Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari budaya
keselamatan pasien RS Harapan Sehat Slawi.
1.2.2 Tujuan Khusus :
a. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.
b. Untuk mengetahui kesalahan medis di lingkungan rumah sakit.
Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah organisasi
kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan struktur, praktek,
peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga komponen yaitu budaya
kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, & Pearson, 2012).
Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf
terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program keselamatan
pasien (The Health Foundation, 2013).
Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
dan pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi (pelayanan kesehatan)
yang menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam manajemen keselamatan pasien.
Organisasi (pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya keselamatan pasien yang cenderung
positif dapat dilihat dari komunikasi saling percaya (mutual trust) antar komponen, dengan
persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya
manfaat tindakan pencegahan (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004).
3. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui meningkatkan
risiko cedera pasien dan keluarga.
Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki
karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan angka
insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir hanya jika dapat
“bekerja sama” dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat mempengaruhi proses
pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang benar-benar tahu proses untuk
mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan pada saat terjadi kesalahan pada proses
yang kompleks.
Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total Safety Culture, menyebutkan
bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien, yaitu
sebagai berikut : (Chooper, 2000)
a. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam suatu orgaisasi
rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari:
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Motivasi
4) Kompetensi
5) Kepribadian
b. Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi organisasi
pelayanan kesehatan secara umum. Faktor perilaku organisasi yaitu:
1) Kepemimpinan
2) Kewaspadaan Situasi
3) Komunikasi
4) Kerja Tim
5) Stress
6) Kelelahan
7) Kepemimpinan Tim
8) Pengambilan Keputusan
2) Peralatan
3) Mesin
4) Kebersihan
5) Teknik
Salah satu survey budaya keselamatan yang dikembangkan oleh Agency for Health
Care Research and Quality (AHRQ) adalah The Hospital Survey on Patient Safety dengan 12
elemen yang dikembangkan sejak tahun 2004 untuk mengukur budaya keselamatan pasien
dari perspektif staf. Adapun beberapa penjelasan terkait instrumen survey budaya keselamatan
pasien adalah sebagai berikut :
a. Responden
Responden yang dapat mengisi instrumen survey budaya keselamatan pasien adalah
seluruh jenis staf yang berada di pelayanan rumah sakit. Survey ini sangat cocok dilaksanakan
pada:
1) Staf rumah sakit yang secara langsung bersentuhan dengan pasien (staf klinik seperti
dokter, perawat, fisiotherapist. Staf non klinik seperti billing ruangan dan lain-lain).
2) Staf rumah sakit yang kemungkinan tidak bersentuhan langsung dengan pasien, namun
pelayanannya dapat mempengaruhi pasien (staf farmasi, analis laboratorium, dan lain-
lain)
3) Pimpinan, manajer dan petugas administrasi rumah sakit.
b. Dimensi pertanyaan
Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner yang
telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1) Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai berikut:
2) Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu sebagai
berikut :
a) Teamwork dalam unit
f) Keterbukaan komunikasi
h) Staffing
digunakan di RS Harapan Sehat Slawi, yang merupakan adopsi dari Hospital Survey on
Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Survey Budaya
Keselamatan Pasien Rumah Sakit diciptakan November 2004, yang didesain untuk
mengidentifikasi opini staf rumah sakit tentang isu keselamatan pasien, kesalahan medikasi,
dan pelaporan kejadian. Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan
yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner
yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. (Agency for Healthcare Research and
Quality, 2004). Adapun aturan pengisian kuesioner survey ini adalah sebagai berikut :
1. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien,
2. Survey ini terdiri dari 8 bagian, yang pengisiannya membutuhkan waktu 20-30 menit.
3. Pada bagian A, B, C dan F keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut,
1) TS : Tidak Setuju
2) S : Setuju
6. Pada bagian H responden bisa menuliskan jawaban secara terbuka (namun tidak
7. Nilai untuk setiap pertanyaan adalah antara rentang 1 sampai dengan 5. Jika
pertanyaan positif di jawab dengan jawaban “setuju”, maka nilainya adalah 5. Jika
pertanyaan positif dijawab dengan “tidak pernah” atau “tidak setuju” maka nilainya
120%
100%
80%
60%
Setuju
Tidak Setuju
40%
20%
0%
t 1 t 2 t 3 t 4 t 5 t 6 t 7 t 8 t 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
oin oin oin oin oin oin oin oin oin int int int int int int int int int
P P P P P P P P P Po Po Po Po Po Po Po Po Po
Point 1 : Karyawan di unit kami tidak memiliki cukup staf untuk menangani
beban kerja yang berlebih
Point 2 : Karyawan di unit kami saling mendukung satu sama lain
Point 8 : Karyawan di unit kami tidak merasa bahwa kesalahan yang mereka
lakukan digunakan untuk menyalahkan mereka
Point 14 : Karyawan di unit kami bekerja seolah-olah dalam keadaan krisis dan
berusaha berbuat banyak dengan cepat
120%
100%
80%
60% Setuju
Tidak Setuju
40%
20%
0%
Point 1 Point 2 Point 3 Point 4 Point 5
Point 1 : Kepala unit saya memberikan pujian ketika melihat pekerjaan diselesaikan sesuai
prosedur keselamatan pasien
Point 2 : Kepala unit saya serius mempertimbangkan saran staf untuk memperbaiki
keselamatan pasien
Point 3 : Ketika beban kerja kami tinggi, kepala unit kami tidak meminta kami bekerja cepat
dengan mengambil jalan pintas
Point 4 : Kepala unit kami tidak menyarankan kami untuk bekerja dengan cepat meski
mengambil jalan pintas
Point 5 : Kepala unit saya tidak membesar-besarkan masalah keselamatan pasien di unit kami
Bagian C : Komunikasi
120%
100%
80%
60% Setuju
Tidak Setuju
40%
20%
0%
Point 1 Point 2 Point 3 Point 4 Point 5 Point 6
Point 1 : Karyawan di unit kami mendapat umpan balik terhadap perubahan yang
dilaksanakan berdasarkan laporan insiden
Point 2 : Karyawan di unit kami bebas berbicara jika melihat sesuatu yang dapat berdampak
negatif pada pelayanan pasien
Point 3 : Karyawan di unit kami mendapat informasi mengenai insiden yang terjadi di unit
kami
Point 4 : Karyawan di unit kami merasa bebas mempertanyakan keputusan atau tindakan yang
akan diambil oleh kepala unit mengenai keselamatan pasien
Point 5 : Karyawan di unit kami mendiskusikan cara mencegah agar insiden tidak terulang
kembali
Point 6 : Karyawan di unit kami merasa takut bertanya jika terjadi sesuatu yang tidak benar
Bagian D : Frekuensi Pelaporan Insiden
60%
50%
40%
Tidak Pernah
30%
Jarang
Sering
20%
10%
0%
Point 1 Point 2 Point 3
Point 1 : Di unit kami tidak pernah melakukan pelaporan KNC (Kejadian Nyari Cedera)
Point 2 : Di unit kami jarang melakukan pelaporan KPC (Kejadian Potensial Cedera)
Point 3 : Di unit kami tidak pernah melakukan pelaporan KTC (Kejadian Tidak Cedera)
Bagian E : Tingkat Keselamatan Pasien
43% Sempurna
Sangat Baik
Dapat diterima
Kurang baik
57% Gagal
Sebagian besar (57%) karyawan menilai bahwa keselamatan pasien di unit kerja masing-
masing kurang baik.
Bagian F : Rumah Sakit
120%
100%
80%
60% Setuju
Tidak setuju
40%
20%
0%
Point 1 Point 2 Point 3 Point 4 Point 5 Point 6 Point 7 Point 8 Point 9 Point
10
24%
33%
Tidak ada laporan kejadian
1-2 laporan kejadian
3-5laporan kejadian
43%
Sebagian besar (43%) di masing-masing unit terdapat 1-2 laporan insiden keselamatan
pasien.
.
8%
12%
9%
1 Tahun
1 Tahun 6 bulan
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
23%
48%
13%
31%
1 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
25% 4 Tahun
31%
Sebagian besar (31%) karyawan telah bekerja di unit nya masing-masing selama 1-2 tahun.
13%
30 Jam
36 Jam
44 Jam
55%
32%
Sebagian besar (55%) karyawan di RS ini bekerja selama 44 jam dalam satu minggu.
.
0.47
Ya
Tidak
53
Sebagian besar (53%) karyawan di RS ini tidak kontak langsung dengan pasien.