BAB 1
PENDAHULUAN
1
Institute of Medicine, To Err Is human: Building a Safer Health System. 2000, Institue of Medicine:
Washington DC.
Universitas Indonesia
2
merupakan faktor risiko yang penting yang bisa mengancam keselamatan pasien. 2
Vincent (2005) dalam bukunya bahkan menyebutkan bahwa ancaman terhadap
keselamatan pasien tersebut tidak dapat diubah, jika budaya keselamatan pasien
dalam organisasi tidak diubah. 3 Berdasarkan hasil survey penelitian tentang
keamanan, keselamatan pasien, kesalahan dan kecelakaan, dan kesalahan pelaporan
yang dilakukan oleh The Agency of Healthcare Research and Quality (AHRQ), rata-
rata persentase respon positif untuk 12 komposit dari budaya patient safety tahun
2016 dari data rumah sakit, ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Tingkat Rata-Rata Persentase Respon Positif Untuk 12 Komposit dari
Budaya Keselamatan Pasien Tahun 2016
2
Nieva, V. And J. Sorra, Safety Culture Assessment: A tool for Improving Patient Safety in
Healthcare Organizations. Quality and Safety in Health Care, 2003. 12:p. 7-23.
3
Vincent, C., Patient Safety. 2005, Edinburgh: Churchill Livingstone.
Universitas Indonesia
3
Berdasarkan data di atas, terlihat kekuatan dalam area komposit kerja sama
dalam unit (82%), harapan dan tindakan mempromosikan keselamatan pasien dari
supervisor/ manager (78%) dan pembelajaran organisasi – perbaikan yang
berkelanjutan (73%), sedangkan untuk area yang memiliki potensi untuk perbaikan
diantaranya yaitu tanggapan terhadap kesalahan tanpa hukuman (45%), peralihan
dan transisi (48%) dan susunan kepegawaian (54%). 4
Di Indonesia, kampanye keselamatan pasien mulai mengemuka pada tahun
2006, dan mulai menjadi aksi nyata dengan Deklarasi Jakarta 2007. Aspek-aspek
keselamatan pasien sebenarnya sudah mulai menjadi indikator kinerja pelayanan
rumah sakit pada tahun 2001, tetapi secara formal masuk dalam Standar Pelayanan
Minimal RS pada tahun 2008 (Kepmenkes No. 129/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal RS). Setelah terbit Buku Panduan Keselamatan Pasien tahun 2007, maka
aspek keselamatan pasien juga mulai dimasukkan dalam Standar Akreditasi RS
versi 2007 dari semula 16 pelayanan (versi 2002), menjadi 16 pasien plus
keselamatan pasien. Implementasi keselamatan pasien lebih spesifik dirumuskan
pada tahun 2011 (Permenkes No. 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien). Hal ini
dipengaruhi juga oleh mulai dikenalnya Standar Akreditasi Rumah Sakit
Internasional yang mengedepankan Patient Safety (keselamatan pasien) sebagai
konsep dasarnya. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) mengadopsi isu
keselamatan pasien di Indonesia sejak penerbitan Standar Akreditasi KARS versi
2012. Sejak itu, implementasi keselamatan pasien menjadi salah satu isu utama.
Pada tahun 2014, mulai dilaksanakannya Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dengan BPJS sebagai penyelenggaranya. Sejak dimulainya JKN pada 1
Januari 2014, berbagai masalah dan hambatan dihadapi oleh rumah sakit, baik dari
aspek regulasi, pelaksanaan JKN, peran komite medis maupun pola remunerasi
dokter dalam melaksanakan tugas profesinya. Pelaksanaan JKN dengan pola bayar
prospective payment sesuai tarif INA-CBG kurang dipahami para manajemen
rumah sakit, terlebih para staf medis. Para dokter yang terbiasa dengan pola fee for
service khawatir akan terjadi penurunan penghasilan. Sedangkan staf klinis selain
4
Hospital Survey on Patient Safety Culture: 2016 User Comparative Database Report. Hal 20-21
Universitas Indonesia
4
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa yang dapat menjadi kunci integrasi
keempat aspek tersebut adalah implementasi akreditasi berbasis keselamatan pasien.
Dalam instrument akreditasi terbaru versi 2012 dari KARS, yang di adopsi dari
JCIA, terdapat 14 standar MDGs. Dalam versi JCIA terbaru, ditambahkan 2 standar
baru terkait RS sebagai pusat pendidikan dan penelitian. Tambahan 2 standar baru
ini mulai diintegrasikan dalam standar KARS mulai Juli 2015. 5
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di
semua rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life Saving Patient Safety
Solution dari WHO Patient Safety 2007, yang juga digunakan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint
5
Tonang Dwi Ardyanto pada Forum Mutu Indonesia Healthcare Quality Network (IHQN) ke X di
Surakarta 19-21 Agustus 2014.
Universitas Indonesia
5
Menurut George 7 salah satu kerangka kerja untuk mencapai mutu tinggi
adalah Kriteria the Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Sebagai
alat penilaian mandiri (selft assessment), kriteria MBNQA membantu
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan perusahaan, mencari peluang-peluang
perusahaan dan mencari peluang bagi perbaikan proses dan hasil yang berdampak
kepada stakeholder, pelanggan, karyawan, pemilik (owner), pemasok (supplier),
serta masyarakat. Kriteria MBNQA juga membantu dalam hal mengatur sumber
daya, antara lain: memperbaiki komunikasi, produktivitas, efektivitas, serta
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Untuk menghasilkan mekanisme pengelolaan mutu yang bagus, perusahaan
perlu menerapkan metode pengukuran yang efektif untuk dapat menganalisis dan
menemukan dimensi mutu yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai
mutu yang tinggi. Salah satu model pengukuran yang sudah dikenal luas dan
terbukti secara efektif membantu keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu
adalah sistem Malcolm Baldrige National Quality Award. Malcolm Baldrige
National Quality Awards (MBNQA) merupakan sistem manajemen yang sangat
efektif untuk menghasilkan loyalitas pelanggan dan kinerja tinggi bila diterapkan
dengan tepat. Menurut Paul Kunst dan Jos Lemink (2000: 1123), penghargaan
6
KARS, 2012
7
George, Stephen. The Baldrige Quality System Do It Your Self Way to Transform Your Business,
John Wiley & Sons, Inc. 1992.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Saat ini, rumah sakit yang sudah mengadopsi Malcolm Baldrige untuk
pengukuran kinerja organisasi atau perusahaan di sektor kesehatan baru RS. Pelni,
dimana berdasarkan keputusan Ketua Dewan Judge Indonesia Quality Award –
IQA 2016 dengan No. SK 002/IQAF/DJ/XI/2016 tanggal 10 November 2016
pencapaian Band Excellence Achievement untuk RS. Pelni adalah posisi Band 3,
yaitu Early Improvement. Hal ini memperlihatkan bahwa pengukuran kinerja
organisasi melalui pendeketan metode Malcolm Baldrige di rumah sakit kiranya
dapat dilakukan yang sejalan dengan tuntutan pelayanan kesehatan yang diberikan
yaitu terkait dengan keselamatan pasien sebagai tujuannya.
Rumah Sakit Tiara menyelenggarakan fungsinya untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien yang memiliki tingkat resiko yang mempengaruhi
keselamatan pasien dari pelayanan yang diberikan. Rumah Sakit Tiara harus
senantiasa menjaga mutu pelayanannya, maka dari itu upaya perbaikan kualitas
pelayanan yang dilakukan secara terus menerus menjadi suatu keharusan yang tidak
dapat diabaikan agar keinginan dan kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. RS Tiara
sudah mulai beroperasi pada tanggal 17 Agustus 2011 lalu mendapatkan ijin
operasional Nomor 503/10/Dinkes/RS/2012 ditetapkan sebagai rumah sakit umum
swasta kelas C non pendidikan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan RS Tiara mulai memperlihatkan
peningkatan sejak era BPJS, dimana RS Tiara menjadi salah satu rumah sakit
rujukan di kawasan Babelan, Bekasi Utara. Letak yang strategis dimana menjadi
8
Indonesian Quality Award Foundation
Universitas Indonesia
8
satu rumah sakit yang mudah di akses untuk warga Babelan, menjadikan RS Tiara
memiliki opportunity for improvement dalam pelayanan kesehatan yang diberikan,
walau terbilang masih sebagai rumah sakit baru berdiri. Dapat dilihat pada grafik
1.1 kunjungan rawat inap dan garfik 1.2 kunjungan rawat jalan di RS Tiara periode
tahun 2015 per bulan.
500
481
437
400 413 412
361
337
300 286
200 183
153 138
129
100 100
Universitas Indonesia
9
Dari angka kunjungan rawat jalan dan rawat inap di atas dapat dilihat bahwa
setiap bulannya mengalami trend peningkatan. Hal ini menjadi tantangan bagi RS.
Tiara untuk terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pelanggan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai visi dan misi organisasi
dan bukan bersifat jangka pendek, namun merupakan upaya jangka panjang dan
terintegrasi dari setiap komponen organisasi di RS. Tiara. Salah satu indikator mutu
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu kepuasan pelanggan dimana
salah satu upaya untuk mencapai nilai kepuasan pelanggan yang optimal adalah
pelayanan kesehatan yang berorientasi pada patient safety (keselamatan pasien).
RS Tiara belum terakreditasi, namun RS Tiara selalu berupaya untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pasien. Semester ke-2 tahun
2016 RS Tiara menuju persiapan akreditasi rumah sakit, salah satunya ingin
menerapkan kebijakan keselamatan pasien yang sudah diatur oleh pemerintah
dalam memberikan pelayanan prima yang berstandar mutu. Selama ini, RS Tiara
belum memiliki unit/ bagian khusus terkait keselamatan pasien, dalam aktivitas
yang berhubungan dengan hal tersebut masuk ke dalam unit/ bagian mutu rumah
sakit secara umum. Fokus pada penanganan komplain dari pasien menjadi prioritas
RS Tiara dalam memperbaiki mutu pelayanan rumah sakit. Unit Sasaran
Keselamatan Pasien (SKP) di RS. Tiara terbentuk pada bulan Oktober 2016, hal ini
menjadi salah satu bentuk persiapan rumah sakit menuju akreditasi. Tujuan
terbentuknya unit SKP tidak semata-mata persyaratan akreditasi, namun sebagai
bentuk kesadaran dari RS. Tiara yang harus berorientasi pada keselamatan pasien
atas semua bentuk pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Upaya yang dilakukan di unit SKP mengacu pada panduan KARS dalam
instrument akreditasi rumah sakit dengan standar akreditasi versi 2012, dimana
terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang menjadi fokus utamanya. Saat ini,
RS Tiara dalam tahap awal menuju orientasi pada keselamatan pasien yang
terstruktur dengan dibuatnya panduan dan SOP terkait 6 SKP tersebut. RS Tiara
baru memiliki tiga panduan dari 6 panduan yang sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit. Hal ini dikarenakan RS. Tiara sedang dalam berproses penyiapan dan
penyusunan pedoman SKP tersebut.
Universitas Indonesia
10
Panduan Ketersediaan
SKP 1: Identifikasi Pasien Tersedia
SKP 2: Peningkatan komunikasi yang efektif Tersedia
SKP 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu Tersedia
diwaspadai (high-alert medications)
SKP 4: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, Belum Tersedia
tepat-pasien operasi
SKP 5: Pengurangan risiko infeksi terkait Belum Tersedia
pelayanan kesehatan
SKP 6: Pengurangan risiko pasien jatuh Tersedia
Indikator lain yang dimiliki RS Tiara selama ini terkait mutu dari pelayanan
adalah dilakukannya survey kepuasan pasien dengan berbagai kriteria yang
ditentukan oleh RS Tiara. Pencapaian hasil dari survey kepuasan pasien RS Tiara
pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
perawatan atau asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Keselamatan
pasien (patient safety) dan mutu rumah sakit berkorelasi positif. Pasien yang
mendapatkan pelayanan yang aman di rumah sakit akan meningkatkan customer
feeding, ketidakpuasan pasien akan sangat berpengaruh pada kualitas atau mutu
rumah sakit tersebut. Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak
yang berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan. Budaya patient safety
menjadi salah satu prioritas utama dalam layanan kesehatan dan merupakan data
dasar peningkatan pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu. Memperhatikan
latar belakang tersebut terlihat bahwa pelaksanaan perbaikan mutu patient safety
sebagai upaya Continuous Quality Improvement dengan pendekatan the Malcolm
Baldrige Assesment di Rumah Sakit Tiara Bekasi.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence, Mark Graham Brown, 2008
10
Criteria for Performance Excellence for manufacturing, service, small business and non profit,
Baldrige National Quality Program 2009-2010
Universitas Indonesia
16
Penghargaan ini dikelola oleh Lembaga Standar dan Teknologi Nasional (The
National Institute of Standard and Technology) dan The American Society for
Quality (ASQ). Hingga tahun 2007, metode Malcolm Baldrige Criteria for
Performance Excellent (MBCfPE) telah diadopsi oleh puluhan ribu perusahaan di
lebih dari 70 negara didunia. MBCfPE banyak diadopsi karena di dalam
penilaiannya dimuat aspek kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar terhadap
kinerja organisasi secara keseluruhan.
Indonesia juga mengadopsi MBCfPE dan dijadikan Indonesian Quality
Award (IQA) sebagai penghargaan atas kinerja BUMN (Badan Usaha Milik
Negara). Penghargaan kepada BUMN dimaksudkan untuk meningkatkan
keunggulan kompetitif dari BUMN dalam menghadapi persaingan global, yaitu
dengan meningkatkan kinerja BUMN secara menyeluruh dan terpadu dengan
berbasiskan pada Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence, yang
sudah dikenal di dunia bisnis internasional terutama di Amerika Serikat.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Dengan adanya laporan, kita dapat melihat jumlah skor atau penilaian dari
penerapan model MBA, sehingga dapat diketahui setinggi apa performa organisasi
selama ini, dan juga hal-hal apa saja yang perlu dipertahankan atau diperbaiki dari
organisasi tersebut.
11
How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence, Mark Graham Brown, 2008
Universitas Indonesia
20
Skor total dari MBA adalah 1000 poin. Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing kriteria dalam Baldrige assessment:
1. Leadership (120 poin)
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
bagaimana cara memilih sasaran hasil dan rencana tindakan yang strategis untuk
disebarkan dan diubah jika keadaannya berubah, dan bagaiamana kemajuan
dalam mengukurnya. Kategori Strategic Planning kemudian dibagi kedalam dua
item yaitu sebagai berikut:
a. Strategy Development (40 poin)
Item ini menguraikan bagaimana cara organisasi menetapkan strateginya dan
sasaran hasil yang strategis, mencakup bagaimana menunjukkan tantangan
strategis, meringkas sasaran hasil strategis dan tujuan. Dalam item ini terdapat
dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1) Strategy Development Process
2) Strategic Objectives
b. Strategy Implementation (45 poin)
Stategy Implementation menguraikan bagaimana organisasi mengkonversi
sasaran hasil yang strategis ke dalam rencana tindakan yang berhubungan
dengan ukuran performance atau kunci indikator. Merancang organisasi
untuk performance masa depan pada ukuran performance atau kunci
indikator. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam
proses scoring, yakni:
1) Action Plan Development and Deployment
2) Performance Projections
3. Customers Focus (85 poin)
Fokus terhadap pelanggan menguji bagaimana suatu organisasi
menentukan kebutuhan, harapan, dan pilihan pelanggan. Hal lainnya yang diuji
adalah bagaimana organisasi membangun hubungan pelanggan, menentukan
faktor pokok yang mendorong ke arah tujuannya, kepuasan dan kesetiaan
pelanggan dan juga ekspansi ke pelayanan kesehatan dan perluasan. Kategori ini
selanjutnya dibagi lagi menjadi dua item, yaitu:
a. Voice of The Customer (45 poin)
Item ini menguraikan bagaimana organisasi menentukan kebutuhan, harapan,
pilihan pelanggan dan juga pasar untuk memastikan keterkaitan jasa
pelayanan kesehatan dan mengembangkan peluang baru dalam jasa
Universitas Indonesia
23
pelayanan kesehatan. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi
acuan dalam proses scoring, yakni:
1) Patient and Stakeholder Listening
2) Determination of Patient and Stakeholder Statisfaction and Engagement
b. Customer Engagement (40 poin)
Item ini menguraikan bagaimana organisasi membangun hubungan untuk
memperoleh, mencukupi, dan mempertahankan pelanggan, meningkatkan
kesetiaan dan untuk mengembangkan peluang baru jasa pelayanan kesehatan.
Item ini juga menguraikan bagaimana organisasi menentukan kepuasan
pasien dan pelanggan lain. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan
menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1) Health Care Service Offering and Patient and Stakeholder Support
2) Building Patient and Stakeholder Relationship
4. Measurement, Analysis, and Knowledge Management (90 poin)
Kriteria measurement, analysis, and knowledge ini menguji bagaimana
suatu organisasi memilih, mendapatkan, menganalisa, mengatur, dan
mengembangkan data, informasi, dan aset pengetahuan yang dimilikinya. Selain
itu juga menguji bagaimana suatu organisasi meninjau ulang performanya.
Dalam kriteria ini terdapat dua sub kriteria yang akan memudahkan penguji
dalam melakukan scoring, yaitu:
a. Measurement, Analysis, and Improvement of Organization Performance (45
poin)
Menggambarkan bagaimana suatu organisasi mengukur, menganalisa,
menyusun, meninjau ulang, dan mengembangkan performanya sebagai
penyedia layanan kesehatan pada semua level. Dalam item ini terdapat tiga
poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1) Performances Measeurement
2) Performances Analysis and Review
3) Performances Improvement
b. Management of Information, Knowledge, and Information Technology (45
poin)
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Excellence for Health Care Based on MBNQA. Kriteria ini dibangun berdasarkan
landasan dari 11 konsep yang dirangkum sebagai berikut :
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
4. Pemberian nilai karyawan dan mitra kerja (valuating workforce members and
partners)
Kesuksesan organisasi bergantung pada pekerjaanya, yaitu dilihat dari sisi
pengetahuan, kemampuan, kreativitas, dan motivasi masing-masing individu.
Pemberian nilai kepada karyawan berarti organisasi berkomitmen kepada kepuasan,
perkembangan, dan perlakuan baik kepada para karyawan. Selain itu, organisasi
juga harus membangun hubungan kemitraan internal dan eksternal. Kemitraan
internal dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para karyawan melalui
serikat pekerja, pembentukan tim kerja yang memiliki kinerja tinggi dan lain-lain.
Kemitraan eksternal dapat dilakuakn dengan menjalalin hubungan yang baik
dengan pelanggan lainnya seperti supplier, organisasi sejenis, dan lain sebagainya.
Keberhasilan kemitraan internal dan eksternal dapat mengembangkan tujuan –
tujuan jangka panjang, yang berarti akan menciptakan dasar untuk investasi yang
saling menguntungkan masing-masing pihak.
5. Ketangkasan (Agility)
Universitas Indonesia
31
Agility memiliki pengertian sebagai suatu kapasitas untuk berubah dengan cepat
dan fleksibel. Agility berhubungan dengan siklus. Semakin tangkas suatu organisasi
dalam merespon keinginan pelanggan berarti semakin baik karena dapat mengambil
waktu lebih awal untuk menghadapi pesaingnya dan memudahkan organisasi dalam
mencapai tujuan jangka panjang. Organisasi sering membutuhkan sistem kerja yang
baru, penyederhanaan proses dan unit kerja, kemmapuan untuk berubah dari satu
proses ke proses lainnya untuk meningkatkan waktu respon. Waktu kinerja dari
suatu organisasi menjadi semakin genting dan waktu siklus menjadi kunci dalam
proses utama.
Universitas Indonesia
32
10. Berfokus pada Hasil-hasil dan Penciptaan Nilai (Focus on Results and
Creating Values)
Pangukuran kinerja organisasi perlu juga memfokuskan hasil akan dicapai dan
menyeimbangkan hasil tersebut bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini
bertujuan untuk membangun kesetiaan dan kontribusi kepada masyarakat.
Keseimbangan itu nantinya akan memberikan komunikasi yang efektif mengenai
prioritas jangka pendek dan panjang, memonitor kinerja saat ini, dan
mempersiapkan dasar yang jelas untuk memperbaiki hasil. Fokus pada hasil perlu
untuk menunjukkan fleksibilitas mencapai hasil yang berbeda dari waktu ke waktu.
Universitas Indonesia
33
Perbaikan kualitas yang merupakan elemen dasar dari TQM juga perlu diukur,
sampai dimana keefektifan pelaksanaan CQI agar perbaikan yang selanjutnya dapat
Universitas Indonesia
34
terarah dan tepat sasaran. Menurut Paul Kunst dan Jos Lemink (2000: 1123) derajat
pelaksanaan CQI dapat diukur dengan Deming prize. The Malcolm Baldrige
Naional Quality Award (MBNQA) dan the European Quality Award (EQA).
Universitas Indonesia
35
Sumber: How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence, Mark Graham Brown,
2008 page 74
Kategori “hasil” mengacu pada keluaran dan hasil organisasi atau unit
dalam mencapai persyaratan dalam item 7.1 – 7.5 (pada kategori 7). Terdapat
Universitas Indonesia
36
empat faktor yang digunakan untuk mengevaluasi hasil yaitu levels, trends,
comparisons dan integration.
Faktor-faktor evaluasi baik untuk proses maupun hasil merupakan hal-hal yang
dinilai dari setiap item pertanyaan dalam kuesioner. Penetapan skor untuk respon
item memiliki pedoman yaitu:
a. Semua area untuk mengatasi harus dimasukkan dalam respon item. Respon
harus mencerminkan apa yang penting bagi unit atau organisasi.
b. Dalam menetapkan skor untuk item, pertama menentukan skor rentang
(misalnya 50% - 65%) adalah yang paling deskriptif dari tingkat prestasi
unit seperti yang disajikan dalam respon item. Kebanyakan deskriptif dari
tingkat prestasi organisasi dapat emncakup beberapa kesenjangan dalam
satu atau lebih dari faktor ADLI (proses) atau faktor LeTCI (hasil) untuk
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
Skor total yang didapatkan oleh suatu unit atau organisasi menunjukkan di level
mana kinerja organisasi tersebut. Berikut adalah kroteria suatu unit atau organisasi
berdasarkan hasil penilaian menggunakan MBA.
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
12
Institute of Medicine (1999)
13
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga
oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI).
14
Institute of Medicine (1999)
Universitas Indonesia
48
15
KKP-RS No.001-VIII-2005
16
Permenkes 1691/Menkes/PER/VIII/2011 Bab IV Pasal 8 ayat 1 dan 2
Universitas Indonesia
49
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN DAFTAR ISTILAH
Universitas Indonesia
50
Profil
Rumah Sakit
Kriteria Malcolm
Baldrige Assessment
Proses Hasil
A-D-L-I Le-T-C-I
Strength/ OFI Strength/ OFI
Continuous Improvement
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
No Komponen Definisi
strategi itu secara tepat merespon
dinamika perubahan lingkungan bisnis?
2.1 Strategic Development Bagaimana praktik keselamatan pasien
diidentifikasi dan diterjemahkan ke
tujuan lembaga.
2.2 Strategic Implementation Implementasi yang dilakukan institusi
untuk berkembang, memantau dan
meningkatkan rencana aksi untuk
menjamin keselamatan pasien.
keselamatan institusional dan unit rawat
rencana aksi dan sistem untuk
mempertahankan perbaikan dicapai
berada di tempat, direvisi dan diperbaiki
secara teratur.
3 Customer Management Apakah produk dan layanan yang
disediakan oleh organisasi sudah baik?
Atau hanya bermutu ala kadarnya?
Apakah produk atau layanan yang
dibentangkan oleh kantor selalu segar
nan inovatif; dan membuat para
pelanggan bisa tersenyum riang?
3.1 Patient, other customer, Pengetahuan dasar tentang patient
and healthcare market safety: Bagaimana lembaga kesehatan
knowledge menentukan harapan pasien dan
pengetahuan tepat dalam hal keamanan
pasien.
3.2 Patient and Other Tingkat kepuasan: Bagaimana lembaga
Customer Relationships memperoleh informasi dan umpan balik
and Satisfaction dari
pasien pada masalah keselamatan
Universitas Indonesia
53
No Komponen Definisi
pasien untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan.
4 Measurement, Analysis, and Pengukuran, analisis, dan pengelolaan
Knowledge Management pengetahuan (measurement, analysis,
and knowledge management). Kategori
ini meneliti bagaimana organisasi
memilih, mengumpulkan,
menganalisis, mengelola, dan
menyempurnakan data, informasi, dan
asset pengetahuan untuk mendukung
proses kunci perusahaan. Juga meneliti
bagaimana organisasi mengukur
kinerjanya.
4.1 Measurement and Pengukuran Kinerja: Bagaimana
Analysis of Institutional lembaga mengumpulkan, trek, dan
Performance analisis data keamanan pasien.
4.2 Information and Ketersediaan data dan informasi:
Knowledge Bagaimana lembaga memastikan bahwa
Management Informasi teknologi yang klinis
(komputerisasi, infus
pompa, sistem alarm, dll) adalah
handal, aman, dan mudah digunakan
5 Workforce Engagement fokus pada sumberdaya manusia
(human resources focus). Kategori ini
meneliti bagaimana organisasi
memungkinkan karyawan
mengembangkan potensi dirinya dan
bagaimana manajemen karyawan
selaras dengan objektif, strategi, dan
rencana tindakan perusahaan. Juga
mengetahui sejauh mana upaya
Universitas Indonesia
54
No Komponen Definisi
organisasi untuk membangun dan
mempertahankan lingkungan kerja dan
dukungan karyawan untuk kinerja
ekselen maupun terhadap
perkembangan pribadi dan organisasi.
