengan K3
7) Penempatan pasien
 Tempatkan pasien yang potensial menkontaminasi lingkungan dengan
menempatkan diruang terpisah (isolasi) atau kohorting.
8) Hygiene Respirasi/ Etika batuk
 Edukasi dan sosialisasi etika batuk : leaflet, banner, ex baner dll
 Skrening batuk , Isolasi pasien batuk
 Pemberian masker pasien batuk.
 Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan
9) Praktek menyuntik yang aman
 Prinsip pemberian obat dengan 5 Benar.
 Pakai jarum yang steril, disposible.
10) Praktek untuk lumbal punksi.
 Pemakaian APD yang benar
 Ketaatan pada SPO

b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


1) Kontak : sarung tangan, gaun
2) Melalui droplet : Masker bedah, penutuk wajah
3) Melalui udara (airborne) : Masker N95/ Respiratorik.
4) Melalui Common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
5) Melalui vector (lalat, nyamuk, tikus)
6. Melaksanakan program surveilans yang mencakup angka kejadian: IADP,
Pneumonia, ISK, SSI/ILO, VAP/HAP, Plebitis, Dekubitus, pola kuman /
mikroorganisme, dan pemakaian antibiotik.
a. Pengumpulan data sesuai formulir surveilans yang ada oleh IPCLN
b. Tabulasi data surveilans
c. Pembuatan laporan surveilans setiap bulan
d. Analisa data surveilans.
7. Melaksanakan PPI pada Program Penggendalian Resistensi Antimikroba meliputi
pengaturan hal-hal sebagai berikut :
a. Prinsip umum penggunaan antibiotika
b. Antibiotik profilaksis bedah
c. Antibiotik profilaksis non bedah ditujukan untuk pencegahan.
d. Kategori antibiotik untuk penggunaan empiris, dipilih berdasarkan dugaan
penyebab infeksi yang paling mungkin.
e. Antibiotik definitive
f. Antibiotik untuk kelompok khusus : anak, wanita hamil, usia lanjut.
g. Antibiotik kombinasi
h. Kategori antibiotik
i. Aspek kefarmasian dalam penggunaan antibiotik
j. Monitoring efektifitas antibiotik.
8. Melaksanakan program Pencegahan Infeksi terkait dengan pemasangan alat
kesehatan : melalui Penerapan Pencegahan Infeksi (BUNDLES) pada pemasangan
kateter intravaskuler, kateter urine menetap, ventilasi mekanik, tindakan
pembedahan.

9. Melaksanakan Program Infection Control Risk Assesment ( ICRA)


a. ICRA kategori resiko pengendalian infeksi : IDO/ SSI/ ILO, UTI, IADP, VAP/
HAP, NSI dan sebagainya.
b. ICRA pembangunan dan renovasi rumah sakit (Precautions for Construction &
Renovation).
10. Mengevaluasi hasil survey dan memberikan masukan kepada semua unit apabila
ditemukan angka infeksi yang tinggi atau jika terjadi kejadian luar biasa (KLB),
melalui rapat koordinasi.
11. Membuat laporan PPI tiap bulan, trimester, semester dan tahunan untuk dilaporkan
kepada tim pengendalian mutu RS.
12. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Pelatihan / Simposium / Seminar
berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi kerjasama dengan bagian
Diklit.
13. Investigasi dan Bersama tim koordinasi KLB mengusulkan kepada Direksi untuk
segera mengambil tindakan apabila ada kejadian luar biasa (KLB).
14. Mengirim tenaga medis dan non-medis untuk mengikuti pendidikan, pelatihan, dan
seminar dalam bidang pencegahan dan pengendalian infeksi.

IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Dalam pelaksanaan program menggunakan beberapa metode antara lain :
1. Mengadakan rapat koordinasi antara tim PPI dengan unit
2. Melakukan sosialisasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf dan
orientasi kepada staf baru
3. Melakukan monitoring/ pemantauan dengan formulir atau ceklist yang telah dibuat
4. Melakukan kunjungan/ supervisi ke ruangan
5. Melakukan audit

V. UNIT YANG TERKAIT PROGRAM


1. Semua SMF
2. Semua unit/ instalasi : Ranap, Ralan, Gizi, Laundry, Rumah Tangga, Pemulasaran
jenazah, Farmasi, sanitasi dll

VI. SASARAN
1. Tercapainya angka kejadian infeksi RS/ infeksi nosokomial : ILO, ISK,
PNEUMONIA, VAP/HAP, Phlebitis, Infeksi dekubitus ≤ 1,5 %.
2. Terlaksananya surveilans aktif denngan pengamatan prospektif IPCN diruang target.
3. Tercapainya 85% kepatuhan dalam melakukan cuci tangan oleh staf klinis dengan 5
momen, dalam periode pemantauan setiap bulan
4. Tercapainya 100% kegiatan pemantauan produk sterilisasi selama periode
pemantauan 1 tahun dengan uji kultur.
5. Tercapainya 100 % pengelolaan limbah padat infeksius sesuai ketentuan.
6. Tercapainya baku mutu limbah cair sesuai SPM RS : BOD < 30 mg/l, COD < 80
mg/l, TSS < 30 mg/l, PH 6-9
7. Tercapainya 100% sosialisasi pencegahan dan pengendalian infeksi di RS kepada
seluruh staf klinis dan non klinis RS, pada periode sosialisasi besar 1 tahun sekali.
8. Tercapainya 75 % anggota Tim PPI yang terlatih dalam tahun 2014.
9. Tersedianya APD disetiap ruang/ Unit 60 % dalam tahun 2014.
10. Penggunaan antibiotik secara asas manfaat dan selektif > 80%
11. Evaluasi angka kuman udara dan permukaan lingkungan di kamar oprasi minimal
tiap 3 bulan dan di ruang resiko tinggi secara insidentil. Angka kuman lingkungan
tidak melebihi standar yang tercantum dalam persyaratan Kepmenkes RI No.
1204/SK/X/2004, dan tidak ada bakteri pathogen.
12. Pemeriksaan Hygienen dan sanitasi makanan instalasi Gizi, kualitas pengelolaan
lingkungan pada area pemrosesan linen minimal setiap 6 bulan dengan target
pencapaian angka kuman tidak melebihi angka persyaratan Kep.Men.Kes.RI.
No.1204/SK/X/2004.

VII. ALOKASI SUMBERDAYA


1. PEMBIAYAAN
Alokasi pembiayaan terintegrasi dengan pembiayaan dibawah Bidang Keperawatan
dan Mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan ( RKAT )
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. SDM
Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS

3. SARANA
a. Kesekretariatan : Sekretariat Komite dan Tim PPI – RS
b. Sarana dan prasarana RS sesuai program di satuan kerja

VIII. JADWAL KEGIATAN (PLAN OF ACTION/ POA)


BULAN KE
NO KEGIATAN TH 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Perencanaan dan Pembuatan
Program Pencegahan dan v V
Pengendalian Infeksi di RS
2 Melaksanakan Program
Sosialiasasi PPI kepada seluruh v v v v v v V v V
petugas Rumah Sakit.
3 Orientasi PPI kepada karyawan
v v v v v v v v V
baru.
4 Merevisi atau Membuat
Kebijakan, Pedoman dan Standar
v v v
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di RS.
5 Sosialisasi kebijakan yang telah
v v v v v v V v V
dibuat kepada staf RS
6 Melakukan kolaborasi tentang
Program PPI di RS dengan pihak
v v v v v v V v V
ke tiga yang bekerja di
lingkungan RS
7 Melakukan audit internal
v V v v
pengendalian infeksi RS
8 Melakukan surveilans IADP,
SSI, ISK, Phlebitis, Dekubitus, v v v V v v V v V
VAP/HAP, MDRO.
9 Monitoring pelaksanan PPI
ditiap ruang dan kepatuhan hand v v v v v v V v V
hygiene
10 Membuat media sosialisasi PPI
untuk pasien dan pengunjung v v V
serta evaluasi
11 Pemantauan kegiatan sterilisasi v v v v v v V v V
12 Mengikuti seminar / pelatihan Setiap ada seminar/ diklat terkait
PPI eksternal PPI
13 Membuat program pemantauan
lingkungan dan pengelolaan v v v v v v V V V
limbah
14 Membuat rekomendasi ICRA
v v v v v v V V V
infeksi dan ICRA bangunan
15 Persiapan Akreditasi RS v v v v v v V V V
16 Membuat evaluasi dan laporan
v v V
PPI

IX. MONITORING & EVALUASI SERTA PELAPORAN


1. Mencatat hasil monitoring kegiatan PPI menggunakan formulir monitoring atau
ceklist, pada akhir bulan akan direkap dan dibuat evaluasinya oleh IPCN
2. Setiap bulan hasil monitoring dan evaluasi program PPI dilaporkan kepada Direktur
Rumah Sakit.
3. Setiap 3 bulan dilakukan evaluasi pelaksanaan tujuan program
4. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi program besar PPI Rumah Sakit
5. Evaluasi program besar dilaksanakan setiap akhir tahun untuk melihat pencapaian
sasaran dan perencanaan tahun berikutnya.

X. PENUTUP
Demikian Program Kerja PPI RSUD Panembahan Senopati tahun 2014 ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai acuan kegiatan yang akan direalisasikan dalam rencana kerja tahunan.
Diharapkan program yang dikembangkan akan mampu meningkatkan mutu pelayanan RS dari
sisi pencegahan dan pengendalian infeksi, Terima kasih.
Mengetahui Bantul, ………………………
Direktur Ketua Komite PPI
RSUD Panembahan Senopati Bantul RSUD Panembahan Senopati Bantul

Dr. I Wayan Sudana, M.Kes Dr. Agus Yuha Ahmadu, Sp.PD


NIP. 19650731 1994031007 NIP.19630722 1987031002

Anda mungkin juga menyukai