Anda di halaman 1dari 14

Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENERAPAN BUDAYA


KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT XX

Irawan, A.G1; Yulia, S2; Muliyadi3


1,2
STIKes Muhammadiyah Palembang, Palembang, Indonesia
3
Poltekes Kementerian Kesehatan Palembang, Palembang, Indonesia
Email : apriantogunturirawan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Upaya penerapan budaya keselamatan pasien bagi perawat pelaksana memerlukan peran
supervisi untuk mewujudkan keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan supervisi dengan penerapan budaya keselamatan pasien
di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2017. Metode: Penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif dan pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel yaitu total sampling sebanyak 48 perawat. Alat pengumpulan data berupa
kuesioner. Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil: Supervisi yang baik
sebanyak 33 responden (69%), sedangkan penerapan budaya keselamatan pasien yang baik
sebanyak 31 responden (64,6%). Hasil uji statistik menggunakan Chi Square test menunjukkan
bahwa ada hubungan supervisi dengan penerapan budaya keselamatan pasien (p value = 0,006).
Kesimpulan & Saran: Peran supervisi sangat penting dalam membangun budaya keselamatan
pasien, sehingga diharapkan kompetensi supervisi dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan dapat
menerapkan aktivitas supervisi melalui program sosialisasi, mentoring, konseling, serta penguatan
peran komite kesalamatan pasien dalam melakukan survei budaya keselamatan.
Kata Kunci : Supervisi, Penerapan Budaya Keselamatan Pasien

ABSTRACT

Efforts to implementation a patient safety culture for the nurse required a role of supervision to
realize patient safety in nursing service at the hospital. Objective: This Study aimed to know the
relationship between supervision and implementation of patient safety culture in inpatient ward of
Bhayangkara Palembang Hospital 2017. Method: This Study used a quantitative research with
correlative descriptive and cross sectional approach. This sampling technique used total sampling
with 48 nurse as respondents. This study used questioner to collect the data with univariate and
bivariate analysis. Result: The good supervision was 33 respondents (69%), while the good
implementation of patient safety culture was 31 respondents (64,6%). The result of analysis Chi
Square test showed there was relationship between supervision and implementation of patient
safety culture (p value = 0,006). Conclusion and Suggestion: The role of supervision is very
important to build patient safety culture, so that the competence of supervision to more increase
with training and can to apply supervision activities through socialization, mentoring, counseling
and also as strengthening the role of patient safety committees for survey on patient safety culture
for nurse.
Keywords : Supervision, Implementation of patient safety culture, nurse

241
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

PENDAHULUAN bagi rumah sakit yang memandang


Era globalisasi saat ini dalam bahwa keselamatan merupakan hak bagi
Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA pasien dalam menerima pelayanan
(MEA) telah menciptakan tantangan bagi kesehatan dan komponen dari
semua jenis industri untuk berkompetisi, manajemen mutu (Kemenkes RI, 2011).
termasuk industri di bidang layanan Keselamatan pasien dalam pelayanan
kesehatan, ini mendorong tumbuhnya kesehatan rumah sakit dimulai sejak
rumah sakit baru dengan pesat untuk tahun 2000 dan menjadi program
memenuhi kebutuhan pelanggan. kesehatan dunia oleh World
Kondisi lingkungan usaha demikian Organization Health (WHO) sejak tahun
mengharuskan rumah sakit 2004 yang didasarkan atas makin
meningkatkan kualitas dan mutu layanan meningkatnya kejadian yang tidak
agar tetap sukses, baik di tingkat diinginkan (adverse event) (WHO, 2004;
operasional, manajerial maupun Yulia, 2010). Insiden keselamatan pasien
strategi.1, 20 yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan
Kualitas dan mutu pelayanan suatu (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
rumah sakit sebagai institusi yang akan sering terjadi dan akan berakibat
menghasilkan produk teknologi jasa pada terjadinya cedera, kerugian,
kesehatan sudah tentu tergantung juga kerusakan dan bahkan kematian
pada kualitas pelayanan medis dan pasien.11
pelayanan keperawatan yang diberikan Data WHO pada tahun 2004 yang
kepada pasien untuk meningkatkan mutu mengumpulkan angka-angka penelitian
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2015). rumah sakit di berbagai negara :
Peran optimal perawat dalam Amerika, Inggris, Denmark, dan
pengembangan mutu pelayanan Australia, ditemukan KTD dengan
keperawatan telah berkembang dan rentang 3,2%-16,6%. Sedangkan Joint
mengarah pada tuntutan akan Commission International (JCI) pada
kompetensi yang adekuat untuk tahun 2013 juga melaporkan KTD
mendukung gerakan keselamatan pasien berkisar 10% dan di United Kingdom,
(Yulia, 2010). Pernyataan ini sejalan dan 16,6% di Australia. Data di
dengan Kohn (2000) yang menetapkan Indonesia sendiri masih sulit diperoleh
enam dimensi dalam mutu pelayanan secara lengkap dan akurat di tiap
kesehatan diantaranya yaitu mengenai daerah, hanya dapat secara global yaitu
keselamatan pasien. untuk pelaporan nyaris cedera (KNC)
Keselamatan pasien (patient lebih banyak dilaporkan sebesar 47,6%
safety) adalah isu global dan nasional

