Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN

DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP RSUD MAJENE

KABUPATEN MAJENE

MUSDALIFA

B0218347

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Dengan Judul :


HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUNGAN DENGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUAGAN RAWAT INAP DI RSUD MAJENE

Yang di ajukan oleh :


MUSDALIFA
B0218347

Telah di setujui untuk dipertahankan di hadapan dewan penguji sebagai bagian persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Irwan, S.Kep., Ns., M.,Kes Muh. Fauzar Al Hijrah, SKM.,M.Kes

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan

Indrawati, S.Kep. Ns., M.Kes


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan melalui pendekatan, pemeliharaan
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi, terpadu
juga berkesinambungan (Sudarmadji & Pratama, 2018). Sedangkan, Menurut (Jumriati,
Satrianegara, & Habibi, 2019). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai karakteristik juga organisasi yang sangat kompleks. Potensi rumah sakit
meliputi seluruh sumber yang dimiliki termasuk semua sumber daya rumah sakit sebagai
input manajemen sebagai proses dan produk pelayanan kesehatan sebagai outcome
Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang pasti sangat diperlukan oleh
masyarakat. Pelayanan tersebut dilihat dari efisiensi, sarana dan prasarana yang
memadai, dan faktor lainnya. Efisiensi pelayanan rawat inap juga termasuk hal yang
penting bagi pasien, khususnya yang harus dirawat di rumah sakit. Pihak rumah sakit
melakukan sensus harian dengan meninjau dan meningkatkan kualitas pelayanan rawat
inap. Kriteria pelayanan rawat inap adalah BOR (Bed Occupancy Ratio), BTO (Bed Turn
Over), TOI (Turn Over Interval), dan AVLOS (Average Length of Stay). Untuk
kemudahan dalam memilih, maka dibutuhkan sistem pendukung keputusan sebagai alat
(Mentari & Dewi, 2020).
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan yang memiliki banyak profesi
akan membentuk satu kesatuan, serta mayoritas tenaga kesehatan yang ada adalah
perawat. Perawat ini memiliki tanggung jawab berupa dokumentasi keperawatan untuk
digunakan sebagai bukti kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien dan dapat digunakan sebagai tanggung gugat perawat. Kinerja perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan tidak terlepas dari motivasi perawat
sendiri. Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit yang cukup potensial
dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlah perawat yang dominan di
rumah sakit serta pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara
ilmiah melalui pendokumentasian DLL. (Hendayani, 2019).
Asuhan keperawatan adalah suatu indikator dalam menentukan kualitas pelayanan
di rumah sakit. Perawat merupakan profesi yang memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien, di mana salah satu aspek terpenting kinerjanya yaitu pendokumentasian
asuhan keperawatan (Rusdiantoro, 2017). Dengan berbagai jenis tenaga kesehatan
dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain seperti
tenaga medis, tenaga perawat, bidan, paramedis non perawat dan tenaga non medis
(Undang-undang No. 44 tahun 2009). Perawat merupakan segmen profesi terbesar
dalam bidang kesehatan. Menurut (Muryani, Endang Pertiwiwati, 2019) asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien dimulai dengan memahami konsep
dasar keperawatan tentang teori dari ilmu keperawatan kemudian melakukan pengkajian,
riwayat pasien, dan perencanaan yang terdiri dari (penegakan diagnosis keperawatan,
penentuan target sasaran, dan perencanaan keperawatan), pelaksanaan, dan yang terakhir
evaluasi atau penilaian yang berkelanjutan. Pendokumentasian adalah suatu unsur pokok
dalam tugas juga tanggung jawab hukum setelah melakukan tindakan keperawatan
kepada pasien. Pendokumentasian yang baik mempunyai ciri-ciri berdasarkan fakta serta
data yang akurat, kelengkapan, ringkas, terorganisasi, ketepatan waktu, dan mudah untuk
dibaca. Dokumentasi asuhan keperawatan yang berkualitas harus terdapat unsur
keakuratan, kelengkapan, dan kerelevanan. Kegiatan dokumentasi keperawatan yang
tidak lengkap dalam pendokumentasian, keakuratan dan tidak relevan maka akan terjadi
kesulitan dalam melakukan pembuktian tindakan yang sudah dilaksanakan dengan baik
dan benar. Menurut (Pranatha, 2020) dokumentasi asuhan keperawatan adalah aspek
penting dalam proses keperawatan dan juga merupakan suatu indikator dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Walaupun sebenarnya
dokumen asuhan keperawatan ini merupakan hal yang penting, tetapi terkadang di rumah
sakit kualitas pendokumentasian asuhan keperawatan masih dirasa kurang baik
Pendokumentasian asuhan keperawatan ini salah satu bentuk kegiatan yang
menggambarkan mutu asuhan keperawatan, perawat wajib membuat pendokumentasian
asuhan keperawatan sebagai aspek legal yang memberikan jaminan pemberian asuhan
bagian pasien. Dalam peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit yang salah satunya
adalah pemberian asuhan keperawatan maka perlu adanya suatu kegiatan supervise yang
dilakukan oleh supervisor. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a
tahun 1989 tenaga keperawatan wajib membuat dokumentasi keperawatan terhadap
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan kepada pasien di semua sarana
pelayanan kesehatan. pelayanan keperawatan dan standar prosedur operasional sebagai
salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan sasaran penting
dalam manajemen sumber daya manusia. Penerapan Standar Prosedur Operasional
pelayanan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian dari kinerja serta perilaku individu
dalam bekerja sesuai tugasnya dalam organisasi, dan biasanya berkaitan dengan
kepatuhan. Pendokumentasian asuhan keperawatan ini adalah hal yang sangat penting,
namun dalam praktiknya masih banyak hambatan-hambatan yang mengakibatkan
pendokumentasian belum sempurna. Untuk memberikan pelayanan kepada pasien secara
komprehensif maka diperlukan pelayanan keperawatan dengan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan dengan melalui beberapa tahapan proses yang konsisten sesuai
dengan perkembangan profesi keperawatan. Salah satu indikator kinerja dari perawat
adalah kepatuhan perawat untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan(D,
Ni`am, Hartinah, Purnomo, & Wizariah, 2020).
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene, merupakan rumah sakit satu-
satunya di Kabupaten Majene, sehingga rumah sakit tersebut tentunya harus
memperhatikan keselamatan pasiennya dan hal tersebut juga berkaitan dengan akreditasi
rumah sakit, yang merupakan suatu hal yang diwajibkan untuk semua rumah sakit.
Insiden keselamatan pasien lainnya, yaitu angka pasien jatuh yang merupakan kejadian
yang tidak diinginkan pada tahun 2017 mencapai tujuh kasus, pada kasus kesalahan
pemberian obat, di Rumah Sakit Umum Daerah Majene belum melakukan pencatatan
akan hal tersebut di mana standar untuk kejadian kesalahan pemberian obat adalah 0%,
sehingga sangat diperlukan pencatatan karena hal tersebut dapat menimbulkan kerugian
pada pasien. Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi kesalahan yang
akan dan telah terjadi. Budaya keselamatan pasien tersebut akan meningkatkan
kesadaran untuk mencegah error serta melaporkan jika ada suatu kesalahan Hal ini bisa
memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh rumah sakit tersebut. Rumah sakit harus
memiliki budaya aman supaya setiap orang sadar akan tanggung jawab terhadap
keselamatan pasien (Heriyati, Al-Hijrah, & Masniati, 2019). Dari hasil wawancara
perawat yang di Rumah Sakit Umum Daerah Majene di ruang rawat inap di antaranya
adalah jumlah perawat pelaksana 145 orang. Rentang usia perawat yang 26-40 tahun
sebanyak 118 orang, usia 41-55 berjumlah 27 orang. Jumlah perawat yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 99 orang dan yang laki-lakinya sebanyak 46 orang.
Perawat yang pendidikannya d3 Keperawatan sebanyak 77 orang dan NERS sebanyak
68 orang.
Mengidentifikasi pasien merupakan salah satu cara untuk menghindari kesalahan
dalam melakukan tindakan atau memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Kesalahan,
kelalaian atau kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien bisa menimbulkan hal yang
sangat fatal serta dapat mengancam nyawa. Kesadaran akan pentingnya melakukan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan keperawatan perlu ditanamkan pada diri
setiap perawat bahkan dijadikan budaya untuk bekerja. Supervisi adalah salah satu fungsi
dari seorang pemimpin untuk usaha dalam menjaga mutu pelayanan dan keselamatan
pasien di area tugasnya. Diruang rawat kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
ruangan. Kepala ruangan sebagai orang yang diberikan tanggung jawab dalam mengelola
pelayanan di suatu ruang rawat mempunyai peran yang cukup besar dalam meningkatkan
kepatuhan perawat untuk melakukan identifikasi pasien melalui kegiatan motivasi,
komunikasi dan bimbingan (Fitrirachmawati, 2017).
Pemimpin di suatu organisasi sangat penting hal ini di karenakan seorang
pemimpin itu orang yang menggerakkan roda organisasi cara menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinan di mana nantinya akan menentukan kesuksesan dan keberhasilan dalam
organisasi tersebut. Pemimpin memberikan pengarahan yang baik serta bermuara pada
pencapaian tujuan yang didukung dengan asuhan keperawatan secara optimal.(Aristya,
2018). Salah satu pemimpin di rumah sakit adalah kepala ruangan dan supervisi. Kepala
ruangan serta supervisor ruangan sangat berperan dalam memotivasi perawat pelaksana
dengan adanya perencanaan yang matang dan arahan yang benar kepada perawat
pelaksana kepala ruangan memiliki sepuluh peran yang kemudian dikelompokkan
menjadi tiga peran. Peran kepala ruangan yang dimaksud adalah peran hubungan antar
pribadi, peran informasi, dan peran keputusan, dampak apabila peran kepala ruangan
tidak dilaksanakan dengan baik maka akan terjadi penurunan pelayanan kesehatan,
penurunan motivasi karyawan, penurunan skill atau kemampuan karyawan, kurang
kedisiplinan karyawan, kurangnya informasi aktual dan terupdate dari luar atau dalam
organisasi, tidak terorganisirnya sumber daya yang ada, dan terjadi kesulitan dalam
pemecahan masalah (Passya, Rizany, & Setiawan, 2019).
Dari wawancara yang dilakukan di beberapa kepala ruangan di perawatan rawat
inap yang di dapatkan dari 8 ruangan hasilnya bahwa 7 ruangan yang pendokumentasian
asuhan keperawatannya sudah lengkap sesuai dengan akreditasi dan 1 ruangan
pendokumentasian asuhan keperawatan nya mulai dari bulan 1-4 hasil
pendokumentasiannya tidak lengkap
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini adalah adakah hubungan supervisi kepala ruangan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan inap RSUD Majene.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan di ruangan inap RSUD Majene.
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana mengetahui efektivitas supervisi kepala ruangan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
b. Bagaimana mengetahui gambaran pendokumentasian asuhan keperawatan.
c. Bagaimana mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengalaman, ilmu, serta pengetahuan baru penulis yang sangat
berharga dan menjadi kepuasan tersendiri bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi terbaru dan
menjadi referensi tambahan dalam kepustakaan sekaligus menjadi pedoman
pembelajaran di bidang manajemen keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan, dan
pengetahuan tambahan terhadap supervisi kepala ruangan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai tambahan kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan
hubungan supervisi kepala ruangan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh kepala ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja
perawat pelaksana, termasuk dalam dokumen keperawatan serta berperan dalam
mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan
baik dan lancar. Kepala ruangan memberikan supervisi kepada perawat dengan tujuan
agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan target layanan yang sudah ditetapkan
sehingga kualitas pelayanan terjaga.(Sutris, Asda, & Syarifah, 2022). Seorang supervisor
keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dengan
memberikan pengarahan serta petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan, memberikan saran, nasehat, bantuan kepada staf, pelaksana
keperawatan, memberikan motivasi semangat kerja, memberikan pelatihan bimbingan
yang diperlukan oleh pelaksana keperawatan, melakukan penilaian terhadap penilaian
kinerja perawat, serta mengadakan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik
(Sembiring, 2020). Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai untuk merujuk pada
tindakan pencapaian dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang di minta. Kinerja juga
merupakan suatu penampilan hasil kerja individu baik kualitas maupun kuantitas
dalam satu organisasi. Untuk mempertahankan kualitas kinerja organisasi, maka perlu
evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan karena hal sangat
penting dilakukan sebagai umpan balik sehingga dapat memperbaiki juga meningkatkan
kinerja (Saragih, 2018). Kinerja yang baik sangat ditentukan kemampuan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan (Zulkarnain, 2017).
Supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan bisa menemukan berbagai
kendala yang dihadapi pada pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang yang
bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota
perawat secara efektif juga efisien. Kegiatan supervisi seharusnya dapat meningkatkan
kualitas dan mutu pelayanan keperawatan yang menjadi fokus dan tujuan utama, bukan
malah menyibukkan diri mencari kesalahan juga penyimpangan (Anggeria & Maria,
2018).
Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan untuk mengawasi apakah seluruh
staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya atau sesuai dengan
instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bagaimana memperbaiki
proses keperawatan yang sedang berlangsung. Melaksanakan peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan kita juga dapat melihat kinerja perawat melalui
pengamatan langsung yaitu dengan proses pemberian asuhan keperawatan atau
pencatatan pasien (dokumentasi asuhan keperawatan) yang telah diberikan. Hubungan
supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan proses keperawatan yang menyatakan
supervisi kepala ruangan yang bermakna dengan pelaksanaan proses keperawatan.
Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan yaitu dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan atau
pimpinan rumah sakit. Kegiatan supervisi yang baik tidak terlepas dari bagaimana
kemampuan seorang manajer (kepala ruangan) dalam melakukan bimbingan, arahan
serta memotivasi karyawannya dalam kegiatan, termasuk dalam kegiatan supervisi
yang dapat dilihat dari model supervisi yang dapat di lihat dari kemampuan struktur,
skills, support dan sustainability.
Hubungan antara supervisi dan keamanan kerja dalam kinerja perawat di ruang
rawat inap RSUD memiliki peran strategis dalam penyediaan serta pengembangan
sumber daya tenaga kesehatan yang diharapkan memiliki kompetensi baik dalam
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang sesuai dengan perkembangan
pengetahuan. Pelayanan keperawatan yaitu suatu kontribusi dalam menentukan kualitas
pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit harus juga disertai dengan upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan dengan peningkatan kinerja perawat (Woran, Tucunan, Maramis,
& K, 2018).
Sedangkan Menurut penelitian (Ginting & Sinaga, 2019) tentang bagaimana
hubungan antara supervisi kepala ruangan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
untuk menjamin bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip utama pendokumentasian Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996
tentang tenaga kesehatan dan undang-undang No. 36 Tahun 2009 adalah suatu wujud
rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenaga kesehatan termasuk para perawat dalam
menjalankan tugas-tugas pelayanan. Dokumentasi keperawatan dalam bentuk dokumen
asuhan keperawatan merupakan salah satu alat pembuktian untuk menjalankan tugas
keperawatan
B. Kepala Ruangan
Kepala ruangan dalam memberikan pengarahan serta petunjuk yang jelas
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan, memberikan saran,
nasehat, bantuan kepada staf atau pelaksanaan keperawatan, memberikan motivasi
dalam meningkatkan semangat kerja, memberikan latihan bimbingan yang diperlukan
oleh pelaksanaan keperawatan, melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja
perawat, serta mengadakan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik (sesuai
dengan harapan yang sudah di tetapkan) (Ananda, Asmawati, & Alkafi, 2018).
Kepala ruangan yang profesional dalam melakukan pekerjaan dapat meningkatkan
kepuasan kerja perawat sedangkan, kalau kepemimpinan tersebut tidak profesional
dalam melakukan pekerjaan maka akan menurunkan tingkat kepuasan kerja perawat.
Dalam kepemimpinan ada beberapa bagian dalam kepemimpinan yang mempengaruhi
kinerja seperti gaya kepemimpinan, sifat kepemimpinan, tipe kepemimpinan, motivasi
kerja, pemberdayaan, lingkungan kerja, budaya organisasi, kualitas kepemimpinan, juga
komitmen organisasi. Dalam proses kepemimpinan serta motivasi, merupakan hal yang
esensial dalam kepemimpinan karena memimpin sama hal dengan motivasi. Kinerja
perawat diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam
meningkatkan mutu keperawatan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara
umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat (Mahatvavirya & Girsang, 2021).
Kepala ruangan adalah manajer keperawatan yang langsung berhubungan dengan
kegiatan pelaksanaan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian dari media
komunikasi antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain
atau dengan tenaga kesehatan lain, serta pihak-pihak yang memerlukannya serta yang
berhak mengetahuinya (Mongi, 2021). Kepala ruangan juga harus mendapat perhatian
yang serius dari bidang keperawatan, mengingat risiko serta dampak yang dapat timbul
berkaitan dengan supervisi rumah sakit yang tidak optimal yaitu dengan pelayanan
keperawatan yang tidak berkualitas (Apriana, Retnaningsih, & Pamungkassari, 2017).
Kepemimpinan kepala ruangan memiliki peran yang sangat penting di dalam
implementasi sistem manajemen mutu di ruangan karena kepala ruangan mempunyai
tanggung jawab untuk mengelola, merencanakan, dan mengendalikan kinerja stafnya
dalam manajemen keperawatan. Sehingga untuk mengatasi masalah dalam implementasi
sistem manajemen mutu, dapat diatasi dengan kepemimpinan mutu kepala ruangan yang
berorientasi kepada mutu pelayanan. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian
ini adalah menjelaskan pengaruh kepemimpinan mutu kepala ruangan terhadap
implementasi sistem manajemen mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit (Pratiwi,
2019).
Penelitian (D et al., 2020) mendapatkan bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan
supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana. mendapatkan hubungan
bermakna strategi supervisi kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan, yaitu dilihat struktur, keterampilan, dukungan
dan keberlanjutan, Sedangkan hasil analisis multivariat faktor yang paling dominan
adalah keberlanjutan supervisi setelah dikontrol dengan keterampilan, struktur dan
dukungan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk mengarahkan staf dalam
melaksanakan tugas yang telah direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana
yang memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik, memfasilitasi
kolaborasi dan pendelegasian.
Fungsi Dan Tugas kepala ruangan atau pimpinan dilihat dari sudut orientasi maka
fungsi dan tugasnya antara lai:
1. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan.
2. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf.
3. Melakukan pengarahan, memberikan penghargaan.
4. Bimbingan.
5. Bertanggung jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan orang lain.
6. Mendukung kerja sama dan partisipasi staf dan
7. mengevaluasi hasil, analisa kekuatan dan kelemahan staf
Aktivitas kepemimpinan dapat di golongkan dalam 4 aspek yaitu :melakukan
pengarahan, melakukan koordinasi, memberikan motivasi dan memberikan penghargaan
(Silaen, 2018).
Pengarahan yang baik dapat menciptakan kerja sama yang efektif dan efisien
antara staf serta untuk mengembangkan kemampuan ketrampilan dan menimbulkan rasa
memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi kerja sehingga menjamin keselamatan pasien dan
perawat. Fungsi pengarahan idealnya dilakukan setiap saat di ruangan karena tujuan dari
manajemen ruangan adalah memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas kepada
pasien selama masa perawatan. Dan diharapkan memiliki dampak bagi staf perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat selaku praktisi klinis dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berdampak terhadap pekerjaannya
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian rumah sakit berguna untuk meningkatkan standar akreditasi,
sebagai alat komunikasi antar profesi, indikator pelayanan mutu, bukti tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat, sumber data dan sarana penelitian. Pendokumentasian
asuhan keperawatan dilakukan sebagai bukti tindakan keperawatan sudah dilakukan
secara profesional dan legal sehingga dapat memberikan perlindungan pada perawat dan
pasien. Akan tetapi pada kenyataannya dalam tatanan pelayanan keperawatan sehari-hari
masih ditemukan banyaknya pendokumentasian asuhan keperawatan yang kurang
maksimal (Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia (Amalia, Herawati, & Nofriadi,
2018).
Dokumentasi ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan kerja sama antar
berbagai profesi. Kerja sama ini dapat berupa pengumpulan data dan mengkaji dan
menganalisis status pasien dan menyusun rencana serta mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melalui dokumentasi ini didapatkan berbagai
manfaat dalam upaya pemberian pelayanan terbaik kepada pasien/klien. Kualitas
dokumentasi dilihat dari bagaimana kepatuhan perawat terhadap aturan
pendokumentasian yang ditetapkan oleh profesi atau pemerintah, misalnya kelengkapan
dan keakuratan menuliskan asuhan keperawatan di mana dokumentasi yang dikerjakan
sesuai standar yang telah ditetapkan mulai dari menuliskan tanggal, waktu dan sesuai
dengan kondisi pasien selama mendapatkan rawatan di pelayanan kesehatan Untuk
mendapatkan hasil yang baik, seorang perawat sangat membutuhkan pengawasan,
pengarahan dan pendampingan melalui kegiatan supervisi. (Apriana et al., 2017)
Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 52 tentang rumah sakit
menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua
penyelenggaraan kegiatan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen berupa
pencatatan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan dalam waktu tertentu sesuai
peraturan perundang-undangan (8). PERMENKES No. 148 tahun 2010 dan Undang-
undang keperawatan 38 tahun 2014 juga menyebutkan bahwa perawat berwenang
melakukan asuhan keperawatan secara sistematis dan sesuai standar. PERMENKES RI
No. 48 tahun 2006 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan menyebutkan
bahwa pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga perawat yang kompeten
minimal D3 keperawatan (Hasmawati, Werdati, & Fatimah, 2018). Dokumentasi
keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek seperti aspek
hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi.
Kelengkapan dokumentasi keperawatan merupakan salah satu indikator mutu asuhan
keperawatan yang diberikan serta, haru komprehensif dan cukup fleksibel untuk dapat
diperbaiki, menjaga kualitas dan kesinambungan perawatan. Sebagai anggota tim
kesehatan, perawat membutuhkan komunikasi informasi tentang pasien yang akurat dan
pada waktu yang tepat. Kualitas asuhan pasien tergantung dengan komunikasi anggota
tim kesehatan satu dengan yang lainnya. Dokumentasi keperawatan memiliki dua bentuk
utama, dokumentasi berbasis kertas dan dokumentasi berbasis elektronik. Dokumentasi
berbasis kertas memiliki kelemahan tertentu seperti kurang kelengkapan dan kejelasan.
Dengan demikian, kecenderungan yang kuat untuk mengalihkan dokumentasi berbasis
kertas dan dokumentasi elektronik telah dilaksanakan (Ede, Hadi, & Haryanto, 2020).
D okumentasi asuhan keperawatan sangat penting dilakukan untuk menjamin
dokumentasi asuhan keperawatan ditulis secara lengkap serta dapat dipertanggung
jawabkan. Kontrol yang dapat dilakukan yaitu dengan supervisi. Supervisi melakukan
pengamatan secara langsung juga berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan
yang bersifat langsung untuk mengatasinya (Rezkiki & Ilfa, 2018). Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Standar
praktik tersebut dilaksanakan oleh perawat generalis dan spesialis di seluruh tatanan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun tatanan pelayanan lain di masyarakat.
Dalam standar dokumentasi asuhan keperawatan memacu pada proses keperawatan yang
terdiri pada lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Wisuda & Putri, 2020).
Prinsip dokumentasi asuhan keperawatan Menurut (Loblobly, 2021) yang harus
diperhatikan dalam membuat Dokumentasi Keperawatan yaitu aspek-aspek keakuratan
data, breafity (ringkas), dan legality (mudah dibaca).
Asuhan keperawatan merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup pasien
dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan prefentif perawatan kesehatannya.
Sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan
masalah yang “menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan
dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori dengan menggunakan metode
ilmiah”. Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang
terdiri atas tiga tahap : Pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan pada
metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan.
Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat
pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah yang konkret
(pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi) yang
memberikan metode efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan
keputusan klinis (Astar, Tamsah, & Kadir, 2018).
Menurut (Susiana, 2019) tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART
(Specific Measurable Achievable Reasonable Time) Kriteria NOC (Nursing Outcome
Criteria) disesuaikan standar pencapaian, antara lain sebagai berikut.
1. Tujuan dirumuskan secara singkat.
2. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan.
3. Spesifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan.
4. Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
5. Ada target waktu pencapaian.
Dari buku yang berjudul (Risna & Irwan, 2021) mengemukakan bahwa
keperawatan memiliki tujuan umum meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan
dengan menggunakan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan
untuk pemenuhan pada kriteria pelayanan yang diharapkan akan berguna bagi manusia.
Perawat sebagai suatu profesi dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
asuhan keperawatan maka jawabannya adalah dengan adanya standar. Standar
merupakan level kinerja yang diinginkan dan yang dapat dicapai di mana kerja aktual
dapat dibandingkan. Standar praktek asuhan keperawatan yaitu suatu pernyataan tentang
apa yang dibutuhkan oleh registered perawat untuk dijalankan sebagai profesional
keperawatan. Secara umum, standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan
memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari pada anggotanya (Supratti &
Ashriady, 2018).
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada
pasien baik dalam keadaan sakit maupun sehat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan yang optimal serta melayani pasien dengan baik, menghargai dan
bersikap caring kepada pasien. Dalam pemberian asuhan keperawatan dasar seperti
kebersihan dan ambulasi sampai dengan asuhan keperawatan yang berkolaborasi dengan
tenaga medis lainnya perawat menghabiskan waktunya 24 jam bersama pasien.
Tingginya interaksi antara perawat dengan pasien menyebabkan pelayanan keperawatan
ini menjadi indikator dari bermutu atau tidaknya pelayanan kesehatan yang ada di rumah
sakit khususnya di ruang rawat inap (Simamora, Purba, Bukit, & Nurbaiti, 2019).
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran serta fungsi perawat dalam
pelayanan asuhan keperawatan merupakan pembenahan dalam manajemen keperawatan
dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu menjadi wahana
peningkatan keefektifan pembagian pelayanan asuhan keperawatan sekaligus lebih
menjamin kepuasan pasien terhadap kinerja dalam keperawatan. Dengan kata lain bahwa
diperlukannya manajemen yang baik untuk mencapai hasil yang optimal dalam
pemberian asuhan keperawatan
Kinerja perawat sangat berhubungan dengan motivasi, supervisi dan penghargaan
kerja perawat, sehingga aspek-aspek yang memengaruhi motivasi, supervisi dan
penghargaan kerja perlu dikelola dengan baik untuk mendapatkan hasil kinerja perawat
yang baik (Mulat & Hartaty, 2019).
Persyaratan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara lain.
1. Pimpinan yang peduli dan mendukung.
2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan.
3. Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dengan cara diadakan program diklat.
4. Sarana, perlengkapan dan lingkungan yang mendukung.
5. Tersedia dan diterapkan standar asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan ,berguna
sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan serta mutu asuhan keperawatan .Ciri-ciri
mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain yaitu memenuhi standar profesi yang
diterapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan di manfaatkan secara
wajar, efisien & efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan, memuaskan bagi pasien & tenaga keperawatan serta, aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, etika & tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati (Ujung, 2019).
Sistem Pelayanan Kesehatan dapat meningkatkan fungsi dari kerja tim kesehatan
sebagai upaya mengembangkan kualitas asuhan keperawatan dan peran perawat di dalam
tim kesehatan hingga akan terbina hubungan kerja yang baik dan akan memberikan
kepuasan bagi seluruh anggota dari tim kesehatan (Risna & Irwan, 2021)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 19 Tentang Keperawatan Dalam menjalankan
tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
1. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik.
2. Menetapkan diagnosis Keperawatan.
3. Merencanakan tindakan Keperawatan.
4. Melaksanakan tindakan Keperawatan.
5. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan.
6. Melakukan rujukan.
7. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi.
8. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.
9. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling dan
10. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep
tenaga medis.
Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan pendekatan secara ilmiah
melalui proses keperawatan secara umum telah diterapkan pada sebagian besar rumah
sakit di Indonesia. Profesi keperawatan ialah sebuah profesi yang kompleks, unik,
holistik dan komprehensif. Pada pelaksanaan prakteknya, seharusnya
Teori keperawatan membedakan keperawatan dari disiplin lain, dimana teori ini
memiliki tujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan
hasil yang diinginkan dari praktik asuhan keperawatan.
Teori keperawatan adalah seperangkat ide, defenisi, hubungan,dan harapan atau
saran yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain dan
rancangan purposif, pandangan metodis fenomena dengan merancang inter-relationship
khusus di antara ide-ide yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan, peramalan, atau
merekomendasikan.
Pentingnya Teori Keperawatan untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena
keperawatan, memberikan dasar dalam praktik keperawatan, membantu menciptakan
pengetahuan (body of knowledge) yang lebih maju dan menunjukkan bagaimana
keperawatan akan berkembang di masa depan. Teori keperawatan sangat penting karena
membantu memutuskan apa yang kita ketahui dan apa yang ingin kita ketahui.
Tujuan Teori Keperawatan
1. Dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi
dalam pelayanan keperawatan.
2. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan.
3. Membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan dengan memberikan
arah yang jelas.

Sedangkan model konsep keperawatan berfungsi untuk:


1. Mengklarifikasi ide/pola pikir tentang keperawatan dan kaitannya dengan praktek
keperawatan
2. Meningkatkan pola pikir kreatif perawat untuk membantu mengembangkan profesi
3. Memberi arahan bagi pelayanan klien
4. Memberi corak/warna pada pelayanan yang diberikan (Risna & Irwan, 2021)

D. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi dengan melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan,
asuhan keperawatan serta berkesinambungan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien. Sistem pelayanan pada rumah sakit adalah bagian terpenting
pada suatu proses bisnis yang ada pada rumah sakit. Semakin baik pelayanan yang
diberikan maka semakin banyak pasien yang percaya untuk berobat ke rumah sakit
tersebut. Dalam hal ini terutama mengenai pelayanan informasi pasien yang ada pada
bagian penerima pengunjung (Receptionist). Kurangnya pelayanan terjadi karena kurang
begitu baiknya sistem yang membantu dalam hal pemberian informasi pada pasien
terutama dalam pasien rawat inap kepada pihak keluarga serta rekan yang ingin
menjenguk pasien tersebut. Sistem pelayanan di rumah sakit juga harus terhubung
sehingga semua bidang atau unit rumah sakit dapat terintegrasi dengan baik khususnya
dalam bagian informasi. Kebutuhan akan informasi terutama mengenai penggunaan
ruangan yang diharapkan bisa diperoleh secara cepat serta akurat (Hakim, 2020). Mutu
pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas dalam pelayanan kesehatan
bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di suatu
rumah sakit (Rahayu & Sulistiawati, 2018)
UU Nomor 44 tahun 2009, menerangkan bahwa rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang mempunyai tujuan dalam memberikan pelayanan kesehatan
individu dengan lengkap/paripurna termasuk pelayanan rawat inap. Rumah sakit
berperan secara strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah
sakit juga memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan berkualitas di semua lapisan
masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 atas
SPM (Standar Pelayanan Minimal) Rumah Sakit harus memberikan pelayanan yang
bermutu. Rumah sakit kini memfokuskan pelayanannya pada pelayanan rawat inap.
Karena pelayanan ini merupakan pelayanan yang memberikan penghasilan besar kepada
institusi tersebut. Dalam pelayanan rumah Sakit pasien mendapatkan kesan atau
gambaran tentang mutu dan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Pemanfaatan dan penggunaan pelayanan kesehatan dalam pelayanan rawat inap di
Rumah Sakit oleh pasien adalah satu dari banyak faktor yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat serta menunjukkan mutu pelayanan kesehatan rawat inap
yang didapatkan dari pihak Rumah Sakit sekaligus menilai tingkat kepercayaan dan
kepuasan oleh pasien kepada pengelola pelayanan di Rumah Sakit (Ilmi, Pujianti, & Sari,
2021).
Menurut (Kurnia, 2018) Pelayanan kesehatan rumah sakit dituntut sebaik mungkin
agar memberikan hasil yang terbaik bagi pasien. Rumah sakit sebagai salah satu instansi
pelayanan kesehatan sebaiknya mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
sehingga dapat memuaskan pasien yang ingin berobat. Kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi loyalitasnya. Oleh karena itu pihak rumah
sakit harus memperhatikan kualitas pelayanannya.
Keberadaan pelayanan kesehatan sangat penting dalam mewujudkan masyarakat
yang sehat, berbagai pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta didirikan
pada setiap daerah untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan.
Masyarakat selalu mengharapkan agar pelayanan rumah sakit, baik milik pemerintah
maupun swasta dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi setiap
pengguna yang memanfaatkannya. Mutu pelayanan yang sempurna dapat menimbulkan
rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula
mutu Kesehatan (Anggraini, 2021).
Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas yang
diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber daya manusia merupakan
elemen yang berpengaruh signifikan terhadap pelayanan yang dihasilkan dan
dipersepsikan pasien. Pasien mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan
nyaman terhadap keluhan penyakit pasien, menguasai pekerjaan, dan yang paling
utama mampu berkomunikasi secara efektif dan mampu menanggapi keluhan pasien
secara profesional. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pasien dan
keluarganya di rumah sakit, karena frekuensi pertemuannya dengan pasien yang
paling sering (Djala, 2021). Dalam kehidupan manusia aspek kesehatan merupakan
salah satu faktor yang paling utama yang harus diperhatikan. Salah satu fasilitas
kesehatan untuk melayani kesehatan masyarakat adalah Rumah Sakit Umum
(Widiatama, 2018).
E. Tipe-Tipe Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ
atau jenis penyakit.
2.6.1 Rumah Sakit Umum
Dalam peraturan undang-undang Pasal 4 disebutkan klasifikasi rumah sakit
umum dibagi menjadi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya, yaitu:
pasal 4
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A;
2. Rumah Sakit Umum Kelas B;
3. Rumah Sakit Umum Kelas C;
4. Rumah Sakit Umum Kelas D.
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Untuk rumah sakit kelas A harus memiliki fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 medik spesialis dasar, 5 spesialis penunjang
medik, 12 medik spesialis lain, dan 13 medik subspesialis. Baik sarana dan
prasarana serta peralatan rumah sakit tipe A harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh menteri. Selain itu, peralatan radiologi dan kedokteran nuklir
harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Pada rumah sakit kelas A, pasien bisa menikmati layanan pelayanan
medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,
pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain,
pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis,
pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan
pelayanan penunjang non klinik.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Untuk rumah sakit kelas B, setidaknya disediakan fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis
penunjang medik, 8 spesialis lainnya, dan 2 subspesialis dasar. Masyarakat
yang mendapat rujukan ke rumah sakit kelas B bisa mendapatkan fasilitas
seperti pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik
spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik
spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik
subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang
klinik, serta pelayanan penunjang non klinik.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C lebih membatasi pelayanan mediknya,
yang mana paling sedikit menyediakan 4 medik spesialis dasar dan 4
spesialis penunjang medik. Di sini masyarakat bisa menikmati pelayanan
medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, spesialis penunjang
medik, medik spesialis gigi mulut, keperawatan dan kebidanan, serta
pelayanan penunjang klinik dan non klinik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Pada rumah sakit umum kelas D sedikitnya tersedia 2 pelayanan medik
spesialis dasar, dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang meliputi
pelayanan medik umum, gawat darurat, medik spesialis dasar, keperawatan
dan kebidanan, serta pelayanan penunjang klinik dan non klinik.

F. Teori Pencapaian Tujuan


1. Teori
Teori adalah deskripsi atau penjelasan dari suatu fenomena dan hubungan
antara fenomena-fenomena semacam itu. Secara inti, konsep seperti deskripsi
simbolik dari fenomena dihubungkan dengan preposisi yang menyatakan hubungan
di antara fenomena-fenomena tersebut.
Teori adalah seperangkat konsep dan proposisi yang memberikan cara yang
teratur untuk melihat fenomena, pernyataan yang menjelaskan atau memberi ciri
fenomena tertentu. Menurut defenisi tradisional, teori adalah seperangkat konsep
yang terorgansir, koheren, dan saling berhubungan satu sama yang menawarkan
deskripsi penjelasan dan prediksi tentang fenomena. Secara inti, konsep seperti
deskripsi simbolik dari fenomena dihubungkan dengan preposisi yang menyatakan
hubungan di antara fenomena- fenomena tersebut.
Tujuan teori dalam disiplin keilmuan adalah memandu penelitian untuk
meningkatkan ilmu dengan mendukung pengetahuan yang ada atau menghasilkan
pengetahuan baru. Sebuah teori tidak hanya membantu kita untuk mengatur pikiran
dan ide-ide, tetapi juga dapat membantu mengarahkan kita pada apa yang harus
dilakukan dan kapan serta bagaimana melakukannya
a. Ciri-ciri Teori :
1) Pada dasarnya, teori harus rasional dan masuk akal
2) Dapat digeneralisasikan
3) Teori tersusun ats ide-ide yang terkoneks sedemikian rupa
4) Dasar-dasar untuk teori yang dapat diuji
5) Digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan praktik
mereka
6) Konsisten dengan teori-teori, hukum dan prinsip- prinsip yang sudah
dibuktikan sebelumnya. Tetapi tetap meninggalkan pertanyaan yang belum
terjawab sehingga memungkinkan untuk diteliti dan diuji lebih lanjut.
b. Komponen Suatu Teori
Komponen suatu teori secara umum yaitu:
1) Konsep adalah blok bangunan dasar dari sebuah teori, bentuk pikiran atau
gagasan dari pemahaman manusia yang mencerminkan tanda penting dan
umum dari objek tertentu yang dipahami. Konsep dapat juga diartikan istilah
atau label yang menjelaskan fenomena. konsep merupakan suatu pondasi
untuk membangun suatu teori yang di dalamnya menggambarkan suatu
fenomena tertentu.
2) Fenomena adalah fakta yang dapat diamati oleh pancaindra dan dapat
dijelaskan. Fenomena yang dijelaskan dapat berupa empirik atau abstrak.
Fenomena empirik adalah sesuatu yang bisa dialami atau diamati melalui
pancaindra Fenomena abstrak adalah sesuatu yang tidak bisa diamati seperti
harapan.
Komponen suatu teori berdasarkan F. Nightingale yaitu:
1) Defenisi: Menjelaskan/menggambarkan teori, konsep ataupun komponen-
komponen yang menyusun teori tersebut.
2) Konsep: Formulasi tentang objek/kejadian yang dapat diamati/dirasakan
karena konsep itu abstrak.
3) Asumsi: Pernyataan-pernyataan yang menjelaskan konsep dan merupakan
suatu kenyataan, yang di terima sebagai suatu kebenaran.
4) Fenomena: Sesuatu yang dapat disaksikan, dilihat dengan panca indera.
1. Teori Keperawatan
1. Teori keperawatan bertujuan untuk menggambarkan dan
menjeaskan fenomena keperawatan, memberikan dasar dalam praktik keperawatan,
membantu menciptakan pengetahuan (body of knowledge) yang lebih maju dan
menunjukkan bagaimana keperawatan akan berkembang di masa depan. Teori
keperawatan sangat penting karena membantu memutuskan apa yang kita ketahui
dan apa yang ingin kita ketahui
2. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan
menggunakan pendekatan secara ilmiah melalui proses keperawatan secara umum
telah diterapkan pada sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Profesi keperawatan
ialah sebuah profesi yang kompleks, unik, holistik dan komprehensif. Pada
pelaksanaan prakteknya, seharusnya perawat selalu menggunakan acuan pada model
konsep dan berbagai teori keperawatan yang telah ada.
3. Karakteristik ilmu keperawatan meliputi beberapa hal, yaitu:
1. Pengetahuan umum (public knowledge).
4. Siapa saja yang mempunyai minat akan mampu mempelajari
ilmu keperawatan.
2. Objektif.
5. Ilmu keperawatan mampu menginterprestaikan objek yang
sama dengan cara yang sama hingga pada akhirnya akan diperoleh hasil yang
sama pula.
3. Abstraksi.
6. Ilmu keperawatan diperuntukkan bagi seluruh umat manusia
yang tidak akan lepas dari kebutuhan sepanjang hidupnya.
4. Konseptual.
7. Ilmu keperawatan memiliki konsepsi yang membangun dari
teori keperawatan. (Risna & Irwan, 2021)
Kerangka teori

Pelaksanaan asuhan keperawatan

Teori pencapaian tujuan


Pengetahuan pe- rawat mengenai dokumentasi asu- han keperawatan
Motivasi perawat
Persepsi perawat tentang supervisi kepala ruang

Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan

Pengkajian keperawatan
Diagnosa keperawatan
Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Sesuai Standar
Perencanaan keperawatan
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
Pendokumentasian asuhan keperawatan

Organisasi

Kebijakan dan peraturan RS


Standar asuhan keperawatan
Ketersediaan sarana
Insentif
Kepemimpinan

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian tentang supervisi kepala


ruangan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (NURHANNAH, 2021)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Menurut (Sartika, 2019) adalah pondasi utama pada proyek penelitian merupakan
jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan
dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara,
observasi juga survei literatur. Bahwa kerangka konseptual mendiskusikan mengenai
hubungan antar variabel yang sedang diteliti. Mengembangkan kerangka konseptual
membantu kita untuk menghipotesis dan menguji berbagai hubungan dan pengaruh
sehingga memperjelas pemahaman kita mengenai dinamika situasi yang kita teliti
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah melihat Hubungan supervisi kepala
ruangan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan rawat inap RSUD
Majene. Dalam penelitian ini diharapkan meningkatkan mutu pelaksanaan standar

asuhan keperawatan terutama dokumentasi asuhan keperawatan

V.Indevende V.Devenden

Supervisi kepala ruangan

Pelaksanaan dokumentasi
asuhan keperawatan

Efektivitas asuhan kepala


ruangan

Gambar 3.1 Kerangka konsep


B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang hendak
dicari solusi pecahan melalui penelitian, yang dirumuskan atas dasar pengetahuan,
pengalaman dan logika yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang
hendak dilakukan (Apriani, 2018).
Ada hubungan superpisi kepala ruagan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Majene
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriktif
korelasional dengan menggunakan desain cross-sectional yang merupakan rencana
penelitian dengan teknik wawancara, Pada penelitian didapatkan populasi Perawat yang
bertugas di ruangan. Peneliti mengambil data dengan teknik pengambilan sampel yaitu
Total Sampling untuk menentukan sampel dengan jumlah populasi 145 orang.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian ini di lakukan/dilaksanakan di RSUD Majene
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada 20 April 2022

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang
memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang telah ditetapkan dengan tujuan
untuk dipelajari dan di amati secara analisis kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua yang terlibat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Majene
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah serta karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dan sampel yang diambil dari populasi juga betul-betul representatif
(Sartika, 2019) yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
itu sendiri
Teknik yang di gunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah
teknik simple random sampling yaitu teknik penarikan sampel pada populasi.
Dengan menggunakan teknik simple random sampling mampu memberikan jawaban
yang lebih akurat terhadap populasi.
Untuk mengukur besaran sampel, peneliti menggunakan rumus slovin. Besaran
sampel yang akan di teliti sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N . e

Keterangan : n = jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = margin eror yang di toleransi

Dari rumus di atas di dapat angka sebagai berikut

145
¿ 2
1+145 (0,05 )

145
¿
1+145 (0,0025)

145
¿
1+ 0,36

145
¿
1, 36

= 106
Dalam penentuan jumlah sampel dan unit-unit sampel dari suatu populasi disebut sebagai
metode penarikan sampel dan untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili dengan baik
keadaan populasinya, diperlukan pemilihan metode pengambilan sampel yang tepat sesuai
dengan karakteristik populasi tersebut. untuk memahami pemilihan metode penarikan sampel
yang tepat, penentuan jumlah sampel dan langkah-langkah dalam penarikan sampel serta
penghitungan standard error-nya (Rawung, 2020)

D. Kriteria Subjektif Penelitian


1. Kriteria inklusi
a. Perawat yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun
b. Tenaga perawat yang tergolong sebagai tenaga perawat primer dan perawat
pelaksana
c. Tenaga perawat yang aktif masuk kerja selama penelitian berlangsung
d. Perawat yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Perawat yang sedang mengikuti pelatihan tugas belajar
b. Perawat yang sedang cuti atau sakit
Berdasarkan hal tersebut, sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang
memenuhi syarat inklusi berjumlah 145 orang

E. Alur Penelitian

Mulai

Survey pendahuluan

Studi pustaka

Penentuan metode penelitian

Pengurusan izin penelitian dan pengambilan data

Populasi : 145 orang


Sampel 145 orang

Pengolahan data

Hasil penelitian dan pembahasan

Kesimpulan dan saran


Gambar 3.Alur penelitian.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian suatu atribut atau sebuah sifat atau pun nilai-nilai seseorang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Adapun jenis-jenis
variabel dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Independen ( variabel bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel independen dalam penelitian ini
yaitu suvervisi dan kepala ruagan.
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas (Sugiyono,2018). Variabel terikat dalam penelitian ini ialah
pendokumentasian asuhan keperawatan.

G. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

N Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skal


o Operasiona Cara Ukur a
l Uku
r
1 Supervi supervisi Alat ukur kualitas Ordinal
si yang telah yang supervisi
dilakukan digunakan yang telah
oleh adalah dilakukan
supervisor kuesioner menurut
keperawatan yang terdiri persepsi
(tim patient dari 25 item perawat
safety, kepala pernyataan diukur
ruang, 3 berdasarkan
pengawas nilai mean/
keperawatan, median
dan kepala dikarenakan
seksi data
keperawatan) berdistribusi
untuk normal/ tidak
mengukur normal
kualitas sehingga hasil
supervisi ukur
berdasarkan dikategorikan
persepsi berdasarkan
perawat Cut Off Point
1. Baik jika
total nilai >
mean/
median
2. Kurang jika
total nilai <
mean/
median
2 Efektivitas informasi Alat ukur Perilaku Ordinal
asuhan dalam yang perawat
keperawatan proses digunakan dalam
dokumentas adalah mnerapkan
i asuhan kuesioner asuhan
keperawata dengan keperawatan
n beberapa serta
merupakan pertanyaan kelengkapann
pelaksanaan ya diukur
pengkajian berdasarkan
keperawata nilai mean/
n, diagnosa median
keperawata Baik jika total
n, intervensi, nilai > mean/
implementa median
si dan Kurang jika
evaluasi total nilai <
keperawata mean/ median
n

J. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya, meneliti merupakan kegiatan pengukuran terhadap fenomena
sosial maupun alam. Sehingga memerlukan alat ukur yang baik dan tepat, alat ukur
dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian, yang di maksud dengan
instrument penelitian itu sendiri adalah suatu alat yang di gunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang di amati. Adapun instrument yang akan digunakan
dalam penelitian ini ialah kuesioner.
Jenis alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan model
inventori yang telah di susun oleh peneliti sebelumnya.kuesioner ini telah di susun
berdasarkan pertanyaan yang berhubungan dengan supervisi dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis
kuesioner tertutup, kuesioner telah berisi penyataan-pernyataan yang disertai dengan
pilihan-pilihan jawaban.Adapun bentuk dan format item dalam kuesioner ini adalah
bentuk pernyataan dengan pilihan-pilihan.
1. Supervisi kepala ruangan
Pengukuran Supervisi kepala ruangan di lakukan dengan menggunakan
kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan dan jawaban atas pernyataan-
pertanyaan menggunakan skala Guttman yang dalam penelitian ini menggunakan 2
alternatif jawaban yakni jawaban benar dan salah.
2. Efektiitas
Pengukuran efektivitas dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
beberapa pertanyaan yang diadopsi dari penelitian , dimana jawaban atas pertanyaan
menggunakan skala likert yang dalam penelitian ini menggunakan 4 alternatif
jawaban yakni 4 jika sangat setuju, 3= sangat setuju, 2= kurang setuju, 1= tidak
setuju.

Pengukuran komitmen dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri


dari 10 item pertanyaan yang diadopsi dari penelitian , dimana jawaban atas
pertanyaan menggunakan skala likert yang dalam penelitian ini menggunakan 4
alternatif jawaban yakni 4 jika sangat setuju, 3= sangat setuju, 2= kurang setuju, 1=
tidak setuju.
3. Pendukumentasian asuhan keperawatan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dimana jika
diisi diberikan point 1 dan jika tidak diisi diberikan point 0. Lembar observasi ini di
bagi menjadi dua yakni lembar observasi untuk dokter meliputi lembar triase,
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dan transfer pasien sedangkan
untuk perawat meliputi lembar asesmen,catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT) dan nursing notes

K. Rencana pengolahan data


1. Editing
Editing adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau di kumpulkan.
2. Coding
Coding dilakukan dengan memberikan kode atau nomor untuk setiap kuesioner
yang dibagikan kepada responden untuk memudahkan entry dan analisa data.
3. Entry Data ( Pemasukan Data)
Kegiatan memasukkan data yang telah di kumpul ke dalam master tabel atau
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
4. Tabulating
Tabulasi ialah memasukkan data-data hasil dari penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai kriteria yang ditentukan skornya.
5. Cleaning Data ( Pembersihkan Data)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.
L. Analisis Data
1. Anilisis univariat
2. Analisi univariat dilakukan terhadap tiap variabel, dan data yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap
variable.
2. Bivariat
3. Analisi bivariat adalah analisi yang tujuannya untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
4.
M. Etika Penelitian
Terdapat 3 komponen yang merupakan prinsip etis di dalam penelitian atau juga
pengumpulan data ini yaitu;
1. Prinsip Manfaat
a. Penelitian ini di lakukan tanpa menimbulkan rasa penderitaan pada responden
baik fisik maupun psikis.
b. Bebas dari eksploitasi, peneliti menerangkan secara rinci dan spesifik tujuan dan
manfaat penelitian.
2. Prinsip Menghargai
a. Hak responden untuk diperlakukan secara manusiawi.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan serta perlakuan yang diberikan harus
menerangkan secara terbuka dan spesifik serta jaminan bebas dari segala risiko
disebabkan penelitian ini bersifat non eksperimental.
c. Apabila responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksakan.
3. Prinsip Keadilan
a. Untuk mendapatkan perlakuan yang adil, maka diperlakukan sama tanpa ada
diskriminasi apabila tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian
b. Hak kerahasiaan peneliti di haruskan untuk merahasiakan semua informasi
terkait dengan identitas responden
Menurut (Hendayani, 2019) Etika Penelitian sebagai berikut :
Informed Concent lembar persetujuan ), Anomity ( tanpa nama ), dan
Confidentiality ( kerahasiaan )

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E., Herawati, L., & Nofriadi. (2018). Faktor-Faktor Kelengkapan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Rsud Lubuk Sikaping. Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis E, 1(1), 2622–2256.

Ananda, Y., Asmawati, & Alkafi. (2018). Pengaruh Supervisi Kepala Ruangan Terhadap
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsu
Aisyiyah Padang Tahun 2018. Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 108–112.

Anggeria, E., & Maria. (2018). Hubungan Supervisi Dengan Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lantai 10 Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan
Tahun 2017. Jurnal Jumantik, 3(2), 78–97.

Anggraini, R. (2021). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan Pasien


Rawat Inap Di Rumah Sakit.

Apriana, R., Retnaningsih, D., & Pamungkassari, T. (2017). Hubungan Fungsi Pengarahan
Kepala Ruangdengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Rsud Dr.H Soewondo Kendal, 1–10.

Apriani, F. (2018). Pengaruh Kepedulian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Islam Anak
Dalam Keluarga Desa Nelan Indah Kecamatan Teramang Jaya Kabupaten Mukomuko.

Aristya, K. C. (2018). Hubungan Fungsi Kepemimpinan Kepala Ruang Sebagai Pengarah


Dengan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rsu Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Repository Universitas Muhammadiyah Jember.

Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh Pelayanan Asuhan Keperawatan Terhadap
Kepuasan Pasien Di Puskesmas Takalala Kabupaten Soppeng. Mirai : Journal Of
Management, 1(2), 33–57. Retrieved From
Https://Journal.Stieamkop.Ac.Id/Index.Php/Yume/Article/Download/231/123

D, H., Ni`Am, U., Hartinah, D., Purnomo, M., & Wizariah, T. (2020). Hubungan Pola
Supervisi Dengan Tingkat Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Oleh
Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsi Pati. Indonesia Jurnal Perawat, 1(1), 37–43.

Djala, F. L. (2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien


Rawat Inap Di Ruangan Interna Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Journal Of Islamic
Medicine, 5(1), 41–47.

Ede, L. R. A., Hadi, M., & Haryanto, R. (2020). Pengaruh Supervisi Klinik Terhadap
Kelengkapan Teknologi Informasi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Minggu Jakarta Selatan , 2019. Journal Health Society, 9(2), 103–108.

Fitrirachmawati. (2017). Hubungan Fungsi Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat


Menjalankan Sop Identifikasi Pasien Di Rsup Dr Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 3(2), 78–87.

Ginting, M., & Sinaga, J. R. (2019). Hubungan Pelaksana Supervisi Kepala Ruang Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan.
Jurnal Darma Agung Husada, V(April), 32–37.

Hakim, I. N. (2020). Penggunaan Ruangan Rawat Inap Di Rumah Sakit ( Studi Kasus :
Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama ), (September).

Hasmawati, Werdati, S., & Fatimah, F. S. F. (2018). Hubungan Antara Motvasi Dengan
Perilaku Perawat Dalam Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat
Inap Rsud Wates Kulon Progo Universitas Alma Ata Yogyakarta. Alma Ata Repository,
1–93.

Hendayani, W. L. (2019). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Di Ruangan Rawat Inap Interne Rsud Kota Padang, Xiii(5), 202–211.

Heriyati, Al-Hijrah, M. F., & Masniati. (2019). Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Umum Daerah Majene. Window Of Health : Jurnal Kesehatan, 2(3), 194–205.

Ilmi, M. H., Pujianti, N., & Sari, A. R. (2021). Literature Review : Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Di Rumah Sakit. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 8(1), 1–5.

Jumriati, Satrianegara, M. F., & Habibi. (2019). Pemanfaatan Kembali Pelayanan Kesehatan
Oleh Pasien Umum Rawat Inap Di Rumah Sakit Syekh Yusuf Tahun 2019. Higiene:
Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Kurnia, Y. (2018). Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Infus Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Solok.

Loblobly, E. M. (2021). Hubungan Karakteristik Perawat Dan Supervisi Kepala Ruang


Dengan Kepatuhan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Harapan
Magelang.

Mahatvavirya, R. W., & Girsang, E. (2021). Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Di Ruangan Rawat Inap Kelas 3. Jumantik (Jurnal
Ilmiah Penelitian Kesehatan), 6(3), 261–269.

Mentari, M., & Dewi, C. P. (2020). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Rumah Sakit
Dengan Pelayanan Rawat Inap Terbaik, 55–62.

Mongi, T. O. (2021). Hubungan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan


Dokumentasi Asuahan Keperawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 16, 173–179.

Mulat, T. C., & Hartaty, H. (2019). Pengaruh Peran Kepala Ruangan Terhadap Kinerja
Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Inap. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 44–50.

Muryani, Endang Pertiwiwati, H. S. (2019). Kualitas Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Di Ruang Rawat Inap (Studi Di Rsud Kalimantan Tengah). Nerspedia
Journal, 2(1), 27–32.

Nurhannah, S. (2021). Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di


Rsud Pandan Arang Boyolali.

Passya, P., Rizany, I., & Setiawan, H. (2019). Hubungan Peran Kepala Ruangan Dan
Supervisor Keperawatan Dengan Motivasi Perawat Dalam Melakukan Dokumentasi
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(November), 99–108.

Pranatha, A. (2020). Korelasi Supervisi Kepala Ruang Dengan Kelengkapan


Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud ’45 Kuningan.
Journal Of Nursing Practice And Education.

Pratiwi, M. (2019). Mplementasi Sistem Manajemen Mutu Pelayanan Keperawatan Melalui


Kepemimpinan Mutu Kepala Ruangan Di Rsud Raden Mattaher Jambi. Scientia
Journal, 8(1), 48–57.

Rahayu, S., & Sulistiawati. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Caring Perawat Di Rumah Sakit. Faletehan Health Journal, 5(2), 77–83.

Rawung, D. T. (2020). Metode Penarikan Sampel. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Badan
Pusat Statistik Ri, 17. Retrieved From
Https://Pusdiklat.Bps.Go.Id/Diklat/Bahan_Diklat/Ba_2144.Pdf

Rezkiki, F., & Ilfa, A. (2018). Pengaruh Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan Di Ruangan Non Bedah. Real In Nursing Journal, 1(2), 67.

Risna, & Irwan, M. (2021). Falsafah Dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi Keilmuan.
(Muadalifah, Ed.). Alauddin University Press.

Rusdiantoro. (2017). Tanggung Jawab Rumah Sakit Dan Tenaga Medis Rumah Sakit Dalam
Tindak Pidana Malpraktek. Ra1001 Forensic Medicine. Medical Jurisprudence. Legal
Medicine, 79.

Saragih, M. (2018). Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja


Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Askep. Jurnal Mutiara Ners, 1(1), 65–72.

Sartika, W. (2019). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja, Komitmen Kerja Dan Kinerja
Karyawan Pada Pt. Kaltimex Energy Medan.

Sembiring, G. C. N. (2020). Relasi Antara Supervisi Dengan Kualitas Pendokumentasian


Dalam Asuhan Keperawatan. Center For Open Science.

Silaen, M. N. (2018). Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Perawat


Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2017.

Simamora, H. R., Purba, J. M., Bukit, E. K., & Nurbaiti, N. (2019). Penguatan Peran Perawat
Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Melalui Pelatihan Layanan Prima. Jppm
(Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 25.

Sudarmadji, & Pratama, B. A. (2018). Pengolahan Data Pasien Pada Rumah Sakit Islam
Metro. Jiki (Jurnal Llmu Komputer & Lnformatika), 52–60.

Supratti, S., & Ashriady, A. (2018). Pendokumentasian Standar Asuhan Keperawatan Di


Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(1), 44.

Susiana, E. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Di Rsud Dr. Soetomo Surabaya. Ir - Perpustakaan Universitas Airlangga
Halaman (Vol. 30).

Sutris, Asda, P., & Syarifah, N. Y. (2022). Supervisi Kepala Ruangan Berhubungan Dengan
Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Rspau Dr. Suhardi Hardjolukito
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 291–302.

Ujung, H. (2019). Standar Asuhan Keperawatan. Retrieved From Https://Mfr.Osf.Io/Export?


Format=Pdf&Url=Https%3a//Files.Osf.Io/V1/Resources/Adpv8/Providers/Osfstorage/
5dfa3ea70236b8000c72c451%3fformat%3dpdf%26action%3ddownload%26direct
%26version%3d1

Widiatama, Y. (2018). Simulasi Perbaikan Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan Dengan
Pendekatan Lean Hospital Pada Rumah Sakit Umum ( Rsu ) Kabupaten Tangerang.
Jitmi, 1.

Wisuda, A. C., & Putri, D. O. (2020). Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 4, 230–238.

Woran, I. L., Tucunan, A. A. T., Maramis, F. R. R., & K. (2018). Hubungan Antara Supervisi
Dan Keamanan Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Noongan.
Jurnal Kesmas, 7(5).

Zulkarnain. (2017). Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan


Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Rsud Bima. Jisip (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 1(2).

Anda mungkin juga menyukai