Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGALAMAN DAN PERSEPSI KEPALA RUANGAN PADA


MASALAH INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG
PERAWATAN RS. X KOTA BEKASI

Mini Proposal Tesis


Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah riset kualitatif

Oleh Kelompok 3B
Fitrianti : 2006507920
Hellen Sindim : 2006562206
Istiqomah : 1906427906

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya, kelompok dapat menyelesaikan mini proposal ini. Penulisan mini proposal
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk matakuliah Riset
Kualitatif Fakultas Ilmu Keperawatan Program Pascasarjana Peminatan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan Universitas Indonesia. Kelompok menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa pembelajaran sampai pada
penyusunan mini proposal ini, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan mini
proposal ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dra. Setyowati, SKp, MAppSc., PhD, selaku dosen fasilitator kelompok
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga membuat kami
memahami prinsip-prinsip dalam melakukan riset kualitatif sebaik-baiknya
2. Dr. Imami Nur Rachmawati, SKp, MSc., selaku dosen penanggungjawab
matakuliah riset kualitatif yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk merancang perkuliahan riset kualitatif sebaik-baiknya;
3. Hening Pujasari, SKp, MBiomed., MANP, Ph.D, selaku dosen koordinator mata
ajar yang telah banyak membantu dalam asupan materi perkuliahan dan proses
tanya jawab;
4. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral; dan

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Depok, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Rumah Sakit...............................................................................................................6
2.2 Tujuan Rumah Sakit..................................................................................................6
2.3 Tugas Pokok dan fungsi Rumah Sakit......................................................................6
2.4 Rumah Sakit di Indonesia..........................................................................................7
2.5 Keselamatan Pasien (Patient Safety).........................................................................7
2.6 Tujuan Keselamatan Pasien......................................................................................8
2.7 Sasaran Keselamatan Pasien.....................................................................................8
2.8 Tujuh Langkah Keselamatan Pasien........................................................................9
2.9 Insiden Keselamatan Pasien......................................................................................9
2.12 Jenis Insiden Keselamatan Pasien.............................................................................9
2.13 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien..................................................................10
2.13 Peran Kepala Ruang dalam Penerapan Keselamatan Pasien (Patient Safety)....11
2.1 Kerangka Pikir.........................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................12
Metotodologi Penelitian...........................................................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................................12
3.2 Lokasi dan waktu.....................................................................................................12
3.3 Populasi dan Sampel................................................................................................12
3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................................................12
3.5 Metode Analisis Data...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien (patient safety) adalah dasar dari pelayanan Kesehatan yang
baik. Keselamatan pasien juga menjadi salah satu indikator dalam menilai akreditas
institusi pelayanan kesehatan, oleh karena itu keselamatan pasien sangat penting.
Namun, jika ditinjau dari insiden keselamatan pasien, keselamatan pasien di berbagai
tingkat pelayanan kesehatan masih buruk, baik secara global maupun nasional (Kusek,
2012).
Institute of Medicine (IOM) pada tahun 2000 menerbitkan laporan yang berjudul
To Err Is Human: Building a Safer Health system. Laporan tersebut menyatakan bahwa
Amerika Serikat mengalami 98.000 kasus kematian akibat kesalahan medis yang dapat
dicegah. Hasil penelitian James (2013) juga menyatakan bahwa diperkirakan lebih dari
40.000 kasus kematian per tahun disebabkan oleh cedera yang dapat dicegah.
Hasil penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit terakreditasi Joint
Commision International (JCI) dalam Buhari (2018), diketahui bahwa ditemukan 52
insiden pada 11 rumah sakit di 5 negara. Kasus tertinggi berada di Hongkong dengan
total 31% kasus, disusul Australia 25% kasus, India 23% kasus, Amerika 12% kasus,
dan Kanada 10%kasus. Di Brazil terdapat sekitar 7.6% kasus. Insiden keselamatan
pasien yang terjadi di Indonesia berdasarkan hasil laporan Daud (2020) diketahui bahwa
terdapat 7.465 kasus pada tahun 2019, yang terdiri dari 171 kematian, 80 cedera berat,
372 cedera sedang, 1183 cedera ringan, dan 5659 tidak ada cedera,
Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien menemukan adanya pelaporan
kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang disebabkan karena proses atau prosedur
klinik (9,26 %), medikasi (9,26%), dan Pasien jatuh (5,15%) (KKP RS, 2011). Menurut
Laporan Insiden Keselamatan Pasien Di RS X Kota Bekasi pada tahun 2020, didapatkan
data angka kejadian sentinel sebanyak 0%, KTD sebanyak 4,5%, KTC sebanyak 14,5%,
KNC sebanyak 60,4%, KPC 20,5% (Laporan PMKP, 2020).