242
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

dibandingkan kejadian tidak diharapkan keselamatan pasien tidak dapat


(KTD) sebesar 46,2%.11 dipisahkan.
Data laporan dari Kepala Urusan Menurut NPSA atau National
Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Patient Safety Agency (2004)
XX bulan Maret 2017, yaitu: kejadian menyatakan bahwa untuk meningkatkan
infeksi nosokomial sebesar 4,4%, keselamatan pasien ada beberapa
kesalahan medikasi dalam pengontrolan langkah yang dapat dilakukan, dikenal
tetesan infus sebesar 2%, flebitis dengan “Seven Steps Patient Safety”
sebesar 5,45%, ketidakpahaman pasien yaitu: Langkah awal untuk menuju
rawat inap tentang manfaat pemakaian keselamatan pasien yang diharapkan
gelang sebesar 46%, kepatuhan agar dapat mencegah terjadinya KTD
penerapan readback pada saat dan KNC dengan cara membangun
pelaporan pasien sebesar 87%, budaya keselamatan pasien.
kepatuhan handhygine sebesar 66%, Budaya keselamatan pasien
KNC sebesar 0%, KTD sebesar 0,5%, (patient safety culture) merupakan nilai,
KPC sebesar 0,5%, pasien jatuh sebesar persepsi, keyakinan, sikap, kompetensi
0,5%, dan kurang perawatan diri sebesar dan pola perilaku dari setiap individu
10%. yang dihasilkan oleh individual dan
Perawat dapat melakukan upaya kelompok yang ditetapkan berdasarkan
untuk mencegah terjadinya KTD dan komitmen dan gaya dari manajemen
KNC dengan membuat asuhan pasien organisasi kesehatan yang ada di rumah
lebih aman meliputi: asessemen risiko, sakit untuk menjamin keselamatan
identifikasi dan pengelolaan hal yang pasien selama perawatan (Sammer et.al,
berhubungan dengan risiko pasien, 2009; Clancy, 2011). Penerapan budaya
pelaporan, analisis insiden, kemampuan keselamatan pasien akan mendeteksi
belajar dari insiden, dan menindaklanjuti kesalahan yang akan terjadi atau jika
insiden serta implementasi solusi untuk kesalahan telah terjadi budaya
mengurangi dan meminimalkan keselamatan pasien akan meningkatkan
timbulnya risiko (Depkes, 2008). Menurut kesadaran untuk mencegah dan
Cahyono (2008) menyatakan bahwa melaporkan jika ada kesalahan.3
langkah awal untuk memperbaiki Budaya keselamatan pasien
pelayanan yang berkualitas adalah menurut NPSA (2004) secara garis
keselamatan, sedangkan kunci dari besar ada empat komponen yaitu
pelayanan yang bermutu dan aman terbuka (open), adil (just), informatif
adalah membangun budaya dalam melaporkan kejadian yang terjadi
keselamatan karena mutu dan (Reporting) dan belajar dari kesalahan

