Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS INTERPERSONAL COLLABORATION DALAM

KESELAMATAN PASIEN

Atikah Ulfah Marwa

ninanamanis@gmail.com

Abstrak

latar belakang : Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi, peningkatan komunikasi
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanann kesehatan pengurangan resiko
pasien jatuh Tujuan : untuk menerapkan interpersonal collaboration dalam kelamatan pasien dirumah
sakit. Metode penelitian : literature review dengan cara menganalisis artikel, jurnal maupun text
book. Artikel yang digunakan 14 referensi yang diterbitkan sepuluh tahun terakhir yang
menggunakan google scholar, google book dan science direct. Hasil : Komunikasi dianggap efektif
bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi
yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi
dapat berbentuk verbal, elektronik, atau tertulis. Komunikasi yang jelek dapat membahayakan pasien.
Kesimpulan : Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit. Upaya pengembangan faktor yang mendukung
budaya keselamatan pasien perlu terus digalakkan oleh organisasi pemberi pelayanan kesehatan.

Kata kunci: Kolaborasi, Tenaga Kesehatan, Rumah Sakit, Pasien, keperawatan.

Abstract

Background: Safety has become a global issue, including for hospitals. There are six patient safety
targets in the hospital, namely the accuracy of identification, increased effective communication,
increased drug safety that needs to be watched for, certainty in the right location, the right procedure,
the right patient operation, reduction of the risk of infection related to health services. in the patient's
hospital ward. Research methods: literature review by analyzing articles, journals and text books.
The article used 14 references published in the last ten years using Google Scholar, Google Books and
Science Direct. Results: Communication is considered effective if it is timely, accurate, complete,
ambiguous, and accepted by recipients of information aimed at reducing errors and improving patient
safety. Communication can take the form of verbal, electronic, or written. Poor communication can
endanger the patient. Conclusion: Safety has become a global issue, including for hospitals. There are
six patient safety targets in the hospital. Efforts to develop factors that support a patient safety culture
need to be encouraged by health service organizations.

Keywords: Collaboration, Health Workers, Hospitals, Patients, Nursing.


LATAR BELAKANG system ini diharapkan dapat meminimalisir
kesalahan dalam penanganan pasien baik
Keselamatan (safety) telah menjadi
pada pasien UGD, rawat inap maupun pasien
isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
poliklinik (PERSI, 2008).
Ada enam sasaran keselamatan pasien di
rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi, Setiap pelayanan kesehatan di rumah
peningkatan komunikasi efektif, peningkatan sakit perlu memperhatikan keamanan pasien.
keamanan obat yang perlu diwaspadai, Tindakan medik yang diberikan kepada
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien memiliki risiko yang dapat
pasien operasi, pengurangan resiko infeksi menimbulkan kesakitan, kecacatan maupun
terkait pelayanann kesehatan pengurangan kematian. Risiko dalam pelayanan kesehatan
resiko pasien jatuh (Depkes, 2011). dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam
Keenam aspek tersebut sangat sistem. Umumnya infeksi setelah operasi
penting untuk dilaksanakan di setiap ataupun nosokomial infectious terjadi karena
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan kesalahan dalam sistem keperawatan seperti
institusi rumah sakit dapat berjalan apabila tidak adanya manajemen risiko dan tidak
ada pasien. Keselamatan pasien terdeteksinya bakteri yang resisten.
merupakan prioritas utama untuk Keselamatan pasien merupakan
dilaksanakan dan hal tersebut terkait masalah kesehatan masyarakat yang serius.
dengan isu mutu dan citra Berbagai studi melaporkan masalah
perumahsakitan (Depkes, 2011). ketidakamanan dalam sistem pelayanan yang
Keselamatan pasien di rumah sakit bersifat kronis di berbagai negara.2-5
(KPRS) adalah system pelayanan dalam Medical error yang terjadi di Amerika
suatu Rumah sakit yang memberikan asuhan Serikat, diestimasikan mengakibatkan
pasien menjadi lebih aman, termasuk kematian 100.000 orang pertahun.6 Studi
didalamnya mengukur resiko, identifikasi yang dilakukan di Rumah Sakit New South
dan pengelolahan resiko terhadap pasien Wales, Australia melaporkan kejadian
analisa insiden, kemampuan untuk belajar medical error pada 16,6% pasien, yang
dan menindaklanjuti insiden serta mengakibatkan terjadinya kecacatan tetap
menerapkan solusi untuk mengurangi resiko pada 13,7% pasien dan kematian sekitar
(WHO,2004). Oleh karena itu diperlukan 4,9%.7 Selain itu, Bates et al8 melaporkan
komitmen dan ethis dalam keperawatan. angka kejadian efek samping 6,5% di dua
Keselamatan pasien merupakan suatu system rumah sakit Kota Boston yakni 28% di
yang sangat dibutuhkan dan dengan adanya antaranya terjadi akibat medical error.
Beberapa studi melaporkan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor kepercayaan, sikap, perilaku
Komunikasi dianggap efektif bila
merupakan bagian integral dalam budaya
tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
keselamatan pasien di rumah sakit. Selain
(ambiguous), dan diterima oleh penerima
itu, peran pimpinan senior dianggap sebagai
informasi yang bertujuan mengurangi
faktor kunci dalam membentuk budaya
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien. Tulisan ini mencoba
keselamatan pasien. Komunikasi dapat
mengkaji budaya keselamatan pasien dari
berbentuk verbal, elektronik, atau tertulis.
beberapa penelitian dan mengidentifikasi
Komunikasi yang jelek dapat
faktor yang mempengaruhinya.
membahayakan pasien.
Penelitian ini secara umum bertujuan Komunikasi yang rentan terjadi
untuk menerapkan interpersonal kesalahan adalah saat perintah lisan atau
collaboration dalam kelamatan pasien perintah melalui telepon, komunikasi verbal,
dirumah sakit. Rumah Sakit sebagai pemberi saat menyampaikan hasil pemeriksaan kritis
layanan kesehatan bertanggung jawab untuk yang harus disampaikan lewat telpon. Hal ini
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat disebabkan oleh perbedaan aksen dan
aman. dialek. Pengucapan juga dapat menyulitkan
penerima perintah untuk memahami perintah
METODE PENELITIAN
yang diberikan. Misalnya, nama-nama obat
Metoode penelitian yang digunakan yang rupa dan ucapannya mirip (look alike,
adalah literature review dengan cara sound alike), seperti phenobarbital dan
menganalisis artikel, jurnal maupun text phentobarbital, serta lainnya.
book yang berkaitan dengan pembelajaran Pelaporan hasil pemeriksaaan
mahasiswa keperawatan analisis diagnostik kritis juga merupakan salah satu
interpersonal collaboration dengan isu keselamatan pasien. Pemeriksaan
keselamatan pasien. diagnostik kritis termasuk, tetapi tidak
terbatas pada:
Artikel yang digunakan 14 referensi
1. pemeriksaaan laboratorium;
yang diterbitkan sepuluh tahun terakhir yang
2. pemeriksaan radiologi;
menggunakan google scholar, google book
3. pemeriksaan kedokteran nuklir;
dan science direct. Dalam mencari artikel,
4. prosedur ultrasonografi;
kata kunci yang digunakan ialah analisis
5. magnetic resonance imaging;
interpersonal collaboration dengan
6. diagnostik jantung;
keselamatan pasien.
7. pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan 3) prosedur menerima perintah lisan atau
di tempat tidur pasien, seperti hasil lewat telpon meliputi penulisan secara
tanda-tanda vital, portable radiographs, lengkap permintaan atau hasil pemeriksaaan
bedside ultrasound, atau transesophageal oleh penerima informasi,
echocardiograms. penerima membaca kembali permintaan atau
hasil pemeriksaaan, dan
Hasil yang diperoleh dan berada di pengirim memberi konfirmasi atas apa yang
luar rentang angka normal secara mencolok telah ditulis secara akurat.
akan menunjukkan keadaan yang berisiko
tinggi atau mengancam jiwa. Sistem Penggunaan singkatan-singkatan yang tidak
pelaporan formal yang dapat menunjukkan ditetapkan oleh rumah sakit sering kali
dengan jelas bagaimana nilai kritis hasil menimbulkan kesalahan komunikasi dan
pemeriksaaan diagnostik dikomunikasikan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, rumah
kepada staf medis dan informasi tersebut sakit diminta memiliki daftar singkatan yang
terdokumentasi untuk mengurangi risiko diperkenankan dan dilarang. Serah terima
bagi pasien. Tiap-tiap unit menetapkan nilai asuhan pasien (hand over) di dalam rumah
kritis hasil pemeriksaan diagnostiknya. sakit terjadi

