OLEH:
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
medis, penunjang medis yang didukung oleh sarana medis dan non medis dan
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup besar serta interaksi
petugas dengan masyarakat. Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik
Proses asuhan pasien apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan standar mutu
mengakibatkan cedera dan dapat pula tidak mengakibatkan cedera. Kondisi pasien
yang tidak mengalami cedera meskipun terjadi kesalahan dikenal dengan istilah
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), sedangkan pasien yang mengalami cedera karena
kesalahan disebut dengan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Kohn, et al, 2000).
Kasus KTD sebagai dampak dari kesalahan dalam proses asuhan pasien
sudah banyak terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara maju. Pada tahun
menguraikan dua penelitian besar di Utah dan Coloroado serta New York kasus
KTD dilaporkan mencapai 3,7% dengan angka kematian 13,6%. Kedua penelitian
1
2
tersebut lebih dari separuh kasus KTD berasal dari kesalahan medis yang
kematian akibat kesalahan medis mencapai 44.000 sampai 98.000 orang setiap
Data tentang KTD dan KNC di Indonesia masih sangat langka akan tetapi
dengan negara-negara lain seperti Amerika dan Inggris yang memiliki standar
pelayanan kesehatan yang lebih baik masih memiliki angka KTD dan kesalahan
2006). Oleh karena itu untuk menghindari KTD diperlukan peran SDM saat
Keselamatan pasien rumah sakit telah menjadi salah satu isu global. Terdapat
di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
sangat dipengaruhi peran SDM pemberi pelayanan. SDM yang memiliki populasi
3
terbesar hampir 40% dibandingkan tenaga lainnya dan memiliki waktu paling
lama kontak langsung dengan pasien adalah tenaga perawat. Besarnya proporsi
lain motivai kerja dan komitmen kerja. Motivasi kerja adalah proses yang bersifat
internal atau eksternal bagi setiap pegawai yang menyebabkan timbulnya sikap
dapat juga diartikan bahwa teknik motivasi harus dapat memastikan bahwa
tentang motivasi kerja menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi kerja dengan
Sanusi dan Hasnita (2005) di RS Dr. Achmad Bukit Tinggi menunjukkan bahwa
bahwa motivasi kerja berhubungan dengan karakteristik dan iklim organisasi dan
terjadi peningkatan sebesar 15,1%. Menurut Stoner Faktor lain yang dapat
(insentif, tunjangan) dan imbalan tidak langsung (pelatihan, dan promosi jabatan).
komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait dengan nilai-nilai dan
tugas dan bekerja di suatu rumah sakit (Mathis dan Jackson dalam Wijaya, 2012).
kinerja perawat dan bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar sebagai salah satu
rumah sakit pemerintah terbesar di Bali dan sebagai Pusat Rujukan di Bali dan
Nusa Tenggara Timur, sebagai rumah sakit type A pendidikan yang lebih dituntut
dengan penerapan mutu sesuai standar, sejak tahun 2013 telah lulus standar Joint
standar international dan RSUP Sanglah Denpasar juga telah menetapkan Tim
2012 didapatkan data Kondisi Potensial Cedera (KPC) sebanyak 158 kasus, KNC
sebanyak 936 kasus, Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebanyak 60 kasus, KTD
pelaporan kasus keselamatan pasien rumah sakit yang diterima TKPRS selama
bulan Februari 2014 terjadi 434 Kasus (RSUP Sanglah Denpasar, 2014).
5
Apabilila dilihat dari data korban kasus Januari Februari 2014 bahwa
terjadi kasus cedera peningkatan kasus seperti yang dilihat dari korban kasus
pada bulan Januari 2014 sebanyak 232 kasus dan pada bulan Februari 434 kasus
dengan peningkatan sebesar 87%. Kasus yang paling banyak adalah karena faktor
pasien yang berjumlah 219 (94%) bulan Januari 2014 dan Februari berjumlah 421
(97%). Kasus faktor petugas pada bulan Januari 2014 berjumlah 205 (88%) dan
Denpasar bulan Januari sampai dengan Februari 2014, peningkatan kasus KPRS
di RSUP Sanglah dilhat dari tempat perawatan terjadi paling besar pada ruangan
Instalasi Rawat Inap (IRNA) C (121 kasus), IRNA D (24 kasus), IRNA B (23
kasus) dan Intensif Care Unit (ICU) sebanyak 12 kasus. Prosentase peningkatan
sebanyak 140% yang awalnya pada bulan januari dilaporkan sebanyak 5 kasus
ICU adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus
dan perawat yang terampil merawat pasien dengan keadaan yang gawat yang
perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif (Gulli et al, 2001).