243
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

yang ada (learning). Bersikap terbuka lemah dalam penerapan budaya


dan adil berarti berbagai informasi keselamatan pasien.
secara terbuka dan bebas, dan Survei tentang budaya
perlakukan adil bagi perawat ketika keselamatan pasien menjadi pendekatan
terjadi sebuah kejadian. Informasi yang umum untuk memonitor keselamatan
akurat membantu dalam pencegahan pasien. Menurut Hospital Survey on
kejadian dari keselamatan pasien Patient Safety Culture (HSPSC) tahun
(Reason, 2000). Sistem pelaporan 2009 ada dua belas elemen yang dapat
digunakan untuk memberikan informasi dilakukan dalam upaya meningkatkan
kepada pihak manajerial mengenai budaya keselamatan pasien salah
kejadian yang terjadi dan sebagai satunya adanya peran
pembelajaran sehingga kejadian yang supervisor/manager yang
sama tidak terulang (Carthey & Clarke, mempromosikan keselamatan pasien
2010). Adapun Al-qur’an mengajarkan kepada staf nya. Pernyataan ini sesuai
kepada kita bahwa pentingnya dengan Hatter et al (2007) dimana
memberikan informasi yang tepat dan penerapan budaya keselamatan pasien
jujur dimana telah dijelaskan dalam (Q.S dapat ditingkatkan melalui kegiatan
Al-Ahzab [33]: 70) yang artinya : “Hai supervisi pelayanan keperawatan yang
orang-orang yang beriman, bertakwalah dilakukan oleh supervisor klinis
kamu kepada Allah dan katakanlah keperawatan.
perkataan yang benar.” Supervisi pelayanan keperawatan
Statistik dari Kanada dan Inggris merupakan interaksi dan komunikasi
menunjukkan sangat tinggi tingkat professional antara supervisor
kesalahan medis, karena kurangnya keperawatan dan perawat pelaksana
membudayakan keselamatan pasien yakni dalam interaksi komunikasi
(Moghri et al, 2012). Penelitian Ghobashi tersebut perawat pelaksana menerima
et al (2014) di Kuwait menunjukkan bimbingan, dukungan, bantuan, dan
survei budaya keselamatan pasien dari dipercaya, sehingga perawat pelaksana
276 responden yang mengakibatkan dapat memberikan asuhan yang aman
terjadinya kesalahan dikarenakan kepada pasien (Suyanto, 2008).
reporting sebanyak 24%, kurangnya Supervisi pelayanan keperawatan
komunikasi terbuka 41%. Penelitian dipandang sebagai bagian terpenting
Wardhani (2013) diperoleh hasil tentang dari aktivitas keperawatan.
budaya keselamatan pasien dari aspek Hasil penelitian Rasdini (2014)
budaya keadilan 43,8%, dan pelaporan menunjukkan bahwa ada hubungan yang
kejadian 46,9% masih dalam kategori signifikan antara peran supervisi dengan

244
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

penerapan budaya keselamatan pasien. sering mengalami keterlambatan dalam


Penelitian yang dilakukan Hasil pelaporan.
penelitian yang dilakukan Saraswati Hasil wawancara yang dilakukan
(2014) menunjukkan hasil ada hubungan dengan lima orang perawat pelaksana
signifikan antara supervisi pelayanan mengatakan bahwa supervisi sangat
keperawatan dengan penerapan budaya penting karena mereka dapat
keselamatan pasien oleh perawat mengetahui dengan jelas apa yang akan
pelaksana. Peneliti merekomendasikan dikerjakan. Jika terjadi kesalahan ada
agar perawat selalu menerapkan beberapa perawat tidak melaporkan
standar, aktif kegiatan pelatihan kejadian tersebut dengan alasan karena
keselamatan pasien, mengikuti takut akan diberhentikan dari pekerjaan.
pendidikan keperawatan berlanjut, dan Perawat pelaksana selama ini belum
supervisor agar meningkatkan dukungan pernah mendapatkan pelatihan khusus
dan mekanisme reward atas penerapan tentang keselamatan pasien.
budaya keselamatan pasien. Dari berbagai konsep, trend issue,
Studi pendahuluan yang dilakukan hasil penelitian, dan studi pendahuluan
oleh peneliti di Rumah Sakit XX bahwa peneliti tertarik untuk melakukan
SOP untuk supervisi sudah ada, penelitian dengan judul hubungan
supervisi dilakukan saat timbang terima supervisi dengan penerapan budaya
dan materi yang disampaikan saat keselamatan pasien di Ruang Rawat
supervisi hanya beberapa terkait Inap Rumah Sakit Bhayangkara
keamanan, keselamatan pasien di Palembang Tahun 2017.
tempat tidur dan pentingnya identifikasi
pasien saja. Observasi yang dilakukan METODE PENELITIAN
diperoleh bahwa kepala ruangan
Penelitian ini menggunakan desain
melakukan supervisi dengan metode
penelitian kuantitatif dengan rancangan
secara tidak langsung, tidak terjadwal
penelitian deskriptif korelatif dan
dan tidak terstruktur. Kepala ruangan
pendekatan cross sectional.
juga memberikan arahan, motivasi,
Teknik sampling yang digunakan
teguran kepada perawat pelaksana
total sampling yaitu seluruh perawat
terkait pengembangan skill, pendidikan
yang bertugas di Ruang Rawat Inap
dan pentingnya membudayakan
Rumah Sakit XX. Teknik pengambilan
keselamatan pasien. Walaupun masih
data menggunakan angket dengan
ada beberapa perawat pelaksana yang
menyebarkan kuesioner kepada
kurang belajar dari setiap kesalahan dan
responden.

245
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

HASIL PENELITIAN Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Penerapan Budaya Keselamatan
Analisa Univariat Pasien
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Supervisi Penerapan Budaya
Keselamatan N (%)
Pasein
Supervisi N (%) Baik 31 64,6
Baik 33 69 Kurang Baik 17 35,4
Kurang Baik 15 31
Total 48 100
Total 48 100

Berdasarkan tabel 1 distribusi Berdasarkan tabel 2 distribusi


frekuensi menunjukkan bahwa dari 48 frekuensi menunjukkan bahwa dari 48
responden proporsi supervisi yang baik responden proporsi penerapan
lebih tinggi sebanyak 33 responden penerapan budaya keselamatan yang
(69%) dibandingkan yang kurang baik baik sebanyak 31 responden (64,6%) ,
sebanyak 15 responden (31%). dibandingkan yang kurang baik
sebanyak 17 responden (35,4%).

Analisa Bivariat

Tabel 3 Hubungan Supervisi Dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien


Penerapan Budaya Keselamatan Pasien
ρ OR
Supervisi Baik Kurang Baik Jumlah
Value
N % N % N %
Baik 26 79 7 21 33 100
Kurang 5 34 10 66 15 100
0,006 7,429
Baik
Total 31 65 17 35 48 100

Berdasarkan tabel 3 hasil analisa hubungan yang signifikan antara


hubungan antara supervisi yang baik supervisi dengan penerapan budaya
dengan penerapan budaya keselamatan keselamatan pasien.
pasien yang baik sebanyak 26 dari 33 Berdasarkan hasil analisa,
responden (79%), sedangkan supervisi didapatkan juga nilai OR supervisi
yang kurang baik dengan penerapan 7,429. Hal ini berarti supervisi yang baik
budaya keselamatan pasien yang kurang mempunyai peluang 7,429 kali untuk
baik sebanyak 10 dari 15 responden perawat pelaksana menerapkan budaya
(66%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p keselamatan pasien secara baik dan
value= 0,006 (p value α < 0,05), efektif.
sehingga hipotesis Ho ditolak berarti ada

246
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

PEMBAHASAN kecakapan para perawat (Suyanto,


Hasil penelitian menunjukkan 2008). Supervisi keperawatan dapat
bahwa penerapan budaya keselamatan dilakukan oleh ketua tim, kepala
pasien yang baik sebanyak 26 dari 33 ruangan, pengawas, kepala seksi,
responden (79%), sedangkan supervisi kepala bidang perawatan atau pun wakil
yang kurang baik dengan penerapan direktur keperawatan (Rahmawati,
budaya keselamatan pasien yang kurang 2009).
baik sebanyak 10 dari 15 responden Hyrkas (2000) juga membuktikan
(66%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p bahwa supervisi pelayanan
value= 0,006 (p value α < 0,05), keperawatan dapat meningkatkan
sehingga ada hubungan yang signifikan hubungan perawat yang disupervisi
antara supervisi dengan penerapan dengan supervisor serta dalam
budaya keselamatan pasien. Hasil hubungan antar perawat yang lain.
analisa, didapatkan juga nilai OR Hubungan antara para perawat yang di
supervisi 7,429. Hal ini berarti supervisi supervisi dengan tim supervisor
yang baik mempunyai peluang 7,429 kali dikarakteristikan sebagai peningkatan
untuk perawat pelaksana menerapkan evaluasi diri, keberanian, keterbukaan,
budaya keselamatan pasien secara baik menolong dan saling memahami antar
dan efektif. anggota tim. Selama kegiatan kegiatan
Supervisi pelayanan keperawatan pengawasan tim atau supervisi klinis,
dipandang sebagai bagian terpenting keberanian perawat untuk meneliti
dari aktivitas keperawatan (Hyrkas, masalah-masalah yang ada dalam tim
2002; Hatter et.al, 2007). Supervisi menjadi meningkat, termasuk
pelayanan keperawatan merupakan keterbukaan membahas isu atau topik-
interaksi dan komunikasi professional topik yang sensitif yang ada dalam
antara supervisor keperawatan dan pekerjaan dan pasien.
perawat pelaksana yakni dalam Kegiatan supervisi pelayanan
komunikasi tersebut perawat pelaksana keperawatan juga dapat meningkatkan
menerima bimbingan, dukungan, penerapan budaya keselamatan pasien
bantuan, dan dipercaya, sehingga yang dilakukan oleh supervisor
perawat pelaksana dapat memberikan keperawatan (McKimm, 2006). Budaya
asuhan yang aman kepada pasien, keselamatan pasien atau patient safety
karena kegiatan supervisi semacam ini culture merupakan pondasi utama dalam
merupakan dorongan bimbingan dan menuju keselamatan pasien. Penerapan
kesempatan bagi pertumbuhan dan ini sejalan dengan National Patient
perkembangan keahlian serta Safety Agency dalam tujuh langkah

247
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

menuju keselamatan pasien juga pasien dengan kepemipinan yang efektif


menekankan bahwa langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang
menuju keselamatan pasien adalah positif bagi keselamatan pasien.
dengan menerapkan budaya Pernyataan ini sejalan dengan penelitian
keselamatan pasien (Carthey & Clark, Setiowati (2013) menunjukkan bahwa
2010; NPSA, 2004). ada hubungan antara kepemimpinan
Survei budaya keselamatan pasien efektif head nurse dengan penerapan
telah menjadi pendekatan untuk budaya keselamatan pasien. Dari
memonitor keselamatan pasien dan analisis yang dilakukan dapat
berbagai instrumen penggukuran budaya disimpulkan bahwa komponen
keselamatan pasien juga telah banyak kepemimpinan efektif head nurse yang
dikembangkan salah satunya melalui paling berhubungan dengan penerapan
peran supervisi (HSOPSC, 2009). budaya keselamatan pasien. Setiap
Penerapan budaya negatif menuju kenaikan pengetahuan head nurse
penerapan budaya keselamatan dalam kepemimpinan efektif, maka
mengindikasikan terjadi perubahan penerapan budaya keselamatan pasien
dalam sistem suatu organisasi maupun oleh perawat pelaksana sebesar 2,46
perilaku dari anggota organisasi. kali akan semakin baik.
P erubahan menuju penerapan budaya Penelitian ini sejalan dengan
keselamatan dalam organisasi tersebut penelitian Rasdini, dkk (2014) bahwa
dapat terjadi bila faktor kepemimpinan ada hubungan yang bermakna antara
berperan didalamnya. Kepemimpinan supervisi pelayanan keperawatan
yang efektif akan dapat mempengaruhi dengan penerapan budaya keselamatan
bawahannya dalam pencapaian suatu pasien oleh perawat pelaksana dengan
tujuan organisasi (Cahyono, 2008). (p value = 0,000). Sedangkan penelitian
Aspek kepemimpinan yang yang dilakukan oleh Gershon et al (2000)
dimaksud di sini adalah kepemimpinan terhadap 789 pekerja rumah sakit di USA
pada tingkat dasar, seperti kepala menunjukkan bahwa ketika supervisor
ruangan atau kepala unit. Kepemimpinan memberikan dukungan untuk keamanan
efektif kepala ruangan merupakan salah para pekerja akan memberikan umpan
satu faktor yang berperan dalam balik positif terhadap keselamatan.
keberhasilan penerapan budaya Beberapa studi kualitatif juga
keselamatan pasien (Wagner et al, melaporkan setelah dilakukan supervisi,
2009). Kepala ruangan sebagai manajer perawat melaporkan merasa lebih sadar
lini pertama memiliki peran yang kritis akan tanggung jawab profesional mereka
dalam mendukung budaya keselamatan sebagai tenaga kesehatan.

248
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

Penelitian Nurmalia (2012) mendidik walaupun masih kurang


mengenai pengaruh mentoring yang optimalnya penerapan tersebut, karena
dilakukan kepala ruangan terhadap masih ada beberapa perawat pelaksana
penerapan budaya keselamatan pasien yang kurang belajar dari kesalahan
menunjukkan bahwa program mentoring dengan melakukan kesalahan yang
keperawatan mempunyai pengaruh sama dan lambatnya dalam proses
dalam meningkatkan penerapan budaya pelaporan. Pelatihan keselamatan
keselamatan pasien sebesar 20%. Hasil pasien sudah dilakukan terkait dengan
penelitian tersebut juga menunjukkan enam standar keselamatan pasien,
bahwa kelompok yang tidak namun pelatihan khusu cara
mendapatkan program mentoring membangun budaya kesealamatan
keperawatan akan beresiko mengalami belum dilakukan. Sedangkan bidang
penurunan dalam penerapan budaya komite keselamatan pasien rumah sakit
keselamatan pasien sebesar 2,5 kali baru dibentuk dengan tujuan untuk
lebih besar dibandingkan dengan meningkatkan dan mengoptimalkan
kelompok yang mendapatkan mentoring. keselamatan pasien di rumah sakit
Hasil wawancara di Rumah Sakit tersebut.
Bhayangkara Palembang yang diperoleh Berdasarkan konsep teori dan hasil
dari pihak rumah sakit juga menunjukan penelitian, peneliti berpendapat bahwa
bahwa supervisi sangat berhubungan penerapan budaya keselamatan pasien
dengan kinerja perawat pelaksana, bagi perawat pelaksana memerlukan
karena dengan adanya supervisi mereka peran penting supervisi untuk
memahami apa yang akan dikerjakan mewujudkan keselamatan pasien dalam
terutama terkait penerapan budaya pelayanan keperawatan di rumah sakit.
keselamatan pasien. Uraian tugas yang Jika penerapan budaya keselamatan
dimiliki kepala ruangan masih dilakukan pasien telah dilakukan dengan baik dan
secara umum dan belum ada standar efektif maka mutu pelayanan
kompetensi khusus terkait supervisi keperawatan melalui aspek keselamatan
terhadap penerapan keselamatan pasien akan semakin meningkat dan
pasien. Namun, kepala ruangan telah berkualitas, supervisi dilakukan dalam
berusaha meningkatkan budaya bentuk mengevaluasi, memberikan
keselamatan pasien tersebut dalam bimbingan atau arahan, mendidik, dan
pelayanan keperawatan dengan dukungan dengan perawat pelaksana
melakukan supervisi secara langsung maka hasil penerapan budaya
dan tidak langsung yang bertujuan untuk keselamatan pasien baik itu
mengevaluasi, mengarahkan dan keterbukaan, keadilan, pelaporan dan

249
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

pembelajaran akan berajalan dengan difungsikan secara optimal dengan


optimal khususnya mengenai melakukan survei budaya keselamatan
keselamatan pasien sehingga KTD dan pasien sebagai bentuk evaluasi kinerja
KNC dapat dicegah. Hal tersebut dalam peningakatan mutu pelayanan
dipertegas menurut keperawatan.
PERMENKES/11/2017 tentang
keselamatan pasien bahwa membangun SIMPULAN DAN SARAN
budaya keselamatan sangat SIMPULAN
tergantung kepada kepemimpinan yang Berdasarkan hasil penelitian dari 48
kuat dan kemampuan organisasi responden didapatkan hasil:
mendengarkan pendapat seluruh 1. Proporsi persepsi supervisi dengan
anggota. kategori baik (69%) lebih tinggi
Upaya yang dapat dilakukan untuk dibandingkan persepsi supervisi
meningkatkan penerapan budaya dengan kategori kurang baik (31%).
keselamatan pasien di Rumah Sakit 2. Proporsi penerapan budaya
Bhayangkara Palembang dapat melalui keselamatan pasien dengan kategori
optimalisasi kemampuan supervisi baik (64,6%) lebih tinggi dibandingkan
kepala ruangan kepada perawat penerapan budaya keselamatan
pelaksana dalam penerapan budaya pasien dengan kategori kurang baik
keselamatan pasien perlu untuk (35,4%).
dilakukan pelatihan khusus tentang 3. Ada hubungan yang signifikan antara
supervisi, pengembangan standar supervisi dengan penerapan budaya
khusus kompetensi supervisi kepala keselamatan pasien dengan hasil uji
terkait penerapan keselamatan pasien statistik diperoleh nilai p Value =
dan bagi perawat pelaksana dapat 0,006 (p Value α < 0,05).
dilakukan pelatihan tentang membangun
budaya keselamatan pasien serta SARAN
diharapkan dapat melakukan metode 1. Bagi Rumah Sakit
supervisi melalui program sosialisasi, a. Diharapkan dapat meningkatkan
konseling, mentoring yang dilakukan kompetensi supervisi kepala
oleh kepala ruangan dalam upaya ruangan perawat pelaksana
meningkatkan pengetahuan, motivasi, melalui pelatihan khusus terkait
kesadaran, kinerja dalam menerapkan peran supervisi dan penerapan
budaya keselamatan pasien yang lebih budaya keselamatan pasien
baik dan efektif bagi perawat. Penguatan b. Diharapkan dapat
kinerja komite keselamatan pasien perlu mengembangkan aktivitas

250
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

supervisi melalui program keselamatan pasien, blamming


mentoring, konseling dan culture, faktor yang mempengaruhi
sosialisasi untuk perawat supervisi dan budaya keselamatan
pelaksana dalam upaya pasien, kerjasama tim, timbang
membangun budaya keselamatan terima, stres kerja, staffing, dan
pasien yang efektif lingkungan kerja dengan penerapan
c. Diharapkan dapat meningkatkan budaya keselamatan pasien dan
keselamatan pasien untuk analisis penerapan keselamatan
melakukan survei budaya pasien berdasarkan enam sasaran.
keselamatan pasien di rumah
sakit secara terjadwal. 4. Bagi Peneliti
Diharapkan setelah melakukan
2. Bagi Institusi Pendidikan penelitian ini pengetahuan dan
a. Diharapkan institusi pendidikan wawasan peneliti bertambah.
dapat menambahkan penelitian ini
dalam khasanah keilmuan
manajemen keperawatan dan DAFTAR PUSTAKA
nursing safety dalam penguatan,
1. Anwar. (2016). Mampukah Sektor
penyempurnaan dan
Kesehatan Indonesia Berkompetensi
pengembangan teori mahasiswa
Dalam Ajang Masyarakat Ekonomi
dalam tatanan praktik dirumah
ASEAN. FAKHUM : Universitas
sakit nantinya.
Pattimura. 01 Januari 2017.
b. Diharapakan dapat selalu
http://fhukum.unpatti.ac.id/hkm-
memberikan pembelajaran bagi
internasional/390-mampukah-sektor-
mahasiswa untuk bekerjasama
kesehatan-indonesia-berkompetisi-
dengan lahan praktek untuk
dalam-ajang masyarakat-ekonomi-
mengembangkan praktikum cara
asean
melaksanakan supervisi dan
2. Cahyono, J.B. (2008). Membangun
membangun budaya keselamatan
Budaya Kselamatan Pasien Dalam
pasien yang efektif
Praktik Kedokteran. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
3. Carthey, J & Clarke, J. (2010).
Diharapkan pada peneliti
Implementing Human Factor in
selanjutnya dapat meneliti variabel
Helathcare: How to Guide. London:
yang berbeda seperti: iklim
Patient Safety First.
keselamatan pasien, penerapan

251
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

4. Clancy, M.C. (2011). New Research patient-


Highlight thr role of patient safety safety/patientsafetyculture/hospital/u
culture & safe care. Journal of Nurs serguide/hospdim.pdf
Care Quality, 26(3), 193-196. 9. Hyrkas, K. (2002). Clinical
Desember 10, Supervision And Guality Care.
2016.http://journals.lww.com/jncqjour Tampere: Faculty Of Medicine Of
nal/Citation/2011/07000/New_Resea The University of Tamper.
rch_Highlights_the_Role_of_Patient 10. JCI (Joint Commission International).
_Safety.1.aspx (2013). Patient Safety International
5. Depkes RI . (2008). Panduan Goals.
Nasional Keselamatan Pasien http://www.jointcommissioninternatio
Rumah Sakit (Patient Safety). nal.org/improve/international-patient-
Jakarta : Depkes RI safety-goals/
6. Ghobashi, et al (2014). Assessment 11. KKP-RS. (2008). Pedoman
of Patient Safety Culture in Primary Pelaporan Insiden Keselamatan
Health Care Settings in Kuwait. Pasien (IKP). Jakarta : KKP-RS
Epidemiology, Biostatistics and 12. Kohn. (2000). To Err Is Human:
Public Health, 11(3). Januari 10, Building a Safer of Health System.
2017. Washington DC: National Academy
http://ebph.it/article/viewFile/9101/86 Press
76 13. Lynch, L., et al. (2010). Clinical
7. Gershon, et.al. (2000). Hospital Supervision For Nurses. United
Safety Climate and Its Relationship Kingdom : Blackwell Publishing
With Safe Work Practices and 14. Moghri, J., Arab, M., Saari, A. A.,
Worlkplace Exposure Incidents, Nateqi, E., Forooshani, A. R.,
American Journal Of Infection Ghiasvand, H., ... & Goudarzi, R.
Control, Volume 3, No. 28. (2012). The psychometric properties
Desember 10, 2016. of the Farsi version of “Hospital
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme survey on patient safety culture” in
d/10840340 Iran’s hospitals. Iranian journal of
8. HSOPSC (Hospital Survey on public health, 41(4), 80-86
Patient Safety Culture). (2009). 15. NPSA (National Patient Safety
Items and Dimensions. Januari 11, Agency). (2004). Seven Step To
2017. Patient Safety; The Full Reference
https://www.ahrq.gov/sites/default/fil Guide. London : National Patient
es/wysiwyg/professionals/quality- Safety Agency

