Anda di halaman 1dari 8

MEMBUDAYAKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

UNTUK MENCAPAI KESELAMATAN

Trinitas Bawaulu/181101043
Email : trinitasbawaulu@gmail.com

Abstrak
Membudayakan keselamatan pasien (patient safety) sangat penting, karena budaya
mengandung dua komponen yaitu nilai dan keyakinan, dimana nilai mengacu pada sesuatu yang
diyakini oleh anggota organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, sedangkan
keyakinan mengacu pada sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja. untuk mengetahui
budaya keselamatan pasien, pentingnya penerapan patient safety di rumah sakit, dan untuk
mengelola tindakan dari setiap petugas kesehatan di rumah sakit khususnya perawat di mana harus
mampu memberikan pelayanan yang menjamin keselamatan pasien. Literature review. aspek etika
Budaya keselamatan pasien akan tercipta apabila tenaga kesehatan memiliki pemimPin Yang
bersedia bekerja sama cjemi terlaksananya patient safety. Penerapan keselamatan pasien diharapkan
dapat memungkinkan perawat mencegah terjadinya kesalahan kepada pasien saat pemberian
layanan kesehatan di rumah sakit. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman pasien
yang dirawat di rumah sakit.

Kata kunci : budaya, keselamatan pasien, perawat , rumah sakit

LATAR BELAKANG keperawatan dalam menjalankan tugas

Rumah sakit sebagai organisasi dan kewenangannya. Tidak selamanya

badan usaha di bidang kesehatan layanan medis yang diberikan oleh tenaga

mempunyai peranan penting dalam


mewujudkan derajat kesehatan kesehatan dapat memberikan hasil yang

masyarakat secara optimal. Oleh karena sebagaimana diharapkan semua pihak.

itu rumah sakit dituntut agar mampu Tenaga kesehatan yang melakukan

mengelola kegiatannya dengan kelalaian dapat dapat disebut melakukan

mengutamakan pada tanggung jawab para malpraktik. Malpraktik yang dilakukan

professional di bidang kesehatan, oleh tenaga kesehatan dapat berupa

khususnya tenaga medis dan tenaga malpraktik dibidang medik dan


malpraktik medik. Karena banyaknya pada sikap tentang cara bagaimana
kasus malpraktik, maka harus diterapkarr seharusnya bekerja. Sehingga dengan
program keselamatan pasien (Patient adanya nilai dan keyakinan yang
Safety). berkaitan dengan patient safety yang
Budaya patient safety merupakan ditanamkan pada setiap anggota
pilar gerakan keselamatan pasien di organisasi, maka setiap anggota akan
pelayanan kesehatan. Melalui penerapan mengetahui apa yang seharusnya
budaya patient safety diharapkan terjadi dilakukan dalam penerapan keselamatan
penurunan kasus medical pasien, yang pada akhirnya perilaku
errors dan diagnostic errors. Rumah sakit tersebut menjadi suatu budaya yang
sebagai organisasi pelayanan kesehatan tertanam dalam setiap anggota organisasi
harus melakukan upaya reformasi atau berupa perilaku budaya keselamatan
perbaruan organisasi (organizational pasien (patient safety).
reform) untuk mencegah
terjadinya human err. Organizational TUJUAN
reform merupakan salah satu wujud Kajian ini bertujuan untuk
perubahan dengan cara menata kembali mengetahui budaya keselamatan pasien,
organisasi, baik struktur maupun pentingnya penerapan patient safety di
manajemen agar efektif dalam upaya rumah sakit, dan untuk mengelola
mencegah terjadinya human err. Hasil tindakan dari setiap petugas kesehatan di
yang diharapkan dari reformasi organisasi rumah sakit khususnya perawat di mana
ini berupa budaya patient safety. harus mampu memberikan pelayanan
Membudayakan keselamatan yang menjamin keselamatan pasien.
pasien (patient safety) sangat penting,
karena budaya mengandung dua METODE
komponen yaitu nilai dan keyakinan,
Literature review ini melakukan analisa
dimana nilai mengacu pada sesuatu yang
dan kajian bebas terhadap artikel,
diyakini oleh anggota organisasi untuk
jurnal,text book, maupun ebook yang
mengetahui apa yang benar dan apa yang
sesuai dan berfokus pada membudayakan
salah, sedangkan keyakinan mengacu
keselamatan pasien di rumah sakit untuk
mencapai keselamatan. Kajian ini dalam rumah sakit. Hasil penelitian
menggunakan 14 lebih artikel yang tersebut sejalan dengan hasil penelitian
diterbitkan 10 tahun terakhir. Najjar, Nafouri, Vanhaecht dan Euwema
(2015) di Rumah Sakit Palestina
menunjukkan bahwa budaya keselamatan
pasien pada dimensi tim kerja perawat
HASIL antara unit Jurnal Keperawatan Priority,

