Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MEMIMALISIR KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT

DENGAN MENGIKUTI SOP DI RUMH SAKIT


MUHAMMAD ANGGI ARDIANSYAH

Anggi.ayeee@gmail.com

Latar Belakang :

Pelayanan kesehatan utama adalah untuk memungkinkan setiap penduduk mencapai


kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab, dan etika profesi keperawatan. Ciri utama pelayanan keperawatan adalah menerapkan
proses keperawatan dengan pendekatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan serta berdasarkan etika keperawatan dengan metode sistematis dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Asuhan keperawatan yang diberikan tidak terlepas dari tindakan invasif. Keselamatan
pasien menjadi isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan
tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Supervisi dalam konteks
keperawatan dipahami sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Kecelakaan kerja pada perawat dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara global.
Kecelakaan tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja perawat.
Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya berdampak terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit.

Upaya ini dijalankan agar terhidar dari adanya risiko kecelakaan kerja (Astono, 2010).
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada
sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar
untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan
upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang
kembali.

Metode :

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah literature review, yaitu dengan cara
menganalisis, mengeksplorasi serta mengkaji jurnal yang membahas tentang Keselamatan dan
kesehatan kerja, Jurnal Alat perlindungan diri dan jurnal keperawatan.. Hasil kajian
menunjukkan bahwa dengan menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada perawat akan
mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit dan risiko cidera perawat. Tujuan penulisan
kajian ini adalah untuk mengetahui penyakit menular dan tidak menular yang beresiko pada
perawat dan cidera kecelakaan kerja pada perawat.

Hasil :

Berdasarkan hasil study literture yang saya baca bahwa Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Joko Pitoyo, Rudi Hamarno, Titis Elija Sa’adah penelitian didapatkan tingkat kepatuhan
perawat dalam menerapkan pedoman keselamatan kerja perawat adalah patuh sebanyak 52,94%
dan tidak patuh 47,06%. diketahui bahwa lebih dari setengah perawat (73,54%) mengalami
cidera ringan di kamar operasi, baik selama prosedur pembedahan maupun diluar prosedur
pembe- dahan, sisanya (11,76%) mengalami cidera sedang selama berada di kamar operasi.

Hasil analisis statistik dengan cross tabulasi antara kepatuhan perawat dengan kejadian
cedera didapatkan hasil uji statistik chi square didapatkan nilai signifikansi = 0,011 lebih kecil
dari  (0,05), maka H1 diterima sehingga ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam
menerapkan pedoman keselamatan kerja perawat dengan kejadian cedera pada perawat
instrumen.
Dalam melakukan pelayanan keperawatan, kepatuhan terhadap pedoman keselamatan
sangat membantu perawat dalam meberikan kinerja yang maksimal.

Dalam penilaian kejadian cedera pada perawat menggunakan lembar kuisioner yang
memuat riwayat cedera yang pernah dialami oleh selama 3 bulan terakhir. Dari 34 perawat yang
menjadi responden penelitian ada 4 perawat yang mengalami cidera sedang, pal- ing sering yaitu
pada kejadian dehidrasi, ketumpahan cairan kimia seperti formaldehida dan eter, merasakan
nyeri punggung, tersengat stik diatermi, hingga luka bakar akibat tersengat stik diatermi.

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman
dan kondisi tidak aman. Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengan tindakan yang tidak aman. Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang
dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai APD,
tidak mengikuti prosedur kerja, tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak
hati-hati, dimana dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan yang
mengakibatkan kehilangan hari kerja. Perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak dengan
komposisi hampir 60% dari seluruh petugas kesehatan di rumah sakit dan yang melakukan
kontak terlama dengan pasien. Perilaku keselamatan yang baik di kalangan perawat akan
berdampak baik bagi kejadian cedera yang terjadi pada perawat. Rumah sakit merupakan
tempat yang berbahaya bagi perawat. Perawat dapat terpapar berbagai macam risiko cidera dan
penyakit saat bekerja. Petugas kesehatan berisiko lebih tinggi mengalami kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja dibanding pekerja industri lain. Penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat kerja pada perawat selain disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak
aman (unsafe condition), juga dapat disebabkan oleh perilaku yang tidak aman (unsafe act).

Pembahasan :

Menurut analisi peneliti untuk meningkatkan melaksanakan pemasangan infus sesuai


dengan SOP makan diperlukan motivasi baik secara ekstrinsik maupu intrinsik. Motivasi
ekstrinsik dapat berupa dorongan atau dukungan dari supervisor kepada perawat pelaksana untuk
melaksanakan pemasangan infus sesuai dengan SOP dan motivasi instriksik merupakan kesaran
perawat pelaksana dalam pemasangan infus sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh RS.
Dalam penelitian ini diketahui rata-rata untuk pengetahuan asuhan keperawatan adalah 59,5%.
Pengetahuan yang diukur mencakup pengetahuan tentang asuhan keperawatan, proses
keperawatan, umum dan pengembangan professional perawat.

Sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan, profesi perawat tidak lepas dari berbagai faktor
risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit yang diakibatkan maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan yang menimbulkan bahaya terhadap kesehatan kerja (Health Hazard) maupun
bahaya keselamatan kerja (Safety Hazard) yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan yang
dapat menyebabkan kecacatan atau kematian . Pencegahan berbagai risiko tersebut harus
dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja

Maka dari itu, dibutuhkan kebijakan terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang jelas
dan efektif untuk mengurangi angka kecelakaan kerja. Kebijakan/peraturan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (Health and safety) merupakan persyaratan penting dalam penerapan sistem
manajemen K3 dalam rumah sakit. Kebijakan K3 ini merupakan bentuk nyata dari komitmen
manajemen terhadap K3 yang dituangkan dalam bentuk peryataan tertulis yang memuat pokok-
pokok kebijakan rumah sakit tentang pelaksanaan keselamatan kerja dalam rumah sakit.
Kebijakan tertulis ini secara tegas mengandung sikap dan komitmen manajemen K3. Penyusunan
kebijakan K3 dilakukan dengan mempertimbangkan hasil tinjauan awal yang telah dilakukan
sebelumnya, kemudian melakukan proses konsultasi antara pengurus dan wakil
pekerja/karyawan.

Kecelakaan kerja pada perawat dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara global (Maria,
2015). Kecelakaan tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja
perawat. Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya berdampak terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Menurut International Labour Organitation (ILO) setiap tahun sebanyak dua
juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan.
Rata-rata kompetensi pengetahuan asuhan keperawatan adalah 59,5%, kompetensi
pengetahuan proses keperawatan rata-rata sebesar 65,8%, kompetensi pengetahuan umum adalah
63,7% dan kompetensi pengetahuan pengembangan profesional perawat rata-ratanya adalah
66,8%. Dari seluruh nilai kompetensi pengetahuan perawat memperoleh nilai kurang dari 100%,
sehingga kompetensi pengetahuan perawat masih kurang. Menurut analisi peneliti supervisi
merupakan peran dari manajer atau kepala ruangan, yang mana supervisi bisa dilakukan secara
langsung dan tidak lansung. Proses supervisi yang baik harus dilakukan tepat waktu, sederhana,
minimal dan luwes, oleh karena itu seorang supervisor harus dapat menentukan waktu yang tepat
dalam melakukan supervisi guna untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja perawat
dalam melaksanakan pemasangan infus sesuai dengan SOP yang diteptapkan oleh rumah sakit.

Hasil penelitian memberikan gambaran tentang kepatuhan perawat dalam melaksanakan


SOP masih kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan masih tingginya nilai ketidakpatuhan dalam
observasi. Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat terhadap kepatuhan pelaksanaan SOP
yakni usia, lama kerja, tingkat pendidikan, motivasi dan persepsi. secara umum faktor motivasi
memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja, termasuk dalam hal ini adalah kepatuhan
terhadap SOP rumah sakit. Hal yang dapat diprediksi adalah yakni bila motivasi meningkat
maka kinerja juga akan meningkat. Penelitian lainnya menyatakan bahwa motivasi kerja juga
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan dengan pemberlakuan sistem terhadap
karyawan akan mempengaruhi kinerja.

Faktor predisposisi terjadinya infeksi nosokomial pada seseorang antara lain :Status imun
yang rendah. Tindakan invasif, misalnya intubasi endotrakea, pemasangan kateter, pipa saluran
bedah, dan trakeostomi.Pemakaian obat imunosupresif dan antimikroba.Transfusi darah
berulang.

Upaya yang harus dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi.

Penyebab kecelakaan atau cedera salah satunya adalah kebiasaan dimana terdapat suatu
keadaan lingkungan tidak aman atau tindakan yang tidak memenuhi keselamatan. Seringkali
kecelakaan merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut. Pada penelitian ini kejadian cedera
pada perawat bisa terjadi karena dipengaruhi oleh tindakan yang tidak memenuhi keselamatan
dalam hal ini adalah kepatuhan dalam menerap- kan pedoman keselamatan kerja. Hal ini sejalan
dengan penelitian Hidayat yang menyatakan bahwa perilaku tidak aman berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kecelakaan kerja.

Kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman keselamatan kerja perawat instrumen


dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan
pengalaman kerja yang telah dilalui.Penggunaan alat pelindung diri (APD) lengkap dengan cara
yang benar dapat menurunkan angka kejadian cedera di kamar operasi, sehingga perlu adanya
pengadaan APD standar dan sosialisasi penggunaannya kepada perawat. Guna meningkatkan
kepatuhan perawat dalam menerapkan pedoman keselamatan kerja untuk mengurangi angka
kejadian cedera, diharapkan adanya pelatihan terkait kesehatan dan keselamatan kerja rumah
sakit berkala setiap enam bulan agar peningkatan perilaku kesehatan dan keselamatan kerja dapat
bersifat permanen. Perlu dilakukan supervisi berkala setiap bulan untuk mengecek kepatuhan
perawat menerapkan standar prosedur operasional yang berlaku di ruangan, sehingga dapat
dilakukan evaluasi pedoman yang belum patuh dilaksanakan.

Perawat selain mengalami bahaya fisik dan kimiawi juga dapat mengalami cedera
ergonomik yang serius akibat memindah pasien. Perawat mempunyai peluang besar mengalami
low back pain (LBP) dan cedera muskuloskeletal di rumah sakit Direkomendasikan kepada
perawat untuk bersikap positif terhadap prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam bentuk mendukung/ menyetujui segala program K3 khususnya untuk pencegahan
kecelakaan kerja maka diusahakan adanya sikap yang pro aktif untuk mengaplikasikan ilmu baru
tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Semakin pro aktif mengaplikasikan ilmu
baru maka akan semakin bersikap positif tentang pelaksanaan K3 sehingga akan mengurangi
kejadian kecelakaan kerja.

Kepada pasien ataupun pengantar pasien dan pengunjung rumah sakit di berikan
informasi melalui media poster, pamflet dan banner. Rumah sakit juga telah melaksanakan
program ini sesuai dengan Kemenkes RI No 1087 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa rumah
sakit perlu memberikan informasi sarana yang terkait K3, informasi tentang resiko bahaya
khusus di tempat kerja tersebut, SOP Kerja, SOP peralatan, dan SOP penggunaan APD.
Faktor kepatuhan menggunakan APD :

- Hubungan Umur dengan kepatuhan Menggunakan APD


Perilaku merupakan perpaduan antara faktor internal yang terdiri dari kecerdasan,
persepsi, motivasi, minat dan emosi dan faktor eksternal yang terdiri dari obyek kelompok dan
hasil kebudayaan. Perilaku juga bergantung pada karakteristik atau faktor lain dari tenaga kerja
itu sendiri.

- Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Menggunakan APD


Masa kerja merupakan salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang membentuk
perilaku. Semakin lama masa kerja tenaga kerja akan membuat tenaga kerja lebih mengenal
kondisi lingkungan tempat kerja.

- Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Menggunakan APD


Berdasarkan observasi, masih terdapat tenaga kerja yang tidak tamat SMA.

- Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Menggunakan APD


Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam komponen person pada teori safety triad yang
akan mempengaruhi kepatuhan. Teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan
seharusnya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam
menggunakan APD

Penutup :

Hasil penelitian disimpulkan pelaksanaan tindakan belum sesuai SOP oleh perawat
pelaksana di rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SOP adalah motivasi dan persepsi perawat terhadap pekerjaannya. Persepsi perawat
terhadap pekerjaannya lebih mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan SOP
dibandingkan dengan motivasi perawat.

Daftar Pustaka :

Agustin, R. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning melalui Pengembangan Model


Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah,
2(1), 91-99
Febrina, W. (2018). PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TIMBANG
TERIMA PASIEN SESUAI SOP. Real in Nursing Journal, 1(2), 60-66

Harmatiwi, D. D., Sumaryani, S., & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 47-54

Hrp, E. R. (2019). MELAKSANAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DENGAN


BENAR DI RUMAH SAKIT.

Khairunnisak, P. (2017). Faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD perawat rumah
sakit islam ibnu sina Bukittinggi. Jurnal Human Care, 2(2).

Maria, S., Wiyono, J., Candrawati, E. (2015). Kejadian kecelakaan kerja perawat berdasarkan
tindakan tidak aman. Jurnal Care, 3(2), 9-17.

Nazirah, R., Yuswardi. (2017). Perilaku perawat dalam penerapan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di Aceh. Idea Nursing Journal, 8(3)

Putri, s. & Rahayu, S. E. P. (2018). PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PERAWAT RUMAH SAKIT.
Jurnal Endurance, 3(2, ) (271-277).

Ramdan. I. M., Rahman, A. (2017). Analisis resiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada
perawat. JKP, 5(3), 229-241.

Salawati, L. Taufik, N. H. & Putra, A. (2014). ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI
NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA, Volume 14, Nomor 3, 128-134.
Simamora, R. H. (2017). A strengthening of role of health cadres in BTA-Positive Tuberculosis
(TB) case invention through education with module development and video approaches in
Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera Indonesia. International Journal
of Applied Engineering Research, 12(20), 10026-10035.
Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat: Perawatan
penderita asam urat dengan media audiovisual. JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat), 6(1), 24-31.

Zaki, M. Ferusgel, A. & Siregar, D. M. S. (2018). FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) TENAGA
KESEHATAN PERAWAT DI RSUD DR. RM. PRATOMO BAGANSIAPIAPI KABUPATEN
ROKAN HILIR. Excellent Midwifery Journal, Volume 1, No. 2, 85-92.

Anda mungkin juga menyukai