Anda di halaman 1dari 5

CARA MENERAPKAN BUDAYA BAGI KESELAMATAN PASIEN

Hisam Jul Fikri Munthe / 181101120

Email : hisamjulfikrimunthe@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Budaya keselamatan pasien terdiri dari beberapa elemen. Elemen pada
budaya keselamatan pasien antara lain budaya terbuka (open), adil (just), pelaporan
(reporting), pembelajaran (learning) dan penginformasian (informed). Tujuan : Kajian ini
menjadikan perawat untuk menuju keselamatan pasien, dalam melakukan pelayanan
keselamatan pasien walaupun berbeda budaya. Model : Dalam kajian ini ialah dengan
melakukan analisis data sekunder,yauitu kajian pustaka terhadap beberapa jurnal dan buku.
Hasil : Dalam setiap rumah sakit pasti berbeda budaya untuk keselamatan pasien yang dimana
itu tergantu terhadap rumah sakitnya masing-masih. Tenaga kesehatan memiliki peran dalam
menciptakan pelayanan yang bermutu. Salah satunya melalui budaya keselamatan pasien. Saat
ini, keselamatan pasien belum menjadi budaya dalam pelayanan kesehatan. Pembahasan :
Setiap pelayanan kesehatan di rumah sakit perlu memperhatikan keamanan pasien. Tindakan
medik yang diberikan kepada pasien memiliki risiko yang dapat menimbulkan kesakitan,
kecacatan maupun kematian. Risiko dalam pelayanan kesehatan dapat diakibatkan oleh
kesalahan dalam sistem. Umumnya infeksi setelah operasi ataupun nosokomial infectious terjadi
karena kesalahan dalam sistem keperawatan seperti tidak adanya manajemen risiko dan tidak
terdeteksinya bakteri yang resisten. Penutup : Hasil dari jurnal ini menunjukkan terdapat
pengaruh secara bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang
terhadap penerapan budaya keselamatan pasien. Persentase pengaruh variabel motivasi perawat
dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar
39,2%. Penerapan budaya keselamatan pasien terutama berfokus pada prosedur manajemen
sumber daya manusia dan perilaku kinerja dalam keselamatan pasien yang berhubungan dengan
pengawasan, kedisiplinan individu dan kepemimpinan yang efektif

Kata kunci : Keselamatan pasien, Budaya, Pasien.


LATAR BELAKANG terbuka (open), adil (just), pelaporan
(reporting), pembelajaran (learning) dan
Upaya peningkatan mutu pelayanan dan
penginformasian (informed). Bersikap
keselamatan pasien di rumah sakit
terbuka dan adil berarti berbagi
sudah merupakan sebuah gerakan
informasi secara terbuka dan bebas, dan
universal, dan berbagai negara maju
perlakuan adil bagi perawat ketika
telah menggeser paradigma ”quality”
sebuah kejadian terjadi (NPSA, 2004).
kearah paradigma baru “qualitysafety”.
Informasi yang akurat membantu dalam
Ini berarti bukanlah hanya mutu
pencegahan kejadian dari keselamatan
pelayanan saja yang harus ditingkatkan
pasien (Reason, 2000). Sistem
tetapi yang lebih penting lagi adalah
pelaporan digunakan untuk memberikan
menjaga keselamatan pasien secara
informasi kepada pihak managerial
konsisten dan terus menerus.
mengenai kejadian yang terjadi dan
Budaya keselamatan pasien merupakan sebagai pembelajaran sehingga kejadian
pondasi yang utama dalam menuju yang sama tidak terulang (Carthey &
keselamatan pasien. Penerapan ini Clarke, 2010).
sejalan dengan National Patient Safety
Tujuan
Agency dan KKPRS dalam tujuh
langkah keselamatan pasien yang Tujuan dari penulisan ini adalah
menekankan bahwa langkah awal menjadikan perawat untuk menuju
menuju keselamatan pasien adalah keselamatan pasien, dalam melakukan
dengan menerapkan budaya pelayanan keselamatan pasien walaupun
keselamatan pasien (NPSA, 2004). berbeda budaya.
Pronovost & Sexton (2005) juga
Metode
menekankan bahwa memiliki budaya
meningkatkan keselamatan di organisasi Metode yang digunakan adalah studi
itu merupakan awal yang sangat penting pustaka atau riteratur review.
dalam meningkatkan keselamatan
pasien. Hasil Dan Pembahasan

Budaya keselamatan pasien terdiri dari Dalam setiap rumah sakit pasti berbeda

beberapa elemen. Elemen pada budaya budaya untuk keselamatan pasien yang

keselamatan pasien antara lain budaya dimana itu tergantu terhadap rumah
sakitnya masing-masih. Tenaga kemampuan suatu organisasi pelayanan
kesehatan memiliki peran dalam kesehatan terhadap program patient
menciptakan pelayanan yang bermutu. safety.
Salah satunya melalui budaya
Akibat yang ditimbulkan dari organisasi
keselamatan pasien. Saat ini,
yang tidak memiliki budaya patient
keselamatan pasien belum menjadi
safety berupa kesalahan laten, gangguan
budaya dalam pelayanan kesehatan.16
psikologi maupun physiologi pada staf,
Kejadian yang Tidak Diinginkan (KTD)
penurunan produktivitas, berkurangnya
sering terjadi. Fenomena ini seperti
kepuasan pasien dan dapat
dengan gunung es.1,16 Hanya kasus-
menimbulkan konflik interpersonal.
kasus yang serius dan mengancam jiwa
yang secara mudah terdeteksi dan Setiap pelayanan kesehatan di rumah
tampak di permukaan, sedangkan kasus- sakit perlu memperhatikan keamanan
kasus yang sifatnya ringan sampai pasien. Tindakan medik yang diberikan
sedang umumnya tidak terdeteksi, tidak kepada pasien memiliki risiko yang
dicatat, ataupun tidak dilaporkan. dapat menimbulkan kesakitan,
kecacatan maupun kematian. Risiko
Komite IOM (Institute of Medicine)
dalam pelayanan kesehatan dapat
merekomendasikan organisasi
diakibatkan oleh kesalahan dalam
kesehatan seharusnya menciptakan
sistem. Umumnya infeksi setelah
budaya keselamatan. Komisi Kesehatan
operasi ataupun nosokomial infectious
dan Keselamatan Inggris membuat
terjadi karena kesalahan dalam sistem
definisi budaya keselamatan. Budaya
keperawatan seperti tidak adanya
keselamatan suatu organisasi adalah
manajemen risiko dan tidak
produk dari nilai, sikap, persepsi,
terdeteksinya bakteri yang resisten.
kompetensi, dan pola perilaku individu
dan kelompok yang menentukan Keselamatan pasien merupakan masalah
komitmen terhadap program patient kesehatan masyarakat yang serius.
safety. Menurut Kirk et al, budaya Berbagai studi melaporkan masalah
patient safety merupakan produk dari ketidakamanan dalam sistem pelayanan
nilai, sikap, komperensi dan pola yang bersifat kronis di berbagai negara.
perilaku individu dan kelompok yang
menentukan komitmen, gaya dan
Penutup Dan Kesimpulan Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso,
A. (2013). Pengaruh motivasi perawat
Hasil dari jurnal ini menunjukkan
dan gaya kepemimpinan kepala ruang
terdapat pengaruh secara bersama-sama
antara motivasi perawat dan gaya terhadap penerapan budaya keselamatan
kepemimpinan kepala ruang terhadap pasien oleh perawat pelaksana pada
penerapan budaya keselamatan pasien. rumah sakit pemerintah di Semarang.
Persentase pengaruh variabel motivasi
perawat dan gaya kepemimpinan kepala Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2).
ruang terhadap penerapan budaya
Nurmalia, D., Handiyani, H., &
keselamatan pasien sebesar 39,2%.
Penerapan budaya keselamatan pasien Pujasari, H. (2014). Pengaruh program
terutama berfokus pada prosedur mentoring terhadap penerapan budaya
manajemen sumber daya manusia dan
keselamatan pasien. Jurnal Manajemen
perilaku kinerja dalam keselamatan
pasien yang berhubungan dengan Keperawatan, 2(1), 55-63.
pengawasan, kedisiplinan individu dan
kepemimpinan yang efektif.31 Hal ini Prihandhani, I. G. A. A. S., Nopiyani,
menunjukkan untuk membangun N. S., & Duarsa, D. P. (2015).
budaya keselamatan yang kuat perlu
Hubungan Faktor Individu dan Budaya
didukung kepemimpinan yang kuat,
motivasi dan kedisiplinan individu Organisasi dengan Perilaku Caring
dalam kinerja keselamatan pasien serta Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
sistem manajemen sumber daya Rumah Sakit Umum Ganesha Gianyar.
manusia.
Universitas Udayana.
Referensi
R.H Simamora (2019). Buku Ajar
Budihardjo, A. (2012). Pentingnya Pelaksanaan Idenifikasi Pasien. Uwais
Safety Culture di Rumah Sakit Upaya Inspirasi Indonesia
Meminimalkan Adverse Events.
R.H Simamora (2019). Documentation
International Research Journal of
of patient Identification Into The
Business Studies, 1(1).
Quality of Nurshing Services.
Mudayana, A. A. (2015). Peran Aspek International Journal of scientific &
Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Technology Research.
Budaya Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit, K. A. R. (2017). Standar nasional
Sakit. Majalah Kedokteran Andalas, 37,
akreditasi rumah sakit edisi 1. Jakarta:
69-74.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Sari, M. I. (2013). Pengaruh Budaya
Organisasi Dan Pengendalian Intern
Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip
Good Corporate Governance (Studi
Empiris Pada Rumah Sakit Umum Di
Kota Padang). Jurnal Akuntansi, 1(3).

Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi


dan Manajemen Pelayanan Kesehatan:
Teori dan Aplikasinya dalam Pelayanan
Puskesmas dan Rumah Sakit.

Simamora, R. H., & Fathi, A. (2019).


The Influence of Training Handover
based SBAR communication for
improving Patients Safety. Indian
Journal of Public Health Research &
Development, 10(9), 1280-1285.

Widiati, E. (2012). Pengaruh Motivasi


Kerja, Disiplin Kerja Dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai
Kesehatan Pada Rumah Sakit Panti
Secanti Gisting. Jurnal Magister
Manajemen Vol. 1 No. 1, April 2012
109, 142.

Yulia, S., Hamid, A. Y. S., &


Mustikasari, M. (2012). Peningkatan
pemahaman perawat pelaksana dalam
penerapan keselamatan pasien melalui
pelatihan keselamatan pasien. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 15(3), 185-192.

Anda mungkin juga menyukai