Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada
Anak Usia
Abstrak
Memiliki anak yang percaya diri merupakan sebuah harapan bagi setiap orang tua. Peran orang
tua dalam pengasuhan dapat memengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri mereka. Anak-
anak begitu mudah meniru dan melakukan apa yang mereka lihat, sehingga orang tua dalam hal
ini harus mampu menjadi panutan yang baik bagi anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahu bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan kepercayaan diri pada anak, hal-hal
apa saja yang dilakukan orang tua dalam memberikan binaan untuk meningkatkan kepercayaan
diri pada anak. Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif untuk
mendeskripsikan secara menyeluruh dan mendalam kenyataan yang ada di lapangan Subjek
penelitian yaitu enam orang tua yang mempunyai anak usia 4-6 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran pola asuh dalam meningkatkan kepercayaan diri anak adalah dengan
meberikan dukungan kepada anak dalam berkegiatan, tanpa harus memberikan bentakan selama
proses tersebut sehingga kontrol emosi pada orang harus lebih ditingkatkan.
Kata kunci: Pola Asuh, Orang tua, Kepercayaan Diri, Anak
Abstract
Having a confident child is a hope for every parent. The role of parents in parenting can affect
the process of forming their self-confidence. Children are so easy to imitate and do what they
see, so parents in this case must be able to be good role models for children. This study aims to
find out how the role of parents in increasing confidence in children, what things parents do in
providing guidance to increase confidence in children. This study uses a qualitative approach to
describe thoroughly and in depth the reality in the field. The research subjects are six parents
who have children aged 4-6 years. The results showed that the role of parenting in increasing
children's confidence is to provide support to children in activities, without having to shout
during the process so that emotional control in people must be further improved.
PENDAHULUAN
Pada jenjang prasekolah anak-anak akan diajarkan tentang bersosialisasi dengan orang lain,
hal tersebut bertujuan agar mereka mampu membentuk hubungan baik dengan orang lain. Selain
itu juga mereka diajarkan untuk melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan kepercayaan
diri. Seiring berjalannya waktu kepercayan diri pada anak akan tumbuh dengan pemberian
stimulasi dari orang yang berada disekitar anak, kemunculan rasa percaya diri terjadi karena
adanya pola asuh serta kejadian yang dirasakan oleh anak pada masa mereka berkembang.
(Dadan Suryana, 2016) Dalam mengembangkan kepercayaan diri anak, orang tua harus bersabar
dalam memberikan stimulus secara terus menerus, sampai kepercayaan diri mereka berkembang.
Menurut Chris Manak , hal terpenting dari menumbuhkan rasa percaya diri adalah membangun
kepercayaan diri pada satu bidang kehidupan, dengan hal tersebut aspek lain juga akan ikut
menyebar dalam kehidupan. Jadi sudah tugas orang tua untuk memberikan dukungan atau
motivasi kepada anak agar kepercayaan diri mereka terstimulasi. (Ariska Puspita Anggraini,
2018) Sebagian besar orang tua menginginkan anak mereka menjadi bahagia penuh empati
percaya diri, dan unggul dalam bidang yang mereka geluti, diantara sifat yang dinginkan adalah
rasa percaya diri anak adalah menjadi salah satu pondasi untuk mewujudkannya. Membangun
rasa percaya diri anak dimulai dari kesadaran orang tua anak sendiri, mereka harus yakin bahwa
rasa percaya diri berasal dari dalam diri anak masing masing, orang tua memberikan kepercayaan
pada anak, agar mereka yakin akan kemampuan diri mereka sendiri. Ketika anak percaya bahwa
ia mampu melakukan sesuatu maka kemungkinan besar ia akan berhasil begitu pula sebaliknya,
memiliki anak yang percaya diri dan bahagia adalah idaman setiap orang tua. Akan tetapi masih
banyak orang tua yang tidak tau bagaimana memompa rasa percaya diri anak, karena
kepercayaan diri tidak masuk dalam mata pelajaran di sekolah secara khusus, maka dari itu
ajarkan anak untuk melakukan banyak hal mandiri seperti mengikat sepatu, naik sepeda dan
mengikuti perlombaan, anak anak yang percaya akan nyaman dengan diri mereka sendiri.