Salah satu tenaga kesehatan yang bertugas untuk mencegah terjadinya KTD
terutama pada pasien adalah tenaga keperawatan. Pasien yang dirawat di ruang
ataupun human eror akan dapat mempengaruhi kesehatan dan kondisi jiwa pasien
konsisten. Bagi Perawat komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001). Dengan komitmen kerja yang
tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai motivasi kuat untuk
ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif (Azwar, 1996; Sadili, 2006).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut
penelitian, yaitu:
Sanglah.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
Denpasar, 2011).
kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan
berinteraksi dengan pasien selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan
9
10
Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah sakit
berikut:
sakit
person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi
rumah sakit.
11
keselamatan pasien.
adanya hubungan antara (1) lama tinggal/ lengths-of-stay , infeksi saluran kemih,
12
renjatan, atau henti jantung pada pasien-pasien penyakit dalam, dan (2) failure to
rescue , yang didefinisikan sebagai kematian pasien yang disebabkan oleh salah
satu komplikasi yang mengancam kehidupan yaitu pneumonia, renjatan atau henti
jantung, perdarahan saluran pencernaan atas, sepsis atau thrombosis vena dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur
menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien
adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.
merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya
saat ini secara terus menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya
1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007 dalam
Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient
Rumah Sakit, yaitu : (1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike,
secara benar saat serah terima pasien, (4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi
tubuh yang benar, (5) Kendalikan cairan elektrolit pekat, (6) Pastikan akurasi
pemberian obat pada pengalihan pelayanan, (7) Hindari salah cateter dan salah
sambung gelamng, (8) Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan (9) Tingkatkan
kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007 dalam Tim
semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah
bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik
yang menyeluruh.
mengidentifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang
lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain.
Adapun maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan
sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-
atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
sedikitnya dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam
medik)
dengan ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,
merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien dengan
produk darah.
tindakan/prosedur.
komunikasi yang efektif antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan
secara efektif, akurat , tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang
16
mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan
melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang
Selemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut:
lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker SIGN HERE
keadaan pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand
Perhatian
menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien agar terhindar dari
17
serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
atau prosedur juga dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan
elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label
sengaja/kurang hati-hati.
berikut :
1. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike
3. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang
(Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,
Tindakan Operasi
dan tepat- pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi
Kesalahan ini merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang kurang tepat, budaya yang tidak
dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commissions Universal
Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu
pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten
di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan
19
harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan
pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan,
dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi label dengan baik serta
tepat. Time out dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit
tanda spidol skin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat
dengan cara yang jelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed
Consent)
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan
dengan pelayanan kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi
kemih, infeksi pada aliran darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi
ini maupun infeksi-infeksi lain adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca di kepustakaan WHO, dan
tangan efektif.
3. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap
melakukan prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain)
risiko pasien dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna
sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks masyarakat
yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya rumah sakit perlu
risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
21
1. Melakukan pengkajian risiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
3. Memberikan tanda bila pasien berisiko jatuh dengan gelang warna kuning
hanya terbatas pada litigasi oleh pasien maupun petugas kesehatan, tetapi
dapat digabungkan dari tingkat lokal sampai tingkat nasional dengan menjaga
dalam pengobatan dan perawatan lebih lanjut, dan melibatkan pasien dalam
Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus ada beberapa standar yang wajib dimiliki
kesehatan.
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di
rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
Kriteria:
pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.
seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik
dan lancar.
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Standar IV. Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki proses
a. Setiap rumah sakit melakukan proses perencanaan yang baik dengan mengacu
pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien-petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor
lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh langkah menuju
b. Setiap rumah sakit melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang
KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko
d. Setiap rumah sakit menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
pasien terjamin.