Budaya keselamatan pasien akan Vol 2, No. 2, Juli 2019 ISSN 2614-4719

tercipta apabila tenaga kesehatan 115 dalam rumah sakit dalam ketegori

memiliki pemimPin Yang bersedia positif 73%.

bekerja sama cjemi terlaksananya patient Menurut peneliti kerja sama tim

safety. Selain itu pengetahuan dan yang telah terbentuk disebuah organisasi

komunikasi juga berpengaruh terhadap tidak terlepas dari adanya dukungan dari

terlaksananya patient safety. Salah satu organisasi serta sistem yang terdapat

aspek yang penting dalam terlaksananya dalam sebuah organisasi. Pihak

patient safety yaitu aspek etika Budaya manajemen rumah sakit memiliki peran

keselamatan pasien akan tercipta apabila penting untuk meningkatkan sebuah tim

tenaga kesehatan memiliki pemimPin yang solid dalam pemberian pelayanan

Yang bersedia bekerja sama cjemi keperawatan. Hasil penelitian juga

terlaksananya patient safety. Selain itu memperlihatkan bahwan budaya

pengetahuan dan komunikasi juga keselamatan pasien perawat pada dimensi

berpengaruh terhadap terlaksananya pemebelajaran organisasi dalam kategori

patient safety. Salah satu aspek yang negative yaitu sebesar 57.8%. (Reiling,

penting dalam terlaksananya patient 2009) mengatakan bahwa budaya

safety yaitu aspek etika. pembelajaran terbentuk ketika individu

Hasil penelitian budaya belajar dari kesalahan dan mampu

keselamatan pasien dimensi kerja sama meningkatkan kemampuan sebagai

dalam unit bertolok belakang dengan bagian dari sistem pembelajaran. Dimulai

hasil penelitian budaya keselamatan ketika pemimpin menjadi role model bagi

pasien pada diemnsi kerja sama antar uni serta adanya peran serta setiap lini dalam
organisasi, baik perawat maupun Budaya keselamatan pasien
manajemen menggunakan insiden yang merupakan kewajiban dan tanggung
terjadi sebagai proses belajar. jawab seluruh pegawai. Pengawai adalah
bagian dari organisasi merupakan ujung
PEMBAHASAN tombak dalam budaya keselamatan pasien

Budaya keselamatan yang ditandai (Amarapathy, Sridharan, Perera, &

dengan adanya alur informasi yang baik Handa, 2013). Di samping itu organisasi

dan adanya proses komunikasi yang rumah sakit sebagai pemberi pelayanan

berkaitan dengan pembelajaran pada saat kesehatan harus mampu menerima

KTD, memiliki pemimpin yang komit keselamatan sebagai nilai baru dalam

dan eksekutif yang bertanggung jawab budaya organisasi dengan komitmen

serta pendekatan untuk tidak berani berubah, berubah dalam arti

menyalahkan dan tidak memberikan blaming cultur menjadi safety cultur

hukuman pada insiden yang dilaporkan (Cahyono, 2008).

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. Budaya keselamatan pasien

2, Juli 2019 ISSN 2614-4719 113 dikatakan berhasil apabila semua elemen

merupakan budaya penting yang harus yang ada didalam rumah sakit

dibangun pada sebuah rumah sakit. menerapkan budaya keselamatan pasien

Hasil penelitian didukung oleh dalam pekerjaannya sehari-hari (Reiling,

penelitian Nurmalia (2013) tentang 2009). Sedangkan Beginta (2012)