Untuk melakukan komunikasi secara a) antar-PPA seperti antara staf medis dan
verbal atau melalui telpon dengan aman staf medis, antara staf medis dan staf
dilakukan hal-hal sebagai berikut: keperawatan atau dengan staf klinis lainnya,
1) pemesanaan obat atau permintaan obat atau antara PPA dan PPA lainnya
secara verbal sebaiknya dihindari; pada saat pertukaran shift;
2) dalam keadaan darurat karena komunikasi b) antarberbagai tingkat layanan di dalam
secara tertulis atau komunikasi rumah sakit yang sama seperti jika
elektronik tidak mungkin dilakukan maka pasien dipindah dari unit intensif ke unit
harus ditetapkan panduannya meliputi perawatan atau dari unit darurat ke
permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil kamar operasi; dan
pemeriksaaan dalam keadaan darurat, c) dari unit rawat inap ke unit layanan
identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil diagnostik atau unit tindakan seperti
pemeriksaaan diagnostik, serta kepada siapa radiologi atau unit terapi fisik.
dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kritis Gangguan komunikasi dapat terjadi saat
dilaporkan; dilakukan serah terima asuhan pasien yang
dapat berakibatl kejadian yang tidak lebih optimal dalam hubungan antar tenaga
diharapkan (adverse event) atau kejadian kesehatan
sentinel. Komunikasi yang baik dan
terstandar baik dengan pasien, keluarga
pasien, REFERENSI
dan pemberi layanan dapat memperbaiki
Berliana, R., & Widowati, E. (2019).
secara signifikan proses asuhan pasien.
Tinjauan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Akreditasi Rumah
KESIMPULAN Sakit. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 3(3), 492-503.
Kesimpulan dari hasil penelitian
literature view analisis interpersonal
Butar-butar, J., & Simamora, R. H. (2016).
collaboration dengan keselamatan pasien
Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan
adalah Keselamatan (safety) telah menjadi
dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap
isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli
Ada enam sasaran keselamatan Tengah. Jurnal Ners Indonesia, 6(1), 50-63.
pasien di rumah sakit yaitu ketepatan
identifikasi, peningkatan komunikasi efektif, Keles, A. W. (2015). Analisis Pelaksanaan
peningkatan keamanan obat yang perlu Standar Sasaran Keselamatan Pasien di Unit
diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat Gawat Darurat RSUD Dr. Sam Ratulangi
prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan Tondano Sesuai dengan Akreditasi Rumah
resiko infeksi terkait pelayanann kesehatan Sakit Versi 2012. JIKMU, 5(3).
pengurangan resiko pasien jatuh terdapat 6
sasaran dalam keselamatan pasien seperti Lombogia, A., Rottie, J
diatas dan hal tersebut termasuk dalam
akreditasi rumah sakit.

Hal ini patut untuk lebih diperhatikan


agar dapat mengurangi resiko kecelakaan
pasien di rumah sakit. Jadi interpersonal
collaboration ini penting dalam keselamatan
pasien karena tidak adanya
misscomunication terhadap sesama tenaga
kesehatan dan mempererat ikatan agar dapat
R.H Simamora (2019). Buku Ajar
Pelaksanaan Idenifikasi Pasien. Uwais
Inspirasi Indonesia

R.H Simamora (2019). Documentation of


., & Karundeng, M. (2016). Hubungan patient Identification Into The Quality of
Perilaku Dengan Kemampuan Perawat Nurshing
Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien Services. International Journal of scientific
(Patient Safety) Di Ruang Akut Instalasi & Technology Research.
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou
Manado. JURNAL KEPERAWATAN, 4(2). Sakit, K. A. R. (2017). Standar nasional
akreditasi rumah sakit edisi 1. Jakarta:
Neri, R. A., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018). Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
ANALISIS PELAKSANAAN SASARAN
KESELAMATAN PASIEN DI RAWAT Simamora, R. H., & Fathi, A. (2019). The
INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Influence of Training Handover based SBAR
PADANG PARIAMAN. Jurnal Kesehatan communication for improving Patients
Andalas, 7, 48-55. Safety. Indian Journal of Public Health
Research & Development, 10(9), 1280-1285.
Nur, H. A., & Santoso, A. (2018).
Komunikasi Interprofesional Dalam Sumangkut, N. S., Kristanto, E., & Pongoh,
Peningkatan Keselamatan Pasien: Systematic J. (2017). EVALUASI
Review. Jurnal Kepemimpinan dan PENATALAKSANAAN SASARAN
Manajemen Keperawatan, 1(1), 28-34. KESELAMATAN PASIEN DI RUMAHA
SAKIT UMUM GMIM KALOORAN
Pambudi, Y. D. W., Sutriningsih, A., & AMURANG. Community Health, 2(2).
Yasin, D. D. F. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan 6 Sundoro, T., Rosa, E. M., & Risdiana, I.
Skp (Sasaran Keselamatan Pasien) Pada (2016). Evaluasi Pelaksanaan Sasaran
Akreditasi Jci (Joint Commission Keselamatan Pasien Sesuai Akreditasi
International) Di Ruang Rawat Inap Rumah Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit
Sakit Panti Waluya Malang. Nursing News: Khusus Ibu dan Anak PKU Muhammadiyah
Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1). Kotagede Yogyakarta. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah
Sakit, 5(1), 40-48.

Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2018). Faktor-


Faktor Yang Berhubungan Dengan Budaya
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Karya
Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015. Jurnal
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai