Anda di halaman 1dari 7

PERAN PERAWAT DALAM PENERAPAN BUDAYA

KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


Elsa Rizky Safitri Matondang/197046009
Email : elsa.rizkymtd@gmail.com

ABSTRAK

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai jumlah cukup dominan di rumah
sakit yaitu sebesar 50% sampai 60% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan pelayanan yang terintegrasi dari
pelayanan kesehatan yang lainnya dan memiliki peran yang cukup penting bagi terwujudnya
kesehatan dan keselamatan pasien. Perawat memberikan pelayanan 24 jam terus menerus
sehingga berisiko untuk terjadinya kesalahan dalam pengobatan termasuk pelaporan insiden
keselamatan pasien, perawat juga memiliki peran dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam
pengobatan, termasuk pelaporan insiden, mendidik diri sendiri dan orang lain. Tujuan yang
ingin dicapai untuk mengetahui peran perawat dalam penerapan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit.Metode yang digunakan yaitu menelaah dari berbagai sumber publikasi ilmiah,
kemudian diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sebuah pembahasan dan kesimpulan dari
topik yang ditetapkan. Penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit tidak terlepas dari
peran aktif perawat dalam melakukan tindakan yang mendukung berjalannya patient safety.
Peran perawat dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien di rumah sakit untuk
mengurangi risiko terjadinya kejadian yang tidak diinginkan sehingga mutu pelayanan menjadi
lebih berkualitas. Budaya keselamatan pasien akan meningkatkan kesadaran untuk mencegah
error dan melaporkan jika ada kesalahan sehingga dapat memperbaiki outcome yang dihasilkan
oleh rumah sakit.

Kata kunci : peran perawat, budaya keselamatan, patient safety


LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai organisasi bidang kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Oleh karena iturumah
sakit dituntut agar mampumengelola kegiatannya dengan mengutamakan tanggung
jawab paraprofessional di bidang kesehatan, khususnya tenaga medis dan tenaga
keperawatan dalam menjalankan tugas dankewenangannya (Mudayana, 2015).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai jumlah cukup
dominan di rumah sakit yaitu sebesar 50% sampai 60% dari jumlah tenaga kesehatan
yang ada. Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan
pelayanan yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan yang lainnya dan memiliki peran
yang cukup penting bagi terwujudnya kesehatan dan keselamatan pasien (Herawati,
2015). Perawat memberikan pelayanan 24 jam terus menerus dan berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain, sehingga menyebabkan terjadinya atau berisiko terjadinya kesalahan
dalam pengobatan termasuk pelaporan insiden keselamatan pasien, selain itu perawat
memiliki peran yang paling dominan dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam
pengobatan, termasuk pelaporan insiden, mendidik diri sendiri dan orang lain
(Herawati, 2015).
Insiden Kesalamatan Pasien merupakan peristiwa dan kondisi yang tidak
disengaja yang mengakibatkan atau berpotensi menyebabkan cedera dapat dicegah pada
pasien, Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTD), dan Kondisi
Potensial Cedera (KPC).
WHO mengungkapkan bahwa keselamatan pasien merupakan masalah
kesehatan masyarakat global yang seirus. Pasien mengalami resiko infeksi 83,5% di
Eropa dan bukti kesalahan medis menunjukkan 50-72,3%. Berdasarkan hasil
pengumpulan data penelitian rumah sakit di berbagai negara ditemukan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) dengan rentang 3,2-16,6%, Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Indonesia masih jarang, namun pihak lain terjadi
peningkatan tuduhan malpraktek yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Insiden pelanggaran keselamatan pasien sebesar 28,3% dilakukan oleh perawat
(Heriyati, 2019). Data kejadian pasien jatuh di Indonesia berdasarkan Kongres XII
PERSI (2012) bahwa kejadian pasien jatuh tercatat sebesar 14%, padahal untuk
mewujudkan keselamatan pasien angka kejadian pasien jatuh seharusnya 0%.
Profesionalisme keperawatan menjadi kontrak sosial antara profesi keperawatan
dengan masyarakat. Masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada perawat
sehingga perawat harus melaksanakan tugasnya dengan memberikan standar
kompetensi yang tinggi dan tanggungjawab moral yang baik. Perawat memiliki
tanggung jawab terhadap keselamatan pasien dan keamanan pasien selama berada di
rumah sakit. Untuk itu perlu dibahas apa peran peran perawat dalam penerapan budaya
keselamatan pasien.

