Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN PERAWAT TERKAIT ISSU KESELAMATAN PASIEN

Dwi Syafriningsih

Email : dwisyafriningsih@gmail.com

LATAR BELAKANG Keselamatan pasien terutama berkaitan

Keselamatan pasien di Indonesia mengacu dengan penghindaran, pencegahan dan

pada beberapa regulasi seperti Undang- perbaikan hasil buruk atau injuri yang

Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 berasal dari perawatan kesehatan itu sendiri.

pasal 43 yang menyebutkan bahwa rumah Ini harus membahas kejadian yang

sakit wajib menerapkan standar keselamatan mencakup rangkaian "kesalahan" dan

pasien dan Peraturan Menteri Kesehatan "penyimpangan" terhadap kecelakaan.

Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas
yang menyatakan setiap fasilitas pelayanan perawatan", namun kedua konsep tersebut
kesehatan harus menyelenggarakan tidak identik. Keselamatan merupakan
keselamatan pasien. bagian penting dari kualitas. Sampai saat ini,

keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel kegiatan untuk mengelola kualitas tidak

(2008), yang menyatakan bahwa terfokus secukupnya pada masalah

keselamatan pasien adalah disiplin ilmu di keselamatan pasien (National Patient

sektor perawatan kesehatan yang Safety Foundation, 2000, dalam Vincent,

menerapkan metode ilmu keselamatan 2010).

menuju tujuan mencapai sistem Keselamatan pasien dan kualitas pasien


penyampaian layanan kesehatan yang dapat adalah jantung dari penyampaian layanan
dipercaya. Keselamatan pasien juga kesehatan. Untuk setiap pasien, yang
merupakan atribut sistem perawatan merawat, anggota keluarga dan profesional
kesehatan; Ini meminimalkan kejadian dan kesehatan, keselamatan sangat penting untuk
dampak, dan memaksimalkan pemulihan penegakan diagnosa, tindakan kesehatan dan
dari efek samping. perawatan. Dokter, perawat dan semua
orang yang bekerja di sistem kesehatan
berkomitmen untuk merawat, membantu,
menghibur dan merawat pasien dan pembelajaran klinik yang mempengaruhi
memiliki keunggulan dalam penyediaan pengetahuan mahasiswa mengenai issu
layanan kesehatan untuk semua orang yang terkait dengan keselamatan pasien. Adapun
membutuhkannya. Telah ada investigasi artikel yang digunakan pada literature
yang signifikan dalam beberapa tahun review ini adalah artikel yang didapatkan
terakhir dalam peningkatan layanan, dengan memuat 3 database Pubmed, Geogle
peningkatan kapasitas sistem, perekrutan Scholar dan Science Direct.
profesional yang sangat terlatih dan
HASIL
penyediaan teknologi dan perawatan baru.
Namun sistem kesehatan di seluruh dunia, Menurut hasil dari beberapa pencarian
menghadapi tantangan dalam menangani literature didapatkan hasil Insiden
praktik yang tidak aman, profesional keselamatan pasien yang merugikan adalah
layanan kesehatan yang tidak kompeten, tata terkait dengan prosedur bedah (27%),
pemerintahan yang buruk dalam pemberian kesalahan pengobatan (18,3%) dan
layanan kesehatan, kesalahan dalam kesehatan infeksi terkait perawatan (12,2%)
diagnosis dan perawatan dan ketidakpatuhan (WHO, 2017).
terhadap standar (Commission on Patient
Laporan insiden keselamatan pasien di
Safety & Quality Assurance, 2008).
Indonesia berdasarkan propinsi
METODE menunjukkan bahwa dari 145 insiden yang
dilaporkan terdapat 55 kasus (37,9%) terjadi
Metode dalam penulisan ini menggunakan
di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan
metode kualitatif, yaitu merupakan metode
berdasarkan jenisnya didapatkan Kejadian
yang sifatnya memberikan suatu penjelasan
Nyaris Cedera (KNC) sebanyak 69 kasus
dengan analisis. Metode ini bersifat subjektif,
(47,6%), KTD sebanyak 67 kasus (46,2%)
yaitu proses penelitian yang lebih fokus
dan lain-lain sebanyak 9 kasus (6,2%).
pada landasan teori.
Pelaporan insiden keselamatan pasien di
Metode yang digunakan dalam kajian ini rumah sakit belum dikembangkan secara
adalah Literature review. Metode ini menyeluruh oleh semua rumah sakit
menganalisis, eksplorasi dan kajian bebas sehingga perhitungan kejadian yang
pada artikel, jurnal, maupun e-book yang berhubungan dengan keselamatan pasien
releven dan berfokus pada metode masih sangat terbatas. Peningkatan proporsi
budaya baik pada penerapan budaya Tinggi rendahnya mutu sebanding dengan
sebelum dansesudah intervensi pada tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan,
kelompok intervensi bermakna secara klinis untuk mencapai keseimbangan terbaik
dan statistik. antara risiko dan manfaat keselamatan yang
diterima oleh pasien. Sasaran Keselamatan
Insiden Keselamatan pasien berupa
Pasien (SKP) menjadi indikator standar
medication error dari data yang didapat,
dasar yang utama dalam penilaian
59 % responden menyatakan pernah
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS,
melakukan insiden medication error berupa
2013). Ada enam sasaran keselamatan
pemberian obat tidak sesuai dengan waktu
pasien yaitu Ketepatan identifikasi pasien;
yang diberikan, 47.7 % tidak melakukan
Peningkatan komunikasi yang efektif;
dokumentasi dengan lengkap obat yang
Peningkatan keamanan obat yang perlu
sudah diberikan , 56.77 % terjadi kesalahan
diwaspadai; Kepastian tepat- lokasi, tepat-
penghitungan tetesan infus sehingga cairan
prosedur, tepat-pasien operasi; Pengurangan
yang masuk tidak sesuai dengan seharusnya
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
( terlampau cepat atau terlampau lambat),
dan Pengurangan risiko pasien jatuh
54.5 % tidak melakukan pendokumentasian
(Permenkes Nomor 1691, 2011). World
cairan masuk, cairan keluar, IWL dengan
Health Organization (WHO) menyatakan
benar sehingga tidak diketahui balance
keselamatan pasien merupakan masalah
cairan dan diuresis pasien dengan tepat. Hal
kesehatan masyarakat global yang serius.
ini juga sesuai dengan data IKP tahun 2014
Kesalahan medis dapat disebabkan oleh
dimana penyebab insiden di RS X adalah
faktor sistem dan faktor manusia.
komunikasi menempati urutan kedua
bersama dengan komunikasi. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
terjadinya kesalahan menurut Reason
PEMBAHASAN
(Hughes,2008) adalah
Isu keselamatan pasien melahirkan
 Faktor Individu
paradigma baru tentang mutu pelayanan.
Factor tingkat pertama yang memiliki
Mutu pelayanan yang baik saja tidak cukup
dampak langsung pada kinerja pelayan
berarti bagi pasien tanpa memperhatikan
kesehatan dan apakah kinerja tersebut dapat
bagaimana derajat unsur resiko dan
diterima atau dianggap dibawah standard.
keselamatan yang diterima oleh pasien.
Karakteristik indvidu mencakup semua berkomunikasi dalam batas batas system.
kualitas yang dimiliki setiap orang untuk Apakah perangkat yang disediakan sesuai
melakukan pekerjaan seperti pengetahuan, dengan pengetahuan atau kemampuan
tingkat ketrampilan, pengalaman, pengguna, apakah ciri ciri fisik, kognitif dan
kecerdasan, kemampuan sensorik, pelatihan afektif kebutuhan pasien diperhitungkan
dan pendidikan, pengetahuan yang dalam desain dan pengggunaan perangkat.
terakreditasi merupakan dasar kemampuan Perangkat atau alat harus dirancang atau
perawat untuk melakukan pekerjaan tetapi dipilih sedemikian rupa sehingga pengguna
disamping itu factor organismik seperti (baik perawat atau dokter) mengetahui status
kelelahan akibat melakukan pekerjaan alat tersebut berfungsi dengan baik atau
berjam jam dapat mempengaruhi pemberi tidak, di beberapa unit seringkali tersedia
layanan dalam menampilkan kerja yang alat yang sama dalam berbagai merek
optimal disamping motivasi. sehingga memberikan beban kognitif bagi
pengguna (perawat atau dokter) dimana
 Faktor sifat pekerjaan (the nature of
mereka harus menghafalkan langkah
work)
langkah penggunaan alat dari berbagai merk.
Fakor tingkat kedua mengacu pada sifat
Kemudahan dalam menggunakan peralatan
pekerjaan itu sendiri termasuk sejauh mana
dan kemudahan dalam mengoperasionalkan
prosedur yang telah terdefinisi dengan baik
alat berpengaruh terhadap terjadinya
dimanfaatkan, sifat alur kerja, ada atau
kesalahan.
tidaknya kerjasama tim, kompleksitas
perawatan, fungsi peralatan, interupsi dan  Faktor Lingkungan Fisik
persaingan tugas, syarat fisik ataukognitif Faktor di tingkat ketiga, keselamatan dan
untuk melakukan pekerjaan. Ada banyak kualitas pelayanan harus diperhitungkan
penelitian menyatakan bahwa kemahiran dalam pembangunan fisik fasilitas (desain
manusia dalam melakukan pekerjaan interior, tehnik lingkungan) standarisasi
memainkan peranan penting. sistem fasilitas dan peralatan, kamar pasien
sehingga sesuai dengan kebutuhan pasien
 Factor interaksi manusia-system
dan pengunjung. Area lingkungan kerja
Faktor di tingkat ketiga, interaksi manusia
dengan tingkat kebisingan tinggi dapat
dengan system biasanya mengacu pada cara
menurunkan fungsi pendengaran pekerja
dua subsystem berinteraksi atau
baik dalam jangka waktu panjang maupun
pendek. Pencahayaan yang kurang memadai orang orang dalam posisi pengambilan
di lingkungan kerja juga berpotensi memacu keputusan disebut kelalaian laten karena
Human error karena mengganggu fungsi menjadi hulu. Praktek organisasi dan
penglihatan pekerja seperti mata kabur dan management seperti pengaturan jumlah
silau. Disamping itu temperature lingkungan tenaga (ketenagaan atau staffing),
yang tinggi maupun terlalu rendah dapat komunikasi, beban kerja, penjadwalan
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan pasien,kemampuan personel mengakses
bekerja (Anita 2010). Seluruh gangguan (accessibility personnal), penyisipan
kesehatan dan kenyamanan bekerja inilah teknologi baru, jaminan kualitas prosedur
yang dapat memicu Human Error karena memiliki dampak terhadap terjadinya
pekerja kehilangan konsentrasi, kelelahan, insiden.
dan menurunkan kinerja serta manual skill
Mengukur keselamatan, bagaimanapun,
pekerja.
bukan semata-mata mengukur bahaya.
 Faktor Lingkungan organisasi atau Menilai keselamatan dengan apa yang telah
social terjadi di masa lalu, meski informatif, tidak
Faktor di tingkat ketiga iklim organisasi, dengan sendirinya memberi tahu Anda
norma kelompok, moral yang dianut betapa berbahayanya saat ini atau akan
memberikan dampak terhadap terjadinya berada di masa depan. Keselamatan
insiden.misalnya normalisasi terhadap berkaitan dengan berbagai cara di mana
penyimpangan pelayanan kesehatan sistem dapat gagal berfungsi, yang tentunya
terhadap kekurangan tenaga perawat dan jauh lebih banyak daripada mode fungsi
kondisi kerja yang buruk bagi perawat tetapi yang dapat diterima. Beberapa kegagalan ini
karena perawat memiliki etos kerja yang mungkin sudah tidak asing lagi, bahkan bisa
baik, komitmen kerja yang baik sehingga hal diprediksi, namun sistem ini mungkin juga
ini dianggap biasa sampai kemudian pada tidak berfungsi dengan cara yang tidak
batas tertentu terjadi insiden. terduga. Keselamatan sebagian dicapai
dengan waspada terhadap gangguan ini,
 Faktor Management
merespons dengan cepat untuk menjaga agar
Faktor di tingkat ke empat, Kondisi
tetap berjalan lancar. Dokter, perawat dan
perencanaan yang buruk, kebingungan atau
manajer keperawatan melakukan ini
ke lalaian yang terkait dengan manager atau
sepanjang waktu dalam perawatan kesehatan,
mungkin lebih besar daripada industri Kasus salah diagnosa, perlakuan salah,
lainnya. Tapi ketika mereka berhasil, atau pemberian obat yang salah hampir selalu
sistem mengkompensasi dengan cara lain, merupakan akibat dari masalah komunikasi
tindakan ini dalam arti tidak terlihat. tersebut. Perawat tidak mendengar atau
menangkap sesuatu yang ingin dikatakan
Masalah keselamatan hampir selalu
pasien, atau tidak dengan jelas
merupakan akibat dari kehilangan informasi
menyampaikan informasi ini ke dokter atau
atau informasi yang tersedia namun tidak
orang lain yang akan berurusan dengan
ditindaklanjuti. Ini dimainkan dengan
pasien, atau tidak mendengar dengan jelas
beberapa cara yang berbeda. Pertama, jika
apa yang dilakukan dokter atau anggota lain
perawat tidak dalam komunikasi yang baik
dari tim tersebut mencoba mengatakan
dengan pasien, dia mungkin tidak
kepadanya. Sangat menggoda untuk
mendengar atau memahami signifikansi dari
kemudian menyalahkan salah satu anggota
sesuatu yang coba coba dikatakan pasien.
tim ketika keadaan berjalan buruk dan
Hal ini dapat disebut sebagai "informasi
pasien meninggal dunia, alih-alih menyadari
yang hilang." Kedua, karena pasien akan
bahwa setiap anggota tim, terutama perawat,
menemui anggota tim perawatan lainnya
berada dalam peran koordinasi yang sulit di
pada waktu yang berbeda sepanjang hari,
mana hubungan baik sangat penting bagi
informasi penting tentang pasien harus
penyebaran dan pemanfaatan informasi yang
dilewatkan ke anggota tim lainnya pada
relevan dari pasien.
berbagai waktu. Jika perawat tidak dalam
hubungan baik dengan anggota tim lainnya, PENUTUP
dia mungkin akan melupakan, atau menahan,
KESIMPULAN
atau menyampaikan informasi dengan cara
yang terburu-buru sehingga tidak benar- Isu keselamatan pasien melahirkan
benar mendaftar. Sebagai alternatif, paradigma baru tentang mutu pelayanan.
penerima informasi mungkin terburu-buru Mutu pelayanan yang baik saja tidak cukup
atau sibuk atau dengan cara lain tidak berarti bagi pasien tanpa memperhatikan
memperhatikan, dan perawat mungkin tidak bagaimana derajat unsur resiko dan
sempat menjelaskannya. Hal ini dapat keselamatan yang diterima oleh pasien. hasil
disebut sebagai "informasi yang tidak Insiden keselamatan pasien yang merugikan
ditindaklanjuti". adalah terkait dengan prosedur bedah (27%),
kesalahan pengobatan (18,3%) dan Keselamatan Pasien Incident Trends Based
kesehatan infeksi terkait perawatan (12,2%) On Patient Safety Targets. Jurnal
(WHO, 2017). Keselamatan pasien terutama Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia.
berkaitan dengan penghindaran, pencegahan ISSN: 2337-6007. 7(2). 141-146.
dan perbaikan hasil buruk atau injuri yang
Dewi, M. (2012). Pengaruh Pelatihan
berasal dari perawatan kesehatan itu sendiri.
Timbang Terima Pasien Terhadap
Ini harus membahas kejadian yang
Penerapan Keselamatan Pasien Oleh
mencakup rangkaian "kesalahan" dan
Perawat Pelaksana di RSUD Raden. Jurnal
"penyimpangan" terhadap kecelakaan.
Health & Sport. 5(3). 646-655.
SARAN
Friyanti, E.S. (2015). Analisis Kualitas dan
Isu keselamatan pasien sudah banyak Kuantitas Tenaga Keperawatan Terhadap
beredar dikalangan masyarakat, hal itu yang Persepsi Insiden Keselamatan Pasien. 2(1).
membuat para perawat dan tenaga medis 43-52.
lainnya harus mampu meningkatkan
Hakim,Lukman, Widodo
pemahaman mengenai keselamatan pasien.
J.Pudjirahardjo.2014. Optimalisasi Proses
Agar parah mahisiswa dan juga perawat dan
Koordinasi Program Keselamatan Pasien
para medis lainnya dapat meningkatkan
(Patient Safety) Di Rumah Sakit X Surabaya.
pemahaman tentang keselamatan pasien,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia.
perawat harus memiliki pengetahuan yang
Vol: 2(3).198-208.
luas terkait isu keselamatan pasien.
Simamora, R. H., & Nurmaini, C. T. S.
DAFTAR PUSTAKA
(2019). Knowledge of Nurses about
Bawafaa, E.., Wong, CA..,& Prevention of Patient Fall Risk in Inpatient
Laschinger,H.2015. The Influence Of Room of Private Hospital in Medan. Indian
Resonant Leadership on the Structural Journal of Public Health Research &
Empowerment and job Satisfaction of Development, 10(10), 759-763.
registered nurses. Journal of Research In
Sumami.2017. Analisis Implementasi
Nursing. Vol: 20(7).610-622.
Patient Safety terkait Peningkatan Mutu
Budi, S.C. Sunartini. Lazuardi, L. Tetra, F.S. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.
(2019). Tren Insiden Berdasarkan Sasaran
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. 5(2).
91-99.

Triwibowo,Cecep, Sulhah Yuliawati, Nur


Amri Husna.2016. Handover Sebagai Upaya
Peningkatan Keselamatan Pasien (patient
safety) di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan
Soedirman. Vol: 11(2).76-80.

Tutiany. Lindawati. Krisanti, P. (2017).


Manajemen Keselamatan Pasien. Jakarta:
EGC.

Ulumiyah, N.A. (2018).


MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN
KESEHATAN DENGAN PENERAPAN
UPAYA KESELAMATAN PASIEN DI
PUSKESMAS. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 6(2). 149-155.

Utarini,Adi, Hanevi Djasri.2012.


Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan
Kesehatan: Menuju kemana. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol:
15(4).159-160.

Anda mungkin juga menyukai