Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

MATA KULIAH : ETIKA KEPERAWATAN

STKes SANTA ELISABETH MEDAN

PRODI D3 KEPERAWATAN

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya

serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Medan, 27 April 2020

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….…………….….i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………..…….ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………..…1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………2
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Legal Keperawatan.....................................................................................3
2. Definisi Legislasi Keperawatan................................................................................5
3. Undang Undang Tentang Keperawatan......................................................................5
4. Perlindungan Hukum Untuk Keperawatan................................................................6
5. Mencegah Masalah Hukum.......................................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................8

B. Saran........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format
model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal
dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap
tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini.
Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah
menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien,
boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien.
Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari
perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan
lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis
tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991). Aspek legal
keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi  perawat yaitu Surat Ijin Kerja
(SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja
secara perseorangan atau berkelompok.Kewenangan itu, hanya di berikan kepada
orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti
memiliki kewenangan. Dalam profesi  kesehatan hanya kewenangan yang bersifat
umum saja yang di atur oleh Departement Kesehatan sebagai penguasa segala
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang
bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu di serahkan
kepada profesi masing-masing
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka
miliki.Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,
momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi
perawat.Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum
memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi
tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-
negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada
sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan
dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.Sementara
negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah
memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan
tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi
siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya
bekerja di negara lain

1.2 Rumusan Masalah


Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan aspek legal keperawatan.
2. Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan
3. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan
4. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan
5. Bagaimana mencegah masalah hukum

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan
2. Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan
3. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan
4. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan
5. Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Aspek Legal Keperawatan


Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi  dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja
membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan
tentu harus juga bisa di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus
di penuhi. Setiap perawat harus mempunyai “body of knowledge” yang spesifik, memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik,
mempunyai standar kompetensi  dan kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui
pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi
bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional,  Ethical and legal
practice, bidang care provision and management dan bidang Management Development.
“setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang di peroleh
melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan
tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat[4]”.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan
formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan
kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
 Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
 Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk
penyelamatan jiwa.
 Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
prakteknya.
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
 Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
 Tempat praktek memenuhi syarat,
 Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau
buku kunjungan, catatan tindakan, dan formulir rujukan.

3
     Larangan perawat dalam melakukan praktek :
 Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
 Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari
larangan ini.
 Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
 Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan
SIPP dapat di cabut.
 Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
 Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
 Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
 Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.
Hak dan kewajiban seorang perawat.
 HAK perawat:
a. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya.
b. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
c. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.
d. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau
keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan
yang di berikan.
e. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan
perkembangan IPTEK dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
f. Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi pelayanan
maupun pasien / klien.
g. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress emosional.
h. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
pelayanan kesehatan.
 KEWAJIBAN perawat , yaitu:
a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
b. Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.
c. Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d. Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.
f. Menaati semua peraturan perundang-undangan.

4
2.  Pengertian legislasi dalam keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:
 Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
 Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
 Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
 Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.

       Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:


 Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan.
 Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan.
 Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
 Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
 Memotivasi pengembangan profesi.
 Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

3. UNDANG UNDANG tentang keperawatan.


Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya,
tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan lainnya
yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.
 Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
 UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga
kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker.
Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga
pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung.
 UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan
rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3
dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada
pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai

5
negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja
pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
 SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk
bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
 UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan
UU praaktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui
dengan profesinya.
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien.

4. Perlindungan Hukum untuk Keperawatan.


Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan suatu
jalan untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang mengatur praktik
keperawatan dan perlindungan dari tuntunan malpraktik. Di berbagai negara maju dimana
tuntutan malpraktik terhadap tenaga professional semakin meningkat jumlahnya, maka
berbagai area pelayanan kesehatan telah melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat
dengan asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan perkembangan zaman,
tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang asuransi malpraktik juga perlu
dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat di Indonesia.

5. Mencegah Masalah Hukum


Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib
manusia. Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama “mencegah lebih baik dari pada
mengobati”. Kiranya mencegah masalah hukum lebih baik dari pada memberikan sanksi
hukum. Untuk ini sebagai perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam mencegah hukum.

6
Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang merupakan nurse
defender terhadap masalah hukum :
a) Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
b) Jangan melakukAn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila
perlu, pelajarilah caranya).
c) Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan keperawatan
berkelanjutan.
d) Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan kesenjangan
pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok, audit dan
evaluasi dari supervisor.
e) Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
f) Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya. Sering berkomunikasi dengan orang
lain, jangan menutup diri.
g) Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
h) Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan orang-orang
dibawah pengawasan anda.
i) Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang
undang keperawatan.
 Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
 Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi.
 Kelalaian yaitu seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencedrai pasien
dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang di harapkan ataupun tidak
melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
 Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik
keperawatan
 PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan
hukum bagi tenaga keperawatan.

B. SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan,
nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan
keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan
medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk
menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik
milik pemerintah maupun non pemerintah. 

8
DAFTAR PUSTAKA
http://azizahfifi1.blogspot.com/2014/10/makalah-aspek-legal-keperawatan.html?m=1

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-38-2014-keperawatan

Anda mungkin juga menyukai