TUJUAN
Untuk mengetahuiperan perawat dalam penerapan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit.

METODE
Metode yang digunakan yaitu menelaah dari berbagai sumber publikasi
ilmiah, kemudian diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sebuah pembahasan dan
kesimpulan dari topik yang ditetapkan.

HASIL
Hasil analisa dari beberapa bahan pustaka diperoleh bahwa peran perawat sangat
penting dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Pengukuran
budaya keselamatan pasien dipengaruhi oleh sikap aman dan tidak aman perawat baik di
unit kerja dan organisasi. Penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit tidak
terlepas dari peran aktif perawat dalam melakukan tindakan-tindakan yang mendukung
berjalannya patient safety. Peran perawat dalam meningkatkan budaya keselamatan
pasien di rumah sakit untuk mengurangi risiko terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan sehingga mutu pelayanan menjadi lebih berkualitas.
PEMBAHASAN
Keselamatan pasien di rumah sakit melibatkan partisipasi dari semua petugas
kesehatan, terutama perawat. Keselamatan pasien adalah prioritas utama dan harus
segera dilaksanakan di rumah sakit karena dapat menyebabkan cedera langsung kepada
pasien, terkait dengan kualitas dan nilai rumah sakit serta standar pelayanan yang harus
dipenuhi oleh standar akreditasi rumah sakit terkait untuk versi 2012 yang mengacu
pada Joint Commission International (JCI).
Perawat adalah petugas kesehatan dengan waktu kerja tertinggi yang
memberikan 24 jam pelayanan terus menerus, melakukan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain, oleh karena hal tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya cidera
(Kusumapraja, 2011). Keterlibatan banyak profesi selain tenaga perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan dapat menimbulkan atau berisiko terjadi cidera jika
dilakukan tidak dengan komunikasi dan koordinasi yang tepat, cidera dapat dihindari
jika perawat selalu menjaga hubungan baik dengan sesama perawat dan petugas
kesehatan lainnya, dan menjaga keharmonisan di lingkungan kerja atau suasana hati
untuk mencapai pelayanan kesehatan (Nursalam, 2014).
Perawatan tidak aman yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya
perawat di rumah sakit menjadi prioritas masalah yang harus selesaikan. 83% kejadian
yang menyebabkan pasien tidak aman merupakan kejadian yang seharusnya bisa
dicegah dan 30% diantaranya berkaita dengan kematian pasien. Adanya tindakan yang
tidak aman dikarenakan beberapa faktor diantaranya kurang pelatihan, pengawasan
kegagalan menindaklanjut kebijakan (Wilson, 2012).
Budaya keselamatan pasien merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien yang baik akan
membuat implementasi keselamatan pasien menjadi baik. Menurut Cahyono (2008),
budaya keselamatan pasien merupakan fondasi keselamatan pasien. Membangun
budaya keselamatan pasien merupakan kata kunci terwujudnya pelayanan yang bermutu
dan aman. Budaya keselamatan pasien yang baik sangat penting diterapkan karena
merupakan fondasi dari keselamatan pasien. Dan akan semakin baik bila perawat
mempunyai kesadaran akan pentingnya keselamatan pasien, pengetahuan, peran kepala
ruangan, kerjasama tim yang baik, serta motivasi dalam meningkatkan keselamatan
pasien dengan menerapkan budaya keselamatan pasien.
Budaya keselamatan pasien bagi perawat pelaksana memerlukan peran kepala
ruangan untuk mewujudkan keselamatan pasien. Penerapan budaya keselamatan pasien
yang kurang baik akan berdampak pada tingginya insiden keselamatan pasien. Beberapa
kajian menyebutkan bahwa keselamatan pasien dan mutu pelayanan juga dipengaruhi
oleh rendahnya penerapan budaya keselamatan pasien. Apabila penerapan budaya
keselamatan pasien telah dilakukan dengan baik maka kualitas dan mutu pelayanan
pada keselamatan pasien akan meningkat sehingga dapat mencegah terjadinya insiden
dan meminimalkan risiko.
Penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit tidak terlepas dengan
peran perawat sehingga tingkat pengetahuan khususnya perawat sangat penting dalam
melakukan penerapan budaya keselamatan. Semakin tinggi pengetahuan perawat maka
risiko untuk terjadinya cedera semakin berkurang. Upaya untuk menambah pengetahuan
perawat dapat melalui pelatihan atau seminar mengenai keselamatan pasien secara
berkala sangat diperlukan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat
pelaksana sehingga penerapan budaya keselamatan pasien dapat diterapkan lebih baik
lagi guna meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan keperawatan.
Perawat memiliki peran yang paling dominan dalam mencegah terjadinya
kesalahan dalam pengobatan, termasuk pelaporan insiden, mendidik diri sendiri dan
perawat lain tentang penting komunikasi, memberikan rekomendasi untuk perubahan
prosedur dan kebijakan serta keterlibatan dalam melakukan identifikasi permasalahan
(Ramsey, 2013).Informasi tentang keselamatan pasien perlu diketahui oleh semua
perawat yang memberikan asuhan keperwatan hal tersebut berfungsi untuk mencegah
perawat melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cidera pada pasien.

PENUTUP
Penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit tidak terlepas dari
pentingnya peran perawat. Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi
kesalahan yang akan dan telah terjadi. Budaya keselamatan pasien akan meningkatkan
kesadaran untuk mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan sehingga dapat
memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh rumah sakit.
REFERENSI

Anggraeni, Dewi. (2016). Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien terhadap Sikap


Melaporkan Insiden pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II dr.
Soperaoen. Jurnal Aplikasi Manajamen, 14 (2):309-321.

Cahyono. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran


Cetakan Ke 5. Yogyakarta: Kanisius.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (Patient Safety) Utamakan Keselamatan Pasien. Jakarta.

Herawati, Tri. (2015). Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
X Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA, 11(1):52-60.

Heriyati. (2019). Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Majene.
Window of Health Jurnal Kesehatan, 2(3):194-205.

Idris, Herawati. (2017). Dimensi Budaya Keselamatan Pasien. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8(1):1-9.

Kaufman, G., & McCaughan, D. (2013). The Effect Of Organisational Culture On


Patient Safety. Nursing Standard, 27(43):50-56.

Kusumapraja, R. (2011). Perencanaan Kebutuhan Tenaga Perawat di Rumah Sakit.


Makalah Manajemen Keperawatan. RSU Persahabatan. Jakarta.
Mudayana AA. (2015). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Andalas,
21:37(6):69-74.

Mulyati, dkk. (2016). Fakor Determinan yang Mempengaruhi Budaya Keselamatan


Pasien di RS Pemerintah Kabupaten Kuningan, 4(2):179-190.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Eedisi 4. Jakarta.
Ramsey, G. (2013). Nurse, Medical Errors, and Culture of Blame. Proquest Health
Management. 2 (25), 25-27.
Simamora, R. H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah Sakit Ngesti Waluyo
Perakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2).
Wilson, R.M. (2012). Patient Safety ln Developing Countries : Restro Pective
Estimation of Scale and Nature of Harm to Patients in Hospital, BMJ 344:e832
Hal 1-14.
Wulandasari, Mei Rani. (2019). Peningkatan Budaya Keselamatan Pasien melalui
Peningkatan Motivasi Perawat dan Optimalisasi Peran Kepala Ruangan. Jurnal
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. 2(2):58-66.

Anda mungkin juga menyukai