5.1 Work Systems Kinerja staf manajemen: Bagaimana
lembaga
mendukung tinggi standar kinerja klinis
dan
keselarasan dengan klinis nasional
ukuran kinerja dan manajemen kasus
praktek terbaik.
5.2 Staff Learning and Pendidikan staf, Pelatihan, dan
Motivation Pengembangan: Bagaimana struktur
institusi dan mempromosikan
pendidikan yang efektif
dan pelatihan profesional untuk
mengembangkan dan meningkatkan
sistem keselamatan pasien.
5.3 Staff Well-being and Lingkungan Kerja: Bagaimana institusi
Satisfaction mempertahankan lingkungan kondusif
dalam hal keamanan pasien.
6 Operations Focus Kriteria ini mau mengukur bagaimana
kantor Anda mendesain dan mengelola
proses kerja kunci? Apakah setiap alur
proses sudah didesain dengan ramping
dan efisien? Atau masih banyak proses
kerja yang terlalu birokratis, tidak
saling terkoordinasi dengan baik, dan
justru menimbulkan banyak silang
Universitas Indonesia
55
No Komponen Definisi
sengketa diantara berbagai
bagian/departemen?
6.1 Patient Safety Sistem patient safety: Bagaimana
System lembaga memastikan pasien yang
memenuhi persyaratan keselamatan
setelah mendapatkan pelayanan
kesehatan.
6.2 Support Processes Proses dukungan keselamatan pasien:
Bagaimana lembaga departemen dan
keselamatan pasien antar departemen
terkoordinasi untuk mengurangi
variabilitas dalam pemberian layanan
kesehatan dan meningkatkan kinerja.
7 Patient Safety Results Hasil Keselamatan Pasien: Bagaimana
institusi memastikan pasien
keamanan.
Universitas Indonesia
56
BAB 4
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
57
Start
Visi dan misi
Struktur organisasi
Profil Rumah Produk pelayanan
Sakit Kinerja RS
Proses Hasil
A-D-L-I Le-T-C-I
Strength/ OFI Strength/ OFI
Melalui statement dan
evidences RS
Matrik bantu
pemetaan
Tabel penilaian
(Scoring)
Stop
Universitas Indonesia
58
Telaah dokumen:
Bagian Mutu
Rekam medis
Marketing
SDM
Universitas Indonesia
59
b. Data Sekunder
Telaah dokumen dan data dari bagian rekam medis, data utilisasi,
data keuangan, data angka KTD, pendekatan sasaran keselamatan pasien,
hasil survei kepuasan pasien dan karyawan yang telah diseleksi tersebut
akan dimasukkan ke dalam kusioner yang telah disusun merujuk pada
pertanyaan penelitian. Studi kepustakaan juga dilakukan yang diperoleh dan
dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari dan mengutip pendapat
dari berbagai sumber buku, laporan, jurnal, atau dokumen rumah sakit dan
sumber lainnya.
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Universitas Indonesia
62
bagaimana proses dan hasil yang sesungguhnya. Sedangkan, Unit SKP di RS.
Tiara baru berjalan kurang lebih 3 bulan, dimana sebelumnya fokus pada
keselamatan pasien menjadi bagian di Unit Mutu, sehingga data yang
mendukung belum tercatat dan terdokumentasi dengan baik, sehingga ada
beberapa data yang tidak dapat digali secara spesifik.
4. Untuk hasil yang berkaitan dengan keuangan, peneliti tidak dapat
mendapatkan data yang menjadi keterbatasan peneliti untuk menggali
informasi terkait hasil dari item keuangan.
Universitas Indonesia
63
Universitas Indonesia
64
a. Direktur
Direktur bertanggung jawab atas penyusunan kebijaksanaan
pelaksanaan (memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan) seluruh
pekerjaan dan kegiatan Rumah Sakit Tiara yang dibantu oleh Komite
Medis.
b. Komite Medis
Komite Medis bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembinaan
etika profesi, pengaturan wewenang profesi anggota Kelompok Staff
Medis (KSM), pengembangan serta memantau pelaksanaan standar
pelayanan yang telah dibuat oleh Direktur dan kelompok staf medis.
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia
68
3. Aktivitas Usaha
Rumah Sakit Tiara memulai kegiatan operasionalnya sejak tahun 2011
dengan berbagai fasilitas kesehatan diantaranya:
Fasilitas Rawat Jalan
Unit Gawat Darurat (UGD)
Polikllinik umum
Klinik Hemodialisa
Medical Check Up (MCU)
Poliklinik gigi dan mulut
Poliklinik spesialis
- Spesialis penyakit dalam
- Spesialis anak
- Spesialis kebidanan
- Spesialis bedah umum
- Spesialis THT
- Spesialis mata
- Spesialis paru
- Spesialis bedah dan tulang
- Spesialis jantung dan pembuluh darah
- Spesialis kulit dan kelamin
- Spesialis saraf
Fasilitas Penunjang Medik
Laboratorium
Radiologi
Apotik
USG
EKG
CTG
Kamar operasi
Kamar bersalin
Konsultan gizi
Universitas Indonesia
69
Ambulans
Fasilitas Rawat Inap: Jumlah tempat tidur 100 TT
Perawatan kelas VIP (Ruang Gardenia)
Perawatan kelas Utama (Ruang Chrysant)
Perawatan kelas I (Ruang Tulip)
Perawatan kelas II (Ruang Soka)
Perawatan kelas III (Ruang Sakura)
Perawatan anak
Perawatan kebidanan
Ruang bayi
Ruang HCU, ICU, PICU dan NICU
e. Fasilitas Lain:
Tempat parkir
Cafetaria
ATM Center
Hot spot area
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
- Instrument Bedah
- ECG dan Rususitator
- Respirator otomat, Try way
- Mayo Instrument besar (2 unit)
- Mayo Instrument Kecil
- Suction Darah (Vacum Laser)
- Laparoscopy dan Answarmer dll
Unit Laboratorium
- Kimia darah & hematology
- Faeces dan urine
- Analisa Gas Darah (AGD)
- Serologi, dll
Universitas Indonesia
72
- Traction Equipment.
- EMO.
- Blue Light (4 unit).
- Oxygen Central.
- Unovex.
Universitas Indonesia
73
- Perlengkapan Dapur.
- Perlengkapan Laundry.
- Perlengkapan Housekeeping.
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR ideal adalah 60-85% (Depkes RI, 2005).
RS Tiara memiliki BOR yang ideal setiap tahunnnya.
AVLOS, adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan. AVLOS ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005), dan pencapaian di RS
Tiara meperlihatkan cenderung stabil berkisar 2-3 hari, namun masih di bawah nilai
ideal. Banyak fakor yang dapat mengakibatkan nilai pencapaian ini, dan
memerlukan pengamatan lebih lanjut.
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke
saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya pada kisaran 1-3 hari. Pencapaian di RS Tiara
dalam rentang ideal, hal ini menunjukkan RS Tiara sudha mampu memberikan
tingkat efesiensi dalam penggunaan tempat tidur.
BTO, adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
Universitas Indonesia
74
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Dari data di atas terlihat BTO di RS
Tiara di atas batas ideal yaitu pada tahun 2013 mencapai hampir 62 kali dan 2015
hampir 82 kali. Hal ini menunjukkan tingkat ketidakefisiensinya penggunaan
tempat tidur di RS Tiara.
Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
Dari tabel di atas terlihat hasil penilaian terhadap proses dengan pendekatan
ADLI untuk kriteria 1 – 6 dari kriteria Malcolm Baldrige.
Universitas Indonesia
77
1. Kepemimpinan (leadership)
Secara keselurihan, kategori kepemimpinan ini menilai bagaimana
pemimpin dapat menjadi mentoring serta dapat mempertahankan dan
mendukung terhadap nilai dari fokus terhadap keselamatan pasien
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pada kriteria
kepemimpinan senior ini, dideskripsikan bagaimana pemimping
membimbing, mempertahankan dan berkomunitas dengan unit SKP
dengan melibatkan seluruh komponen di rumah sakit untuk mencapai
sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit Tiara.
Dalam hasil wawancara mengenai kepemimpinan ini juga
memperlihatkan dukungan dan komitmen dari pemimpin di RS. Tiara
untuk menerapkan pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
pada keselamatan pasien, seperti yang diutarakan informan berikut:
“saat ini kami dalam persiapan akreditas rs..jadi sering sekali kami
akhir-akhir ini bertemu untuk sosialisasi dan juga pendampingan
terhadap program terkait pencapaian sasaran keselamatan
pasien…sekarang ada tim SKP dan sekaligus menjadi tim
akreditas..bahkan di unit SKP..sosialisasi juga dengan kita bikin
spanduk, atau banner dan dipasang di tempat yang memang terlihat
sama pasien” (informan 2)
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
Universitas Indonesia
80
Universitas Indonesia
81
Universitas Indonesia
82
Universitas Indonesia
83
2. Perencanaan strategis
Kriterian perencanaan strategis ini menggambarkan dan menilai
cara mengembangkan tujuan unit SKP melalui pendekatan SWOT,
membuat rencana kerja, melaksanakan, memonitoring dan
mengevaluasi bagaimana implementasi dari program kerja yang telah
dijalankan di unit SKP.
RS Tiara dalam melakukan perencanaan strategis sudah melalui
pendekatan yang sistematis dan responsive terhadap kebutuhan dasat
serta arah yang jelas menuju tujuan organisasi rumah sakit. Hal ini
Universitas Indonesia
84
selaras dengan RS Tiara yang baru memasuki tahun ke-6 sejak dimulai
operasionalnya. Perusahaan dalam membuat suatu perencanaan
strategis sudah menerapkan dengan pendekatan metode SWOT.
Kekuatan, RS Tiara adalah satu-satunya rumah sakit untuk daerah
Kabupaten Bekasi Bagian Utara dan menjadi pusat rujukan pasien
umum dan kebidanan terdekat di wilayah tersebut. Kelemahan, jumlah
dan kualitas tenaga kesehatan di RS Tiara masih kurang dan sistem
informasi dan manajemen yang masih berbasis desktop. Peluang,
semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pemukiman/ perumahan
baru di sekitar RS Tiara yang mayoritas keluarga produktif. Ancaman,
persaingan antar rumah sakit yang sangat ketat dan daya beli masyarakat
untuk pelayanan spesialis masih kurang.
Perencanaan strategis tersebut kemudian dijabarkan dan disebarkan
ke semua divisi, agar rencana strategis yang dijalankan dapat diketahui.
Awal pendekatan yang sistematik untuk evaluasi dan perbaikan sebagai
proses dalam peningkatan pelayanan kesehatan sudah disesuaikan dan
direncanakan oleh RS Tiara. Sasaran strategi dikonversi menjadi
rencana kerja rumah sakit yang dijabarkan ke semua karyawan dan
stakeholder baik secara langsung atau melalui sosialisasi. Tiap tahun
rumah sakit mengevaluasi rencana kerja sehingga terjadi proses
learning meskipun masih dalam tahap perbaikan secara umum, dan
belum menunjukkan inovasi. Saat ini, rencana untuk tahun 2017 yang
jelas adalah pencapaian akreditasi rumah sakit untuk peningkatan
pelayanan mutu rumah sakit.
Perencanaan strategis untuk divisi Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP) di RS Tiara masih memasuki tahap awal pembentukan dan
penentuan format untuk pencapaian SKP sesuai dengan standar KARS.
Upaya ini terus dilaksanakan, sehingga di bentuk tim akreditasi dan
salah satunya yaitu untuk pemenuhan standar SKP. Rencana strategis
SKP ini diselaraskan dengan unit kerja yang lain, misalnya kebutuhan
SDM disesuaikan dengan rencana kerja dan target pencapaian SKP
disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing unit dalam
Universitas Indonesia
85
mencapai target.
Hal tersebut sesuai dengan pencapaian hasil skoring penelitian ini
terhadap proses untuk kriteria perencanaan strategis di unit keselamatan
pasien nilai pencapaian keseluruhan untuk kriteria perencanaan strategis
berdasarkan self assessment memproleh skor 25 dan berdasarkan
penilaian peneliti dengan skor 20 dari total skor kriteria Malcolm
Baldrige yakni 85 poin.
Dari poin tersebut dapat dilihat bahwa perencanaan strategis yang
ada di unit keselamatan pasien yang dimiliki baru tahap penyusunan
pembuatan SOP/ panduan/ rencana pencapaian SKP. Hal ini menjadi
satu langkah awal rumah sakit untuk melalui proses yang berurutan yang
memberikan arah kepada tujuan unit SKP dan yang akan menuju tujuan
organisasi rumah sakit. Perencanaan strategis adalah suatu proses
seleksi sasaran organisasi atau unit, menentukan kebijakan dan
program-program yang penting untuk pencapaian SKP yang spesifik,
searah dengan tujuan organisasi rumah sakit dan menetapkan metode
yang akan digunakan untuk memastikan bahwa kebijakan dan program
strategis dilaksanakan.
Duncan (1996), dalam Dumilah Ayuningtyas (2013) mendefinisikan
rencana strategis sebagai suatu proses yang digunakan untuk menelaah
situasi dan mengembangkan tata cara pengambilan keputusan di dalam
suatu organisasi. Hasil dari proses perencanaan strategis adalah suatu
rencana atau strategi.
Memiliki perencanaan strategis dapat meminimalisir risiko
kesalahan atau kegagalan terhadap implementasi program kerja.
Perencanaan strategis mengatisipasi masalah yang timbul sebelum
masalah itu muncul dan juga membantu pimpinan untuk mengenali
risiko dan kesempatan. Sehingga, dengan perencanaan strategis, unit
keselamatan pasien dan unit mutu dapat terus meningkatkan kualitas
pelayanan yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan unit lain
sebagai satu kesatuan rumah sakit.
Universitas Indonesia
86
Universitas Indonesia
87
Universitas Indonesia
88
Universitas Indonesia
89
Universitas Indonesia
90
Universitas Indonesia
91
Universitas Indonesia
92
Universitas Indonesia
93
Universitas Indonesia
94
Universitas Indonesia
95
6. Manajemen proses
RS Tiara memiliki cara dan desain sistem kerja terkait dengan proses
utama organisasi rumah sakit. Sebagai rumah sakit yang baru berdiri dan
beroperasional, RS Tiara menitikberatkan kepada pelayanan yang
efisien dan efektif. Konsep lean management menjadi pilihan utama
dalam tahap pengembangan RS Tiara, terutama di era Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini. Rumah sakit dalam memastikan
kesiapan sistem kerja dan tempat kerja khususnya dalam proses
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien menjadikan
sistematis dan efektif dengan melakukan perencanaan persiapan
kegiatan operasional yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Pencapaian hasil skoring penelitian ini untuk kriteria manajemen
proses di unit keselamatan pasien berdasarkan self assessment
memproleh skor 13 dan berdasarkan penilaian peneliti dengan skor 28
dari total skor kriteria Malcolm Baldrige yakni 85 poin.
RS Tiara memasuki tahun ke-6 dalam pengembangannya sebagai
rumah sakit di kawasannya, bermaksud untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dengan cara peningkatan mutu pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan. Era JKN ini, selain efisiensi dan efektif, provider
kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan
berorientasi kepada pasien (patient oriented). Persiapan menuju
akreditasi, RS Tiara berorientasi dalam pemberian pelayanan kesehatan
yang bermutu dengan fokus kepada operasional kegiatan di rumah sakit
secara umum, dan kepada SKP khususnya. Kondisi ini memperlihatkan
approach tersebut dijabarkan dan atau diterapkan berdasarkan
Universitas Indonesia
96
Universitas Indonesia
97
Tabel 5.4 Penilaian Hasil LeTCI Unit Sasaran Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Tiara Bekasi
Self Assessment oleh RS Tiara Penilaian Oleh Peneliti
No Poin Pertanyaan Rata- Rata-
Le T C I Le T C I
rata rata
7. Result (450 poin)
Health Care and Process
Outcomes: what are your
7.1 health care and process 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
efectiveness results for
patient safety (120 poin)
Customer Focused
Outcomes: what are ypur
7.2 patient and stakeholder 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
focused performance
results? (90 poin)
Universitas Indonesia
98
Universitas Indonesia
99
Universitas Indonesia
100
Universitas Indonesia
101
Universitas Indonesia
102
Universitas Indonesia
103
Universitas Indonesia
104
Universitas Indonesia
105
Jumlah
Karyawan Tetap 1
Karyawan Kontrak 211
Total
Sumber: Data Kepegawaian RS Tiara Tahun 2015
Universitas Indonesia
106
bidan yang mendominasi RS Tiara. Tidak ada trend yang dilaporkan, data
pembanding juga tidak dilaporkan. Hasil-hasil pada area yang dianggap
penting tidak dilaporkan.
RS Tiara memberikan kesempatan yang sangat luas untuk
karyawannya untuk kegiatan pengembangan karyawan untuk meningkatkan
kapabilitas dan kapasitas pengetahuan karyawan dengan pelatihan Ex House
Training dan In House Training. Data hasil karyawan yang sudah
mendapatkan kesempatan pengembangan dengan mengikuti pelatihan tidak
tersedia. Hasil comparation pada kriteria fokus pada tenaga kerja tidak
dilaporkan. Keterkaitan hasil (Integration) tidak tersedia laporannya,
misalnya dengan adanya pelatihan Ex House Training dan In House
Training terjadi peningkatan diaspek keuangan dan aspek administrasi.
Iklim tenaga kerja di RS Tiara dikatakan mengarah ke awal yang
lebih baik, karena rumah sakit saat ini menerapkan K3 (Kesehatan,
Keamanan, dan Keselamatan kerja). Namun, RS Tiara belum memiliki data
hasil kinerja, misalnya jumlah karyawan yang sakit. Trend tidak dilaporkan,
data pembanding tidak dilaporkan. Keterkaitan hasil (Integration) sedikit
dilaporkan, misalnya dengan program K3 karyawan merasa aman dan
nyaman, dimana hal ini tidak dapat dijadikan hasil evaluasi secara
menyeluruh karena program ini baru saja dibentuk.
Universitas Indonesia
107
Universitas Indonesia
108
peneliti). Dari kriteria proses tersebut, kriteria yang terlihat lebih baik adalah pada
kriteria fokus pada tenaga kerja berdasarkan self assessment dengan poin 34 dan
jika berdasarkan penilaian peneliti pada kriteria manajemen proses poinnya adalah
28. Untuk penilaian hasil, baik penilaian dari RS. Tiara dan peneliti sama-sama
sebesar 101 dari nilai total kesempurnaan adalah 450.
Dari kriteria tersebut terdapat pula hasil yang masih berada pada posisi
minimal adalah kriteria kepemimpinan dengan skor 25 dari total 120 (21%)
berdasaarkan self assessment dan atau kriteria kepemimpinan, pengukuran analisa
manajemen pengetahuan dan hasil dengan persentase 22% dari total masing-masing
kriteria (penilaian peneliti). Untuk skor yang berada di bawah antara self assessment
dan penilaian peneliti terlihat yang memiliki hasil sama adalah pada kriteria
kepemimpinan.
Sehubungan kriteria di unit keselamatan pasien dengan skor belum ada yang
mencapai 50% dari total kesempurnaan, selayaknya seluruh kriteria menjadi perlu
untuk menjadi perhatian utama yang terintegrasi dan komprehensif untuk
pengembangan dan continuous improvement sehingga proses dan hasil menjadi
lebih efesien dan efektif.
Universitas Indonesia
109
Universitas Indonesia
110
Posisi perusahaan dengan melihat skor total yang diperoleh. Skor total untuk
masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
“….. RS Tiara sedang dalam persiapan untuk akreditasi RS, kami baru memiliki
unit SKP terhitung bulan lalu lah…ya sudah mau jalan 2 bulan ya.dimulai sekitar
bulan Oktober persiapannya..dan sekarang dalam masa penyusunan hal-hal yang
dibutuhkan untuk persyaratan akreditasi untuk SKP ini…seperti sekarang bagian
PPI sudah full timer, lalu seluruh ruangan di RS Tiara seperti ruang radiologi, lab,
dan lainnya dilakukan pemeriksaan apakah memenuhi persyaratan atau
tidak.. .jika tidak, maka kami lakukan perbaikan dan usahakan untuk bisa masuk
persyaratan…lalu sekarang untuk SKP 1 sudah berjalan, namun kami belum
evaluasi kembali..kami sedang focus juga untuk persiapan simulasi nya di bulan
Maret tahun depan…” (Informan 1)
Sesuai dengan pernyataan dan data tersebut, posisi skor kinerja RS Tiara
berdasarkan Malcolm Baldrige Assessment didapatkan hasil 259 (self assessment)
Universitas Indonesia
111
dan atau 241(penilaian peneliti), maka masuk dalam kisaran/ rentang 0-275, yaitu
ada dalam jenjang predikat early development dengan deskripsi sebagai berikut:
Menunjukkan tahap awal pengembangan implementasi approaches
persyaratan kategori
Deployment yang masih lemah serta memulai proses kemajuan
Upaya perbaikan berfokus pada pemecahan masalah
Masih sedikit hasil penting yang dilaporkan, namun secara umum
masih miskin trend dan data pembanding.
Kondisi saat ini menjadi suatu tantangan dan motivasi bagi Rumah Sakit
Tiara untuk terus melakukan upaya continuous quality improvement untuk
peningkatan mutu rumah sakit.
Tabel 5.11 Jenjang predikat dan nilai skor kinerja RS Tiara berdasarkan Malcolm
Baldrige Assessment
Sumber: How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence, Mark Graham Brown
(2008)
Universitas Indonesia
112
keselamatannya, hal ini menjadi tuntutan tanggung jawab secara sosial atas
pelayanan kesehatan yang diberikan RS Tiara.
Berdasarkan penelitian ini, maka penilaian mutu dengan menggunakan
pendekatan Malcolm Baldrige untuk sasaran keselamatan pasien di RS. Tiara dapat
digunakan dan memperlihatkan posisi RS. Tiara saat ini, sehingga hal ini menjadi
salah satu tools bagi rumah sakit untuk melakukan penilaian terhadap pencapaian
sasaran keselamatan pasien.
Universitas Indonesia
113
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dituangkan dalam bab
sebelumnya, dan melihat kesesuaian dengan tujuan penelitian dan menjawab
seluruh penelitian, maka peneliti membuat kesimpulan dan saran sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
1) Pada umumnya rumah sakit memiliki Opportunity for Improvement (OFI)
yang cukup luas, dimana penilaiaan seluruh kriteria Malcolm Baldrige yang
dilakukan oleh RS. Tiara dan peneliti rata-rata masih di bawah 50% dari
nilai total kesempurnaan.
2) Berdasarkan hasil evaluasi dengan Le-T-C-I, hampir semua kriteria pada
hasil menunjukkan tidak ada atau hanya sedikit comparation. Begitu juga
dengan Integration terjadi hal yang sama artinya hanya sedikit hasil yang
dilaporkan.
3) Skor yang paling tinggi berdasarkan penilaian dari RS Tiara terjadi pada
kriteria fokus pada tenaga kerja dengan perolehan skor 34 poin (40%) dari
nilai total kriteria tersebut dan skor paling rendah adalah kepemimpinan,
pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan dhanyaa mencapai 22%
dari total masing-masing.
4) posisi skor kinerja RS Tiara berdasarkan Malcolm Baldrige Assessment
didapatkan hasil 259 (self assessment) dan atau 241(penilaian peneliti),
maka masuk dalam kisaran/ rentang 0-275, dengan ada dalam jenjang
predikat early development
5) Banyak peluang untuk melakukan perbaikan dan peningkatan untuk
mencapai kinerja prima atau unggul dengan melakukan upaya yang menjadi
Opportunity for Improvement (OFI) bagi peningkatan kualitas atau mutu di
unit keselamatan pasien secara berkesinambungan.
6) Penilaian mutu dengan menggunakan pendekatan Malcolm Baldrige untuk
sasaran keselamatan pasien di RS. Tiara dapat digunakan dan
memperlihatkan posisi RS. Tiara saat ini.
Universitas Indonesia
114
6.2 Saran
Upaya continuous quality improvement RS. Tiara guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien/ pelanggan yang berorientasi
pada keselamatan pasien dengan meningkatkan dan mengembangkan pada
komponen yang menjadi opportunity for improvement di bagian unit keselamatan
pasien RS. Tiara untuk mencapai sasaran keselamatan pasien diantaranya yaitu:
1. Meningkatkan strength yang telah dimiliki RS. Tiara dalam mencapai
tujuan dan sasaran keselamatan pasien.
2. Mengembangkan bagian yang menjadi opportunity for improvement dari
setiap kriteria yang dimiliki dengan integrasi semua kriteria dengan unit
yang ada.
3. Melakukan survey budaya keselamatan pasien untuk lebih melihat dan
mengukur posisi budaya keselamatan pasien di RS. Tiara
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara sistematis terhadap kejadian
yang berkaitan dengan 6 Sasaran Keselamatan Pasien di RS. Tiara.
5. Sosialisasi program keselamatan pasien di RS. Tiara dengan
mengedepankan tujuan dan sasaran keselamatan pasien.
6. RS. Tiara dapat menggunakan metode berdasarkan kriteria Malcolm
Baldrige untuk menilai performance excellence dari “posisi saat ini” dari
pencapaian sasaran keselamatan pasien.
Universitas Indonesia