Anda di halaman 1dari 7

HAMBATAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT

Rahmadani Syahputri / 181101001

Email : Rahmadanisyahputri01@gmail.com

ABSTRAK

Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan


pasien menjadi penilaian kualitas dan mutu pelayanan yang ada dirumah sakit. Untuk
memberikan pelayanan yang optimal maka dibutuhkan rasa tanggung jawab untuk
menajalankan tugas dengan baik agar tidak ada kesalahan dalam tindakan yang
diberikan oleh perawat. Resiko kesalahan tindakan oleh perawat dan kesalahan yang
dilakukan oleh pasien dapat membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu
sebagai tenaga kesahatan harus menerapkan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
Namun dalam pelaksanaannya banyak hambatan yang mengakibatkan budaya
keselamatan pasien di rumah sakit tidak begitu dipentingkan. Hambatan tersebut dapat
berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Tujuan: Tujuannya adalah agar
petugas dapat selalu optimal dalam melakukan tindakan keperawatan dengan
menerapkan budaya keselamatan pasien dan menjauh diri untuk tidak melakukan
tindakan yang dapat menjadi faktor penghambat dalam penerapan budaya keselamatan
pasien. Metode: metode deskriptif yaitu metode yang menganalisa, dan mendeskripsi
kan masalah berdasarkan aktualisasi dari respon atau hal yang terjadi. Seperti hambatan
yang bermula dari kebiasaan buruk sehingga menimbulkan suatu hambatan, dengan
metode ini maka hambatan tersebut akan dianalisis dan dikaitkan dengan penerapan
budaya keselamatan pasien Hasil: Hasil yang diperoleh rumah sakit memperbaiki
system dan menerapkan budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
Kata Kunci : Hambatan, Budaya Keselamatan Pasien, Rumah Sakit.

LATAR BELAKANG peningkatan produktivitas. Hal ini dapat


Budaya keselamatan merupakan dijadikan investasi dalam sistem
faktor penting untuk memahami upaya keselamatan pasien untuk memberikan
dalam memajukan perawatan pasien perawatan andal dan aman (Brown &
yang aman. Hasil ini memberikan Wolosin, 2013). Kebanyakan Budaya
implikasi kualitas pelayanan untuk Keselamatan pasien harus ditunjukan
seluruh petugas pelayanan kesehatan di atau di beri contoh terlebih dahulu agar
rumah sakit Ketika para pemimpin para staf melakukan hal yang sama. Hal
memprioritaskan budaya keselamatan, ini justru akan mengakibatkan
resiko terhadap pasien mungkin telah pelaksanaan budaya keselamatan pasien
diperbaiki dengan pergantian staf dan menjadi suatu keterpaksaan. Hal ini

1
jugalah yang menjadi penghambat tersebut dapat mempengaruhi kualitas
budaya keselamatan pasien. pelayanan di rumah sakit.

Keselamatan pasien merupakan Salah satu tujuan keselamatan


suatu prinsip dasar dalam pelayanan pasien yaitu menurunnya KTD yang
kesehatan. Menurut Depkes RI (2008) merupakan bagian dari insiden
Keselamatan pasien (patient safety) keselamatan pasien. Tingginya KTD
rumah sakit adalah suatu sistem rumah menandakan bahwa penerapan budaya
sakit yang menciptakan asuhan pasien keselamatan pasien di rumah sakit
yang lebih aman. Sistem tersebut sangat rendah. Hal tersebut dipengaruhi
meliputi: assessmen risiko, identifikasi oleh faktor-faktor penghambat sehingga
dan pengelolaan hal yang berhubungan jalannya penerapan kebudayaan
dengan risiko pasien, pelaporan dan keselamatan pasien di rumah sakit
analisis insiden, kemampuan belajar terhambat. Untuk meningkatkan
dari insiden, tindaklanjut serta kembali nilai-nilai budaya keselamatan
implementasi solusi untuk mencegah pasien dirumah sakit dibutuhkan rasa
timbulnya risiko. kesadaran diri untuk selalu menerapkan
atau melakukan tindakan yang sesuai
Keselamatan pasien dalam
agar tidak terjadinya kesalahan.
pelayanan kesehatan mendapatkan
banyak perhatian sejak Institute of TUJUAN
Medicine (IOM) pada tahun 2000
Tujuannya adalah agar petugas
menerbitkan laporan yang berjudul “To
dapat selalu optimal dalam melakukan
Err is Human : Building a Safer Health
tindakan keperawatan dengan
System” yang mengemukakan Angka
menerapkan budaya keselamatan pasien
Kematian Akibat Kejadian Tidak
dan menjauh diri untuk tidak melakukan
Diinginkan (KTD) pada pasien rawat
tindakan yang dapat menjadi faktor
inap di seluruh Amerika berjumlah
penghambat dalam penerapan budaya
44.000-98.000 orang pertahun. Angka
keselamatan pasien.
KTD yang tinggi merupakan kejadian
yang dapat meningkatkan resiko
kesalamatan pasien di Rumah Sakit. Hal

