Anda di halaman 1dari 8

Tugas : Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan

KECELAKAAN AKIBAT KERJA DAN


UPAYA PENCEGAHAN PADA PERAWAT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6
APRILIA LARASATI DUMBI
DEVI FITRYANI SASMITA MUSALIN
NURFAJRIANI GAGU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kecelakaan Kerja Pada Perawat


Perawat memainkan peran penting dalam sistem kesehatan suatu negara, terutama
menyediakan layanan perawatan dan kesehatan bagi pasien. Perawat  juga mempromosikan
cara hidup sehat kepada masyarakat dengan menawarkan layanan pendidikan, menjalankan
pemeriksaan kesehatan, bekerja dalam praktik, dan melakukan berbagai tugas tambahan
terkait kesehatan. Penelitian tentang rumah sakit di Amerika pada tahun 2017 telah
menunjukkan bahwa perawat memiliki tingkat insiden cedera dan penyakit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan profesi kesehatan lain (Dressner, 2017).
Kecelakaan kerja merupakan kejadian eksternal yang kebetulan, tiba-tiba, tidak
terduga yang terjadi selama jam kerja dan atau dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja.
Konsep kecelakaan kerja didasarkan pada fakta bahwa harus ada hubungan sebab akibat
antara peristiwa dengan cedera yang mengarah pada kerusakan fisik atau mental
(Ghahramani & Summala, 2015).
Kecelakaan Kerja pada perawat merupakan insiden yang terjadi pada perawat di
lingkungan tempat ia bekerja (Rumah Sakit, Puskesmas) yang dapat menyebabkan cedera,
dan juga bisa terjadi kematian. Contoh kecelakaan kerja berdasarkan definisi tersebut,
seperti perawat terpeleset (slip), tersandung (trip), dan terjatuh (fall).

2. Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit


Pada umumnya kecerobohan perawat merupakan dampak dari kecelakaan kerja,
perbandingan jumlah pasien yang tidak berbanding lurus dengan jumlah perawat,
kekurangan sumber daya, peralatan bahkan infrastruktur menjadi salah satu penyebab utama
kecelakaan.
Kecelakaan akibat kerja dapat terjadi ketika perawat melupakan atau melewatkan
tahapan sederhana namun berarti bagi kesehatan dan keselamatan pasien dan diri perawat
(Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010). Tahapan tersebut seperti perawat
tidak menggunakan prinsip one hand saat membuka dan menutup ampul maupun suntikan,
tidak menutup, memutar atau melepas jarum bekas dengan prinsip satu tangan dan tidak
membuang benda infeksius ke dalam wadah khusus infeksius yang telah disediakan.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang dialami oleh
perawat rumah sakit yang berkaitan dengan pekerjaannya. Dan kecelakaan ini dapat
berakibat terhadap kondisi kesehatan korban maupun rumah sakit. Kejadian kecelakaan
kerjanya pun bermacam macam ada yang kecelakaan saat membersihkan limbah jarum
suntik, ada juga saat menyuntikkan obat injeksi pada pasien, ada juga yang tidak memakai
sarung tangan dan terkena jarum di septic box dan lainnya.
Selain itu, dirumah sakit juga memiliki kendala dalam meminimalisir kejadian
kecelakaan kerja yaitu salah satunya minimnya atau kurangnya pengawasan yang dilakukan
terhadap pekerja hal ini juga di karenakan karena minimnya jumlah SDM yang ada di K3.
Penggunaan Alat pelindung diri (APD) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit. Adapun kecelakaan yang sering terjadi di Rumah
sakit , yaitu tertusuk jarum suntik akibat tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Kendala yang menyebabkan kecelakaan kerja di rumah sakit yaitu pihak K3 dalam
melakukan pengawasan belum maksimal. Sementara itu jumah SDM yang terbatas menjadi
masalah dalam terjadi kecelakaan kerja termasuk alat dan yang lainnya. Faktor pengawasan
yang dilakukan sejauh ini masih kurang tepat. Sementara itu walaupun upaya keselamatan
kerja dilakukan namun kecelakaan kerja masih terjadi yaitu salah satunya karna faktor
kelalaian pegawai dan alat. Namun faktor alat tidak berpengaruh besar pada kejadian
kecelakaan kerja lebih banyak faktor ketidakwaspadaan dari para pegawai rumah sakitnya.
Menurut Djati (2002), terdapat beberapa penyebab kecelakaan akibat kerja, antara lain
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di
lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industri Hygiene, yang mengatur agar
kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan
kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah kondisi yang
tidak aman.
b. Tindakan tidak aman (unsafe action): Menurut penelitian hampir 80 % kecelakaan terjadi
disebabkan factor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman
ini dapat disebabkan oleh:
 Karena tidak tahu: Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaiamana melakukan
pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahya-bahaya yang ada
 Karena tidak mampu atau tidak bisa: Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja
yang aman, bahaya¬bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang trampil dia
melakukan kesalahan
 Karena tidak mau: Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan
peraturan¬peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi
karena tidak mau melaksanakan melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya
tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.
Beberapa contoh tindakan yang tidak aman, antara lain meliputi : Menjalankan
sesuatu tanpa wewenang pekerja; Menjalankan sesuatu alat kerja dengan kecepatan
tinggi; Membuat alat pengaman diri tidak berfungsi: Mempergunakan peralatan yang
kurang baik; Pemuatan, penempatan, pencampuran secara berbahaya; Mengambil
kedudukan atau sikap yang salah; Mengancam, menggoda, sembrono, membuat terkejut;
Tidak menggunakan alat pelindung diri.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Perawat


a. Komunikasi
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik
lisan maupun tulisan. Rumah sakit seharusnya memberikan sosialisasi dan pelatihan
terkait program K3RS kepada tenaga kesehatan terkhusus perawat dengan
menjadwalkan program-program tersebut secara mendetail agar perawat yang
merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit dapat mempunyai pengetahuan
yang lebih mendalam lagi terkait K3RS yang dapat membawa manfaat, yakni mencegah
perawat dan tenaga kesehatan lainnya dari kecelakaan kerja dan kesalahan tindakan pada
pasien pun dapat di minimalisir. Selain itu, perawat harus mampu melaporkan apabila
terdapat penyakit akibat kerja yang dialami agar dapat segera diberikan penangan. Jika
perawat tak melakukan pelaporan, tak mendapat penanganan, dan ternyata penyakit
yang dialami perawat tersebut adalah penyakit menular, penyakit pada perawat tersebut
dapat tertular ke orang lain.
b. Sumber Daya, Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ketersediaan sarana dan prasarana seperti alat pelindung diri bagi petugas kesehatan
mendukung perawat untuk terhindar dari penyakit dan kecelakaan kerja. Alat-alat yang
mencukupi dan mudah diperoleh seperti pelindung diri seperti masker, apron,
handscoon, sepatu booth, kacamata google, dan topi. Dikarenakan terkadang perawat
enggan menggunakan alat pelindung diri disebabkan alat-alat yang ditempatkan jauh dan
kurang dapat dijangkau perawat saat hendak pergi ke ruangan pasien. Kondisi dari alat
pelindung diri yang disediakan dalam kondisi yang layak pakai membuat perawat juga
dapat menjadi faktor keinginan perawat dalam memakai alat pelindung diri. Kualitas
sumberdaya juga tentu berpengaruh di dalam bekerja. Perawat dan tenaga kesehatan lain
seharusnya mendapat pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja maupun secara berkala.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium
rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu dan pemeriksaan
kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurangkurangnya 1 tahun.

c. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja beresiko menjadi penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja. Faktor
lingkungan ini meliputi hal yang berhubungan dengan proses kerja secara langsung,
seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan yang dapat mengakibatkan
stress bahkan depresi pada perawat, peralatan keselamatan kerja yang kurang bahkan
tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengawasan. Faktor-faktor fisik di
rumah sakit yang dapat menjadi penyebab adalah kebisingan, penerangan yang tidak
sesuai seperti kurang pencahayaan atau terlalu silau, tekanan udara, dan aroma di tempat
kerja. Lingkungan kerja jika tidak ditanggulangi segera akan menyebabkan penyakit
akibat kerja atau kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh perawat. contoh akibat yang
ditimbulkan adalah perawat yang tertusuk jarum suntik ketika hendak menutup jarum
suntik tersebut. hal tersebut dapat terjadi ketika pencahayaan ruangan yang kurang yang
menyebabkan perawat tak terlalu mampu melihat dengan jelas.
d. Standar Operasional Procedure (SOP)
Standar Operasional Prosedur dibutuhkan agar perawat dapat mengetahui prosedur kerja
yang harus dilakukan, sebagai standarisasi cara yang dilakukan perawat dalam
menyelesaikan pekerjaannya, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
dilakukan dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan rganisasi secara
keseluruhan. Di tiap rumah sakit dan ruangan harus tersedia Standart Operasional
Prosedur (SOP) dan sudah didokumentasikan sehingga Standar Operasioanl Prosedur
kerja dapat dilihat setiap saat karena sudah tersusun rapih dan mudah diliat, dan SOP
hendaklah diperbaharui untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang ada.

e. Komitmen
Komitmen penting sekali dimiliki oleh perawat dalam bekerja. Perawat harus
mempunyai pengetahuan dan komitmen bahwa perawat tak hanya melindungi dan
merawat pasien saja, tetapi juga harus melindungi dirinya juga di dalam bekerja.
Komitmen di dalam melakukan tindakan sesuai dengan SOP, di dalam menggunakan
alat pelindung diri, melakukan cuci tangan, mengikuti pemeriksaan kesehatan,
menerapkan program K3RS dengan baik, dan mematuhi peraturan rumah sakit. Perawat
tak boleh bersikap acuh tak acuh, meskipun itu mengenai dirinya. karena yang akan
perawat lakukan kepada pasien adalah merawat, jika perawat yang sakit bekerja bukan
tidak mungkin penyakitnya akan menular dan juga mempengaruhi kinerjanya di dalam
merawat pasien.

4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja


Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kecelakaan akibat kerja yaitu:
a. Substitusi pengenalan lingkungan kerja dengan cara mengkaji dan mengenali potensial
bahaya lingkungan kerja, kemudian mengganti perlengkapan kerja yang tidak wajar
digunakan (Ghahramani & Summala, 2015). 
b. Pelajari lingkungan kerja dalam hal ini menilai karakter serta besarnya potensi-potensi
bahaya yang mungkin muncul sehingga dengan mudah Rumah Sakit memprioritaskan
dalam penanganan permasalahan yang lebih potensial.
c. Pengendalian lingkungan kerja dengan bertindak mengurangi bahkan juga
menghilangkan pajanan pada masalah kesehatan tenaga medis di lingkungan kerja
dengan menggunakan teknologi pengendalian (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011).
d. Tidak hanya perawat yang harus menerapkan prinsip tersebut namun juga Rumah Sakit
juga harus menerapkan manajemen kesehatan serta keselamatan kerja di dalam Rumah
Sakit. Manajemen kesehatan serta keselamatan kerja rumah sakit menyertakan semua
unsur manajemen, tenaga kesehatan, karyawan serta lingkungan kerja yang terintegrasi
menjadi usaha pencegahan serta mencegah kecelakaan kerja akibat kerja di lingkungan
rumah sakit agar lingkungan kerja aman, sehat dan bebas dari pencemaran paparan
lingkungan kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efesiensi serta produktifitas
kerja.
Daftar Pustaka
https://www.e-jurnal.com/2014/11/pengertian-kecelakaan-kerja.html?m=1
https://files.osf.io/v1/resources/rpqg6/providers/osfstorage/5f941bf310172100a8a42ed0?
action=download&direct&version=1
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/478/482
file:///C:/Users/Asus/Downloads/Salsabila%20Mumtaza%20Nasution_191101122_PENYAKIT
%20DAN%20KECELAKAAN%20AKIBAT%20KERJA%20PADA%20PERAWAT%20DI
%20RUMAH%20SAKIT%20DAN%20FAKTOR%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai