Masalah tunggal yang terbesar ketik memberikan pelayanan jenis ini adalah
banyaknya waktu yang dihabiskan untuk dokumentasi sebesar 50% dari seluruh waktu
keperawatan perawatan di rumah (Braunstein, 1993). Survei terhadap sembilan lembaga
yang dilakukan oleh Community Health Accrediation Program (CHAP) yaitu “In Search of
Excellence in Home Care Project”. Menemukan bahwa 44,3% staf berespons terhadap
penelitian ini, 23,1% menyatakan setuju dan 21,2% menyatakan sangat setuju bahwa
mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan tulis menulis dari pada untuk
merawat klien. Sedangkan yang merasa bahwa pekerjaan tulis menulisnya dapat diatur
hanya 68,7%. Administrator dan penyelia pada agen yang sama setuju dengan staf meraka.
Dari 45,6% manajer yang berespons terdapat penelitian ini, 32,4% yang menyatakan setuju
dan 13,2% sangat setuju bahwa karyawannya yang merawat pasien menghabiskan lebih
banyak waktu untuk pekerjaan tulis menulis dari pada untuk merawat pasien.
Dahulu tujuan dokumentasi di rumah adalah untuk pelayanan dan catatan legal, serta untuk
menyegarkan ingatan klinisi tentang apa yang sudah dilakukan untuk klien. Dokumentasi
yang dilakukan secara manual biasanya dalam bentuk naratif dan cuplikan daftar tugas.
Tetapi, tulisan tangan terkadang tidak dapat dibaca, dapat terjadi kesenjangan dalam
mencatat pemberian pelayanan, dan data yang sama dapat dimasukkan di beberapa tempat
dalam catatan tersebut oleh petugas dari berbagai disiplin ilmu. Definisi istilah dansingkatan
sering tidak distarndarisasi, sehingga memungkinkan terjadinya inpretasi dan salah
interpretasi.
Tetapi, karena tekanan untuk memberi pelayanan secara lebih efisien serta adanya
peningkatan tanggung jawab terhadap konsumen dan pembayar perawatan dirumah., maka
dokumentasi perawatan di rumah telah menjadi alat pengambilan keputusan dan alat
informasi-tidak hanya catatan harian untuk mendokumentasikan apa yang terjadi pada
psien. Oleh karena itu pencatatan tidak hanya berisi refleksi yang akurat tentang intervensi
keperawatan, tetapi juga memberi jalan yang efektif tentang semua elemen dalam ketentuan
perawatan dan analisis hasil. Alasan untuk melaksanakan hal ini adalah sifat perawatan
dirumah dan industri perawatan di rumah, seperti yang didiskusikan pada poin-poin berikut :
1. Perawatan diberikan di rumah pasien dan karena itu tidak disaksikan oleh siapapun
kecuali oleh orang yang memberi perawatan, pasien, dan mungkin keluarga pasien.
Orang lain tidak mungkin mengobservasi apa yang sudah terjadi; oleh karena itu
satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang sudah terjadi adalah dengan
membaca apa yang terdapat dalam catatan.
2. Catatan merupakan landasan perawatan berdasarkan bukti dan program
penatalksanaaan kualitas lembaga; penilaian untuk penggantian biaya ke lembaga
tersebut dari medicare; medicaid, dua organisasi manajemen perawatan, dan dasar
perlindungan hukum. Saat ini lembaga perawatan di rumah harus mampu menelaah
intervensi dan menganalisis hasil untuk terus memperbaiki tingkat pemberian
perawatan. Lebih jauh lagi, tanpa dokumentasi yang tepat mengenai keseriusan
kondisi pasien, harapa pasien dan keluarga, intervensi keperawatan, reaksi pasien
terhadap intervensi, dan hasil intervensi, lembaga tersebut tidak memiliki jalan lain
untuk menghadapi penyangkalan penggantian biaya yang menyebabkan kerugian
finansial. Lembaga dan pemberi perawatan juga hanya memiliki sedikit cara untuk
menghadapi tuntutan hukum.
3. Karena catatan adalah satu-satunya cara untuk mengidentifikasi perawatan yang
diberikan dirumah, pencatatan yang tidak lengkap atau tidak akurat dapat mengubah
gambaran keselururhan masalah yang sedang dihadapi, intervensi yang digunankan,
dan respon pasien. Kebutuhan terhadap gambaran yang komprehensif meliputi
perawatan preventif sebagik keterampilan pemberian pengobatan.
4. Pencatatan komprehensif diperlukan untuk komunikasi yang akurat dan untuk
kontinuitas perawatan. Tim perawatan dirumah terdiri dari perawatan, ahli terapi,
pembantu, petugas sosial, ahli gizi, dan dokter. Orang-orang tersebut jarang berada
di rumah pada waktu yang bersamaan. Lembaga pelayanan lain, terutama lembaga
pelayanan sosial, seperti Meals on Wheels atau pelayanan perawatan orang dewasa
lainnya, juga memberi pelayanan perawatan di rumah. Kebutuhan atau komunikasi
dan kontinuitas perawatan terus menjadi hal yang sangat penting sejalan dengan
berkembangnya industri perawatan di rumah dan pemberian pelayanan menjadi
semakin terfragmentasi. Sebagai contoh, penggunaan perjam perawat serta rotasi
staf untuk akhir pekan dan liburan merupakan tren terbaru yang meningkatkan
jumlah perawat yang merawat pasien. Tidak hanya dokter, perawat adalah manajer
kasus; oleh karenan itu perawat adalah orang yang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan perawatan pasien. Itu sebabnya mengapa dokumentasi perawat
menjadi faktor penting dalam mempertahankan kontinuitas perawatan dan menjadi
bukti komunikasi informasi yang signifikan kepada dokter.
HAL-HAL YANG MEMENGARUHI DOKUMENTASI PERAWATN DI RUMAH
Dokumentasi yang berhubungan dengan perawatan klinis pasien di rumah dipengaruhi oleh
standar profesional regulasi, lingkup perawatan, masukan pasien, set data yang dipilih untuk
digunakan, kebutuhan fiksial, dan masalah hukum.
Standar profesional dan regulasi mencangkup kompetensi profesional; oleh karena itu
menjadi satu-satunya cara untuk mengukur kualitas asuhan keperawatan. Pada tahun 1986,
American Nurses’ Assosiation (ANA) menbuat standar yang spesifik untuk keperawatan di
rumah berdasarkan proses keperawatan (ANA,1986). Ada juga badan akreditasi utama
yang telah menerbitkan standar yang berkaitan dengan operasional lembaga kesehatan di
rumah: CHAP (1993) dan Joint Communition for the Accreditation of Healthcare
Organization. Organisasi-organisasi regulasi ini memiliki persyaratan yang hampir sama
untuk dokumentasi. Sebagai contoh, standar CHAP, yang terakhir direvisi tahun 1993,
mensyaratkan bahwa catatan klinis harus berisi hal-hal berikut :
Sumber rujukan
Data dasar pasien dan kelurga, termasuk data-data fisik, psikososial, dan lingkungan
Orang yang dapat dihubungi seandainya terjadi hal darurat atau kematian
Masalah klien, rencana pengobatan, serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang
Tindakan keselamatan
Keterbatasan fungsional
Nama dokter
Catatan kliis tepat waktu yang di tanda tangani oleh individu yang memberikan
pelayanan
Kotak 13-4
Saat ini pasien berada dalam tingkat memori yang waspada, terorientasi, paham, konsentrasi,
dan segera tergadap perintah yang sederhana. Segera terhadap perintah yang sederhana.
1. Memerlukan (isyarat, pengulangan, perinagtan) yang tepat hanya dibawah kondisi stres
atau kondisi yang tidak biasa
2. Memerlukan bantuan dan beberapa petunjuk dalam situasi khusus (misal. Semua tugas
melibatkan pengalihan perhatian), atau secara tetap memerlukan lingkungan dengan
stimulus rendah distraktibilitas
3. Sengat memerlukan bantuan dalam situasi rutin; tidak waspada dan tidak terorientasi
atau tidak bisa mengalihkanperhatian dan mengingat petunjuk lebih dari separuh
waktu yang disediakan
Yang komprehensif, maka pertanyaan OASISI haru diintegrasikan dengan cepat secara
tertulis ke dalam format pengkajian milik lembaga yang sudah ada dengan menghilangkan
pertanyaan yang sama. OASIS merupakan alat untuk mengumpulkan data yang sama dari
semua pasien sehingga hasilnya dapat diukur dan dibandingkan baik di dalam lembaga itu
sendiri maupun antar lembaga.
Lingkup Perawatan
Frekuensi kunjungan
Prognisis
Potensi rehabilitasi
Keterbatasan fungsi
Status mental
Kebutuhan nutrisi
Tindakan keselamatan
Agar bersifat komprehensif, rencana perawatan pasien yang merupakan hasil masukan tim
dari konferensi kasus, seperti yang digambarkan pada gambar 13-7, harus mencakup lebih
dari sekerdar maslah fisiologis pasien. Hal tersebut merupakan masalah fisiologis pasien.
Hal tersebut merupakan masalah yang paling objektif dan paling sederhanan untuk
diobservasi, dideskripsikan, dan diobati serta paling mudah untuk mendapatkan
penggantinya baya. Tetapi, beberapa area lain juga memengaruhi pasien serta harus
dipertimbangkan untuk memastikan kualitas intervensi dan hasil terhadap masalah fisik.
Aspek penting yang harus dihadapi meliputi lingkungan, pemberi perawatan, sikap pasien
dan keluarga, serta memberi sumber-sumber yang diperlukan dan yang tersedia, termasuk
kebutuhan pasien.
