Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN ILMIAH

KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN


DALAM PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :

DANIEL SURANTA GINTING (197046001)


PETRA DIANSARI ZEGA (197046002)
RINI DEBORA SILALAHI (197046015)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN DALAM MENCIPTAKAN
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Daniel Suranta Ginting 1, Petra Diansari Zega 2, Rini Debora Silalahi3


Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan hal utama dan sudah menjadi kewajiban rumah sakit
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pada penerapannya diharapkan kepala ruangan mampu
menggerakkan anggotanya dalam menciptakan keselamatan pasien sehingga terciptalah budaya
keselamatan pasien. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepemimpinan efektif kepala ruangan
dalam penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Metode yang digunakan kajian ini
dilakukan dengan mencari sumber data baik dari jurnal maupun buku-buku yang berhubungan dengan
kepemimpinan kepala ruangan dalam menerapkan budaya keselamatan pasien. Artikel penelitian yang
digunakan bersumber dari Repository USU, Scholar Google. Budaya keselamatan pasien merupakan
cerminan mutu rumah sakit dan dibutuhkan kepemimpinan yang efektif kepala ruangan dalam
mewujudkan budaya keselamatan pasien di ruangan. . Diharapkan Kepala Ruangan mampu
menggerakkan perawat di ruangan untuk menciptakan budaya keselamatan pasien sebagai penerapan
kode etik keperawatan untuk asuhan keperawatan yang berkualitas.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Ruangan, Budaya Keselamatan Pasien

A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit pada pasal 43 ayat 1 menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporam
insiden, menganalisi, dan menetapkan perencanaan masalah dalam rangka menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 yang dimaksud dengan keselamatan pasien adalah suatu sistem
yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Salah satu faktor yang berperan aktif dalam keberhasilan penerapan budaya
keselamatan pasien yaitu kepemimpinan efektif kepala ruang. Kepala ruang merupakan
pimpinan tingkat pertama yang memiliki kontribusi dalam mendukung terciptanya
budaya keselamatan pasien (Setiowati, 2010 dalam Anwar, 2014). Menurut Sinurat &
Lusya (2018) hal pertama yang harus diperhatikan dalam menerapkan budaya
keselamatan pasien adalah komitmen pemimpin akan keselamatan. Karena, untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien yang kuat dan menurunkan kejadian tidak
diharapkan, diperlukan pemimpin yang efektif dalam menanamkan budaya yang jelas,
mendukung usaha pegawai, dan tidak bersifat menghukum.
Menciptakan budaya keselamatan pasien merupakan kunci terwujudnya
pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman. Melaksanakan praktik keperawatan
dalam layanan kesehatan harus berdasarkan kode etik keperawatan dan standar
pelayanan yang telah ditetapkan.

B. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah untuk melihat bagaimana kepemimpinan yang efektif
kepala ruangan dalam menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

C. Metode
Kajian ini dilakukan dengan mencari sumber data baik dari jurnal maupun buku-
buku yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif kepala ruangan dalam
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Artikel penelitian yang
digunakan bersumber dari Repository USU, Google Scholar. Selain artikel penelitian
sumber data lain yaitu Undang-Undang dan Peraturan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Penelusuran dilakukan dengan kata kunci sesuai dengan topik yaitu
kepemimpinan, peran kepala ruangan, budaya keselamatan pasien.

D. Hasil
Berdasarkan hasil dari berbagai sumber didapatkan bahwa budaya keselamatan
pasien merupakan cerminan mutu dari layanan kesehatan rumah sakit. Kepemimpinan
efektif kepala ruangan sangat dibutuhkan dalam menciptakan budaya keselamatan
pasien. Kepala ruangan memiliki dedikasi yang tinggi dalam penerapan budaya
keselamatan pasien dengan cara terlibat langsung dan memberikan contoh kepada staf
perawat, berkomunikasi atau berinteraksi dengan pasien maupun staf perawat sehingga
tercipta kerjasama yang baik, dan dapat memotivasi perawat dan pasien dalam
penerapan budaya keselamatan.