(Dhuha Hadiyansyah, 2019)
Untuk membentuk kepercayaan diri yang baik pada anak diperlukan kerjasama yang baik
antara orang tua, dan masyarakat. Guru atau pendidik memiliki peran utama bagi seorang anak,
karena di lingkungan sekolah anak-anak akan tercipta menjadi manusia yang berkualitas setelah
pendidikan yang diberikan oleh keluarga. Dalam hal kepercayaan diri terdiri dari beberapa aspek
yang meliputi hal tersebut diantaranya : 1. Optimis, selalu yakin dan menganggap segala hal
perlu untuk dicoba. 2. Keyakinan terhadap kemampuan diri. 3. Toleransi, menghargai segala apa
yang telah dilakukan oleh diri sendiri ataupun orang lain. 4. Tidak memiliki ambisi yang
berlebiihan untuk segala yang ingin digapai. 5. Memiliki rasa tanggung jawab atas segala hal
yang telah diambil dan berani menerima resikonya. 6. Mampu menghadapi segala sesuatu
dengan tenang. 7. Mandiri, tidak selalu bergantung pada orang lain. 8. Mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru dimanapun anak berada. (Ardiyana dkk., 2019)
Berdasarkan beberapa aspek di atas dapat dipahami bahwa banyak hal yang harus
dikenalkan kepada anak sejak dini, maka dari itu penting bagi setiap orang tua untuk
memberikan stimulusai kepada anak tentang aspek kepercayan diri tersebut seperti mengajak
anak dalam kegiatan yang ada di rumah. Untuk mengembangkkan aspek tersebut orang tua dalah
salah satu penyebab yang mampu mempengaruhi anak, hal ini karena orang tua dan anak
merupakan kontak social yang paling utama. Informasi yang anak terima dari orang tua lebih
valid daripada informasi yang mereka denganr dari luar, dan hal ini akan mereka ingat hingga
dewasa.(Sunarni, 2018) Berikan anak kasih sayang dengan berkata lembut kepada anak, dengan
membentak anak hanya akan menurunkan rasa percaya diri anak dan pribadinya menjadi
pesimis. Menurut penelitian National Institutes of Health, anak menjadi agresif baik secara fisik
atau verbal ketikamereka sering menerima bentakan dari orang sekitarnya,ketika dibentak anak
juga akan merasa tidak aman. Darmady Darmawan berpendapat bahwa perkembangan psikologis
dan otak anak itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, apabila mereka sering mendengar
kata-kata kasar atau dibentak, hal tersebut akan berdampak buruk anak akan menjadi orang yang
agresif,pemalu atau minder dan rendah diri. (Dresyamaya Fiona, 2021)
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti yaitu dari cara penelitiannya, tempat dan hasil kesimpulan akhir,
akan tetapipenelitian ini memiliki pembahasan yang sama yaitu tentang kepercayaan diri anak
usia dini. Penelitian ini mencoba menguraikan bagaimana peran pola asuh orang tua terhadap
kepercayaan diri anak, mengetahui apa saja keterlibatan orang tua dalam membangun
kepercayaan diri pada anak maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian yang berjudul “Peran
Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Anak Usia Dini” bagaimana
orang tua meberikan motivasi kepada anak agar tidak terlalu terpuruk dalam rasa malu yang
dimiliki anak. Anak memerlukan pengalaman yang banyak ketika mereka berada di usia dini, hal
tersebut akan berguna untuk masa depan anak, dengan mendapatkan pengalaman tersebut maka
anak harus memiliki keberanian untuk tampil di depan banyak orang. Untuk tampil di depan
banyak orang sangat sulit apabila tidak memiliki kepercayaan diri, karena itu penting bagi orang
tua memberikan motivasi kepada anak agar mereka percaya diri dan tidak takut untuk tampil di
depan banyak orang.
METODE PENELITIAN
dengan mendorong mereka untuk mengambil tantangan dan belajar dari kesalahan mereka. Peran
orang tua adalah menawarkan bimbingan, bukan campur tangan. Artinya, jika anak sedang
bergumul dengan suatu masalah, tanamkan kepercayaan diri pada anak dengan mendorong
mereka untuk melatih kemandirian. Orang tua yang peneliti wawancara juga kurang memberikan
kebebasan memilih kepada anak, padahal dengan memberikan kebebasan dalam memilih
meskipun dari hal kecil seperti memilih pakaian, anak akan merasa dipercaya oleh orang tua.
Untuk meyakinkan anak tentang kemampuan yang mereka miliki untuk menjadi percaya diri,
orang tua selalu memberikan pujian ketika anak melakukan hal-hal yang baik. Ada beberapa
orang tua yang memasukkan anaknya ke tempat pembinaan khusus untuk mengembangkan
keprcayaan diri anak, seperti mengikuti les menari dan menggambar. Orang tua anak tersebut
berharap dengan cara tersebut anak dapat selalu optimis dan memiliki kepercayaan diri yang
lebih daripada anak yang lain.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak diantaranya
adalah pola asuh bawaan dari orang tua sendiri, status ekonomi dan pendidikan orang tua.
Beradasarkan dari latar belakang pendidikan orang tua yang telah diwawancarai, dapat diambil
kesimpulan bahwa orang tua yang lebih mampu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk
mengikuti les seperti menggambar dan menari sedangkan ada beberapa orang tua yang hanya
menerima pembelajaran tersebut dari sekolah. Namun, sejauh mana faktor risiko ini
membahayakan pengasuhan yang lebih penting daripada pengaruh langsung pada perilaku anak.
Pengasuhan bersama mungkin menjadi bagian penting dari sebuah keluarga, memberikan
dukungan sosial yang dapat digunakan untuk pola asuh yang sehat.(Fan & Chen, 2020)
Kepercayaan diri anak yang berkembang dari pola asuh yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik anak seperti anak yang aktif memiliki inisiatif, perasaan social, penuh tanggung
jawab, emosi stabil dalam menyesuaikan diri dan terbuka dalam menerima kritikan. (Umairoh &
Ichsan, 2019)
Pembahasan
Perkembangan Kepercayaan Diri Anak
Tahun-tahun pertama anak usia dini sangat penting karena menandai awal dari perjalanan
hidup seorang anak kecil ke dalam pendidikan. Anak usia 5-6 tahun memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Sehingga hal ini harus didukung dengan kegiatan yang dapat mengembangkan
pertumbuhan salah satunya kepercayaan diri anak. kepercayaan diri adalah aspek individual yang
harus dikembangkan di zaman ini, hal tersebut dapat distimulasi dengan lingkungan sekitar.
Lingkungan yang paling pertama adalah orang tua yang sebagai sosok panutan bagi seorang
anak, pada umumnya orang tua meberika pengasuhan kepada anak dan hal tersebut berhubungan
erat dengan perkembangan diri anak dalam kesehariannya. Rasa percaya diri adalah unsur
penting untuk semua aspek perkembangan sehat anak dan unsur utama keberhasilan sekolah.
Percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan untuk menguasai tubuh, perilaku, dan tantangan
yang sedang anak hadapi di dunia yang lebih besar. Anak-anak yang percaya diri sangat ingin
mempelajari keterampilan baru dan menghadapi tantangan baru. Mereka juga mengharapkan
orang dewasa untuk membantu dan mendukung upaya mereka. Kepercayaan diri juga penting
untuk bergaul dengan orang lain dan mengatasi banyak tantangan social seperti berbagi,
kompetisi, dan berteman yang dihadapi anak-anak di lingkungan sekolah. Anak yang percaya
diri melihat bahwa orang lain menyukai mereka dan mengharapkan hubungan yang memuaskan
dan menyenangkan.(Arcy Lyness, 2018) Kepercayaan diri berasal dari persepsi kompetensi atau
lebih sederhananya, anak-anak mengembangkan kepercayaan diri bukan karena keluarga dan
teman memuji mereka, tetapi karena prestasi mereka sendiri.
Sebagai guru prasekolah, pendidik melihat banyak anak menjadi lebih percaya diri dan
percaya diri saat mereka belajar dan menyelesaikan tugas dan tujuan baru. Wajar jika orang tua
ingin menanamkan rasa percaya diri pada anak. Anak-anak yang percaya diri percaya pada diri
mereka sendiri dan mampu menghadapi tantangan baru tanpa rasa takut. Meskipun setiap anak
berbeda, ada beberapa panduan umum yang dapat diikuti untuk membangun kepercayaan diri
anak.(Wendy L. Moss, 2014) Anak-anak secara alami ingin tahu, dari saat mereka memperoleh
kesadaran dunia, mereka mulai menjelajah. Begitu mereka belajar bagaimana mengekspresikan
diri, mereka menjadi takjub dan akan melonjak dengan percaya diri. Tidak ada yang lebih kuat
dari keingintahuan seorang anak selama tahun-tahun awal mereka.(Ng & Yuen, 2015)
Kepercayaan diri berkembang sejak bayi dilahirkan tanpa perasaan yang nyata tentang diri
mereka sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda. Mereka belajar siapa mereka terutama
melalui interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain. Pengasuh utama orang tua, kerabat,
pengasuh, dan guru mencerminkan keunikan dan atribut khusus mereka. Sebagian besar, rasa
percaya diri seorang anak dibentuk dan dipupuk oleh mereka yang merawatnya.
Model pola pikir percaya diri: Anak-anak mengambil cara berpikir seperti orang tua serta
cara berbahasa, jadi ajari anak-anak cara mendekati situasi baru dengan percaya diri dengan
melakukannya sendiri. Pada hal ini jangan merendahkan diri apabila anak melakukan kesalahan.
Dorong anak-anak untuk melihat sisi baiknya: Optimisme membantu anak-anak mengatasi
ketakutan mereka. Bantu anak-anak mengatur kesehariannya untuk mencari yang baik, sesuatu
yang positif atau pembelajaran dalam situasi apapun. Bantu mereka memahami pembicaraan diri
sendiri: Anak-anak yang rendah pada kepercayaan diri menggunakan banyak self-talk negatif.
Karena itu orang tua harus membantu mereka mencari alternative pesan yang membuat mereka
mampu menahan diri mereka untuk tidak menjadi tidak percaya diri.Kenal i upaya &
peningkatan: Orang tua lebih baik fokus pada proses dari apa yang mereka lakukan, bukan hasil
yang didapat. Fokus pada kekuatan dan aset: Biarkan anak-anak tahu apa kekuatan mereka
hingga mereka tahu apa yang mereka kuasai.Terima kesalahan sebagai bagian dari pembelajaran:
Jangan bereaksi berlebihan ketika anak-anak tidak mendapatkan nilai sempurna atau membuat
kesalahan, kesalahan adalah bagian dari pembelajaran.Beri mereka tanggung jawab nyata di
rumah: Memberi tanggung jawab mampu menumbuhkan kepercayaan diri dan juga memberikan
peluang pertumbuhan bagi anak-anak, kepercayaan dan tanggung jawab berjalan beriringan.
Membangun kepercayaan diri adalah salah satunya area dasar yang dapat memiliki dampak
besar pada anak-anak dan satu yang kita semua bisa pelajari lebih lanjut.(Michael Grose, 2010)
Kekuatan orang tua untuk membentuk anak sangat besar, kepercayaan diri adalah salah satu area
yang orang tua memiliki pengaruh yang signifikan, khususnya bagi anak-anak usia sekolah dasar
ke bawah. Anak-anak ditahun-tahun ini dalam perjalanan untuk mencari tahu apa yang dapat
mereka lakukan dan bagaimana mereka dapat masuk ke dalam berbagai kelompok mereka.
Sebagai orang tua yang berada dalam posisi utama untuk mencerminkan kembali kepada anak-
anak bagaimana mereka harus melihat diri mereka sendiri. Orang tua menganggap bahwa
kegiatan di luar rumah selain sekolah akan membuat anak kelelahan dan menjadi malas, padahal
ketika bermain di luar rumah anak-anak juga mengalami proses belajar. Karena anak itu
pembelajar aktif tidak hanya pasif, mereka memerlukan eksplorasi untuk menambah pengalaman
hidup mereka, maka tugas orang tua memberikan dukungan kepada anak dan memberikan
binaan untuk hal tersebut. (Lin & Li, 2018) Bermain sangat penting untuk perkembangan anak
usia dini, dan telah dinyatakan sebagai hak setiap anak oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak
Asasi Manusia.(Lin & Li, 2018), akan tetapi masih banyak orang tua cenderung memandang
bermain sebagai hal yang sembrono atau bahkan berbahaya karena mengalihkan anak-anak dari
pembelajaran. cenderung memandang bermain sebagai hal yang sembrono atau bahkan
berbahaya karena mengalihkan anak-anak dari pembelajaran. Memfasilitasi banyak kesempatan
untuk bermain, bermain adalah bagaimana anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain,
dan dunia di sekitar mereka. Melalui bermain, anak-anak juga belajar bagaimana memecahkan
masalah dan mengembangkan kepercayaan diri.
KESIMPULAN
Keluarga merupakan salah satu elemen terkecil dalam masyarakat yang terdir dari ayah
sebagai kepala keluarga, ibu dan anak. dalam sebuah keluarga ayah dan ibu memegang peranan
penting dalam merawat anak, mengingat istilah madrasah uula,yang dipahami orang tua adalah
sekolah pertama sehingga merekalah yang menjadi patokan awal oleh anak, anak akan melihat
dan meniru apa yang dikerjakan oleh orang tua. Bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua
kepada anak akan berpengaruh kepada perkembangan perilaku serta sikap pada anak, yang mana
hal tersebut akan menjadi landasan anak untuk kedepannya. Berdasarkan hasil wawancara
dengan orang tua anak-anak yang ada di desa Harusan, peran orang tua dalam pembentukan
kepercayaan diri pada anak usia dini adalah memberikan dukungan kepada anak, meskipun
beberapa orang tua masih kurang memberikan izin kepada anak untuk bermain di luar rumah
sebagai sarana eksplorasi anak selain di sekolah. Kontrol emosi orang tua juga berperan penting
terhadap peningkatan kepercayaan dir pada anak karena, ketika membentak anak menyebabkan
kepercayaan anak menjadi menurun. Beberapa orang tua juga memasukkan anak ke tempal les
menggambar atau menari agar anak menjadi lebih optimis dan memiliki kepercayaan diri yang
maksimal, dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan berbeda tentunya pola asuhsetiap
orang tua menjadi berbeda. Pola asuh yang baik adalah ketika pola asuh tersebut sesuai dengan
karakteristik anak, ketia orang tua ingin meningkatkan kepercayaan diri anak. Maka orang tua
harus memberikan stimulus yang sesuai kepada anak, biarkan anak bereksplorasi di luar ataupun
di dalam ruangan. Berikan anak kesempatan untuk memilih apa yang dia inginkan, tanpa harus
memaksa mereka, dengan melakukan hal tersebut anak-anak akan tahu apa kekuatan mereka
hingga mereka tahu apa yang mereka kuasai.
DAFTAR PUSTAKA
anggreni, M. A. (2017). Penerapan Bermain Untuk Membangun Rasa Percaya Diri Anak Usia
Dini. Journal Of Early Childhood And Inclusive Education, 1, 8.
Apriliyanti, F., Hanurawan, F., & Sobri, A. Y. (2021). Keterlibatan Orang Tua Dalam Penerapan
Nilai-Nilai Luhur Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(1), 1–8. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V6i1.595
Arcy Lyness. (2018). Helping Your Child Build Self-Confidence.
Https://Kidshealth.Org/En/Parents/Self-Esteem.Html
Ardiyana, R. D., Akbar, Z., & Karnadi, K. (2019). Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dan
Motivasi Intrinsik Dengan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 494. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V3i2.253
Ariska Puspita Anggraini. (2018, September 5). Memahami Pentingnya Rasa Percaya Diri
Dalam Kehidupan... Halaman All. Kompas.Com.
Https://Lifestyle.Kompas.Com/Read/2018/09/05/111100720/Memahami-Pentingnya-
Rasa-Percaya-Diri-Dalam-Kehidupan-
Cimi, A., Erlyani, N., & Rahmayanti, D. (2013). Pola Asuh Orang Tua Dengan Kepercayaan
Diri Anak. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 1(1), 7.
Http://Dx.Doi.Org/10.20527/Dk.V1i1.1654
Dadan Suryana. (2016). Stimulasi & Aspek Perkembangann Anak. Kencana.
Dewi, D. M., & Suharso, S. (2013). Kepercayaan Diri Ditinjau Dari Pola Asuh Orang Tua Pada
Siswa Kelas Vii (Studi Kasus). Indonesian Journal Of Guidance And Counseling, 8.
Dhuha Hadiyansyah. (2019). Parent-Things Yang Terlewatkan Dari Parenting. Pt Elex Media
Komputtindo.
Dresyamaya Fiona. (2021). Membentak Anak, Memengaruhi Psikologis Dan Kesehatan Otak
Sejak Dini. Https://Www.Orami.Co.Id/Magazine/Benarkah-Sering-Membentak-Anak-
Membuat-Sel-Otaknya-Terputus/
Hill, K., Hart, L., & Paxton, S. (2020). Confident Body, Confident Child: Outcomes For
Children Of Parents Receiving A Universal Parenting Program To Promote Healthful
Eating Patterns And Positive Body …. … Of Environmental Research And Public Health,
Query Date: 2021-06-02 21:55:54. Https://Www.Mdpi.Com/1660-4601/17/3/891
Hutchings, J., Owen, D., & Williams, M. (2018). Web-Based Parenting Support: Development
Of The Coping Confident Parenting Programme. Education Sciences, 8(2), 59.
Https://Doi.Org/10.3390/Educsci8020059
Lin, X., & Li, H. (2018). Parents’ Play Beliefs And Engagement In Young Children’s Play At
Home. European Early Childhood Education Research Journal, 26(2), 161–176.
Https://Doi.Org/10.1080/1350293x.2018.1441979