2
METODE masyarakat, akan meningkatkan
kesadaran mereka tentang adanya risiko
Metode yang digunakan adalah
keselamatan dalam pelayanan
metode deskriptif. metode deskriptif
kesehatan. Hal ini mengakibatkan
yaitu metode yang menganalisa, dan
adanya penurunan kepercayaan
mendeskripsi kan masalah berdasarkan
masyarakat terhadap pelayanan
aktualisasi dari respon atau hal yang
kesehatan. Oleh karena itu program
terjadi. Seperti hambatan yang bermula
keselamatan pasien harus menjadi
dari kebiasaan buruk sehingga
strategi pemasaran dan pengembangan
menimbulkan suatu hambatan, dengan
rumah sakit yang harus diperhatikan
metode ini maka hambatan tersebut
unutk dapat berorientasi dalam kualitas
akan dianalisis dan dikaitkan dengan
yang baik. Untuk itu pelaksanaan
penerapan budaya keselamatan pasien.
budaya keselamatan pasien sangat perlu
HASIL untuk diterapkan

Hasil yang diperoleh rumah Budaya Keselamatan pasien


sakit memperbaiki system dan merupakan hal yang perlu dilakukan
menerapkan budaya keselamatan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dirumah sakit. Dengan mengetahui dan kepuasan pasien. Untuk
faktor penghambat penerapan budaya menerapkan budaya keselamatan pasien
keselamatan pasien maka rumah sakit banyak faktor penghambat yang
dapat memperbaiki dan meningkatkan mengakibatkan budaya keselamatan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah tidak berjalan dengan baik. Penelitian
sakit. Brown & Wolosin (2013) mencoba
melakukan eksplorasi hubungan antara
PEMBAHASAN
persepsi petugas di rumah sakit
Rumah sakit merupakan tempat terhadap budaya keselamatan dan
yang nyatanya tidak selalu aman untuk langkah-langkah yang sedang
pasien. Banyak faktor resiko yang dapat berlangsung di rumah sakit. Salah satu
membahayakan keselamatan pasien. bentuk resiko keselamatan pasien
Cedera medis yang banyak terjadi di adalah Kejadian Tidak Diinginkan
rumah sakit menjadi bukti atas hal ini. (KTD). Kejadian Tidak Diharapkan
Meningkatnya akses informasi oleh (KTD) adalah Cedera atau kerugian

3
akibat tindakan medis. Menurut Rumah sakit wajib
Permenkes RI Nomor melaksanakan pelayanan kesehatan
1961/Menkes/Per/VIII/2011, KTD yang aman, bermutu, anti diskriminasi
merupakan insiden yang mengakibatkan dan efektif, dengan mengutamakan
cedera pada pasien. KTD atau adverse kepentingan pasien. Rumah sakit wajin
event yang mengakibatkan cedera pada memenuhi hak pasien memperoleh
pasien bisa dikarenakan oleh kesalahan keamanan dan keselamatan selama
medis atau bukan kesalahan medis yang dalam perawatan di rumah sakit. Acuan
tidak dapat dicegah. bagi rumah sakit untuk pelaksanaan
pogram keselamatan pasien di rumah
Pelayanan kesehatan memegang
sakit sesuai standar yang ditetapkan,
prinsip untuk menyelamatkan pasien
tertuang dalam Permenkes RI Nomor
dikenal dengan istilah ”Primum non
1961/Menkes/2011.
nocere” atau ”First, do no harm”
(melayani tanpa harus membahayakan) Hambatan dalam
sebagaimana di kemukakan oleh penyelenggaraan program keselamatan
Hippocrates sejak 2400 tahun yang lalu. pasien disebabkan oleh faktor internal
15 Potensi dan risiko bahaya yang dan faktor eksternal. Beberapa hal
tinggi karena insiden KTD dalam diantaranya adalah : (1) program
pelayanan kesehatan, dapat disebabkan keselamatan pasien belum menjadi
oleh beberapa faktor seperti ; (1) agenda prioritas; (2) tidak adanya
pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak tenaga penggerak; (3) Dilakukan
prosedural; (2) infrastruktur yang tidak dengan kondisi yang terpaksa, seperti
memenuhi syarat kesehatan dan hanya karena tuntutan dari atasan. (4)
keselamatan; (3) kualitas SDM masih adanya resistensi yang kuat dari
kesehatan belum optimal; (4) sejumlah elemen rumah sakit; (5)
manajemen pelayanan yang belum adanya kendala karena kurangnya
berorientasi pada keselamatan pasien. pemahaman implementasi dari program
Kondisi ini, merupakan faktor yang keselamatan pasien; (6) tidak adanya
cenderung menyebabkan terjadinya rasa kesadaran dalam diri terhadap
kesalahaan medis (medical error), dan budaya keselamatan pasien; (7)
bisa berpengaruh terhadap kualitas pelaporan insiden yang tidak optimal.
pelayanan kesehatan.