E. Pembahasan
Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan di rumah sakit diharapkan selalu
ramah, bertabiat lembut, dapat dipercaya, terampil, cakap, dan memiliki tangung jawab
moral (Simamora, 2013). Perawat dalam memberikan layanan kesehatan dituntut untuk
melakukan tindakan yang berorientasi pada keselamatan pasien. Sistem keselamatan
pasien ditujukan untuk mengurangi risiko, mencegah terjadinya cedera, akibat proses
pelayanan pasien, serta tidak terulangnya insiden keselamatan pasien melalui penciptaan
budaya keselamatan pasien. Bagi manajemen, penciptaan sistem keselamatan pasien
merupakan bentuk akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
(Wardhani, 2017).
Menurut Ismair (2019) menciptakan budaya keselamatan pasien merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena budaya mengandung dua komponen
yaitu nilai dan keyakinan. Dengan adanya nilai dan keyakinan yang berkaitan dengan
keselamatan pasien yang ditanamkan pada setiap anggota organisasi, maka setiap
anggota organisasi akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam penerapan
keselamatan pasien. Perilaku tersebut yang pada akhirnya akan menjadi budaya yang
tertanam pada setiap anggota organisasi berupa perilaku budaya keselamatan pasien.
Hartanto & Waristo (2017) menyatakan bahwa kontribusi kepala ruang dalam
penerapan budaya keselamatan pasien yang meliputi: kepemimpinan dalam pelaksanaan
budaya keselamatan pasien, membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien,
memimpin dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko,
mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien,
belajar dan berbagi pengalaman dengan pasien serta mengimplementasikan sistem
keselamatan pasien. Penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit belum
berjalan dengan baik. Upaya kepala ruang dalam melaksanakan kepemimpinan
transformasional di ruangannya perlu terus digalakkan untuk mengoptimalkan
penerapan budaya keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Wibowo
(2017) yang menyatakan bahwa salah satu elemen utama dalam membangun budaya
keselamatan pasien yaitu kepemimpinan. Pemimpin merupakan kunci dalam
membangun dan merancang strategi sebagai pedoman dalam penerapan budaya
keselamatan pasien.
Menurut Nursalam (2014), kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam kepemimpinannya yaitu:
1. Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfasilitasi kegiatan organisasi dan
pelaksanaan perubahan.
2. Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan tugas dan
menerima tanggung jawab.
3. Menyeleksi dan memilih pegawai yang tepat.
4. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif.
5. Mengonsultasikan dengan staf dan orang lain di luar organisasi yang sesuai tentang
keadaan organisasi.
6. Mengenal kapan peraturan harus dilaksanakan (fleksibilitas
Mudayana (2014) menyatakan bahwa budaya keselamatan pasien akan tercipta
apabila tenaga kesehatan memiliki pemimpin yang bersedia bekerja sama dalam
penerapan patient safety. Selain itu, pengetahuan dan komunikasi juga berpengaruh
terhadap terlaksananya patient safety. Salah satu aspek yang penting dalam
terlaksananya patient safety yaitu aspek etika. Etika sangatlah penting karena
menyangkut tentang prosedur dalam melaksanakan asuhan keperawatan atau
melaksanakan tugas dalam melayani kesehatan. Keselamatan pasien bagi perawat tidak
hanya merupakan pedoman tentang apa yang seharusnya dilakukan, namun keselamatan
pasien merupakan komitmen yang tertuang dalam kode etik perawat dalam memberikan
pelayanan yang aman, sesuai kompetensi, dan berlandaskan kode etik bagi pasien
(Setiowati, 2010 dalam Hartanto & Warsito, 2018). Kepuasan pasien dan mitra
kolaborasi dalam pelayanan tidak terlepas dari perilaku etik yang berpedoman pada
kode etik keperawatan. Sehingga perlu diperkuat dengan pengetahuan dan kepatuhan
dalam penerapannya (Zainnudin, 2019).
Hasil penelitian Mbaloto (2018) menyimpulkan strategic leadership kepala
ruangan sebagian besar baik sehingga penerapan budaya keselamatan pasien positif.
Perlunya kepemimpinan strategik, movitasi yang tinggi, dan beban kerja yang sesuai
untuk dapat menerapkan budaya keselamatan pasien agar program keselamatan pasien
dapat tercapai dengan baik. Budaya keselamatan pasien bukan hanya tanggung jawab
perawat tetapi seluruh pihak rumah sakit, memberikan motivasi dalam bentuk reward
kepada perawat pelaksana dalam menerapkan keselamatan pasien, dan memberikan
punishmen kepada perawat pelaksana yang tidak menerapkan keselamatan pasien dan
memberikan pelatihan khusus keselamatan pasien (Fawziyah, 2017).
Kepemimpinan efektif kepala ruang dapat dilihat dari karakteristik ASHIAP
kepala ruangan yaitu berperan aktif (Active), memiliki wawasan yang kreatif dan
inovatif (Smart), melakukan tugas secara holistik (Holistic), memiliki integritas yang
tinggi (Integrity), terampil dalam bekerja (able), bekerja secara profesional
(Professional). Peran kepemimpinan kepala ruangan yang efektif :
a. Kepemimpinan Efektif Kepala Ruang dalam Penerapan perilaku etis perawat
pelaksana terhadap pasien
Kepala ruang melibatkan staf, memotivasi staf dan melaksanakan budaya
tidak menyalahkan (non blaming culture). Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses melibatkan dan
mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan sangat berperan dalam menanamkan
budaya organisasi. Peran ini juga sesuai dengan penelitian Karimi, Mills & Calvert
(2017) yang menyatakan bahwa dalam kepemimpinan transformasional harus ada
pemberdayaan orang lain/ staf agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara
optimal.
b. Kepemimpinan Efektif Kepala Ruang dalam Membangun Kesadaran Akan Nilai
Perilaku Etis Terhadap Pasien
Kepala ruang mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh staf
bila terjadi insiden keselamatan pasien. Kepala ruang memberikan dukungan kepada
staf bila terjadi insiden keselamatan pasien di rumah sakit dengan melakukan
pembahasan laporan insiden keselamatan pasien tanpa menyalahkan (non blaming)
terhadap staf dan bila perlu melakukan perbaikan sistem untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama. Selain itu kepala ruang menjabarkan langkah -
langkah penanggulangan insiden keselamatan pasien dengan jelas kepada stafnya dan
turun langsung ke lapangan untuk membuat perencanaan secara proaktif dalam
perbaikan sistem keselamatan pasien. Hal ini juga selaras dengan penelitian Karimi,
Mills & alvert (2017) bahwa pemimpin harus mampu membuat perubahan, dan juga
harus melibatkan bawahannya dalam proses perubahan.
c. Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang dalam Memimpin dan Mendukung
Staf
Kepala ruang sebagai role model, seorang pemimpin tidak hanya berperan
dalam memimpin dan mengatur perubahan dalam suatu organisasi, tetapi juga
bagaimana seorang pemimpin mempertahankan kelangsungan organisasinya atau
senantiasa melakukan perubahan dan mengembangkan organisasi (Doody & Doody,
2012).
Dengan demikian diharapkan kepala ruangan diharapkan memiliki dedikasi yang
tinggi sehinggi dapat memotivasi anggotanya dalam menerapkan budaya keselamatan
pasien dengan cara terlibat langsung dan memberikan contoh penerapan budaya
keselamatan pasien, berinteraksi baik kepada staf perawat maupun pasien.

