Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari
kesempurnaan. Karena itu kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kelompok kami
khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada umumnya.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Komunikasi dalam keperawatan jiwa................................................................2
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologi dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi
didasari dari sikap peduli dan kasih sayang, serta ingin membantu orang lain untuk tumbuh
dan berkembang. Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan –
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental.
Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa(Neurosa) dan sakit jiwa
(psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala adalah ketegangan(tension), rasa
putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan
tidak mampu mencapai tujuan.
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah sangatlah penting
karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien yang mengalami gangguan jiwa
membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat spesifik dari segi mental atau kejiwaannya.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai
tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang
sangat menarik klien.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik
bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
3
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang
bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan
klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan
terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan
pasien lain bisa menjadi korban.
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang
- orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat
dalam menghadapi stressor.
4
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi
sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan
mengalami Harga Diri Rendah.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor bisa direduksi
dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa dapat ditekan sekecil
mungkin.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang realities, terkadang pasien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri personal disini termasuk
status, peran, dan jenis kelamin.melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat
membantu pasien meningkatkan indentitas diri yang jelas (Suryani, 2005).
6
a. Fase Preinteraksi
Merupakan fase persiapan sebelum terjadi kontak pertama antara perawat dan pasien. Pada
fase ini perawat harus mengeksplorasi diri terhadap perasaan – perasaan diri seperti ansietas,
ketakutan dan keraguan. Tugas perawat dalam fase ini adalah mengumpulkan informasi
tentang pasien dan mengeksplorasikan perasaan diri.
b. Fase Orientasi
Pada fase orientasi, perawat dan pasien pertama kali bertemu. Pada fase ini, penting bagi
perawat untuk memperkenalkan dirinya dengan menggunakan nama, baik secara lisan
maupun tulisan. Dalam membina hubungan perawat dengan pasien, kunci utama adalah
terbinanya hubungan saling percaya, adanya komunikasi terbuka, memahami penerimaan dan
merumuskan kontrak. Tugas perawat dalam tahapan ini adalah mengeksplorasi perasaan,
mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan, mengalisis kekuatan dan
kelemahan diri, mengumpulakan data tentang pasien, serta merencanakan pertemuan.
7
c. Fase Kerja
Merupakan fase dimana kerjasama terapeutik perawat dengan pasien paling banyak
dilakukan. Tugas perawat pada fase ini adalah memenuhi kebutuhan atau mengembangkan
pola – pola adaptif pasien serta melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan pada tahap
preinteraksi. Tahap kerja adalah inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik, karena
didalamnya perawat dituntut membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons atau pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh pasien.
d. Fase Terminasi
Merupakan tahap perpisahan dimana perawat akan mengakhiri interaksinya dengan pasien,
tahap ini bersifat sementara maupun menetap. Terminasi adalah satu tahap yang sulit tapi
sangat penting dari hubungan terapeutik karena rasa percaya dan hubungan intim antara
perawat dan pasien telah berlangsung optimal. Fase ini untuk merubah perasaan dan
mengevaluasi kemajuan pasien (Tamsuri, 2005).
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
1. Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
Memberikan manajemen koping
9
Percakapan
1. Fase Perkenalan a).
Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, Bapak!”
K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien
10
e). Menjelaskan peran perawat dan klien
P : “ Disini saya berperan merawat mas heksa untuk memberikan solusi agar masalah yang
dialami mas heksa bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami mas heksa bisa
hilang. ”
K : “kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?”
P : “bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya menyelesaikan tugas kami
dalam membantu meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini”
K : “ Bukan urusan kamu”
h). Kerahasiaan
P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas bisa sharing
dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang
sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya
tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.”
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.
P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa mengobrol lagi,
kita sharing lagi, gimana?
K : “hm”
Waktu
P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?”
K : “terserah”
P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang sama
yaitu jam 09:30 WIB ya?”
P : “ya”
12
Tempat
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”
K : “sini”
P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas heksa. Kami
permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di
tempat ini ya
K : “hm”
2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, mas heksa!”
K : “pagi”
Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada keluarga, nanti
gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?
13
P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah mengatur rejeki
kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya
kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas heksa main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju, peralatan bola
atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga saya ingin
bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga, sahabat, atau
teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah terlantar.
K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah mas heksa
sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau mas heksa
perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat
pulang dan beraktifitas ” “ Selamat pagi, mas!”
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/120158122/Komunikasi-Terapeutik-Pasien-Jiwa