i
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Peraturan
ini menjadi tonggak utama operasionalisasi keselamatan pasien di rumah sakit seluruh
Indonesia. Kemudian Komisi Akreditasi Rumah Sakit atau KARS telah berkomitmen
menjadi lembaga akreditasi internasional yang menjaga mutu dan keselamatan pasien.
Proses akreditasi rumah sakit harus memenuhi Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (SNARS), yang telah diakui di tingkat internasional. Total ada 334 standar dan
1.345 elemen yang harus dinilai. Elemen yang mencakup berbagai hal terkait layanan
dan keselamatan pasien serta tenaga kesehatan di rumah sakit. Berbagai kebijakan
maupun pedoman telah dikeluarkan agar rumah sakit dapat menjaga mutu pelayanan
dengan meminimalisir angka kejadian insiden keselamatan pasien.
Penelitian dari Nurmalia dan Nivalinda (2016) di rumah sakit pemerintah di
Semarang ditemukan implementasi keselamatan pasien masih kurang baik 56,2%,
sedangkan Harus & Sutriningsih (2015) melaporkan bahwa ada 22 insiden praktik
keselamatan pasien di rumah sakit swasta di Malang. Data insiden keselamatan pasien
masih banyak ditemukan di rumah sakit umum dan swasta meski sudah lulus akreditasi,
hal ini dapat menimbulkan efek negatif terhadap pelayanan Kesehatan.
Perilaku perawat dalam penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berkontribusi pada insiden keselamatan pasien. Anderson & Kodate (2015)
menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien melibatkan faktor
organisasi, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan. Kemudian WHO (2018)
mengungkapkan berbagai faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan pasien
termasuk faktor eksternal rumah sakit, faktor organisasi dan manajemen, kondisi kerja,
kerja tim, karyawan, beban kerja, pasien, dan komunikasi. Penelitian oleh Tetuan di. al,
(2017) memperoleh hasil bahwa 57,95% keselamatan pasien dipengaruhi oleh kerja tim
dibandingkan dengan faktor lain.
Berbagai penelitian sebelumnya yang mengkaji permasalahan yang berkaitan
dengan patient safety, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Masahuddin dkk (2019)
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen kepala
ruangan dengan penerapan patient safety oleh perawat di RSUD Kota Makassar. Hasil
penelitian menunjukan bahwa semakin baik pelaksanaan fungsi manajemen kepala

i
ruangan maka semakin baik penerapan patient safety oleh perawat di RSUD Kota
Makassar.
Kepala Ruangan merupakan seorang yang bertanggung jawab langsung atas ruang
rawat yang dipimpinnya dalam pelaksanaan peningkatan mutu keperawatan secara
berkelanjutan di ruangan yang dikelolanya. Menurut Laporan Insiden Keselamatan
Pasien Di RS X Kota Bekasi pada tahun 2020, didapatkan data angka kejadian sentinel
sebanyak 0%, KTD sebanyak 4,5%, KTC sebanyak 14,5%, KNC sebanyak 60,4%, KPC
20,5%. Salah satu cara menjaga mutu pelayanan terhadap pasien adalah dengan tidak
terdapat atau kecilnya angka insiden keselamatan pasien yang merupakan salah satu
tugas kepala ruangan untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengalaman
dan presepsi kepala ruangan dalam menghadapi dan mengatasi masalah insiden
keselamatan pasien diruangan perawatan RS X Kota X?

1.2 Rumusan Masalah


Kepala ruang merupakan manajer keperawatan yang langsung berhubungan
dengan kegiatan pelayanan kesehatan pada pasien. Kepala ruang sebagai lower manager
dalam keperawatan harus mampu menjalankan fungsi manajemen sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai. Manajemen keperawatan merupakan rangkaian fungsi dan
aktivitas yang secara simultan saling berhubungan dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui anggota staf keperawatan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan yang berkualitas. Kualitas pemberian asuhan keperawatan bagi
pasien dapat dilihat dari pemberian asuhan keperawatan yang aman. Tujuan pelayanan
keperawatan yang berkualitas dapat tercapai apabila manajer keperawatan mampu
melaksanakan fungsi manajemen dengan baik.