pengaruh program mentoring terhadap mengatakan bahwa upaya yang dapat

penerapan budaya keselamatan pasien dilakukan untuk meningkatkan budaya

didapat 52.2% perawat memiliki budaya keselamatan adalah dengan mendorong

keselamatan negatif dan 47.3% perawat setiap orang bertanggung jawab akan

memiliki budaya keselamatan positif. keselamatan terhadap diri sendiri, rekan

Sejalan dengan Penelitian Nivalinda, kerja, pasien, dan pengunjung,

Hartini dan Santoso (2013) diperoleh mengutamakan keselamatan dan

hasil 51.4% perawat memiliki budaya keuntungan di atas keutungan dan tujuan

keselamatan pasien negatif. organisasi. Budaya keselamatan pasien


merupakan langkah utama dalam
meningkatkan keselamatan pasien. mengatakan bahwa mempromosikan
Pemimpin merupakan motor penggerak budaya keselamatan pasien merupakan
untuk melakukan aktifitas sesuai dengan langkah utama dalam meningkatkan
yang diharapkan organisasi. Promosi keselamatan pasien. Pemimpin
budaya keselamatan pasien yang baik merupakan motor penggerak untuk
merupakan pelaksanaan dari intervensi melakukan aktifitas sesuai dengan yang
yang mendasar dari kepemimpinan yang diharapkan organisasi.
akan merubah perilaku anggota Penerapan keselamatan pasien
tim(Weaver et al., 2013). diharapkan dapat memungkinkan perawat
Menurut PMK Nomor 1691 tahun mencegah terjadinya kesalahan kepada
2011 menjelaskan bahwa membangun pasien saat pemberian layanan kesehatan
kesadaran akan nilai keselamatan pasien, di rumah sakit. Hal tersebut dapat
memimpin dan mendukung staf dalam meningkatkan rasa aman dan nyaman
penerapan keselamatan pasien merupakan pasien yang dirawat di rumah sakit
bagian penting dalam meciptakan budaya (Armellino, Griffin, & Fitzpatrick, 2010).
keselamatan pasien. Membangun budaya Pencegahan kesalahan yang akan terjadi
keselamatan pasien dirumah sakit tersebut juga dapat menurunkan biaya
diperlukan manajemen rumaah sakit yang dikeluarkan pasien akibat
terutama peran pemimpin rumah sakit. perpanjangan masa rawat yang mungkin
Dukungan tersebut dapat berupa terjadi (Kaufman & McCughan, 2013).
pembentukan dan penerapan program- Pelayanan yang aman dan
program keselamatan pasien, pelatihan- nyaman serta berbiaya rendah merupakan
pelatihan yang berkaitan dengan ciri dari perbaikan mutu pelayanan.
keselamatan pasien, penyedia sarana Perbaikan mutu pelayanan kesehatan
prasarana. dapat dilakukan dengan memperkecil
Hasil penelitian ini tentunya tidak terjadinya kesalahan dalam pemberian
terlepas dari adanya dukungan layanan kesehatan.
manajemen dalam mempromosikan Penerapan budaya keselamatan
budaya keselamatan pasien. Dimana pasien akan mendeteksi kesalahan yang
menurut (Weaver et al., 2013) akan dan telah terjadi (Fujita et al., 2013;
Hamdan & Saleem, 2013). Budaya Upaya yang telah dilakukan di
keselamatan pasien tersebut akan Indonesia antara lain terdapat pada salah
meningkatkan kesadaran untuk mencegah satu pedoman yang dapat dilaksanakan
error dan melaporkan jika ada kesalahan oleh perawat berdasarkan PERMENKES
(Jeffs, Law, & Baker, 2007). Hal ini dapat No.1691/MENKES/PE/VIII/2011 tentang
memperbaiki outcome yang dihasilkan keselamatan pasien rumah sakit. Pedoman
oleh rumah sakit tersebut. Outcome yang tersebut di antaranya berisi tentang enam
baik dapat tercapai jika terjadi sasaran keselamatan pasien yaitu
peningkatan budaya keselamatan pasien ketepatan identifikasi pasien; peningkatan
di lingkungan rumah sakit. Peningkatan komunikasi yang efektif; peningkatan
tersebut harus dipantau dan dapat diukur. keamanan obat yang perlu diwaspadai;
Beberapa peneliti telah melakukan kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
pengukuran terhadap budaya keselamatan tepat pasien operasi; pengurangan risiko
pasien pada beberapa rumah sakit di infeksi terkait pelayanan kesehatan;
dunia. Survey yang dilakukan pada rumah pengurangan risiko pasien jatuh. Lebih
sakit pendidikan Kairo Mesir didapatkan lanjut ditegaskan pada bab IV pasal 8 ayat
bahwa dimensi yang paling dominan 1 yang menyatakan bahwa setiap rumah
terhadap peningkatan budaya keselamatan sakit wajib mengupayakan pemenuhan
pasien adalah pembelajaran organisasi/ sasaran keselamatan pasien (DEPKES RI,
perbaikan terus – menerus sebanyak 78, 2011). Acuan ini di antaranya
2% (Aboul-Fotouh, Ismail, EzElarab, & mewujudkan tujuan keselamatan pasien
Wassif, 2012). Pengukuran pada rumah dan menjamin berlangsungnya program
sakit di mIchigan didapatkan data bahwa proaktif untuk identifikasi risiko
dimensi dominan adalah dimensi kerja keselamatan pasien dan program
sama tim di dalam unit sebanyak 59,9% menekan atau mengurangi insiden.
(McGuire et al., 2013). Penelitian pada
rumah sakit di Swedia didapatkan bahwa PENUTUP
dimensi yang tertinggi adalah komunikasi Kesimpulan
terbuka yaitu 67,8% (Goras, Wallentin, Budaya keselamatan pasien
Nilsson, & Ehrenberg, 2013). merupakan dasar dalam mewujudkan
keselamatan pasien. Fokus pada budaya Depertemen Kesehatan R.I .2006. Upaya
peningkatan mutu pelayanan
keselamatan pasien akan menghasilkan
rumah sakit. (konsep dasar dan
penerapan keselamatan pasien yang lebih prinsip). Direktorat Jendral
Pelayanan Medik Direktorat
baik dibandingkan jika hanya berfokus
Rumah Sakit Khusus dan Swasta.
pada pelaksanaan keselamatan pasien
Departemen Kesehatan RI. (2001).
saja. Peningkatan budaya keselamatan Pedoman Gedung ICU Rumah
pasien di rumah sakit dapat diukur Sakit klas A dan B Departemen
Kesehatan RI. (2006).
berdasarkan 9 dimensi. Pembentukan
Dwita, DM, Wijaya, AS, & Dewi, A,
budaya yang positif tergantung pada 2010, ‘Analisis budaya
upaya yang dilakukan untuk perubahan keselamatan pasien di RSU PKU
Muhammadiyah bantul’, Prgram
perilaku dan pembiasaan. Namun tidak studi manajemen rumah sakit,
semua budaya positif tersebut terlaksana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta.
di rumah sakit.
Maulida, A. (2014). Hubungan antara
pengetahuan perawat tentang
Saran patient safety dengan perilaku
pencegahan di rumah sakit Al
Perawat lebih membiasakan untuk Huda GEnteng Kab. Banyuwangi.
penerapan budaya keselamatan pasien di Jurnal Kesehatan.

rumah sakit agar pasien bisa puas dengan Nursalam. (2015). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam
pelayanan yang di berikan tenaga Keperawatan Professional. Edisi
kesehatan di rumah sakit khususnya 5. Jakarta: Salemba Medika.
Permenkes RI. (2011).
perawat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
REFERENSI 1691/Menkes/Per/VIII/2011.
Tentang Keselamatan Pasien
Cahyono, JB, 2008, Membangun budaya Rumah Sakit. Jakarta
keselamatan pasien dalam praktik
kedokteran, Penerbit Kanisius, Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Yogyakarta. Rumah Sakit (Patient Safety).
Jakarta: Depkes RI Departemen
Departemen Kesehatan R.I. 2006. Kesehatan RI. (2007).
Panduan nasional keselamatan
pasien rumah sakit. utamakan Panduan Nasional Keselamatan Pasien
keselamatan pasien. Bakti Husada. Rumah Sakit (Patient Safety).
Edisi 2. KKP-RS. Departemen
Kesehatan RI. (2008).
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Pasien Di RS MuhammadiYah
Rumah Sakit (Patient Safety). Aisyiyah Tahun 2011", Prosiding
Jakarta: Menteri Kesehatan Penetitian Bidang llmu Eksakta.
Republik Indonesia. Hal.11-34
Purba, (2013). Jurnal Hubungan Roymond H. Simamora. (2019). Buku
Pengetahuan dan Sikap Perawat Ajar : Identifikasi Pasien.
dengan Pelaksanaan Keselamatan Ponogoro. Jawa timur : Uwais
Pasien (Patient Safety) di Ruang Inspirasi Indonesia.
Rawat Inap RSUD Liun Kandage
Tahuna. Program Studi Ilmu Roymond H. Simamora. (2019).
Keperawatan Fakultas Kedokteran Pengaruh Penyuluhan Identifikasi
Universitas Sam Ratulangi, Pasien Dengan Menggunakan
ejournal keperawatan (e-Kp), Media Audiovisual Terhadap
Manado Pengetahuan Pasien Rawat Inap.
Jurnal Keperawatan Silampari.
Pujilestari, A., Alimin, N4., Rini, A., Volume 1. Hal 342-351.
2013, Gambaran BudaYa
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Roymond H. Simamora. (2019).
dalam Melaksanakan Pelayanan Documentation of Patient
Di lnstalasi Rawat lnaP RSUP Identification into the Electronic
DR. Wahidin Sudirohusodo System to Improve the Quality of
Tahun 2013, Naskah Publikasi. Nursing Services. Jurnal
Hai. 1-13. International Journal of Scientific
& Technology Research. Vol 08.
Rachmawati, E., 2011, "Model No.09. hal 1884-1886.
Pengukuran BudaYa Kesalamatan

Anda mungkin juga menyukai