252
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

16. Nurmalia, D., Handiyani, H., & sektor/health-care/manajemen-


Pujasari, H. (2012). Pengaruh rumah-sakit-menghadapi-era-
program mentoring terhadap masyarakat-ekonomi-asean-th-
penerapan budaya keselamatan 2015#.WFekJLl1aK9
pasien. Jurnal Manajemen 21. Pujilestari, Agustina, dkk. (2013).
Keperawatan, 1(2). 18 Desember Gambaran Budaya Keselamatan
2016. Pasien Oleh Perawat Dalam
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2030 Melaksanakan Pelayanan Di
2320-T30628-Devi%20Nurmalia.pdf Instalasi Rawat Inap Rsup Dr.
17. Nursalam. (2015). Manajemen Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013.
Keperawatan: Aplikasi Dalam Makasar : Unhas. 12 Desember
Praktek Keperawatan Profesional. 2016.http://repository.unhas.ac.id/bit
Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika stream/handle/123456789/5447/JUR
18. Peraturan Menteri Kesehatan NAL.pdf
Republik Indonesia Nomor 22. Rasdini, dkk. (2014). Hubungan
1691/MENKES/PER/VIII/2011.Kesel Penerapan Budaya Keselamatan
amatan Pasien Rumah Sakit. 10 Pasien Dengan Supervisi Pelayanan
Januari 2017. Keperawatan Oleh Perawat
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/ Pelaksana. 15 Desember
pdffiles/peraturan/21%20PMK%20N 2016.http://poltekkesdenpasar.ac.id/f
o.%201691%20ttg%20Keselamatan iles/.../ARTIKEL%20IGA%20Ari%20
%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf Rasdini%20dkk,.pdf
19. Peraturan Menteri Kesehatan 23. Sammer, E. C.; Lykens, K,; Singh,
Republik Indonesia. (2017). K.P; Mains, D.A. & Lackan, N.A.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2009). What is patient Safety
Nomor 11 tahun 2017. 20 Desember Culture? A review literature. Journal
2016. Nursing Scholarship, 42(2), 156.
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u= 24. Saraswati. (2014). Hubungan
50FUUjUm4lGSvAVB0SmjCpuMsq0 Supervisi Pelayanan Keperawatan
F2iNY1izqGm%2B06wE%3D Dengan Penerapan Budaya
20. Priyadi. (2015). Manajemen Rumah Keselamatan Pasien Oleh Perawat
Sakit Menghadapi Era Masyarakat Pelaksana. 15 Desember 2016.
Ekonomi Asean Tahun 2015. IQA https://www.unud.ac.id/in/tugas-
Foundation. 19 Desember 2016. akhir1202116028.htm
http://www.indonesianqualityaward.o 25. Setiowati, D. (2010). Hubungan
rg/baldrige-berdasarkan- Kepemimpinan efektif head nurse

253
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017

dengan penerapan budaya 31. Yulia, S. (2010). Pengaruh Pelatihan


keselamatan pasien oleh perawat Keselamata Pasien terhadap
pelaksana di RSUPN Dr. Cipto Pemahaman Perawat Pelaksana
Mangunkusumo Jakarta [Tesis]. Mengenai Penerapan Keselamatan
Depok: Universitas Indonesia, 7. 15 Pasien di RS Tugu Ibu Depok.
Desember 2016. Depok: Universitas Indonesia. 18
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2028 Desember 2016.
2650-T%20Dwi%20Setiowati.pdf http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1372
26. Suyanto. (2008). Mengenal 66-T%20Sri%20Yulia.pdf
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan di Rumah Sakit.
Jogjakarta : Mitra Cendikia
Jogjakarta
27. Triwibowo, Cecep. (2013).
Manajemen Pelayanan Keperawatan
di Rumah Sakit. Jakarta: CV Trans
Info Media.
28. Wagner, L. M., Capezuti, E., & Rice,
J. C. (2009). Nurses' Perceptions of
Safety Culture in Long‐Term Care
Settings. Journal of Nursing
Scholarship, 41(2), 184-192.
29. Wardani, Yuniar. (2012). Analisis
Kinerja Perawat Dalam
Pengendalian Infeksi Nasokomial Di
RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Yogyakarta. ISSN : 1978-0575. 12
Desember 2016.
http://www.journal.uad.ac.id/index.ph
p/KesMas/ article//1053/80.pdf.
30. WHO. (2004). World Allience For
Patient Safety, Format Program.
Desember 12, 2016.
http://www.who.int

254

Anda mungkin juga menyukai