4
Pelaksanaan pengembangan REFERENSI
program keselamatan pasien
Depkes RI. (2008). Panduan Nasional
berpedoman pada standar keselamatan
pasien dan sasaran keselamatan pasien. Keselamatan Pasien Rumah

Melalui penerapan 7 langkah menuju Sakit (Patient Safety):


keselamatan pasien, dapat mendorong
Utamakan Keselamatan Pasien.
upaya perbaikan yang lebih
mengutamakan pasien dalam setiap Jakarta: Depkes RI.

pelayanannya. Melalui struktur dan Depkes RI. (2008). Legalitas Pendirian


proses yang terstandarisasi, dengan
Rumah Sakit Swasta. Jakarta:
penyediaan fasilitas dan sumberdaya
yang adekuat serta peran serta aktif Depkes RI.

tenaga kesehatan dirumah sakit makan Fatmasari, Eka. Y., Napitupulu, Helena,
akan menghasilkan outcome yang baik.
& Sudiro. (2017). Analisis
Didukung dengan peran kepemimpinan
dalam menciptakan budaya keselamatan Budaya Keselamatan Pasien

akan sangat menentukan keberhasilan Dengan Pendekatan Institute


program pelaksanaan budaya
For Heal Thcare Improvement
keselamatan pasien.
Ditinjau Dari Aspek Organisasi
PENUTUP
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Budaya keselamatan pasien menjadi hal
DR Amino Gondohutomo
yang penting untuk dilakukan dalam
peningkatakan kualitas pelayanan di Semarang Tahun 2016. Jurnal
rumah sakit. Hambatan dalam Kesehatan Masyarakat. Volume
penerapan budaya keselamatan pasien
5. No. 1.
menajdikan rumah sakit tidak dapat
berkembang dan terus berjalan dalam
Yetti, dkk (2019). Analisis Dimensi
kondisi yang salah. Untuk itu maka
Budaya Keselamatan
diperlukan analisa faktor penghambat
yang dapat meningkatkan mutu PasienOleh Petugas Kesehatan
penerapan keselamatan pasien.
di RSUD dr Rasidin Padang

5
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Sultan Angung Semarang. Tesis.

Andalas. Vol 8 No. 1 FKM UI.

Kemenkes RI (2006). Panduan Nasional Najiah. (2018). Budaya Keselamatan

Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Pasien Dan Insiden

Jakarta. Keselamatan Pasien Di Rumah

Kemenkes RI (2017). Permenkes RI Sakit. Jurnal of Islamic Nursing.

No. 11. Tentang Keselamatan Vol 3, No. 1.

Pasien. Permadhi, A. (2013). Hubungan

Budaya Keselamatan Pasien


Kemenkes RI (2017). Permenkes RI
Dalam Pelayanan Keperawatan
No. 34. Tentang Akreditasi
dan Insiden Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
di Instalasi Rawat Inap RSD dr.
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar
Soebandi. Skripsi. Jember.
Fundamental Keperawatan:
Potter, Perry. (2010). Fundamental
Konsep, Proses, dan Praktik.
Keperawatan . Jakarta : Salemba
Edisi 7. Jakarta : EGC.
Medika.
Kusbaryanto. (2010). Peningkatan Mutu
Putra, A. Setia. Firawati dan Pabuty,
Rumah Sakit Dengan Akreditasi.
Aumas (2012). Pelaksana
Mutiara Medika. Vol 10. No. 1.
Program Keselamatan Paisen
Mudjianto, D. Hapsari, A. P &
Di RSUD Solok. Jurnal
Wahyuni, C. U. (2012).
Kesehatan Masyarakat. Vol 6,
Pengaruh Program Mentoring
No. 2.
Keperawatan terhadap
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar
Penerapan Budaya Keselamatan
Keselamatan Pasien Melalui
Pasien di Ruang Rawat Inap Rs.

6
Timbang Terima Pasien Sopacua & Poerwani. (2006).

Berbasis Komunikasi Efektif: AkreditasiSebagai Upaya

SBAR. Medan: USUpress. Peningkatakan Mutu Pelayanan

Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar: Rumah Sakit. Vol 9. No. 3.

Pelaksanaan Identifikasi Pasien.

Ponorogo Jawa Timur: Uwals

Inspirasi Indonesia.

Simamora, R. H. (2018). Pengaruh

Penyuluhan Identifikasi Pasien

dengan Menggunakan Media

Audiovisual Terhadap

Pengetahuan Pasien Rawat

Inap. Jurnal Keperawatan

Silamapari. Vol. 3. No. 1. Hal.

342-351.

Simamora, R. H. (2018).

Documentation of Patient

Identification Into The

Electronic System to Improve

The Quality of Nursing Services.

International Journal Of

Scientific & Technology

Research. Vol. 8. No. 09. Hal.

1884-1886.

Anda mungkin juga menyukai