KTD/KNC
keselamatan pasien.
keselamatan pasien.
pasien.
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program keselamatan pasien
mulai di laksanakan.
h. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
disiplin.
i. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai
setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
eksternal
a. Man
b. Money
e. Methodes
f. Market
waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai
untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang
tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75%-85% (Standar
2.2.1 Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan
dorongan dan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi
dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna
ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku yng terdiri dari respons instrinsik dan
melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan
ekstrinsik yang dapat dilihat dengan adanya perilaku atau penampilan (Sadili,
untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar
32
atau berprestasi, b) Kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan
antar pribadi yang ramah dan karib, c) Kebutuhan akan kekuasaan (power)
dikemukan oleh Maslow yaitu : a) fisiologis (rasa lapar, haus, dan kebutuhan
fisik dan emosional) c) sosial (di terima baik, rasa memiliki, kasih sayang)
2. Teori Herzberg
pribadi sesama pegawai, atasan dan bawahan, kondisi lingkungan kerja dan
terdiri dari motif berprestasi, afiliasi dan motif berkausa. Adapun motif tersebut
yaitu dorongan untuk diterima orang lain dan bersatu, pegawai yang bermotif
affiliasinya diterima, diakui dan dihargai orang lain, dan c) motif berkuasa, yaitu
dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi
orang lain.
Agar seseorang dapat melakukan sesuatu yang diharapkan, maka harus ada
1. Perangsang positif
yang disediakan untuk pegawai yang berprestasi. Rangsangan positif ini dapat
berupa hadiah, pengakuan promosi, dan atau melibatkan pegawai tersebut dalam
2. Perangsang negatif.
menyenangkan berupa hukuman bagi pegawai yang berbuat kesalahan atau tidak
konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan
terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
Anggota dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan
35
anggota dengan kinerja Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji
signifikan komitmen kerja terhadap kinerja (nilai t 0,25 dan P=0,000). Semua
1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi
secara regular
terhadap nilai dan tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian antara visi
komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
motivasi kuat untuk berprestasi. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa
kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota
kerja adalah keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan
berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, keyakinan dan
terhadap visi dan misi rumah sakit, peraturan rumah sakit, asuhan keperawatan,
berikut.
1. Inisiatif
melaksanakan Askep dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Dalam
Pernyataan visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan
dan misi rumah sakit. Dalam penelitian ini subvariabel visi dan misi rumah sakit
diukur dengan indikator pemahaman terhadap visi dan misi rumah sakit yang
sudah disosialisasikan kepada perawat dengan dijabarkan visi dan misi rumah
karena ada sanksi bagi yang melanggar. Peraturan dapat berupa tata tertib yang
rumah sakit. Pada penelitian ini subvariabel peraturan rumah sakit diukur dengan
indikator kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit yang diterapkan secara adil.
38
4. Asuhan Keperawatan
bantuan orang lain. Dalam penelitian ini subvariabel Askep diukur dengan
indikator melaksanakan askep sesuai dengan SOP dan menerapkan Askep sesuai
Indikator kinerja klinik adalah variabel yang diukur dengan prestasi kerja
perawat dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini IKK dirumuskan dalam
dan penilaian kinerja perawat yang dikaitkan dengan indikator kinerja klinik.
2.4.1 Pengertian
dalam suatu rumah sakit dan dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan
melalui terapi intensif yang menunjang (suport fungsi vital tubuh) pasien tersebut
39
selama situasi kritis. Terapi suportif dengan obat dan alat meliputi fungsi
bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali
Fasilitas pelayanan intensif dapaat berupa alat dan obat obat emergensi,
tempat tidur khusus yaitu tempat tidur pasien yang dapat diatur ketinggian atau
posisi kepala, kaki, dan kemiringan secara mekanis atau elektris. Di atas tempat
exmination lamp, sphygnomanometer, kotak kontak, out let gasdan bed side
monitor.
sakit berat dan kritis yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga terlatih
pasien.
40
Indikasi pasien yang dirawat diruang intensif dibagi dalam beberapa prioritas
yaitu :
obatan vasoaktif kontinyu dan lain-lain. Contoh pasien kelompok ini antara lain :
pasien ini adalah : pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru, atau ginjal
akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan mayor, pasien kelompok 2
Pasien yang termasuk prioritas ini adalah pasien dengan sakit kritis, dan
tidak stabil dimana status kesehatannya baik penyakit yang mendasari maupun
mendapat manfaat dari terapi yang diberikan. Contoh pasien ini adalah pasien
sumbatan jalan nafas, atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal
terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tapi usaha terapi mungkin tidak
Indikasi pasien keluar dari ruang intensif juga dibagi dalam beberapa
kriteria :
kebutuhan untuk terapi intensif sudah tidak ada lagi atau bila terapi telah gagal
manfaat dari terapi intensif kontinyu sangat kecil. Misalnya pasien dengan tiga
atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
sudah tidak ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila
Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung
atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lain yang telah
tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit akutnya, yang prognosis
jangka pendek secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial
aksesori lengkap dan baik, dan laik pakai. Dalam memenuhi persyaratan tersebut
g. Ruang ber-AC
dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, tenaga keperawatan dan tenaga lain
(pekerja kesehatan, tata usaha, tenaga medis non perawatan, teknisi, analis).
tingkat dasar yakni perawat dengan pendidikan SPK, Perawat tingkat I yakni
masyarakat, baik sakit maupun sehat , yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
mengancam nyawa.
8. Bersikap tanggap dan perhatian terhadap keluhan dan kabutuhan pasien serta
uraian tugas lain sebagaimana perawat pada umumnya. Adapun uraian tugas
yang berlaku.
digunakan.
kemampuannya
45
9. Membantu pasien untuk latihan gerak (mobilisasi) kepada semua pasien yang
10. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
daftar dinas.
dengan ketentuan.
12. Memindahkan pasien ke ruangan bila pasien sudah stabil atau sesuai indikasi.
14. Melaksanakan serah terima tugas saat pergantian dinas secara tertulis maupun
lisan.
Keselamatan Pasien
pengobatan . Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman (Dep Kes RI, 2006). Keselamatan pasien
merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011). Taylor, et al.
46
optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada
Penelitian yang dilakukan oleh Hickam, et al. (2003) terhadap 115 literatur
menemukan bahwa kejadian merugikan yang paling sering dialami oleh pasien
adalah ulkus dekubitus, infeksi yang diperoleh di rumah sakit dan pasien jatuh.
merugikan yang paling sering dialami oleh pasien sebagai akibat dari kurangnya
konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
47
keterikatan individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada
dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen perawat dan bidan
terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
seseorang secara optimal, hal ini di sebabkan karena motivasi merupakan kondisi
kerja guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas
sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat
motivasi merupakan kemauan yang kuat untuk berusaha ke tingkat yang lebih
tinggi atau lebih baik untuk mencapai tujuan organisasi, tanpa mengabaikan
melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga kebutuhan dasar yaitu:
berprestasi, b)kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk berhubungan antar
48
pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan kekuasaan (power) kebutuhan
yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain (Sigit,
komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai
membedakan status sosial pasien. Untuk mewujudkan tersebut tidak terlepas dari
dan kenyamanan bagi pasien sehingga dapat mewujudkan kepuasan pasien dan
citra rumah sakit menjadi baik. Ada 6 (enam) faktor yang berpengaruh untuk
Money dan Market. Di antara 6 (enam) faktor tersebut bahwa faktor manusia
merupakan unsur manajemen yang pokok karena manusia merupakan faktor yang
keselamatan pasien.
Dalam pelayanan kesehatan faktor manusia dalam hal ini perawat sebagai
salah satu sumberdaya yang memiliki pikiran, harapan, gagasan, reaksi psikis
47
48
Pelaksanaan Keselamatan
Pasien
1. Mengidentifikasi pasien
dengan tepat
Man (Sumber Daya 2. Meningkatkan Market
Manusia) komunikasi yang efektif
Sosialisasi pelaksanaan
3. Peningkatan keamanan
patient safety di ruangan
Motivasi Kerja Perawat obat yang membutuhkan
atau Rumah Sakit
perhatian
1. Tanggung jawab 4. Mengurangi risiko salah
2. Pengakuan
lokasi, salah pasien dan
3. Komitmen Pemimpin
4. Insentif tindakan operasi
5. Kondisi Kerja 5. Mengurangi risiko infeksi
6. Pengurangan risiko
Komitmen Kerja pasien jatuh
1. Inisiatif
2. Penghayatan terhadap
Visi dan Misi RS
3. Peraturan RS Machine
4. Asuhan Keperawatan
5. Indikator Kinerja Klinik Jenis dan kelengkapan alat
6. Pengembangan Karier yang digunakan dalam
7. Remunerasi perawatan
Pengetahuan
8. Lingkungan Kerja
Sikap
: Alur pikir
Sumber: Kellog.W.K. (1998)Logic Model Development
Ha :
RSUP Sanglah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
dilaksanakan satu kali dari variabel bebas dan terikat (Nursalam, 2008).
rumah sakit yang mengkhususkan tentang hubungan dari motivasi dan komitmen
Denpasar.
ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat
50
51
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) menurut Soeparto, dkk dalam
Nursalam (2008).
a. Variabel bebas
atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas (independen)
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
dari sesuatu yang diamati tersebut (Nursalam, 2008). Definisi oprasional variabel
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Motivasi Kerja dan Komitmen Kerja
SKORING ALAT
VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA UKUR
UKUR
Usia Usia responden saat ini Interval 20-30 Kuesioner
31-40
41-50
Jenis kelamin Jenis kelamin responden Nominal 1: laki-laki Kuesioner
2:perempuan
Tingkat Tingkat pendidikan responden Ordinal 1: D III Kep. Kuesioner
pendidikan terakhir saat ini 2: DIV
3: S1 Ners
Status Status kepegawaian responden Nominal 1: PNS Kuesioner
kepegawaian saat ini 2: Honorer
Motivasi kerja Dorongan yang timbul pada diri Nominal mean: Kuesioner
(tanggung perawat instalasi perawatan motivasi
jawab, intensif RSUP Sanglah untuk kurang
pengakuan, mendukung atau tidak > mean:
komitmen mendukung penerapan program motivasi baik
pemimpin, keselamatan pasien. Dorongan
insentif, yang dimaksud adalah dorongan
kondisi kerja) yang timbul karena adanya
keinginan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman,
yang jauh dari tuntutan karena
kesalahan dalam memberikan
pelayanan baik dari instrinsik
maupun ekstrinsik
Komitmen Tangung jawab perawat instalasi Nominal mean: Kuesioner
kerja (inisiatif, perawatan intensif RSUP Sanglah komitmen
penghayatan terhadap askep dan keinginan kerja kurang
terhadap visi untuk tetap bekerja serta >mean:
dan misi RS, memelihara sikap positif terhadap komitmen
peraturan RS, Rumah Sakit yang terdiri dari kerja baik
asuhan subvariabel inisiatif, penghayatan
keperawatan, terhadap visi dan misi RS,
indikator kerja peraturan rumah sakit, askep dan
53
Klinik berbasis Tri Hita Karana pada Komitmen kerja, Kepuasan kerja dan locus
(Wijaya, 2012). Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument dilakukan terhadap
20 orang perawat dan bidan di Rumah Sakit Bangli dengan hasil menunjukkan
nilai koefiesien korelasi >0,3 dan signifikansi <0,05 yang berarti kuesioner
tersebut valid. Nilai reliabilits menunjukkan nilai alpha croncbach >0,7 yang
sampai 0,599 yang menunjukkan instrument ini valid. Uji Reliabel motivasi
perawat menunjukkan nilai alpha cronbach 0,848 yang artinya instrumen ini
reliable.
menunjukkan nilai alpha cronbach 0,60 yaitu 0,799 sehingga kuesioner tersebut
sudah reliabel.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung
melalui hasil wawancara kuesioner motivasi, komitmen kerja dan sikap dalam
intensif RSUP Sanglah Denpasar. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dari data kepegawaian RSUP Sanglah Denpasar yang berupa jumlah tenaga
shift kerja. Sebelum pengumpulan data dilakukan, calon responden diminta untuk
a. Editing
diserahkan oleh para pengumpul data. Setiap instrument yang digunakan telah
diperiksa untuk dipastikan bahwa setiap instrument telah lengkap dan diisi sesuai
b. Coding
diberikan sesuai dengan nomor urut responden yang diambil. Koding yang
c. Scoring
penelitian ini. Dalam penelitian ini mengunakan tiga buah kuesioner yang terdiri
keselamatan pasien
Kuesioner motivasi terdiri dari 12 item pertanyaan dengan skala likert. Pemberian
yang menjawab sangat sesuai diberikan skor 5, menjawab sesuai diberikan skor 4,
menjawab kurang sesuai diberi skor 3, menjawab tidak sesuai diberi skor 2 dan
menjawab sangat tidak sesuai diberi skor 1. Scoring pada kuesioner motivasi
menggunakan nilai rata-rata. Nilai mean yaitu motivasi kurang dan jika >nilai
mean yaitu motivasi baik. Kuesioner komitmen kerja terdiri dari 5 komponen
yang menjawab sangat setuju diberikan skor 5, menjawab dengan setuju diberikan
skor 2 dan menjawab sangat tidak setuju diberikan skor 1. Skoring pada kuisioner
komitmen kerja menggunakan nilai rata-rata. Nilai mean yaitu komitmen kerja
skor 2 dan menjawab tidk pernah diberi skor 1. Skoring pada kuesioner penerapan
keselamatan pasien kurang dan nilai > mean yaitu penerapan keselamatan pasien
baik.
Setelah data di editing dan coding maka memasukkan data dalam komputer
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisa data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
motivasi dan komitmen kerja dengan penerapan keselamatan pasien. Hasil analisis
bivariat ditampilkan dalam tabel 2x2 dengan row percentage. Dan uji statistik
yang digunakan adalah chi square atau regresi logistic dengan menampilkan
confident interval pada confident level 95% (95% CI) serta mendapatkan Odd
Ratio (OR)
c. Analisis Multivariat
variabel dependen dan analisis ini dapat mengontrol variabel confounding yang
Pada bab ini berisi menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 112 responden perawat yang bertugas di ruang Intensif Rumah Sakit
Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juli
sakit pendidikan tipe A di Kota Denpasar (Permenkes 1636 tahun 2005 tanggal 12
(BLU) milik Departemen Kesehatan RI. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
sebagai rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan utama di Bali, Nusa
Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB). Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh Direktorat
Medik dan Keperawatan yang membawahi Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat
Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA A, IRNA B, IRNA C, dan IRNA D),
Instalasi Terpadu Intensif (Intensive Care Unit (ICU), Intensive Coronary Care
Unit (ICCU), Burn Unit), Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Wing Amerta, Inslatasi
Ruang perawatan intensif adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi
peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien dengan keadaan yang
gawat yang perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif (Gulli et al,
2001). Ruang perawatan intensif terdiri dari ruang ICU, ICCU, Burn Unit dan 1
59
60
kamar operasi. Ruangan ICU dibagi menjadi 2 yakni ICU Barat dengan kapasitas
7 tempat tidur dan ICU Timur dengan kapasitas 10 tempat tidur. Ruang ICCU
dengan masalah luka bakar yang terdiri dari ruangan isolasi, rawat biasa dan
kamar operasi. Semua ruangan intensif dilengkapi dengan peralatan lengkap untuk
dan masa kerja. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk data kategorik. Data
61
Kategorik dianalisis dan didapatkan hasil berupa frekwensi dan persentase. Hasil
memiliki masa kerja > 10 tahun dan sebanyak 21 responden (18,8%) memiliki
Motivasi kerja dibagi menjadi 2 kategori yakni baik dan kurang. Karakteristik
Komitmen kerja dibagi menjadi 2 kategori yakni baik dan kurang. Karakteristik
tabel berikut.
proporsi nilai x2, nilai p=value, dan adjusted odd ratio (OR) dari setiap variabel
Berdasarkan p value 0,000 atau < 0,005 maka dari variabel motivasi kerja
pasien juga kurang. Uji statistik juga menunjukkan nilai Adjusted Odd Ratio
(OR) motivasi kerja perawat 8,002 dengan CI: 2,814-22,744, kondisi ini dapat
65
Berdasarkan p value 0,000 atau < 0,005 maka dari variabel komitmen kerja
pasien juga kurang. Uji statistik juga menunjukkan nilai Adjusted Odd Ratio
(OR) komitmen kerja perawat 25,393 dengan CI: 8,152-79,089, kondisi ini dapat
pemilihan variabel yang layak diikutkan atau termasuk substansi penting sehingga
dapat dimasukkan dalam analisis multivariat regresi logistik. Variabel yang bisa
memiliki p value < 0,25; = 0,05. Hasil statistik menunjukkan bahwa kedua
variabel baik itu motivasi perawat maupun komitmen kerja perawat mempunyai
hasil p value < 0,25, oleh karena itu kedua variabel tersebut bisa dimasukkan
Dari analisis Tabel 5.7 terlihat bahwa terdapat empat variabel yang secara
statistik berhubungan dengan penerapan keselamatan pasien yaitu: status
perkawinan, status kepegawaian, motivasi dan komitmen perawat. Berdasarkan
nilai Adjusted OR variabel yang paling dominan berpengaruh yaitu komitmen
perawat (Adjs.OR: 21,62), selanjutnya motivasi perawat (Adjs. OR: 5,35)
kemudian status kepegawaian (Adjs. OR: 3,51) dan status perkawinan (Adjs.OR:
2,66). nilai R2 menggambarkan besarnya pengaruh semua variabel bebas terhadap
variabel terikat yaitu penerapan keselamatan pasien. Pada hasil tersebut
menunjukkan bahwa ketujuh prediktor (umur, pendidikan, status perkawinan,
status kepegawaian, masa kerja, motivasi dan komitmen perawat) berpengaruh
68,7% terhadap penerapan keselamatan pasien, sisanya (31,3%) dipengaruhi oleh
faktor atau prediktor lainnya.
BAB VI
PEMBAHASAN
Square Tests. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai signifikansi p value
sebesar 0,000 lebih kecil dari = 0,05 (p<0,05). Berarti menurut hasil yang
diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada hubungan antara motivasi
baik.
motivasi perawat sudah baik (81,2%), namun masih terdapat 18,2% motivasinya
masih kurang, hal ini kemungkinan disebabkan karena perawat merasa insentif,
kondisi kerja serta komitmen dari pimpinan yang belum maksimal, sedangkan
tanggung jawab serta pengakuan dirasa sudah baik. Kondisi ini tentu secara tidak
keperawatan.
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
70
71
Denpasar, 2011). Taylor, et al. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan
secara optimal, karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental
yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan yang
seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga
mengungguli atau berprestasi, b) kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat untuk
berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan kekuasaan
mendominasi orang lain (Sigit, 2003). Motivasi kerja yang baik akan
Sama halnya seorang perawatan yang memiliki motivasi kerja yang baik akan
penting dalam organisasi rumah sakit. Jika motivasi kerja diabaikan maka akan
72
keselamatan pasien (patient safety). Hasil penelitian Ridwan (2013) yang berjudul
motivasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang
Maryani (2013) yang berjudul Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
terhadap kinerja perawat. Hal ini ditunjukkan dengan pvalue < 0,05.
maka disimpulkan bahwa motivasi kerja seorang perawat akan berdampak pada
signifikansi p value sebesar 0,000 lebih kecil dari = 0,05 (p<0,05). Berarti
menurut hasil yang diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada
karena kurangnya penghayatan terhadap visi misi Rumah sakit yang belum baik
individu terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam
rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001). Beberapa penelitian tentang komitmen
mempunyai komitmen kerja yang baik maka akan memiliki kinerja yang baik
pula. Begitu juga seorang perawat yang mempunyai komitmen kerja yang baik
maka akan memiliki kinerja yang baik dalam menerapkan asuhan keperawatan.
Seorang perawat yang memiliki komitmen dalam bekerja akan mempunyai kinerja
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit
prestasi yang lebih baik dengan terlibat aktif melaksanakan asuhan keperawatan
yang meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan kerja. Komitmen
74
kerja juga dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap rumah sakit, karena
ingin tetap bertahan menjadi anggota rumah sakit (Wijaya, 2012). Pada ruang
lingkup ruamh sakit seorang perawat akan bekerja dalam sebuah tim. Hal tersebut
tugasnya. Adanya suatu komitmen kerja dalam sebuah tim akan memberikan
dampak positif pada hasil kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rois (2010) tentang Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja
Tim Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji F 0,637. Komitmen
keselamatan pasien dan 31,3% dipengaruhi oleh prediktor lain. Faktor komitmen
karakteristik perawat.
dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan
kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja guna mencapai tujuan
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada
untuk mengungguli atau berprestasi, b)kebutuhan akan afiliasi atau ikatan hasrat
untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, c) kebutuhan akan
mendominasi orang lain (Sigit, 2003). Motivasi kerja yang baik akan
Sama halnya seorang perawat yang memiliki motivasi kerja yang baik akan
suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011). Taylor, et al. Oleh
karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat
76
Motivasi yang baik tentunya harus diimbangi komitmen kerja yang baik.
terhadap tujuan dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam rumah sakit
(Mathis dan Jackson, 2001). Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi
rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat aktif
dapat meningkatkan kinerja mereka yang meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas
kepemilikan terhadap rumah sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota
rumah sakit (Wijaya, 2012). Pada ruang lingkup rumah sakit seorang perawat
akan bekerja dalam sebuah tim. Hal tersebut akan menuntut para perawat untuk
dalam sebuah tim akan memberikan dampak positif pada hasil kerja. Seorang
perawat harus memiliki sebuah komitmen dalam mencapai hasil yang baik dari
untuk mencapai tujuan serta hasil yang diinginkan. Selain komitmen kerja,
itu, pentingnya suatu motivasi dan komitmen kerja dalam penerapan keselamatan
pasien.
BAB VII
7.1 SIMPULAN
besar perawat mempunyai komitmen kerja yang baik namun masih terdapat
7.1.3 Motivasi dan komitmen kerja serta karakteristik perawat (umur, pendidikan,
78
79
7.2 SARAN
diantara:
sosialisasi terkait dengan pemahaman visi misi Rumah Sakit serta pencapaian
indikator kinerja perawat yang baik berupa peningkatan kualitas perawat baik
baik sesuai dengan target yang ditetapkan dalam rencana strategis Rumah
Sakit.
keselamatan pasien.
80
g. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat prediktor atau variabel
tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Prasetyo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Berenholtz, S.M., & Pronovost, P.J. 2007. Monitoring Patient Safety. Crit Care
Clin. 23 : 659 673.(Online).(www.criticalcare.theclinics.com, tanggal 10
Januari 2014).
Wijaya, Ganda. 2012. Penerapan Manajemen Kinerja Klinik Berbasis Tri Hita
Karana pada Komitmen Kerja, Kepuasan Kerja Locus of Control terhadap
Peningkatan Kinerja Perawat dan Bidan di RSU Bangli. Program Magister
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana.
Universitas Udayana Denpasar
Hasnita, E & Sanusi, R. 2005. Ciri-Ciri, Iklim Organisasi, dan Kinerja Perawat di
Instalasi Rawat Inap RS Dr Achmad Moechtar Bukittinggi. Yogyakarta:
UGM,Yogyakarta.
Hickam, et al. 2003. The Effect Of Health Care Conditions On Patient Safety.
Evidence Report/Technology Assessment. (Prepared by Oregon Health &
Science University under contract no. 290-97-0018). (Online). AHRQ
Publication No 03-E031. Rockville, MD : Agency for Healthcare Research
and Quality. (www.ahrq.gov, tanggal 16 Januari 2014)
Kohn, et al. 2000. To Err is human : building a safer health system. Washington
DC : National Academic Press
KP-RS RSUP Sanglah Denpasar. 2011. Buku Saku Pedoman Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety). Denpasar: RSUP Sanglah.
Mangku Prawira, T. S. 2009. Visi, Misi, Tujuan dan SDM Perusahaan. (online).
available from URL: http://www.google.com/pengertian_visi_misi.
Diakses tanggal 11 Mey 2014
Rois. 2010. Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja terhadap Kinerja
Tim Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi nasional
Stanton, M. W. & Rutherford, M.K. 2004. Hospital nurse staffing and quality of
care. Reseach in action. AHRQ Publication No. 04-0029. Maret : issue 14.
Rockville ,MD : Agency for Healthcare and quality.
Taylor et al. 1993. Fundamentals of nursing : the art and science of nursing care.
(2nd. Ed). Philadelphia : J.B. Lippincott Company.