Keselamatan pasien (patient safety) telah menjadi indikator penting dalam


pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam mencapai tujuan meningkatan mutu
pelayanan pasien di rumah sakit, Kepala ruangan memiliki peran penting dalam
mengimplementasikan budaya keselamatan di unit masing-masing. Oleh karena itu
masalah penelitian ini dirumuskan dengan dua pertanyaan, yaitu: (1) Apa ungkapan arti
dari pengalaman kepala ruangan terhadap insiden keselamatan pasien, (2) Bagaimana
presepsi kepala ruangan dalam menghadapi insiden keselamatan pasien yang terjadi?

i
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengalaman
dan persepsi kepala ruangan pada masalah insiden keselamatan pasien di ruang
perawatan Rs. X Kota. X
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diidentifikasinya pengetahuan dari kepala ruangan tentang keselamatan pasien
1.3.2.2 Diidentifikasinya pelaksanaan keselamatan pasien oleh kepala ruangan
1.3.2.3 Diidentifikasinya masalah-masalah terkait keselamatan pasien yang dialami
kepala ruangan
1.3.2.4 Diidentifikasinya masalah-masalah keselamatan pasien
1.3.2.5 Diidentifikasinya hal yang dilakukan kepala ruangan dalam menangani masalah
1.3.2.6 Diidentifikasinya keberhasilan maupun ketidakberhasilan dalam mengatasi
masalah serta penyebabnya
1.3.2.7 Diidentifikasinya harapan kepala ruangan dalam masalah insiden keselamatan
pasien diruangannya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Aplikatif
Sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam pelaksanaan patient safety bagi
pihak manajemen dan kepala Ruang Perawatan RS. X Kota.X, sebagai
pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
1.4.2 Manfaat akademis dan keilmuwan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru, atau menunjang teori-
teori yang sudah ada, tentang budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
1.4.3 Manfaat Metodologis
Sebagai bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam hal pengembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan serta keterampilan bagi mahasiswa, serta sebagai
bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin meneliti analisis peran kepala
ruangan terhadap penerapan patient safety rumah sakit.

i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit


Rumah sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No.147 Tahun 2010) Rumah sakit
adalah suatu sarana yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabilitasi berikut segala penunnjangnya
(Astuti, 2009).
Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu institusi yang
fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut
merupakan diagnostic dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah Kesehatan
baik yang bersifat bedah maupun non bedah.

i
2.2 Tujuan Rumah Sakit
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial. Tujuan rumah sakit dalam Undang-undang Republik Indonesi Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, yaitu:

2.2.1 Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan


2.2.2 Memberikann perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
2.2.3 Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
2.2.4 Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan rumah sakit
2.3 Tugas Pokok dan fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan tugasnya,
Rumah Sakit mempunyai fungsi;
2.3.1 Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
2.3.2 pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
2.3.3 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan Kesehatan
2.3.4 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

2.4 Rumah Sakit di Indonesia


Rumah sakit merupakan “theoretically an imposible organization” karena
manajemen rumah sakit merupakan suatu pekerjaan yang sangat rumkt, yaitu banyak
segi-segi yang salin berkaitan seperti segi etik, falsafah, agama, ilmu kedokteran, sosial
dan hukum. Dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 menjelaskan bahwa rumah
sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Dalam

i
penyelenggaraannya, pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan kemampuan
pelayanan rumah sakit, yaitu tipe A, B, C, dan D. Terkait tentang klasifikasi rumah sakit
secara lebih detail berdasarkan pelayanan, SDM, peralatan, sarana prasarana dan
administrasi manajemen tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 340 Tahun 2010.

2.5 Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Keselamatan Pasien menurut PERMENKES No.11 Tahun 2017 adalah suatu
sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan alaisa insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu Tindakan atau tidak mengambil Tindakan yang harus di ambil.

Keselamatan pasien menjadikan keselamatan pasien menjadi acuan dan prinsip


utama dalam proses pelayanan Kesehatan di sebuah Lembaga penyedia Kesehatan.
Setiap rumah sakit diharuskan memiliki manajemen keselamatan pasien demi menjamin
keselamatan dan keamanan pasien yang mendapatkan pelayanan Kesehatan. Rumah
sakit dan penyedia layanan Kesehatan beserta tenaga Kesehatan sudah semestika
memberikan pelayanan medis yang bermutu, prima, dan maksimal, sehingga tercipta
keselamatan pasien (Rachmawati, 2019)

2.6 Tujuan Keselamatan Pasien


Tujuan penanganan keselamatan pasien menurut Joint Commission International
dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit (2011) adalah Ketepatan identifikasi pasien,
Meningkatkan komunikasi yang efektif, Meningkatkan keamanan dari obat yang perlu
diwaspadai, Memastikan benar tepat-lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi,
Mengurangi risiko infeksi terkait dengan pelayanan Kesehatan, Mengurangi risiko
pasien jatuh.
Namun, menurut Institute of Medicine dalam Triwibowo (2013) terdapat empat
rangkaian pendekatan dalam mencapai keselamatan pasien, diantaranya;
2.6.1 Meningkatkan kemampuan leadership, penelitian, protokol untuk
meningkatkan pengetahuan dasar tentang keselamatan

i
2.6.2 Identifikasi dan belajar dari kesalahan yang terjadi dengan mengembangkan
sistem pencatatan dan pelaporan pada setiap kejadian yang ada
2.6.3 Meningkatkan standar kerja dan standar harapan untuk meningkatkan
keselamatan melalui pembelajaran dari kesalahan
2.6.4 Mengimplementasikan sistem keselamatan pada organisasi untuk menjamin
praktik yang aman pada setiap tingkatan pelayanan.

2.7 Sasaran Keselamatan Pasien


Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien mencakup enam sasaran
(Kemenkes, 2011), yaitu: Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang
efektif, Peningkatan pengamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait pelyanan Kesehatan,
Pengurangan risiko pasien jatuh.

2.8 Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit adalah panduan yang
komprehensif menuju keselamatan pasien. Setiap rumah sakit harus menerapkan dan
melaksanakan tujuh Langkah keselamatan pasien ini agar dapat mewujudkan
keselamatan bagi pasien. Tujuh Langkah menuju keselamatan pasien tersebut antara
lain; Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, Pimpinan dan dukungan
terhadap staf, Integrasi aktivitas manajemen risiko, Membangun sistem pelaporan,
Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan public, Belajar dan berbagi
pengalaman tentang keselamatan pasien, Implementasi solusi untuk mencegah kerugian.

2.9 Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan pasien terjadi karena beberapa faktor. Tingginya angka
keparahan insiden pada keselamatan dan Kesehatan kerja berasal dari banyaknya
insiden dengan tingkat keparahan yang lebih rendah dan kejadian nyaris cidera yang
dijelaskan dalam bentuk segitiga atau piramida keselamatan. Keselamatan pasien
berkaitan dengan kepuasan pasien, tenaga Kesehatan dan mahasiswa. Bagi pasien,
terciptanya keselamatan dapat membuat keselamatan dan Kesehatan meningkat,
mendapatkan pelayanan Kesehatan yang bermutu, dan memberikan pengalaman yang
positif. Bagi staf, dapat membuat lingkungan kerja bebas dari risiko, memunculkan rasa

i
positif dan tenang tentang pekerjaan, produktivitas kerja meningkat, retensi meningkat
dan membantu staf semakin berprestasi (Haryati, 2019).

2.12 Jenis Insiden Keselamatan Pasien


Setiap kejadian/situasi yg dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yg tidak seharusnya terjadi, berikut jenis insiden yang terjadi di rumah sakit :

2.12.1 Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden (Kerusakan alat ventilator, DC
shock, tensi meter)
2.12.2 KejadianTidak Cedera (KTC) nsiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera (Pasien minum parasetamol & tidak ada reaksi apapun tetapi
dokter tidak meresepkan parasetamol)
2.12.3 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien (Salah identitas pasien namun diketahui sebelum dilakukan tindakan )
2.12.4 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien (salah cara pemberian obat , Tertusuk jarum, pasien jatuh)
2.12.5 Kejadian sentinel Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius

2.13 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien


Pelaporan insiden bukan hanya menjadi tugas perawat saja, namun profesi apapun
yang bekrja dirumah sakit. Hal yang sering menghambat dalam pelaporan insiden
keselamatan pasien adalah setiap staf dirumah sakit yang merasa tidak
bertanggungjawab untuk melaporkan insiden. Alur pelaporan insiden terbagi menjadi
dua, yaitu internal dan eksternal. Berikut ini adalah alur internal;

- Apabila terjadi insiden wajib untuk ditangani dan segera ditindaklanjuti untuk
mengurangi dampak atau akibat yang tidak diharapkan
- Segera membuat laporan insidensi paling lambat 2x24 jam
- Menyerahkan ke atasan langsung pelapor
- Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan
- Hasil grading akan membantu menentukan bentuk investitgasi dan analisis
- Laporan hasil investigasi dan insiden

i
- Menganalisis kembali hasil insidensi dan investigasi
- Untuk grade kuning atau merah dan Tim KP akan melakukan analisis akar
masalah
- Tim KP di RS membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaiakn untuk
mencegah kejadian yang sama terulang Kembali
- Rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi
- Rekomendasi diberikan untuk umpan balik
- Unit kerja membuat analisis kejadian di suatu kerjaan masing-masing.
- Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KP di RS

2.13 Peran Kepala Ruang dalam Penerapan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Ada sejumlah standar yang harus dipenuhi berkaitan dengan peran kepemimpinan,
yaitu: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pimpinan menjamin berlangsungnya program
proaktif, Pemimpin mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi,
Pimpinan mengalokasikan sumber SDM yang adekuat dan Pimpinan mengukur dan
mengkaji efektifitas kontribusinya.

2.1 Kerangka Pikir


Kepala ruang merupakan seorang pemimpin yang memiliki peran penting
menerapkan keselamatan pasien (patient safety) yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian. Dalam melaksanakan peran tersebut terdapat tujuh
langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang harus dilakukan kepala ruang
terdiri dari : Langkah (1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
Langkah (2) memimpin dan mendukung staf; Langkah (3) mengintegrasikan aktivitas
pengelolaan risiko; Langkah (4) mengembangkan sistem pelaporan; Langkah (5)
melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien; Langkah (6) belajar dan berbagi
pengalaman tentang keselamatan pasien; Langkah (7) mencegah cedera melalui
implementasi sistem keselamatan pasien.

i
i
BAB III

Metotodologi Penelitian

3.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif
fenomenologi. Fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang lebih
memfokuskan diri pada konsep suatu fenomena tertentu dan bentuk studinya adalah
untuk melihat dan memahami arti dari suatu pengalaman yang berkaitan dengan
suatu fenomena tertentu (Denzin & S Lincoln, 2009).
Peneliti akan melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif fenomenologi
untuk mendeskripsikan mengenai Pengalaman dan Persepsi Kepala Ruangan Pada
Masalah Insiden Keselamatan Pasien Di Ruang Perawatan Rs. X di kota X.
Pendeskripsian peran kepala ruang tersebut di jelaskan berdasarkan hasil
pengambilan data dilapangan dengan cara wawancara dan dokumentasi. Untuk
melakukan wawancara, akan di buat panduan wawancara dan observasi mengenai
peran kepala ruang terhadap penerapan keselamatan pasien. Kemudian dari data
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif.

3.2 Lokasi dan waktu


Penelitian ini akan dilakukan di ruang perawatan RS.X Kota Bekasi. Waktu
penelitian pada bulan April 2021 sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel


Sampel dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah kepala ruangan di ruang
perawatan RS. X Kota Bekasi

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dari sumbernya dan dicatat untuk pertama kalinya. Teknik
pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang
akan dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan panduan wawancara.
Adapun alat yang akan digunakan pada saat wawancara adalah Microsoft teams.

i
Data sekunder merupakan data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti.

3.5 Metode Analisis Data


Analisa data kualitatif memiliki tiga jalur, yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
data yang di dapat di lapangan. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan,
menggolongkan. Membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil data. Cara reduksi data :
1) Seleksi ketat data 2) Ringkasan atau uraian singkat 3) Menggolongkan dalam
pola yang lebih luas Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi di
susun, sehingga kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.

i
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y. (2004). Manajemen administrasi rumah sakit. Jakarta: UI-Press.

Ayunda. (2020) Analisis Peran Kepala Ruang Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien
Di Instalasi Gawat Darurat Rsud H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun
2019. (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).

Buhari B, Machmud R, Dorisnita D. Implementation of Patient Safety in Accredited


Hospitals and Its Determining Factors in Jambi City, Indonesia. Elev Int J Nurs
Educ Pract Res. 2018;1(2):134–44.

James JT. A new, evidence-based estimate of patient harms associated with hospital
care. J Patient Saf. 2013;9(3):122–8.

Cahyono, J. B., & Suhardjo, B. (2012). Membangun budaya keselamatan pasien dalam
praktek kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. Nursalam

Harus, B. D., & Sutriningsih, A. (2015). Nurse’s knowledge of patient safety with the
implementation of Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) at Panti Waluya
Sawahan Malang Hospital. Jurnal Care, Vol. 3, No. 1, 3(July 2013), 1–9.

Iswati. (2016) Persepsi Perawat Tentang Penjaminan Mutu Keselamatan Pasien Oleh
Kepala Ruangan. Adi Husada Nursing Journal Vol. 2, No.1, Juni 2016

Joint Commission International. (2015). Comprehensive Accreditation Manual for


Hospitals : The Patient Safety Systems Chapter. Joint Commission International.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar Akreditasi
Versi 2012 (1st ed.). Jakarta

KKP-RS. (2015). Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (ikp). Jakarta.

Kusek. (2012). Preventing central line-associated bloodstream infections. Journal of


nursing. Muliana & Mappanganro. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Perawat dalam Penerapan Patient safety Goal : Identifikasi pasien di rumah sakit
Ibnu Sina YW-UMI Makasar. Jurnal Keperawatan.

i
Nurmalia, D., & Nivalinda, D. (2016). Management functions in the implementation of
mentoring. Media Medika Muda, 2(2), 77–88. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/22191/

Marquis, Bessie. L & Huston, C. J. (2015) Leadership roles and management functions
in nursing: theory and application (8th ed.). Canada: Lippincot Williams &
Wilkins.

Masahuddin. (2019) Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan


Dengan Penerapan Patient Safety Di Ruang Perawatan Rsud Kota Makassar.
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun
2020

Najiha (2018). Budaya Keselamatan Pasien Dan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit: Literature Review. Journal of Islamic Nursing, 3(1), 1.

Nurmalia, D., & Nivalinda, D. (2016). Management functions in the implementation of


mentoring. Media Medika Muda, 2(2), 77–88. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/22191/

Priyoto & Widiyastuti, T. (2014). Kebutuhan dasar keselamatan pasien: Yogyakarta:


Graha Ilmu

Rachmawati. (2019) Manajemen Patient Safety. Yogyakarta : Pustaka Baru

Triwibowo. (2013) Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Trans


Info Media

Warouw, H. J. (2009). Hubungan pengarahan kepala ruang dengan kinerja perawat


pelaksana di ruang rawat inap RSUD Budhi Ashi Jakarta. (Tesis, Universitas
Indonesia). Diakses dari lib.ui.ac.id/file/124926-Herman J.WAROUW.pdf

LAMPIRAN I

PANDUAN WAWANCARA

i
PENGALAMAN DAN PERSEPSI KEPALA RUANGAN PADA MASALAH
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN RS.X KOTA
BEKASI

I. Data Umum Informan


Informan :
Jabatan Informan :
Kode Informasi :
Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
II. Pernyataan

1. Pengetahuan tentang insiden keselamatan pasien


2. Pengetahuan tentang masalah insiden keselamatan pasien yang terjadi di ruangan
3. Pengalaman dalam menghadapi insiden tersebut
4. Perasaan saat insiden terjadi
5. Sikap saat ada staf yang terlibat dalam insiden keselamatan pasien di ruangan
6. Hal yang dapat membantu dalam mengatasi insiden keselamatan pasien di
ruangan
7. Tantangan atau masalah yang dihadapi dalam mengatasi insiden yang terjadi
8. Pengalaman lainnya yang ingin diceritakan terkait masalah insiden keselamatan
pasien.
9. Harapan yang ingin disampaikan

LAMPIRAN II
PENJELASAN PENELITIAN

i
Judul Penelitian : Pengalaman Dan Persepsi Kepala Ruangan Pada Masalah
Insiden Keselamatan Pasien Di Ruang Perawatan Rs. X Kota
Bekasi
Peneliti : Kelompok 3B
Fitrianti (2006507920)
Hellen Sindim (2006562206)
Istiqomah (1906427906)

Peneliti adalah Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Peminatan


Kepemimpinan dan Manajamen Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Ibu diminta kesediaannya untuk berpartisipasi didalam penelitian ini. Ibu berhak untuk
ikut atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini, kapanpun ibu inginkan, karena
partisipasi ibu bersifat suka rela. Sebelum mengambil keputusan, saya akan menjelaskan
beberapa hal tentang penelitian ini, sebagai pertimbangan untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengalaman Dan Persepsi Kepala
Ruangan Pada Masalah Insiden Keselamatan Pasien Di Ruang Perawatan Rs. X
Kota Bekasi. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Setelah ibu bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara pada waktu dan tempat yang telah disepakati. Pada saat
melakukan wawancara, peneliti akan merekam apa yang ibu sampaikan dengan
menggunakan ms team sebagai alat penyimpan data.
3. Jika selama proses wawancara ibu merasa tidak nyaman, ibu boleh mengundurkan
diri dalam penelitian ini dan tidak ada sanksi apapun yang akan merugikan ibu
4. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan hasil wawancara dengan ibu.
Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini jika ibu menginginkannya. Hasil
penelitian ini akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dan institusi
tempat peneliti melakukan penelitian ini
5. Jika ibu telah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, ibu
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan terlampir.

Lampiran III
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

i
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti dan membaca penjelasan penelitian, saya
memahami manfaat dan tujuan penelitian, serta jaminan kerahasiaan identitas dan data
yang saya berikan. Saya mempunyai hak untuk ikut atau menolak untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini, jika saya merasa tidak nyaman.

Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, berarti saya bersedia ikut berpartisipasi
sebagai partisipan dalam penelitian ini denga ikhlas dan tanpa paksaan dari siapapun.

Jakarta, April 2021


Partisipan

LAMPIRAN IV TRANSKRIP HASIL WAWANCARA


Presepsi dan Pengalaman Kepala Ruangan Terhadap Insiden Keselamatan Pasien
di RS X

i
No Objektif Pertanyaan Kepala Ruang
1. Keselamatan 1. Apa yang diketahui tentang “Menurut saya insiden keselamatan pasien
Pasien insiden keselatan pasien? situasi yang dapat menyebabkan atau be
yang memang seharusnya tidak terjadi pada
2. Berapa macam insiden “Ada 5 macam, yaitu sentinel, Kejadian
keselamatan pasien yang ibu Tidak Cidera, Kejadian Nyaris Cidera, dan
ketahui?
3. Jelaskan pengertian dari “Yang saya pahami kejadian sentinel adal
insiden yang tadi sudah pada pasien yang menyebabkan kema
disebutkan? permanen, kemudian kejadian tidak diha
cidera yang terjadi pada pasien yang di
kelalaian staff rumah sakit. Berikutnya ke
kejadian dimana terjadi kesalahan kepada
tetapi tidak menimbulkan cidera. Sedangka
suatu kejadian yang hamper terjadi ke pasie
terakhir yaitu kejadian potensial cidera a
berpotensi mengakibatkan cidera pada pasi
Insiden 4. Selama menjadi kepala “Menurut data insiden keselamatan pasien
Keselamatan ruangan, apakah pernah lebih 20% pasien kami mengalami jatuh
Pasien terjadi insiden keselamatan terjadi yaitu pasien jatuh ada yang jatuh
pasien di unit ibu? kamar mandi walaupun sudah di damping o
Pengalaman 5. Bagaimana pengalaman ibu “Dulu waktu itu saya dinas pagi Bersama t
menghadapi Ketika menghadapi insiden muda tapi dia overweight dengan CKD
keselamatan pasien jatuh tersebut? kesadarannya kurang focus, tetap mem
pasien akhirnya kami dampingi kami antar dengan
bantu untuk duduk di toilet, Ketika selesai
sendiri, akhirnya jatuh. Karna BB 130
security mencari bantuan, dengan tetap ten
tidak terjadi benturan dan kesadaran m
bantuan 2 orang security kami mengangka
Alhamdulilah bisa ke angkat dan saya
langsung melapor ke dokter di unit saya un
6. Setelah kejadian itu, apa yang “Pada saat itu perasaan langsung kaget,
ibu lakukan sebagai kepala pasien sudah pada pintar jadi Ketika a
ruangan? khawatir, saya prinsipnya tekankan ke tem
pertama harus di kaji pastikan selamat dan
laporan insiden kepada atasan saya kep
kejadian ini di gali lagi dan hal hal ap
sehingga tidak terjadi kejadian yang sama”
Perasaan 7. Apakah ada rasa khawatir “Saya menanamkan untuk system pelapo
Menghadapi atau ketakutan untuk rumah sakit ini tidak ada budaya bleemin
Insiden melaporkan ke atasan atau teman jika ada insiden pasien safety seger
mutu atas kejadian insiden yang terutama kita layani supaya aman ja

i
keselamatan yang terjadi yang dikhawatirkan”
8. Menurut pengalaman ibu, “Mungkin teman-teman ada pemikiran kha
apakah ada staff perawat yang mereka takut dapat sanksi, itu yang harus
tidak paham dengan Sekarang pelayanan Kesehatan menitik ber
keselamatan pasien atau takut saya selalu evaluasi dan monitoring supaya
untuk melaporkan insiden sakit ini tidak ada bleeming jangan takut m
insiden langsung tangani pasiennya dan
mengkaji yang mana harus di evaluasi. J
akan dikenakan sanksi”
9. Pada saat menganilisa “Kalau insiden yang terjadi ini memang
menggunakan akar masalah, untuk edukasi dan penanganan monitoring
apakah ditemukan perawat dengan baik, setelah dikaji memang ka
yang terlibat dalam insiden memang agak sedikit terganggu, karena p
tersebut melakukan menjaganya Cuma kurang cocok jadi secar
pelanggaran? belum stabil pada saat itu. Dari segi perat
sudah kami lakukan pada saat itu.
Peran Kepala 10. Apakah selama jadi kepala “Terakhir bulan lalu ada insiden terkait pem
Ruangan pada ruangan pernah ada kejadian menerapkan dokumentasi pemberian obat m
masalah insiden insiden yang disebabkan oleh obat di online otomatis dia masuk ke daf
keselamatan perawat? pada saat kejadian staff saya sudah melak
pasien sudah membaca instruksi dokter dengan ba
obat 6 benar sudah dilakukan, hanya saj
yang menjadi data sehingga tidak di chec
selanjutnya memberikan lagi sehingga doub
pasien”
11. Bagaimana sikap ibu terhadap “Waktu itu Ketika saya mendapat i
staff tersebut? menghubungi staf tersebut saya coba gali d
melakukan intimidasi sehingga staf dapat b
sudah ditas jam 10 malam tapi saya t
kesalahannya dimana sehingga terjadi kes
mengaku lupa untuk melakukan dokumenta
12. Apa tindak lanjut yang “Saya panggil stafnya, saya lakukan konsel
dilakukan oleh ibu setelah positif karena murni karena melanggar sud
mendapat hasil investigasi terdokumentasi. saya mengkonseling staf
kepada perawat tersebut? focus bekerja, harus mengikuti SOP ya
peraturan rumah sakit. Intinya lebih focus,
ini tidak akan terjadi kedepan”
13. Bagaimana respon dari staf, “Waktu itu staff respon bagus dan posit
seperti apa? pembelajaran bagi yang lain agar tidak
Rencana tindak lanjut dari kejadian ini ked
ada di system kita akan libatkan dokte
pengobatan hard copynya sehingga tidak te
Harapan dan cara 14. Setelah kejadian ini apa “Saya harus sering melakukan monitoring

i
mengatasinya harapan Ibu untuk mencegah barrier ini tidak di tabrak lagi jadi kons
agar tidak terjadi insiden lagi? staff. Kemudian mensosialisikan SPO
pemberian obat, mengevaluasi system”
15. Terkait mengevaluasi secara “kita ada rapat rutin bulanan setiap bula
berkala, berapa lama dibuat untuk manajemen yang mengeva
waktunya. membahas insiden yang terjadi di setiap u
minggu saya melakukan evaluasi juga kepa
ada pelatihan pelatihan yang harus diikutka

Anda mungkin juga menyukai