F. Penutup
Keberhasilan dalam menciptakan budaya keselamatan pasien pasien tidak
terlepas dari kontribusi kepala ruangan yang memiliki karakter ASHIAP.
Daftar Pustaka

Alemania, R., Djafri, D., Pabuti, A. (2018). Hubungan Peran Manager dengan
Pelaksanaan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUP Dr. M. DJamil Padang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Andalas.

Anwar, A. W., Kapalawi, I., Maidin, M. A., (2014). Hubungan Kepemimpinan Efektif
Kepala Ruangan dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat
Inap RSUD Kota Makassar. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Fawziyah, S. (2017). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Motivasi Perawat


dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di
Ruang Rawat Inap RSUD Sungai Dareh. Padang : Tesis Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas.

Hartanto, Y. D., Warsito, B. E. (2017). Kepemimpinan Kepala Ruangan dalam


Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit: Literature Review.
Seminar Nasional dan Call for Paper. Semarang : Universitas Diponegoro.

Hutahaean, S., Handiyani, H., Gayatri, D. (2018). Pelaksanaan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi Melalui Penguatan Peran dan Fungsi Kepala Ruang di
Rumah Sakit. Jurnal Akademika Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 4,
Nomor 1, ISSN 2442-50IX.

Ismainar, H. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.

Mbaloto, F. R. (2018). Strategi Leadership Kepala Ruangan dalam Penerapan Budaya


Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Undata Palu. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Palu: STIK Jaya Palu.

Mudayana, A. A. (2014). Peran Aspek Etika Medis dalam Penerapan Budaya


Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi 4). Jakarta : Salemba Medika

Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat Di Rumah Sakit Ngesti Waluyo
Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8 (2).

Sinurat, S., Lusya. S. (2018). Peran Pimpinan Keperawatan dalam Meningkatkan


Patient Safety di Rumah Sakit. Jurnal Mutiara Ners, 31-34.

Wardhani, V. (2017). Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien. Malang : UB Press.


Wibowo, A. (2017). Review Sistematik : Elemen-Elemen Utama dalam Membangun
Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia, Volume 3, Nomor 3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Zainuddin, S., Saleh, A., Kadar, K. (2019). Gambaran Perilaku Etik Perawat
Berdasarkan Penjabaran Kode Etik Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, Edisi Khusus 2019.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi 4). Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai