DI SUSUN OLEH :
NIM : PO.71.20.2.19.015
TINGKAT : III.A
TAHUN 2022
1. Perawat dan tanggung jawab perawat dalam kesehatan kerja di perusahaan,
rumah sakit, puskesmas, dan tatanan kominitas.
Meskipun tidak didapatkan angka yang pasti jumlah perawat yang bekerja di
perusahaan atau industri, namun data dari Kemenakertrans menunjukkan bahwa sejumlah
7.0 lebih perawat telah mengikuti pelatihan HIPERKES (Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja). Angka ini belum ditambah para penggiat kesehatan kerja lainnya seperti
perawat akademisi dan para pemangkukebijakan.
Melihat kondisi perawat kesehatan kerja saat ini, tugas, peran dan fungsi serta perawat
kesehatan kerja tersebut di atas organisasi profesi perawat kesehatan kerja yang dibentuk
seharusnya mandiri/berdiri sendiri, pada bidang khusus keperawatan kesehatan kerja. Karena
pada dasarnya profesi Perawat kesehatan kerja adalah spesifik, dengan cakupan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya mempunyai kekhususan yang tidak bisa digantikan oleh
profesi lain.
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat
dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah permasalahan yang sangat penting dalam
setiap pelayanan kesehatan sehingga keselamatan merupakan tanggung jawab dari pemberi
jasa pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan di setiap unit perawatan baik akut
maupun kronis harus berfokus pada keselamatan pasien baik dalam tatanan rumah sakit.
Penerapan keselamatan pasien ini dapat terlaksana dalam setiap tugas dan tanggung jawab
yang akan dilakukan oleh perawat.
Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya
selama melaksanakan tugas baik di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat.
Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang melaksanakan dinas, perawat dituntut
bertanggung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat memiliki
peran dan fungsi yang sudah disepakati. Tanggung jawab perawat erat kaitannya dengan
tugas tugas perawat. Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar serta
mengutamakan dan mengoptimalkan keselamatan pasien. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan K3RS diantaranya yaitu :
Pengalaman, pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek. Salah satunya adalah
masa kerja. Semakin lama masa kerja perawat maka pengalaman yang dimiliki juga semakin
meningkat sehingga perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih baik.
Selain itu pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai sosialisasi maupun pelatihan
tentang K3 yang dilakukan oleh pihak rumahsakit.
Faktor selanjutnya yang ikut berperan dalam perubahan perilaku perawat yaitu
tersedianya fasilitas yang mendukung sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Faktor
enabling (fasilitas keamanan dan keselamatan, hukum/aturan) pada perawat berpengaruh
terhadap K3 pada perawat dalam penanganan pasien. Nilai yang paling tinggi pada faktor
enabling berada pada komponen hukum/aturan, artinya secara umum perilaku seseorang
dipengaruhi oleh aturan yang ada di lingkungannya. Selain beberapa faktor diatas, budaya
organisasi juga berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan,
dimana budaya organisasi yang baik akan mendorong perawat untuk bekerja sesuai dengan
prosedur yang telah ditetentukan (Notoadmodjo, 2010)
Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit tidak
lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak manajemen atas
dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk mendukung pencapaian zero
accident di rumah sakit. Dalam melaksanakan setiap Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tersebut, para pekerja rumah sakit mempunyai resiko untuk terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Hal ini disebabkan karena Penyakit
Akibat Kerja (PAK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit dapat
menyerang perawat. Perawat mempunyai resiko untuk terpapar bahan biologi berbahaya
(biohazard), dan kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable aquipment) seperti tak
sengaja tertusuk atau tersentuh jarum suntik bekas maupun selang infus bekas, terpapar virus
langsung dari pasien, kontak dengan benda-benda yang terpapar virus, tak sengaja tersentuh
cairan dari pasien yang terinveksi virus, dan masih banyak yang lainnya.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi perawat di dalam terkena penyakit akibat
kerja di rumah sakit, salah satunya adalah masih adanya petugas kesehatan yang tidak
memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan saat melakukan tindakan di Instalasi
Gawat Darurat, pencahayaan yang kurang di ruang pasien yang dapat menyebabkan
penglihatan perawat kurang dalam melakukan tindak yang dapat mengakibatkan terjadinya
kesalahan tindakan bahkan dapat menimbulkan penyakit atau cedera pada perawat ataupun
pada pasien, masih ada perawat yang tidak memakai desinfektan ketika sebelum dan setelah
menangani pasien, dan masih banyak faktor-faktorlainnya.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja yang terjadi pada perawat di rumah sakit tak hanya merugikan
perawat saja, tetapi dapat juga menyebabkan kerugian pada pasien dan orang-orang yang
berada di rumah sakit. Penyakit menular yang diderita perawat dapat tertular ke orang-orang
yang berada di rumah sakit, dan jika cedera atau penyakit tidak menular yang terjadi pada
perawat dapat menyebabkan kineja perawat menurut di dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4. Hal dan prinsip ergonomic yang harus diperhatikan perawat dalam
menjalankan peran dan tanggung jawabnya di perusahaan, rumah sakit,
puskesmas, dan tatanankominitas
5. Resiko dan bahaya yang akan dihadapi dan dapat mengancam perawat
dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya di perusahaan, rumah
sakit, puskesmas dan tatanakesehatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja di Rumah Sakit dan fasilitas medis
lain tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Disadari atau tidak,
di lingkungan RS ada banyak sediaan bahan, alat dan proses kerja yang berpotensi
membahayakan. Angka Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di RS juga cukup tinggi. Salah satu
tempat yang memiliki potensi berbahaya adalah rumah sakit. Banyak perawat yang terpapar
bahaya akiat Pada dasarnya pekerjaannya. permasalahan tersebut timbul akibat lemahnya
pihak manajemen dalam menjalankan K3 RS dengan baik dan benar, dan tingkat kesadaran
pekerja RS akan K3 yang masih kurang. Di samping itu berbagai masalah K3 kurang
mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Sebagai perawat ada banyak bahaya (hazard)
yang bisa di alamiselama berada di rumah sakit.
Hazard merupakan perubahan atau tindakan yang berpotensi meningkatkan risiko
insiden pada pasien yang dapat berpotensi menimbulkan bencana tetapi tidak semua bahaya
selalu menjadi bencana. Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk
Assessment) serta Pengendalian Risiko (Risk Control) yang di singkat dengan HIRARC
adalah suatu elemen pokok dalam sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berhubungan dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Keseluruhan proses dari
HIRARC yang disebut juga dengan manajemen risiko (risk management), yang selanjutnya
akan menghasilkan dokumen HIRARC yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Ada 5 faktor yang bisa menyebabkan para pekerja mendapatkan
bahaya(hazard) ketika sedang bekerja. 5 faktor tersebut terdiri dari:
1) faktorkimia
2) faktorfisika
3) faktorbiologi
4) faktor lingkungankerja
5) faktorpsikologi
Sebagai seorang perawat yang memiliki banyak peran, dan banyak menghabiskan
waktu di rumah sakit tidak heran apabila sering terjadi bahaya atau kecelakaan yang terjadi
selama dalam proses kerja. Bahaya yang terjadi bisa berupa ahaya fisik, biologi dan
lain lain. ada banyak faktor yang bisa membahayakan perawat. Faktor-faktor tersebut antara
lainyaitu:
1) Bahaya biologis Didefinisikan untuk dimasukkan luka laserasi, luka yang tajam, kontak
langsung dengan spesimen yang terkontaminasi bahan biohazardous, bioterorisme, yang
ditularkan melalui darah patogen, penyakit infeksi, penyakit udara, penyakit vektor yang
ditanggung, dan kontaminasi silang dari materialkotor.
2) Bahaya nonbiologis Didefinisikan untuk termasuk fisik, psikososial, dan ergonomis
bahaya: bahaya fisik termasuk slip, perjalanan, jatuh, luka bakar, fraktur, radiasi dari
sinar-x, kebisingan, dan radiasinonionisasi.
Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tingkat
kesehatan yang optimal merupakan derajat kesehatan setinggi –tingginya sesuai dengan
lingkungan yang perlu dicapai agar asyarakat dapat bekerja lebih produktif dan hidup sesuai
dengan martabat, kesehatan sendiri, kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan. terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Upaya yang dapat di lakukan dalam mencapai kesehatan perlu
memperhatikan faktor risiko terkait masalah kesehatan yang terjadi.
Menurut National Institute for Occupational Health and Safety (NIOHS, 2006)
menyatakan bahwa penyakit dan kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja diakibatkan oleh
lima faktor. Kelima faktor tersebut adalah:
(1) faktor kimia, contohnya cairan, gas, partikel, debu, uap dan serbukkimia.
(2) faktor fisika antara lain gelombang elektromagnetik, radiasi ion, kebisingan,
getaran, panas, dandingin.
(3) faktor biologi, seperti serangga, bakteri patogen,jamur.
(4) faktor lingkungan kerja, seperti gerakan monoton, kelelahan, ketegangan
otot/boredom.
(5) faktor psikologi yaitu, stress, hubungan yang kurang harmonis antar pekerja
atau hubungan yang kurang harmonis antara staf denganatasan.