Lingkungan
Hewan peliharaan yang ada dirumah, termasuk jenis, jumlah, dan tempat tinggalnya
(msl. Di dalam rumah, di teras atau dihalaman belakang)
Pemberi Perawatan
Banyak perawatan yang dilakukan oleh orang lain baikm yang tinggal serumah maupun
tidak. Orang-orang itu bisa saja memiliki keterbatasan dalam usia, ketidakmampuan fisik,
atau keterbatasan waktu (msl.pegawai). karena perawatan pasien bergantung kemampuan
pemberi perawatan, maka diperlukan dokumentasi yang menggambarkan karakteristik
pemberi perawatan utama. Catatan tersebut mencakup hal-hal berikut :
Nama, alamat, dan nomor telepon orang dapat dihubungi untuk mengatur perawatan
Nama, alamat, dan omor telepon pemberi perawatan utama (jika berada dengan
yang diatas)
Nama, hubungan, alamat, dan nomor telepon keluarga terdekat yang bertanggung
jawab atas pasien jika terjadi kedaruratan
Sikap pasien, keluarga, dan sukarelawan lain yang membantu perawatan pasien dapat
memengaruhi baik kemampuan pasien untuk membaik. Ketika menentukan hasil, sebagai
contoh, hasilyang realistik harus dipertimbangkan dalam konteks upaya yang inginatau
mampu dilakukan pasien. Peran peratat adalah untuk menginformasikan pada pasien pro
dan kontak pilihan yang ada dan untuk mendukurng upaya-upaya yang dilakukan pasien,
tanpa memedulikan pilihan yang dibuat oleh pasien. Mendokumentasikan status emosi dan
sikap pasien, serta orang lain yang terlibat merupakan hal penting, yang mencakup hal-hal
berikut (Eggland,1993):
Sejauh mana kondisi pasien sudah mengubah jadwal kerja, pekerjaan, atau aktivitas
pendidikan pasien, pemberi perawatan, dan anggota keluarga lainnya
Adanya interaksi keluarga yang berubah karena kondisi pasien, pengobatan, atau
perawatan
Kemampuan keluarga dan anggota keluarga lain untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan perawatan pasien, dan bagaimana tuntutan tersebut telah mengubah hidup
mereka, seklaipun hanya sementara
Community Nursing Service MULTIDISIPLINARY CASE CONFERENCE Client
Signature present at M : Medcal Record Nmer
MDCC Date
Recertification Date
Start of Care Date
Previus Discharges
Funding
Team Specialty
Ase Manager
Physician
Supervisi
Diagnosis
NUTRITION PHARMACY
Provider : Visit Frequency : Provider : Visit Frequency :
Qualifyng Skill : Qualifyng Skill :
Progress toward goals : Progress toward goals :
Expected Outcome :
Treatment Plan :
Expected Discharges Date :
SPEECH THERAPY
Provider : Visit Frequency : Treatment Plan :
Qualifyng Skill :
Progress toward goals :
New Continuing Concerns : Expected Outcome :
Keberhasilan perawatan dirumah tergantung dari pembentukan kekuatan pasien yang sudah
ada dan kemungkinan penggunaan sumber-sumber tambahan lainnya, termasuk sumber-
sumber pelayanan dan produk. Penggunaan hal-hal tersebut sangat penting; oleh karena itu
catatan yang dibuat harus mencakup kekuatan pasien, yaitu sebagai berikut :
Nama, alamat, dan nomor telepon teman-teman atau tetangga yang dapat
membantu jika diperlukan
Perilaku koping
Nama dan nomor telepon orang yang dapat dihubungi untuk pelayanan khusus,
seperti Meals on Wheels
Suplai dan peralatan yang diperlukan untuk perawatan pasien (msl. Peralatan
ostomi, tempat tidur rumah sakit, kursi roda)
Penyuluhan pasien, termasuk instruksi verbal dan tertulis serta demonstrasi yang
diberikan kepada pasien dan keluarga
Demostrasi ulang dan verbalitas pemahaman terhadap instruksi oleh pasien dan
keluarga
Dokumentasi perawatan fisiologis hampir sama dengan yang ada di lingkungan klinis
danharus mencakup skrining risiko yang tepat untuk area-area seperti nutrisi dan infeksi.
Daftar berikut ini menurunjukkan informasi kunci lain yangharus dimasukkan dalam
dokumnetasi tesebtu (Eggland, 1993):
Tanda-tanda vital
Deskripsi kondisi pasien, perubahan kondisi pasien, keluhan lain, dan potensi
komplikasi yang berhubungan dengan diagnosis yang terindentifikasi
Pemnyuluhan pasien, termasuk instruksi verbal dan tertulis serta deminstrasi yang
diberikan kepada pasien dan keluarga
Demonstrasi ulang dan verbalisasi pemahaman terhadap instruksi oleh pasien dan
keluarga
Salah satu kerangka kerja mengatur informasi perawatan di rumah adalah Omaha
Classification System (OCS), yang dibuat oleh staf dan manajemen Visiting Nurse
Association of Omaha. Pada awalnya dibuat oleh perawat komunitas untuk digunakan di
lingkungan kesehatan komunitas. Sistem ini terdiri dari tiga bagian, yang telah
dideskripsikan oleh martin dan scheet (1992): (1) Problem Classification Scheme (skema
klasifikasi masalah); (2) Rating Scale for Outcomes (skala penilaian hasil); dan (3)
Interventition scheme (skema intervensi).
Rating Scale for Outcome (skala penialian hasil) adalah lima poin skala likert yang
mengukur perkembangan pasien dalam tiga konsep: pengetahuan, perilaku dan status.
Skala ini digunakan dengan setiap diagnosis keperawatan yang terdapat dalam Problem
Scheme (skema masalah) untuk mengevaluasi perkembangan pasien dengan interval
waktu yang terattur, contohnya pada saat masuk, pada saat pertengahan pengobatan, dan
pada saat pemulangan. Sebagai contoh, ketika mengevaluasi “gangguan kesadaran” pada
skala 1 samapai 5 untuk pengetahuan, level1 akan dipilih jika keluarga tidak mengenali
perubahan status dan level 5 akan dipilih jika keluarga memahami gejala-gejala akhir dan
mengantisipasi perubahan selanjutnya.
Interventition scheme (skema intervensi) adalah taksonomi kategori dan target yang
digunakan bersama diagnosois yang ada dalam problem scheme (skema masalah), dan
berguna untuk pembentukan rencanademi keberhasilan kunjungan. Skema ini dibagi
menjadi tiga level abstrak. Level pertama terdiri dari empat area besar yang
menggambarkan tindakan keperawatan kesehatan komunitas: (1) penyuluhan, bimbingan
dan konseling kesehatan; (2) pengobatan dan prosedur; ((3) manajemen kasus; (4)
pengawasan. Level kedua terdiri dri target menggambarkan lebih jauh intervensi selanjutnya
(msl. Perawatan jantung, merawat, danketerampilan menjadi orang tua). Level ketiga dari
skema tersebut terdiri dari informasi khusus tentang klien yang diperoleh atau tenaga
kesehatan profesional.
Satu hal yang hilang dari OCS adalah penentuan intensitas keperawatan (msl.
Jumlah sumber yang akan digunakan). Intensitas ini dpat di tentukan dengan menggunakan
skala penialian intensitas kesehatan kommunitas (Community Health Intensity Rating Scale
[CHIRSI], yang merupakan format pengkajian komprehensif yang terdiri dari 15 parameter
yang menjelaskan lingkup pelayanan perawatan ini di rumah (peters, 1988). Parameter
tersebut sebagai domain utama seperti Omaha Problem Scheme : lingkungan, termasuk
tempat tinggal pasien; psikososial, termasuk isu atau masalah sosial; fisiologis (msl. Sistem
tubuh); dan perilaku sehat, yang mengidentifikasi area preventif dan mempertahankan fokus
positif dengan mengidentifikasi area kekuatan pasien (msl. Kebiasaan makan, olahraga, tes
skrining). Parameter dalam setiap domain terdapat pada tabel 13-1.
Skor CHIRS yang menggabungkan kebutuhan pasien baik fisiologis maupun non
fisiologis telah diketahui dapat menjelaskan secara signifikan variasi penggunaan sumber-
sumber keperawatan yang ditemukan dalam tiga penelitian yang berbeda tentang kesehatan
di rumah dan populasi kesehatan masyarakat (peters,1998; hays, 1992; hays,1995). Di
universitas nebraska medical center college of nursing, CHIRS telah digunakan sebagai
struktur untuk pengkajian pasien kesehatab masyarakat. Dengan menggunakan skor yang
terdapat dalam CHIRS, siswa dapat mengkaji apaklah terdapat perubahan pada intensitas
pasien antara penenyuan peringkat yang dilakukan di awal dan di akhir semester, yang
menfasilitasi diskusi tentang dampak perawatan terhadap status pasien. Alat penyerta lain,
seperti School Health Intensity Rating Scale (SHIRS), saat ini sedang dibentuk untuk
digunakan di sekolah keperawatan kesehatan (Burt CJ, Beeten MN, Iverson C, et al, 1996).
MASUKAN PASIEN
Asuhan keperawatan harus selalu berfokus kepada pasien. Tetapi, karena masalah yang
ada di perawatan kesehatan di rumah adalah masalah kualitas hidup yang subjektif, maka
merupakan hal yang diperlukan melibatkan pasien sebagai rekan kerja. Lebih jauh lagi,
akrena perawatan diberikan di rumah pasien, maka pilihan pasien harus dihormati karena ia
pembuat keputusan yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari; oleh karena itu, pasien
yang memutuskan kapan ia bangun, apa yang dimakan, serta bagaimana dan kapan ia
mandi. Mendapatkan dan mendokumentasikan pilihan-pilihan pasien merupaka hal yang
penting untuk dikomunikasikan pada orang lain, seperti ahli terapi dan pembantu, yang
meberi perawatan dan memastikan upaya tercapainya hasil yang terbaik. Untuk mencapai
hasil yang diinginkan, proses kontak dengan pasien harus dipertahankan selama proses
keperawatan. Hal ini berarti bahwa perawat harus mendokumenrtasikan apa yang dilakukan
pasien sesuai keinginan dan kesediaanya. Jika akuntabilitas terjadi untuk setiap intervensi
yang ada dalam rencana keperawatan, maka pasien atau keluarga dapat menjadi anggota
tim yang harus bertanggung jawab terhadap beberapa intenvensi tersebut.
Salah satu cara untuk mendorong perawat agar bertanya tentang pengharapan
pasien adalah dengan memberi ruang dalam format dokumentasi untuk hasil yang
diharapkan pasien berdasarkan parameter, diagnosis keperawatan, atau berdasarkan
masalah pasien. Hasil tersebut harus memenuhi harapan pasien, bukan persepsi perawat
tentang harapan pasien.
Informasi Pencatatan (Set Data)
Sejumlah format kotak (kotak 13-5) digunakan pada perawatan dirumah untuk
mendokumentasikan proses keperawatan. Selama fase pengkajian, data tentang kebutuhan
pasien dikumpulkan melalui dialog bersama klien. Pada fase diagnosis masalah utama,
kekuatan pasien di identifikasi dan didiskusikan antara pasien dan pemberi perawatan.
Selama langkah perencanaan, pengukuran hasil yang disetujui kedua pihak perlu ditentukan
dalam kerangka waktu yang sudah ditetapkan. Harus dieksplorasi juga sumber-sumber yang
akan membantu dalam mencap[ai hasil yang diinginkan. Rencana harus dibuat dan
tanggung jawab harus dibagi dan ditugaskan kesemua orang yang terlibat (msl. Pasien,
perawat, keluarga, pembantu). Selama fase implementasi, perawat harus melatih,
mendukung, mendorong, membantu, mendidik dan memberi pujian terhadap keberhasilan.
Langkah evaluasi mencakup membandingkan dan mendokumentasikan tindakan-tindakan
atau hasil yang dicapai denfgan hasil yanmg diharapkan (benchmark) dan menyesuaikan
kerangka waktu, hasil dimasa mendatang, atau rencana tindakan yang sesuai.
Isi format-format ini ditentukan oleh informasi yang penting bagi klien tertentu. Sebagai
contoh, dengan mandat dari OASIS, format catatan direvisi agar mencakup set data OASIS dalam
format pengkajian, format catatan klinis, dan format pemulangan. Gambar 13-8 memberi contoh
pengkajian kardiorespiratori dan genitourinari yang mencakup set data OASIS. Lebih jauh lagi,
dengan
Domain lingkungan
Domain Psikologi
Pengetahuan keluarga individu dan penggunaan sumber-
Jaringan Komunitas sumber/pelayanan masyarakat hubungan interpersonal dalam
rumah tangga (unit primer) dan/atau dengan family, teman, dan
orang dekat lain diluar rumah tangga tersebut, seperti anggota
keagamaan, anggota kelompok sosial, dan rekan kerja (parameter
ini tidak mencerminkan kemampuan keluarga untuk memberi
perawatan dengan terampil kecuali bahwa kemampuan tersebut
rusak/dipengaruhi masalah interpersonal.
Sistem Keluarga
Perkembangan kognitif, fisik, dan tugas-tyugas sosial kehidupan
dewasa muda, meliputi kemampuan untuk berbicara, membaca dan
menulis.
Domain Fisiologis
Fungsi sensorik
Fungsi tubuh berkaitan dengan penggunaan indera, termasuk
penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, penghidu,
propriosepsi, dan persepsi nyeri individu
Nutrisi
Pilihan, persiapan, dan konsumsi makanan individu/keluarga,
termasuk faktor budaya yang signifikan dan faktor kesehatan
Kebiasaan pribadi
Penatalaksanaan individu/keluarga terhadap aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan kesehatan pribadi; termasuk pola aktivitas tidur,
higiene personal, dan menghindari bahan-bahan berbahaya;
menetahui kebiasaan atau pilihan pasien/keluarga, bukan
kemampuanya melakukan aktivitas sehari-hari
Manajemen kesehatan
Penatalaksanaan individu/keluarga terhadap ststus kesehatan
mereka sendiri, termasuk persepsi mereka tentang sehat dan
motivasinya mencapai tingkat kesejahteraan yang optimal seperti
yang ditunjukkan dengan partisipasi yang teratur dalam skrining/
pemeriksaan kesehatan yang dianjurkan, tepat untuk usia dan
kondisi fisik pasien; partisipasi dalam prosedur teknik, dan
kepatuhan terhadap rencana terapeutik
Dimodifikasi dari Peters D : Examples of existing quality assurance programs in home health care : a
hospital based agency. In Meisenheimer CG, ed :
Quality assurance for home health care, hlm.255, 1989, Aspen Publishers.
Perkembangan perawatan yang teratur, banyak format pengkajian singkat yang dibuat untuk
berfokus kemasalah spesifik yang di atsai.
Akhirnya, dengan meningkatkan penggunaan dokumentasi elektronik, lembaga-
lembaga perlu mengevaluasi set data klinis untuk lembaga mereka. Agar data itu berguna,
maka data tersebut harus relevan, terbaru, konsisten, dapat diakses, akurat, tepat waktu,
dan komprehensif (peters, 1997).
Salah satu implikasi dari persyaratan ini adalah penggunaan bahasa yang konsisten
untuk semua perawatan klinis baik yang menggunakan bahasa lembaga atau bahasa
keperawatan yang sudah dikenal. Lembaga-lembagaini meliputi NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association), NIC (Nursing Intervention Classification), NOC (Nursing
Outcome Classification), atau Home Health Care Classification System. Bahasa tersebut
Kotak 13-5
Format-Format Dokumentasi
Format-format yang umum digunakan untuk mendokumentasikan
perawatan dirumah antara lain sebagai berikut :
Pengkajian pasien
Format informasi sumber rujukan/masukan
Rencana perawatan disiplin ilmu tertentu (msl.untuk perawat ahli, ahli
terapi, pembantu, petugas sosial)
Rencana pengobatan dokter
Lembar medikasi
Catatan perkembangan klinis (naratif, lembar alur, atau kedua-duanya)
Tambahan (msl.catatan konferensi, format intruksi verbal, panggilan
telepon)
Ringkasan pemulangan
Diperlukan untuk menjangkau lingkup yang luas pelayanan lembaga. Tantanganya adalah
menentukan level bahasa yang akan digunakan. Sebagai contoh, apakah “mengukur tanda-
tanda vital” merupakan intervensi yang cukup atau setiap tanda vital perlu ditulis
(msl.tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan) sebagai intervensi yang berbeda ? Atau
haruskah hal tersebut ditulis secara lebih spesifik, seperti “mengukur takanan darah di
lengan kanan, dengan pasien pada posoisi duduk”?
Menetapkan set data lembaga juga berarti menggunakan pilihan yang sama setiap
kali mengajukan pertanyaan serupa. Sebagai contoh, dalam memeriksa pilihan untuk
kualitas nadi, praktisi akan memilih untuk kualitas nadi, praktisi akan memilih dari daftar
pilihan yang sama (msl.memantul, berderap, teratur, tidak teratur, lemah)bukan menciptakan
respons mereka sendiri. Staf lembaga tersebut harus mencapai kesepakatan atas pilihan-
pilihan tersebut.
Persyaratan Fiskal
Persyaratan fiskal juga memperngaruhi jenis informasi yang akan dimasukkan dalam format
catatan. Dokumentasi harus menunjukkan kepatuhan terhadap protokol perusahaan
asuransi jika lembaga tersebut akan diganti biaya pelayananya. Perusahaan asuransi
bervariasi dalam persyaratanya tentang informasi. Beberapa diantaranya menuntut lembaga
perawatan dirumah untuk memakai format dari perusahaan asuransi, sedangkan yang lain
memperbolehkan lembaga-lembaga tersebut menyimpan informasi dalam format mereka
sendiri. Bebrapa perusahaan asuransi menginginkan salinan seluruh catatan klinis,
sedangkan yang lain hanya meminta laporan periodik. Lebih jauh lagi,, beberapa
perusahaan asuransi menginginkan kepastian prosedur klinis. Kecenderungan terbaru
adalah “tagihan tanpa kertas” dengan proses tagihan elektronik. Tetapi, hal ini tidak
menghilangkan kebutuhan untuk menyiapkan dan mengirimkan catatan atau laporan pasien
seperti yang diminta oleh perusahaan asuransi.
Perawatan dirumah, seperti halnya pada aspek lain dalam sistem pelayanan kesehatan,
dokter biasanya diidentifikasi sebagai penjaga gawang untuk pembayaran, yang berarti
bahwa dokter harus menginstruksikan pelayanan dari profesi kesehatan lain untuk
memastikan bahwa pelayanan yang lain untuk memastikan bahwa pelayanan yang
diberikan memang diperlukan sehingga lembaga tersebut akan menerima bayaran. Ketika
pelayanan ini harus dilakukan oleh profesional, maka pelayanan tersebut sering dirujuk
sebagai “perawatan terampil”. Pembayaran jarang tersedia untuk perawatan jangka
panjang, perawatan kronis, pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, atau
perawatan pribadi (Gould, Rech, 1989), meskipun hal ini dapat berubah dengan beberapa
metode pembayaran yang baru dibawah perawatan yang teratur.
FORMAT MEDIACARE
485 DAN 486
Perusahaan asuransi yang paling banyak digunakan untuk perawatan kesehatan dirumah
adalah Mediacare. Mediacare mengahruskan sertifikasi Mediacare dan format rencana
pengobatan yang dibentuk oleh HCFA : format 485 dan 486. Format 485 adalah Plan of
Treatment (rencana pengobatan), yang ahrus ditandatangani oleh dokter. Format 486
adalah format Medical Update and Patient Information, yang digunakanuntuk memberi
informasi tambahan.
RESPIRATORY :
History of: Asthma Bronchitis Pneumonia Other(specity)
TB Pleurisy Emphysema
Present Condition :
Cough (describe) Sputum (character and amount)
Breath sounds (describe) Other (specity)
(M0510) Has the patient been treated for a (M0530) when does urinary Incontinence
Urinary tract infection n the past 14 days ? occur ?
0 – no 0 – timed-voiding defers incontinence
1 – yes 1 – during the night only
NA – Patient on prophylactic treatment 2 – during the day and night
UK – Unknown
Pada Medicare. Sampai saat ini, format-format tersebut harus dikumpulkan ke Medicare
bersama tagih-tagihanya untuk menilai pembayaran. Tetapi, dalam upaya untuk mengurangi
pekerjaan tulis-menulis, Medicare tidak lagi mengharuskan secara rutin pengumpulan
format-format tersebut. Tetapi, format 485 tetap harus dilengkapi, ditanda tangani oleh
dokter, dan disimpan dalam dokumen pasien. Format 486 hanya diperlukan jika Medicare
meminta tinjauan medis tentang kasus. Penurunan dalam kontrol eksternal ini berarti bahwa
lembaga perawatan dirumah harus memastikan bahwa dokumentasi pasien menunjukkan
kebutuhan medis, status terikat dirawat dirumah (home-bound), dan perawatan terampil
(NAHC, 1993).
Ketika menyelesaikan format 485, beberapa kriteria inti harus dipenuhi agar sesuai dengan
spesifikasi Medicare. Diagnosis medis harus menggunakan terminologi International
Classification of Disease. Diagnosis utama yang tercantum pada format 485 harus menjadi
alasan utama bagi pasien untuk menerima pelayanan perawatan kesehatan dirumah,
meskipun hal tersebut tidak selalu diagnosis utama yang tercantum pada rujukan. Diagnosis
lain juga harus didaftar berdasarkan disiplin ilmu, serta harus jelas dan spesipik dengan
diagnosis medisnya, yang mengindikasikan frekuensi dan durasi ; sebagai contoh :
Perawat terampil harus berkunjung tiga kali seminggu selama 3 minggu, kemudian
sekali seminggu selama 2 minggu.
Tanda-tanda vital harus diperiksa setiap kali kunjungan
Perawatan kolostomi harus diajarkan
Sodium 4 gram, diet rendah garam serat harus diajarkan
Instruksi untuk medikasi harus mencakup ukuran dosis, frekuensi, metode pemberian,
dan indikasi instruksi tersebut baru atau diubah untuk menentukan kebutuhan pasien
terhadap penyuluhan atau peninjauan. Kebutuhan yang ada untuk mencapai tujuan, potensi
rehabilitasi, rencana pemulangan yang spesifik terhadap diagnosis medis, dan ringkasan
status klinis pasien (Monica, 1988).
Kotak 13-6
Dokumentasi Untuk Pembayaran
Perawatan Terampil langsung
Merupakan tugas khusus, seperti penggantian kateter, perawatan luka,
pengobatan, dan injeksi. Pencatatan harus spesifik, mencakup lama dadn
kompleksitas tindakan.
Seorang wanita 42 tahun dengan berat 180 kg, menjalani pembedahan untuk
memperbaiki hernia dan mengangkat ovarium kanannya. Pasien melaporkan adanya tanda-
tanda emboli pulmonar. Ahli bedah meresepkan Coumadin (Warfarin). Pasien meninggal
dirumah karena emboli pulmonar 15 hari kemudian setelah pembedahan. Penggugat
menuntut bahwa perawat yang merawat pasien dirumah sakit tidak melaporkan dua episode
sesak napas yang dialami pasien kepada ahli bedah. Ahli bedah menyatakan bahwa ia tidak
diberi tahu tentang dua episode tersebut. Pada kasus ini dihasilkan putusan pembelaan
(Laska, januari, 1998a).
Kesulitan dalam memberi asuhan keperawatan yang layak dengan berbagai staf
keperawatan digambarkan pada kasus berikut :
Pria berusia 72 tahun, menderita diabetes tergantung insulin, sudah lama menderita diabetes
melitus tergantung insulin, sudah lama menderita penyakit vaskular perifer dan neuropati diabetikum
yang menyebabkan tungkai kananya diamputasi dibawah lutut beberapa tahun yang lalu.tepat
sebelum rujukan untuk perawata dirumah, pasien menderita cedera pada tungkai kananya yang
berkembang menjadi ulkus kecil.pasien menderita cedera pada tungkai kananya yang berkembang
menjadi ulkus kecil. Pasien dirujuk untuk menjalani perawatan dirumah untuk penggantian balutan
setiap hari dengan balutan salin basah-kering selama 2 minggu. Instruksi menyatakan bahwa perawat
harus memantau status lesi tersebut.
Pada hari ke 18 psien menerima pelayanan, kunjungan harian yang sebelumnya dilakukan
pada hari ke 15.tidak ada dokumentsi yang dibuat untuk menjelaskan mengapa perawat tidak
datanag. Selama ini ada enam perawat yang berbeda yang memberikan perawatan. Beberapa
tindakan perawatan luka sudah dilakukan, tetapi mayoritas perawat tersebut hanya menjelaskan
jumlah drainase dan keyakinan mereka bahwa luka tersebut menyembuh. Karena banyaknya perawat
yang terlibat dalam kasus ini dan kegagalan mengukur perawatan luka, perawat tidak dapat melihat
perburukan kondisi pasien. Pada hari kesembilan belas, pasien masuk ke rumah sakit tempat ia
menjalani pembedahan debridemen lesinya, pemberian antibiotik IV, dan dilakukan diagnostik invasif.
Akhirnya kaki kanan pasien harus diamputasi
Pasien menuntut lembaga perawatan dirumah, dengan menyatukan bahwa kurangnya
kontinuitas perawatan menyebabkan terjadinya cedera. Pengobatan yang dilakukan tampaknya tidak
efektif, seperti yang dibuktikan dengan terjadinya edema perifer, peningkatan drainase, dan jaringan
nekrotik pada bagian dasar lesi. Tidak ada dokumentasi yang dibuat untuk menunjukkan bahwa
keadaan ini sudah dikomunikasikan dengan podiatri yang bertugas merawat pasien.lebih jauh lahgi,
data terakhir yang dimasukkan oleh perawat terakhir yang mengunjungi pasien dirumah sangat
berbeda dalam dimensi luka, nekrosis dan drainase dari catatan dokter yang memasukkan pasien
kerumah sakit. Informasi yang bertentangan ini dan dokumentasi yang tidak adekuat dalam
perawatan dirumah menyebabkan lembaga tersebut berada dalam posisi hukum yang sangat buruk
(Warner, Albert, 1997).
Penyuluhan yang Tidak Tidak Efektif Pasien atau Keluarga tentang Perawatan yang
Tepat
Dokumentasi merupakan hal yang sangat penting pada kasus-kasus seperti diatas.
Perawat harus mencantumkan intervensi aktual, metode yang digunakan untuk mengajar
pasien, respon pasien terhadap pengajaran, efek merugikan yang mungkin terjadi jika
prosedur tersebut tidak dilakukan dengan benar, ketika demonstrasi ulang dilakukan oleh
pasien, dan kurangnya kepatuhan pasien (jika ada), termasuk reaksi dan respon pasien
terhadap masalah-masalah ini. Mendokumentasikan bukti-bukti informasi yang diberikan
tentang apa yang harus dilakukan jika alat tidak berfungsi, termasuk siapa yang harus diberi
tahu dan apa tindakan awal yang harus dilakukan, juga dapatmenjadi alat pertahanan yang
baik untuk menghadapi adanya tuntutan. Sama pentingnya (dengan yang sudah disebutkan
sebelumnya) adalah mendokumentasikan semua komunikasi dengan dokter dan pemberi
pelayanan kesehatan lainnya.
Perawat terdaftar sering bertanggung jawab untuk mengawasi orang yang membantu
merawat pasien dirumah. Setelah memberi (dan mendokumentasikan) orientasi kebijakan
lembaga, perawat lembaga bertanggung jawab untuk melakukan supervisi jarak jauh
terhadap orang yang membantu merawat pasien. Observasi periodik ditempat
memungkinkan perawat dapat memantau kualitas perawatan. Kecelaka, cidera, dan
komplikasi dapat menyebabkan munculnya dugaan supervisi dan instruksi yang tidak
adekuat terhadap orang yang membantu merawat pasien. Sumber liabilitas dapat mencakup
hal-hal berikut : luka bakar karena rokok atau air panas; kesalahan pemberian obat; reaksi
obat yang merugikan; penolakan pasien terhadap pengobatan; keluhan pasien; perubahan
yang tidak diharapkan pada kondisi pasien; jatuh dari tempat tidur; kursi atau hoyer lift;
terjadinya ulkus dekubitus; penyerangan atau penganiayaan seksual oleh orang yang
membantu merawat; tidak berfungsinya alat atau penggunaan alat yang tidak tepat; dan
pencurian (Abbot, 1996). Instruksi spesifik yang diberikan kepada orang yang membantu
merawat pasien tersebut harus didokumentasikan dalam rekam medis. Rekam medis harus
mendukung secara jelas sifat supervisi tentang kunjungan perawat terdaftar kerumah
pasien.
Dokumentasi yang adekuat dapat melindungi perawat dari tuntutan hukum. Contoh
yang bagus tentang hal tersebut terdapat pada kasus berikut :
Seorang bayi dari Minnesota yang berusia 3 bulan menerima perawatan dari dokter
keluarganya. Pelayanan keperawatan setempat telah dilibatkan dalam perawatan pranatal ibunya dan
melakukan kunjungan tindak lanjut setelah anaknya lahir. Pada usia 2 ½ bulan bayi tersebut dibawa ke
klinik setempat dengan keluhan batuk dan demam. Sembilan hari kemudian ia diperiksa secara
berkala oleh dokter keluarga dan perawat setempat. Catatan dokter berbeda secara dramatis dengan
kondisi buruk yang dicatat dalam catatan pelayanan keperawatan. Bayi tersebut akhirnya masuk
rumah sakit tempat ia di observasi untuk adanya penurunan kesadaran, perubahan postur dan
hipertonik. Bayi di diagnosis dengan meningitis Haemophilus influenzae dan meninggal sekalipun
diberikan pengobatan yang agresif. Ibunya menyatakan bahwa dokter tergugat melakukan kelalaian
dengan gagal mendiagnosis dan mengobati pneumonia yang terjadi pada bayi, yang menyebabkan
sepsis dan akhirnya meningitis. Tergugat dikenakan denda sebesar $100.000. dokumentasi
komprehensif pada catatan keperawatan melindungi perawat dari tuntutan hukum (Laska, 1997a).
PENATALAKSANAAN DOKUMENTASI
Petugas kesehatan memiliki masalah unik dalam hal catatan klinis. Catatan tersebut
diperlukan oleh banyak orang yang berbeda, termasuk perawat, ahli terapi, penyelia, staf
manajemen mutu, dan staf penagihan. Beberapa dari orang-orang tersebut berada dikantor
tempat catatan itu berada, dan beberapa yang lainya berada dirumah tempat pemberian
perawatan (pada waktu yang berbeda) bersama pasien. Oleh karena itu, informasi harus
sering dicatat lebih dari satu format dilokasi yang berbeda, suatu proses yang
menghabiskan waktu yang dapat menimbulkan ketidakkonsistenan akan memengaruhi
penggantian biaya dan menyebabkan masalah dalaam mendapatkan informasi yang dicatat
secara tepat ditempat yang benar dan tepat waktu.
Tantangan utama dalam perawatan kesehatan dirumah adalah mendokumentasikan
perawatan secara akurat, lengkap, konsisten, jelas, cepat dan ringkas. Dilema diatasi
dengan cara tang berbeda oleh setiap lembaga. Beberapa lembaga meminta perawat untuk
membawa sebagian catatan-catatan tersebut kerumah kemudian mengembalikanya ke
kantor utama atau kantor cabang. Tetapi, masalah akan muncul jika terjadi perubahan
jadwal setelah perawat meninggalkan kantor. Perawat tersebut kemudian melakukan
kunjungan tanpa adanya imformasi tertulis tentang pasien. Pendekatan lain adalah dengan
menggunakan kertas rencana asuhan keperawatan untuk membuat beberapa salinan
informasi yang tercatat. Tetapi kekurangan dari pendekatan ini adalah salinanya tidak
terbaca. Beberapa lembaga menggunakan lembar harian sehingga perawat dapat
mendokumentasikan setiap kunjungan dari pada lembar terpisah. Alternatif ini terkadang
menyebabkan kesalahan letak lembar-lembar tersebut dan hilangnya informasi. Selain itu
ketika kunjungan dilakukan riwayat pasien sering tidak tersedia. Lembaga lainya menyimpan
catatan pasien dirumah pasien. Lembaga yang lain menggunakan peralatan mencatat
sehingga perawat dapat mencatat kunjungan tersebut pada saat ia masih berada dirumah
pasien atau segera sesudahnya. Catatan tersebut kemudian dimasukkan kedalam catatan
pasien. Perawat cenderung merasa lebih nyaman jika membuat dulu catatan singkat
dirumah kemudian menuliskanya dicatatan pasien agar dapat memenuhi standar yang
diperlukan. Tetapi, terkadang karena keterlambatan dalam membuat catatan diakhir hari
atau bahkan diakhir minggu, maka akan mungkin terjadi ketidakakuratan atau
ketidaklengkapan dalam catatan tersebut.
Tantangan lain dalam membuat catatan pasien yang lengkap mencakup
mengingatkan ahli terapi (yang sering bekerja berdasarkan kontrak atau paruh waktu dan
karena itu jarang berada dikantor) untuk melakukan dokumentasi tepat waktu. Memastikan
bahwa instruksi verbal dari dokter sudah didokumentasikan dalam catatan dapat juga
menjadi aktivitas yang menghabiskan waktu. Perawat harus menelepon dokter dari rumah
pasien atau dari kantor lembaga dan harus melengkapi format instruksi verbal, yang
kemudian dikirim ke dokter untuk ditandatangani. Perawat harus melakukan tindak lanjut
untuk memastikan bahwa format instruksi verbal tersebut sudah dikembalikan dengan tepat
dan dimasukkan kedalam catatan pasien.
RINGKASAN
Rita Cavallaro, RN, C, LNHA, MS, Joyce R. Newman, RN, C, CLNC, C-GN,
Patricia Iyer, RN, MSN, CNA
Prinsip dasar dokumentasi perawatan jangka panjang (long-term care) sama dengan prinsip
umum dokumentasi keperawatan yang didiskusikan sebelumnya pada wacana ini :
responsibilitas dan akuntabilitas profesional. Catatan perkembangan tetap menjadi alat
utama untuk komunikasi antara perawat dan anggota tim kesehatan lainya. Dokumentasi
harus mengomunikasikan dengan jelas proses pembuatan keputusan perawat,
pengkajian,diagnosis, perencanaan, dan evaluasi, termasuk respons pasien terhadap
intervensi keperawatan. Dokumentasi keperawatan juga mencakup penyuluhan pasien dan
keluarga, rencana pemulangan, serta faktor fisiologis dan psikologis. Catatan klinis adalah
kunci utama untuk penggantian biaya dan juga berfungsi sebagai dokumen legal yang
penting. Dokumentasi digunakan untuk mengevaluasi dan merencanakan pelayanan serta
untuk aktivitas perbaikan mutu, dan juga merupakan bagian penting dari penelitian,
sertifikasi, dan izin aktivitas dari peninjau eksternal. Oleh karena itu dokumentasi harus
lengkap, objektif, konsisten, dan akurat.
Kebanyakan residen yang tinggal difasilitas perawatan jangka panjang berusia 75 tahun
atau lebih. Bahkan pada kenyataanya, usia rata-rata residen yang berada dirumah
perawatan adalah 81 tahun. Residen yang berada dirumah perawatan biasanya adalah
wanita lansia, kulit putih, dan janda. Tingkat keakutan pasien rumah sakit dan pemulangan
yang cepat dari fasilitas perawatan akut tercermin dalam keakutan residen lansia ini ketika
mereka masuk ke fasilitas perawatan jangka panjang. Jika unit medikal bedah saat ini
tampak seperti unit perawatan intensif dimasa lalu, maka unit medikal bedah dimasa lalu
adalah unit perawatan jangka panjang saat ini, dengan satu pengecualian : pasien
perawatan jangka panjang sering kali sudah lanjut usia, dan akibatnya, dapat menderita
berbagai masalah kesehatan kronis yang membuatnya lebih rentan terhadap kondisi akut.
Residen yang menerima perawatan jangka panjang datang ke fasilitas ini dalam keadaan
kesehatan yang lebih buruk dari sebelumnya.
Sjalan dengan semakin tuanya penduduk Amerika Serikat, pada kenyataanya,
meskipun orang-orang tersebut hidup lebih lama, mereka mengalami ketidakmampuan yang
lebih banyak pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Hal ini benar terutama bagi wanita. Pria
meninggal pada usia yang lebih muda dari wanita, melewati tahap menengah
ketidakmampuan atau menghabiskan lebih sedikit waktu pada tahap tersebut (Markides,
1989). Sebelum ditempatkan dirumah perawatan, hampir semua pasien rumah perawatan
sudah banyak menerima perawatan dirumah yang diberikan oleh anggota keluarga, teman
atau lembaga-lembaga masyarakat. Masalah fungsional yang kompleks pada individu-
individu ini berkembang menjadi kondisi medis yang kompleks dan meningkatkan beban
sosial bagi orang yang merawat mereka.
Seperempat penghuni rumah perawatan memerlukan bantuan untuk keenam aktivitas hidup
sehari-hari (msl. Makan, berpakaian, mandi, eliminasi, kontinensia, dan mobilitas), dan 93%
membutuhkan bantuan setidaknya untuk salah satu dari aktivitas tersebut (Matteson,
McConnell, 1998). Kerusakan kognitif memengaruhi lebih dari setengah penghuni rumah
perawatan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah pasien yang mengalami kerusakan
kognitif di populasi rumah perawatan, meningkat pula insiden masalah perilaku yang sering
menjadi aspek yang paling memberatkan dalam memberi perawatan.
Rumah perawatan memberi lingkungan yang protektif dan aman yang meningkatkan
kompetensi residen yang memberi kesempatan untuk interaksi sosial yang bermakna.
Profesional perawatan jangka panjang dapat melakukan pemantauan yang ketat dan
pengobatan yang efektif terhadap kondisi kronis dan akut sambil memberi perhatian pada
peningkatan kesehatan dan tujuan terapeutik. Perawatan jangka panjang saat ini berfokus
pada kekuatan residen dan meminimalkan ketidakmampuan yang berlebihan (Matteson,
McConnell, 1998).
FREKUENSI DOKUMENTASI
Frekuensi dokumentasi perawatan jangka panjang sering berbeda dari perawatan akut.
Setiap departemen kesehatan negara bagian dapat menginstruksikan frekuensi pencatatan;
sebagai contoh, berikut ini adalah peraturan New Jersey tentang catatan keperawatan di
fasilitas perawatan jangka panjang.
Pasien medical harus dibuatkan ringkasan setiap hari selama 5 hari pertama setelah masuk,
ditulis oleh staf di setiap jam dinas dan diakhir hari kelima catatan tersebut harus diperbarui setiap
minggu selama 4 minggu kemudian. Kemudian ringkasan ini harus ditulis setiap 30 hari selama 60
hari setelah masuk. Sesudah itu, dokumentasi tesebut harus dilengkapi minimal setiap 3 bulan atau
jika terdapat perubahan pada status klinis pasien sesuai dengan N.J.A.C. 10 : 63-1.3. semua catatan
klinis harus diperbarui pada interval tertentu berdasarkan keseriusan masing-masing kondisi pasien
sesuai dengan standar praktik profesional. Pengkajian yang komprehensif harus dilengkapi sedikitnya
sekali setiap 12 bulan. Setelah itu, ringkasan harus ditulis sekali setiap 12 bulan. Setelah itu,
ringkasan harus ditulis sekali setiap 90 hari (New Jersey register, 1990).
Pada tahun 1959 subkomite Senate berfokus pada pemberian perawatan yang bermutu dan
bervariasi dari satu fasilitas perawatan jangka panjang ke fasilitas lain serta dari satu negara
bagian ke negara bagian lain. Health Care Financing Administration (HCFA) mengajukan
bebrapa perombakan pada tahun 1970-an.
Pada awal tahun 1980-an, U.S Congres dipanggil untuk meneliti peraturan yang
sudah ada dan diminta memberikan rekomendasi yang akan membantu fasilitas perawatan
jangka panjang dalam memberi perawatan yang memuaskan pasien mereka. HCFA
mengadakan kontrak dengan Institute of Medicine of the National Academy of Sciences
untuk mengadakan penelitian ini (ACHA, 1990). Kongres memasukkan banyak rekomendasi
mereka kedalam Omnibus Budget Reconciliation Act (OBRA) tahun 1987, yang umumnya
disebut OBRA ’87. Legislasi ini berdampak sangat besar terhadap riwayat dokumentasi
perawatan jangka panjang, dan mungkin juga terhadap pelayanan keperawatan jangka
panjang secara umum. OBRA ’87 telah dikenal sebagai legislasi yang signifikan untuk
reformasi perawatan jangkan panjang di Medicare dan Medicaid. Ketetapan ini sebagian
besar mulai berlaku efektif dari tanggal 1 oktober 1990.
Sejak saat itu, tujuan HCFA terus menerus dilaksanakan dengan evaluasi yang
kontinu dan mengadakan perbaikan terhadap Resident Assessment Instrument (RAI).
Tujuanya adalah untuk memasukkan sebagian besar perubahan yang terbaru dalam praktik
klinis dan metodelogi pengkajian serta mengakomodasi kebutuhan perubahan pada
populasi rumah keperawatan (HCFA, 1995).
OBRA ’87 mencakup ketetapan yang mengharuskan negara bagian mengadopsi
bagian peraturan yang menginstruksikan jumlah minimum staf keperawatan yang terdaftar
dan berlisensi. Ketetapan ini secara efektif menghilangkan perbedaan peraturan antara
asuhan keperawatan terampil dengan asuhan keperawatan menengah. Hukum juga
memperluas syarat untuk pengkajian kualitas, menambah hak residen, dan membutuhkan
pelatihan tambahan untuk asisten keperawatan yang bersertifikat.
Hukum informasi rumah perawatan (OBRA ’87) menetapkan kerangka kerja regulasi
untuk memastikan praktik klinis yang baik melalui pengenalan pentingnya pengkajian yang
komprehensif sebagai dasar untuk perencanaan dan pemberian perawatan kepada
penghuni rumah perawatan. RAI secara sederhana menstandardisasi cara baru yang harus
selalu dilakukan dengan tepat dalam praktik klinis yang baik, dan untuk semua penghuni
rumah perawatan?” (HCFA, 1995).
All clinical records shall be updated when there is a change in the resident’s clinical
status, and based upon the seriousness of the resident’s condition in accordance
with the standars of professional practice. A comprehensive assesment (MDS) shall
be completed a minimum of once every 12 months and should be dove-tailed to
coincide with the established MDS & QUARTERLY charting as long as a new MDS is
not necessary and not result in unicessary duplicate charting.)
These documentation regulations were publishing August 20, 1990 in the Long Term
Care manual Chapter 10 : 63-1.14. for facilities receiving Medicaid funds. Standars
that are applied to Medicaid/Medicare patient are ussualy expected to apply to all
residents as a minimum standard of care in a faciliy\ty receiving these funds.
REP ‘91
Gambar 14-1 Lembar kerja yang digunakan untuk mengidentifikasi tanggal untuk
menyelesaikan ringkasan. (Dibuat oleh Rita Cavallaro.)
Peraturan terakhir ini membentuk sebuah instrument pengkajian penduduk untuk digunakan oleh
fasilitas perawatan jangka panjang yang berpartisipasi dalam program Medicare dan Medicaid ketika
melakukan pengkajian periodik terhadap kapasitas fungsional residen. RAI terdiri dari elemen-elemen
MDS, definisi umum, dan kategori pengkodean yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap penduduk di fasilitas perawatan jangka panjang. (Gambar 14-2 adalah
halaman pertama dari alat ini). Negara bagian memilih untuk menggunakan instrumen pengkajian
yang dirancang oleh negara bagian dan disetujui oleh kami. Peraturan ini menetapkan panduan
penggunaan set data dan rancangan instrumen pengkajian.
Instrumen pengkajian residen ini bertujuan untuk menghasilkan pengkajian yang
komprehensif, akurat, berstandar, dan dapat dilakukan kembali terhadap kapasitas fungsional setiap
penghuni fasilitas perawatan jangka panjang.
Persyaratan komputerisasi negara bagian mulai efektif pada juni 1998. Fasilitas harus
memasukkan informasi dari lembar pengkajian residen ke dalam komputer, sesuai dengan format
yang sudah ditetapkan oleh HCFA. Sedikitnya sekali setiap bulan, fasil;itas harus memindahkan
secara elektronik informasi-informasi yang berisi pengkajian setiap penduduk ke negara bagian.
RAI terdiri dari tiga bagian : MDS, protokol pengkajian residen (resident assesment protokol,
RAP), dan petunjuk pemakaian.
Dalam 14 hari setelah masuk rumah perawatan; segera setelah terjadi perubahan yang
signifikan pada kondisi fisik atau mental pasien; dan jika tidak ada kasus sedikitnya sekali setiap 12
bulan. Fasilitas keperawatan harus memeriksa setiap pasien sedikitnya sekali setiap 3 bulan, dan jika
perlu merevisi pengkajian pasien untuk memastikan keakuratan pengkajian. Hasil pengkajian pasien
digunakan untuk membuat, meninjau, dan merevisi rencana perawatan yang komprehensif. Setiap
pengkajian harus dilakukan dan dikoordinasikan dengan partisipasi profesional kesehatan lainya dan
RN, yang harus menandatangani dan mensertifikasi penyelesaian pengkajian. Setiap individu yang
menyelesaikan bagian pengkajian harus menandatanganinya dan mensertifikasi keakuratan bagian
tersebut. Individu yang dengan sengaja dan secara sadar melakukan sertifikasi (atau menyebabkan
orang lain mensertifikasi) bahan dan pernyataan palsu dalam pengkajian pasien merupakan subjek
tuntutan hukum sipil atau kriminal (msl. Hukuman finansial) (Federal Register, 1989, 1991a, 1991b).
Selain itu RAI dan rencana perawatan harus disimpan dalam catatan klinis pasien
selama periode 15 bulan. Persyaratan untuk pengkajian pasien terdapat pada standar HCFA
yang dapat diterapkan untuk semua pasien Medicare (Tittle 19) di fasilitas keperawatan
terampil atau Medicaid (Title 19) difasilitas keperawatan.
“Fasilitas” mencakup bagian yang berbeda dri institusi tetapi tidak mencakup institusi untuk penyakit
mental. “Fasilitas” untuk tujuan Medicare dan Medicaid (meliputi memenuhi syarat, pencakupan,
sertifikasi, dan pembayaran) selalu merupakan kesatuan yang berpartisipasi dalam program, tanpa
mempedulikan apakah kesatuan itu terdiri dari semua bagian atau hanya satu bagian dari institusi
besar (Federal Register, 1989).
Praktik yang umum dilakukan adalah melengkapi MDS dan RAP untuk semua pasien
Medicare dan Medicaid. MDS adalah kumpulan bebrapa halaman (termasuk lembar depan)
berisi informasi pasien (lihat gambar 14-2). MDS berisi kira-kira 500 poin dengan informasi
yang berkaitan dengan demografik, fungsi fisik, mental, dan psikososial pasien. Kerangka
waktu untuk pengkajian status pasien adalah 7 hari kecuali jika tidak dicatat. Walaupun
begitu, tanggal referensi pengkajian harus terindividualisasi sesuai dengan ketentuan agar
mencerminkan kondisi pasien secara akurat (msl. Setelah 7 hari, setelah 14 hari). Satu cara
untuk mengimplementasikan metode pengkajian yang berstandardisasi adalah dengan
menghitung hari ke 14 setelah masuk kerumah perawatan untuk pasien Medicaid (atau hari
ke-5 dan ke-14 untuk pasien Medicare), kemudian memasukkan tanggal ini sebagai tanggal
referensi pengkajian, yang menandakan titik akhir pengkajian. Dengan cara ini, setiap
anggota tim kesehatan akan bekerja dalam kerangka referensi yang sama. Hal ini juga
memberi waktu untuk menyesuaikan diri bagi pasien baru di fasilitas dan memberi cukup
waktu bagi para staf dalam batas jadwal penyelesaian yang sudah di atur – untuk mengkaji
pasien diberbagai situasi dan berbagai jam dinas.
Perawat bisa saja melakukan keseluruhan pengkajian seorang diri, tetapi maksud
dari OBRA’87 adalah bahwa staf dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam perawatan
pasien harus berpartisipasi dalam proses pengkajian yang komprehensif untuk
meningkatkan proses perencanaan perawatan interdisiplin. Bagian tertentu dari MDS harus
diselesaikan oleh disiplin ilmu yang lain. Sebagai contoh, Section F (kesejahteraan
psikososial) dapat diisi oleh ahli terapi rekreasi;dan Section K (status oral/nutrisi) dapat diisi
oleh ahli diet.
Kebijakan dan prosedur fasilitas harus menetapkan dengan jelas disiplin ilmu apa
yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan setiap bagian tersebut. Jika anggota tim tidak
bersedia untuk menyelesaikan pengkajian tersebut tepat waktu, maka individu atau disiplin
waktu tersebut tidak boleh dilibatkan dalam kebijakan atau prosedur. Perawat memberi
perawatan pada pasien selama 24 jam perhari, 7 hari perminggu, dan sebenarnya tidak
satupun dari yang tercantum dalam MDS yang tidak dapat dikaji atau dijawab oleh perawat.
Oleh karena itu, karena tanggal penyelesaian pengkajian dan koordinasi perawat
terhadappengkajian pasien diatur oleh hukum, maka perawat harus menyelesaikan
pengkajian tersebut daripada membiarkan MDS dalam keadaan tidak lengkap. Untuk
fasilitas yang menerima penggantian biaya dari Medicare dan Medicaid, MDS harus
diselesaikan dalam batas waktu yang sudah ditetapkan dan dijelaskan dalam Long-term
care facilities resident assesment instrument (RAI) user’s manual, versi 2.0 (HCFA, 1995).
Perawat koordinator (pengkajian), bisa seorang perawat yang bertugas, penyelia, atau
koordinator MDS yang dipekerjakan khusus untuk pekerjaan ini, harus membubuhkan
tandatangan dan tanggal pada MDS; tanda tangan ini menandakan penyelesaian
pengkajian dan keakuratan setiap bagian yang tidak ditandatangani oleh profesional lain.
Peraturan federal menyatakan bahwa pengkajian RAI harus dilakukan atau di
koordinasikan dengan partisipasi yang tepat dari profesional kesehatan. Sementara
beberapa aspek proses pengkajian diatur oleh peraturan, fasilitas tetap memiliki fleksibilitas
yang luas dalam menentukan cara mengintegrasikan RAI kedalam operasional mereka
sendiri dari hari kehari. Koordinator RN juga harus menandatangani format ringkasan RAP
yang menandakan bahwa RAI sudah diselesaikan (HCFA, 1995). Setiap poin pertanyaan
harus dijawab; jika tidak maka pengkajian tersebut dianggap tidak lengkap. Rencana
perawatan komprehensif tidak dapat dibuat tanpa adanya pengkajian yang komprehensif.
Residen,keluarga, dan pembantu perawat seluruhnya memainkan peran yang
integral dalam pengkajian dan proses perencanaan perawatan komprehensif. Komunikasi
antara staf perawat berlisensi dan asisten keperawatan merupakan hal yang penting karena
sistem keperawatan memberikan perawatan langsung kepada pasien. Komunikasi diantara
jam dinas juga merupakan hal yang paling penting. Pengkajian harus mencerminkan status
pasien dari seluruh jam dinas. Perawat harus memahami pentingnya mendokumentasikan
dan mengomunikasikan respons pasien terhadap perawatan serta intervensi di semua jam
dinas dengan cara deskriptif (msl. Menggambarkan pola kognitif, kemampuan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari, alam perasaan dan perilaku pasien). MDS menyediakan
kerangka kerja dokumentasi, termasuk indikator dan petunjuk yang mempermudah
standardisasi pengkajian.
Gambar 14-2 Lembar depan set data minimum. (Dibuat oleh HCFA).
Trigger (Pemicu)
Yang termasuk kedalam indikator ini adalah hal yang disebut sebagai kondisi pemicu.
Pemicu adalah respons MDS tertentu yang mengindikasikan adanya faktor klinis yang dapat
atau tidak dapat mewakili masalah atau kebutuhan yang harus dimasukkan kedalam
rencana perawatan. Jika menggunakan format HCFA, seorang harus menggunakan tulisan
pemicu untuk mengidentifikasi hal-hal yang dipicu (Gambar 14-3). Profesional pelayanan
kesehatan sangat diperlukan untuk mengkaji hal atau sekumpulan hal yang berkaitan untuk
menentukan apakah pasien mempunyai kebutuhan, kekuatan, atau masalah khusus yang
perlu dipertimbangkan dalam pemutusan rencana perawatan yang mungkin dilakukan.
Meskipun poin-poin MDS itu tidak perlu ditunjukkan dalam rencana perawatan sebagai
masalah, tetapi tim harus mempertimbangkanya dalam proses perencanaan perawatan
mereka. Lebih lanjut lagi, mereka harus mendokumentasikan keputusanya untuk
meneruskan atau tidak rencana perawatan, alasan diambilnya keputusan itu, dan lokasi
informasi yang mendukung keputusan tersebut. Perawatan harus dapat diberikan ketika
memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana perawatan jika masalah tersebut bersifat
penting bagi kesehatan individu.
Gambar 14-3 Tulisan pemicu protokol pengkajian residen untuk RAPS yang direvisi. (Dibuat oleh
HCFA).
Gambar 14-3 Tulisan pemicu protokol pengkajian residen untuk RAPS yang direvisi. (Dibuat oleh
HCFA).
Jika RAP pemicu tidak menjadi masalah bagi pasien, dokumentasi harus mencakup
proses klinis proses peninjauan RAP yang mendukung keputusan tersebut. Dokumentasi ini
dapatdibuat dimana saja dalam catatan klinis, termasuk dalam catatan perkembangan,
lembar alur, rencana perawatan, atau dilembar ringkasan RAP itu sendiri. Penting untuk
diingat jika terdapat masalah pasien tetapi tidak memicu RAP, maka tim interdisiplin harus
mengatasinya dengtan rencana perawatan.
Lembar Ringkasan Protokol Pengkajian Residen
Jika masalah benar-benar terpicu, maka masalah tersebut harus diberi tanda pada lembar
ringkasan RAP, yang dianggap sebagai penyelesaian RAP. Mengingat tulisan pemicu
merupakan lembar alur yang tidak perlu disimpan disetiap catatan klinis pasien, maka
lembar ringkasan RAP harus dimasukkan kedalam catatan klinis tersebut (Gambar 14-5).
Pada lembar ringkasan RAP terdapat kolom yang berjudul “Lokasi informasi”. Perawat harus
menentukan pada kolom ini dimana dokumentsi pendukung dapat ditemukan. Kolom yang
berjudul “Care Planning Decision” diisi terakhir oleh staf yang mengisi bagian MDS dan RAP
yang tepat. Pengkaji membuat penilaian klinis untuk menentukan apakah informasi MDS
dan RAP mengindikasikan bahwa area ini harus dimasukkan kedalam rencana perawatan
pasien. RAP menjadi penghubung identifikasi antara pengkajian dan pembuatan tujuan
rencana perawatan. Lebih jauh lagi, RAP mencakup definisi kondisi pemicu dan kerangka
kerja terstruktur untuk mengatur informasi pengkajian (AHCA, 1990).
Format ringkasan RAP harus dilengkapi dan ditandatangani oleh koordinator perawat
dalam waktu 14 hari setelah pasien masuk. Dengan melakukan hal tersebut, fasilitas telah
menyelesaikan proses pengkajian yang komprehensif sesuai ketentuan hukum.
(i) Pelayanan yang diberikan untuk mencapai atau mempertahankan kesejahteraan fisik, mental, dan
psikososial residen yang paling tinggi.
(ii) Pelayanan yang sebenarnya dibutuhkan tetapi tidak diberikan karena melaksanakan hak-hak
pasien, termasuk hak menolak pengobatan.
Hukum juga menyatakan bahwa rencana perawatan ini harus dibuat oleh tim interdisiplin yang
mencakup dokter pemeriksa, perawat terdaftar dengan tanggung jawab terhadap pasien, dan staf
disiplin yang tapat laiunya yang ditentukan dengan kebutuhan residen; dan agar dapat
dipraktikkan dengan baik, diperlukan partisipasi dari residen, keluarga residen, atau wali residen
(Federal Register. 1989, 1991b, 1992).
Review for effecacy, side effects and alternatives Review factors and complications associated
if one more of the following : with restreint use :
Use of trunk restrein(a)
[P4c = 1,2] Behavioral Symptoms : Repetitive
Use of line restreint physical movements [E1n]; Any
[P4d = 1,2] behavioral symptoms [E4]; Parts of
Use for chair that prevent rising behavior management program [P1be,
[P4e = 1,2] P2; from record]
Risk of Falls : Dizziness [J1f]; Falls
[J4a, J4b]; Antianxiety [O4b];
Antidepressant [O4c]
Conditions and Treatments : chateter
[H3c,d]; Hip fracture [J4c, l1m];
unstable/acute condition [J5a,b];
parenteral/IV and /or feeding tube
[K5a,b]; wound care/treatment
[M5f,g,h,i]; IV meds [P1ac];
Respirator/Oxygen [P1ag, P1al]
ADL Self performanced [G1]
Confopunding problems to be
considered :
- Dellirium [B5]
- Cognitive loss/dementia [B2, B4]
- Impaired communication [C4, C6]
- Sad / anxious mood [E1, E2]
- Resistence to treatment
/meds/nourishment [E4e]
- Unmet psychosocial needs [F1, F2,
F3]
- Psychotropic drug side effects [see
record, J1e, f, h, i, m, n]
Other factors to be considered :
Resident’s response to restrein (s); use of
alternatives to restreins;
residents/family/staf philosophy, values,
wishes, attitudes about restreins [record,
(a)
Note : Code 2 also triggers on the Pressure observation, discussion]
Ulcer RAP. Both codes trigger on the falls RAP.
Gambar 14-4 Kunci RAP untuk restrein fisik. (dibuat oleh HCFA.)
Rencana Perawatan
Rencana perawatan (Gambar 14-6) harus memberi panduan individual untuk perawatan
yang komprehensif dan berorientasi pada pasien. Keberhasilan tim pemberi perawatan
kesehatan dalam menuliskan rencana perawatan sering dipengaruhi oleh alat yang mereka
gunakan. Setiap rencana perawatan harus :
1. Menyatakan masalah, kebutuhan, kekuatan, dan diagnosis keperawatan yang
sederhana dan dapat dipahami.
2. Mencakup tujuan dan hasil yang dapat diukur.
3. Menetapkan kerangka waktu yang beralasan untuk mencapai tujuan.
4. Mengidentifikasi intervensi spesifik yang akan diimplementasikan oleh staf untuk
membantu pasien dalam mencapai tujuan.
Unmet phychosocial needs (e.g., social isolation ,distruption of familiar routines, anger with
family members)
Sad or anxious mood
Resistence to tretment, medication, nourishment
Psycotropic drug side effects (e.g., motor agitation, confusion, gait disturbance)
If a behavior management program is in place, does it adequately adress the causes of the
resident’s particular problem behaviors?
In evaluating restrein use, it is important to review the resident’s reaction to restreins (e.g.,positive
and negative, such as passivity, anger, increased agitation, withdrawal, please for release, calls for
help, constant attempts to unite / release self).
Review MDS item on other potential negative effects or restrein use, such as declines in functional
self-performance, body control, skin condition, mood and cognition, since restreints have been and
use.
Alternative to Restreins
Many interventions may be as effective or event more effective than restrein in managing a
resident’s needs, safety risk, and problem. To be effective the intervention must addres the
underlyng problem.
Review resident’s record and confer with staff to determine wether alternatives to restreints
have been tired.
If alternative to restreints have been tired, what were they?
How long were are alternatives friends?
What was the resident’s respons to the alternatives at the time?
If the alternative (s) attempted were infective, what else was attempted?
Philosophy and Attitudes
inreconsidering
How recently were alternatives
the use other
of restrein than
for a restreints
resident, attempted?
consider the phylosophy, values, attitudes, and
wishes of the resident regarding restreint use, as well as those of his family significant others, and
caregivers. Consider the impact to restreints of facility environment and morale.
Is there consensus or difference among affected perties and choosing between resident
independence and freedom in favor of presumed savety.
Gambar 14-4 lanjutan Kunci RAP untuk restrein fisik.
B. - -
1. Signature of RN Coordinator for RAP Assessment Process 2. Month Day Year
- -
3, Signature of Person Completing Care Planning Decision 4. Month Day Year
RESIDENT
DIAGNOSIS
DOKTER
Gambar 14-6 Lanjutan Rencana perawatan residen (pasien). (Dari Red Bank Convalescent Center
Red Bank, NJ)
OTHER OTHER
Gambar 14-6 Lanjutan Rencana perawatan residen (pasien). (Dari Red Bank Convalescent Center
Red Bank, NJ)
Gambar 14-7 Format Pengkajian MDS triwulan. (Dibuat oleh HCFA.)
Gambar 14-7, lanjutan Format Pengkajian MDS triwulan.
Gambar 14-7, lanjutan Format Pengkajian MDS triwulan.
Setelah tanggal target baru dimasukkan, berarti peninjauan periodik dan kebutuhan revisi
sudah terpenuhi.
Anggota staf harus memantau secara sistematik status pasien diantara pengkajian tahunan.
Peninjauan triwulan memfpokuskan pengkajian pada subset tertentu pada poin-poin MDS
untuk membantu staf mendeteksi perubahan bertahap pada status pasien.
Subset ini telah didefinisikan oleh HCFA sebagai pengkajian triwulan minimun. Inti
dari indikator kritis ini membantu staf melacak penurunan atau perbaikan kondisi pasien.
Peninjauan triwulan ini menjadi sumber informasi untuk menentukan harus direvisi-tidaknya
rencana perawatan.fasilitas tidak wajib menggunakan format peninjauan triwulan HCFA
selama poin-poin inti dalam format yang digunakan sama persis (Gambar 14-7). Ringkasan
status pasien yang dapat diidentifikasi harus didokumentasikan. Terkadang perawat lebih
suka memasukkan catatan naratif dalam bentuk tinjauan yang sistematik (14-8). Pada
banyak kejadian pasien, dan rencana perawatan harus ditinjau sedikitnya sekali setiap 90
hari dan direvisi jika perlu berdasarkan kebutuhan pasien. Ketika menggunakan alat rencana
perawatan yang baik, rencana perawatanya tidak perlu ditulis ulang setiap saat, tetapi
catatan tersebut harus dapat menunjukkan kontinuitas perawatan dan perkembangan status
pasien. Setiap catatan klinis pasien akan memiliki minimal satu lembar depan (Gambar 14-
9), dua format MDS, dan tiga format peninjauan triwulan sejak pasien masuk.
Jika perubahan yang signifikan pada status pasien teridentifikasi, maka melalui proses
peninjauan triwulan atau pada waktu lain, maka MDS lengkap harus didokumentasikan dan
rencana perawatan harus direvisi.
Menurut HCFA “Final Rule” (Juni 1998), suatu “perubahan yang signifikan” telah
didefinisikan lebih luas dan diklarifikasikan sebagai “penurunan atau perbaikan dalam status
pasien yang secara normal tidak akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi dari staf
atau dengan mengimplementasikan standar intervensi klinis yang berkaitan dengan
penyakit, yang berdampak pada lebih dari satu area kesehatan pasien dan membutuhkan
peninjauan interdisiplin atau revisi rencana perawatan.” Sebelum menyelesaikan MDS, awal
signifikan yang dicurigai harus didokumentasikan dalam catatan perkembangan. Semua
intervensi dan respons pasien terhadap intervensi tersebut harus didokumentasikan dengan
cermat. Jika pemberi perawatan merasa yakin bahwa perubahan status klinis tersebut
bukan maslah besar atau tidak permanen, maka alasan substansial untuk keputusan tidak
menyelesaikan pengkajian MDS yang baru harus didokumentasikan dengan baik. Jika tidak
terdapat cukup bukti yang menunjukkan respons pasien terhadap pengobatan pada hari ke-
14 dari awal terjadi perubahan, maka MDS lengkap untuk perubahan yang signifikan itu
harus diselesaikan. Perubahan yang signifikan bisa bersifat positif mauypun negatif, seperti
contoh berikut : pulihnya kemampuan pasien untuk berjalan atau menggunakan tanganya
untuk menggenggam benda-benda kecil; hilangnya kemampuan pasien untuk melakukan
satu atau lebih aktivitas hidup sehari-hari; komplikasi yang serius, perbaikan perilaku, alam
perasaan, atau status fungsional, maka rencana perawatan yang ada tidak lagi sesuai
dengan kebutuhan pasien saat ini.
Berikut ini merupakan ringkasan pengkajian interdisiplin dan proses perencanaan perawatan
pasien :
Pada saat pasien masuk kerumah perawatan, maka harus dibuat pengkajian disiplin
ilmu yang spesifik dan rencana perawatan awal; pengkajian perawatan dan rencana
perawatanya harus diselesaikan dalam waktu 24 sampai 48 jam, dan disiplin ilmu
lainya harus selesai dalam waktu 7 hari. Lebih jauh lagi, untuk pencatatan perawat
harus mengikuti persyaratan Medicare/Medicaid.
Patient’s Name : .
Room : Date
Peninjauan triwulan dan ringkasan status serta rencana perawatan pasien harus diberi
tanggal yang spesifik untuk tanggal penyelesaian MDS. Peninjauan triwulan harus dilakukan
setiap 90 sampai 92 hari. Jadwal penyelesaian peninjauan ini harus sedekat mungkin
dengan tanggal penyelesaian MDS yaitu dengan menggunakan peraturan 90 sampai 92 hari
untuk menstandardisasi proses. Konferensi IDCP harus dijadwalkan pada minggu
berikutnya. Jika tepat, sebaiknya dianjurkan juga untuk membuat data ringkasan setelah tim
tersebut mengadakan pertemuan, mendiskusikan pengkajian ulang, dan meninjau rencana
perawatan. Perawatan tidak dapat direncanakan tanpa melakukan pengkajian yang tepat
terlebih dahulu. MDS tahunan harus diselesaikan tidak lebih dari setiap 365 hari.
Jika MDS sudah diselesaikan untuk adanya perubahan yang signifikan dalam waktu
1 bulan setelah MDS awal diselesaikan, kemudian jadwal pengkajian ulang harus dibuat
berdasarkan penyelesaiuan MDS yang kedua. Tetapi, tanggal MDS yang terakhir.
Proses survei OBRA diorientsikan pada hasil yang dicapai residen. Residen merupakan
sumber informasi utama berkenaan dengan kualitas perawatan, kualitas hidup, dan hak
residen. Residen, MDS, dan rencana perawatan merupakan bagian penting dari pengkajian
dan perencanaan perawatan. Jika ada dari salah satu area ini yang tidak di tangani, maka
pada fasilitas tersebut dianggap terdapat suatu kekurangan, yang dapat menghabiskan
dana fasilitas dalam bentuk denda finansial, penutupan terhadap penerimaan pasien baru,
atau hilangnya sertifikasi untuk berpartisipasi dalam Medicare dan Medicaid. Untuk dijadikan
subjek. Mereka harus meninjau dengan cermat setiap poin dalam MDS (dan peninjauan
triwulan) untuk setiap pasien, yang membentuk gambaran pasien yang tercakup dalam data.
Selanjutnya peneliti harus melanjutkan rencana perawatan untuk menentukan cocok
tidaknya rencana tersebut dengan pengkajian, kemudian peneliti harus mengobservasi
residen untuk menentukan sesuai-tidaknya status residen dengan hasil pengkajian dan
rencana perawatan. Terakhir peneliti harus mengobservasi pemberian perawtan secara
aktual.
Pada bulan juni 1998 semua rumah perawatan yang bersertifikasi Medicare dan Medicaid
diharuskan untuk mengajukan semua pengkajian MDS, pemulangan, catatan data masuk,
dan informasi latar belakangnya yang dibuat secara elektronik ke data dasar negara bagian
menggunakan syarat waktu yang dapat ditemukan di Long-term care facilities resident
assesmrnt instrument (RAI) user’s manual, versi 2.0. negara bagian diharuskan untuk
mengumpulkan informasi yang ada didalam data dasar mereka ke HCFA setiap bulan.
Negara bagian membandingkan informasi ini dengan spesifikasi HCFA untuk menentukan
benar-tidaknya jenis urutan pengkajian. Sebagai contoh, setelah hasil pengkajian
komprehensif dikumpulkan, negara bagian harus menerima tiga pengkajian peninjauan
triwulan, kira-kira berjarak 90 sampai 92 hari, diikuti dengan pengkajian komprehensif
tahunan, tidak lebih dari 365 hari setelah tanggal pengkajian komprehensif terakhir. Dengan
mengingat OBRA, seorang beranggapan bahwa format terkomputerisasi akan membuat
data yang ada memengaruhi proses penggantian dana untuk fasilitas perawatan jangka
panjang.
Salah satu keuntungan format komputerisasi adalah berkurangnya waktu
dokumentasi. Pengkajian pasien yang dapat memakan waktu 1 jam untuk menyelesaikan
secara manual dapat dilakukan kurang dari 1 jam dengan bantuan komputer. Pembaruan
untuk peninjauan triwulan dan pembuatan rencana perawatan juga dapat diselesaikan
dalam waktu singkat dibandingkan secara manual./ sayangnya banyak sistem komputer
yang sedang dibuat tidak dirancang secara khusus untuk keperawatan. Meskipun RAI
merupakan alat yang universal, lembar rencana perawatan dapat bervariasi dalam hal
rancangan, isi, dan asumsi multidisiplin. Jika pemikiran perawat tidak sesuai dengan logika
komputer, perawat dapat memutuskan bahwa komputer tersebut benar dan membiarkan
komputer memengaruhi proses pengambilan keputusan. Selain itu, tergantung dari jenis
proses yang di implementasikan, komputerisasi dapat menurunkan dialog antar kolega yang
diperlukan untuk pengembangan ilmu keperawatan (Vlasses, 1993). Masalah ini dapat
diatasi yaitu ketika memasukkan data ke komputer lakukan diskusi dengan tim kesehatan
daripada menggunakan rencana perawatan yang sudah dibuat sebelumnya yang
membutuhkan sedikit penyuntingan. Hasil penelitian mendukung kecurigaan bahwa jenis-
jenis program ini, atau cara program-program itu digunakan, cenderung menurunkan proses
berfikir interaktif dari anggota tim dan individualisasi rencana perawatan ketika tim tidak kuat
dalam implementasi manual proses perencanaan perawatan.
DOKUMENTASI MEDICARE
Medicare adalah sumber utama asuransi kesehatan untuk orang yang berusia diatas 65
tahun. Individu yang memenuhi syarat Medicare menerima Part A (Hospital and Skilled-
Care Services Insurance), tanpa biaya tetapi mereka akan menerima sedikit perawatan
jangka panjang. Pembatasan dikenakan pada sejumlah hari yaitu bahwa Medicare akan
mengganti biaya fasilitas keperawatan yang terlatih (100 hari untuk satu kali rawat). Dana
akan diganti penuh dalam 20 hari pertama, kemudian harus membayar biaya ko-asuransi
untuk hari ke-21 sampai hari ke-100. Jumlah ko-asuransi ini ditentukan setiap tahunya pada
tanggal 1 januari. Hal ini dapat menimbulkan masalah bagi fasilits karena hampir semua
pasien dan anggota keluarganya beranggapan bahwa biaya perawatan pasien akan diganti
penuh selama 100 haritanpa memikirkan kondisi pasien. Jika pasien melebihi
pertanggungan maksimun dan siap untuk dipulangkan, pasien tidak memenuhi syarat lagi
untuk menerima pertanggungan. Lebih jauh lagi, jika keadaan pasien tidak berdasarkan
perawatanya, maka pasien tidak dapat lagi menerima uang pertanggungan. Pasien masih
tetap membuthkan asuhan keperawatan yang terampil; tetapi saat ini pasien diidentifikasi
hanya membutuhkan perawatan untuk menstabilkan kesehatanya, yang tidak tercakup
dalam penggantian biaya dari Medicare (Davis, 1993; Eliopoulus, 1992).
Persyaratan sebelum masuk rumah perawatan juga diperlukan untuk penggantian
biaya perawatan terampil. Pasien harus dihospitalisasi dirumah sakit yang termasuk dalam
Medicare selama sedikitnya 3 hari berturut-turut, tidak termasuk hari pemulangan. Mereka
pasti tetap membutuhkan perawatan setelah dirawat dirumah sakit. Selanjutnya, mereka
harus dimasukkan ke rumah perawatan dan menerima perawatan dalam 30 hari setelah
pemulangan dari rumah sakit.
HCFA, dalam menatalaksanakan Medicare, mengevaluasi kinerja perantara dan
penyedia jasa. Pada kasus ini, panitia jasa adalah fasilitas keperawatan ahli yang
bersertifikasi. Perantara adalah lembaga atau organisasi yang melakukan kontrak dengan
Social Security Administration untuk proses klaim Medicare. Perantara (perusahaan
asuransi) menentukan apakah klaim memenuhi kondisi untuk mendapatkan uang
pertanggungan, melakukan pembayaran pada penyedia jasa atas pelayanan yang sudah
diberikan (jika kondisi tersebut sudah dipenuhi), dan memantau penggunaan layanan.
Dokumentasi dalam catatan klinis harus memverifikasi kebutuhan pengawasan atau
supervisi perawatan oleh profesional atau staf teknik terhadap pasien rawat inap dan
dilakukan setiap hari difasilitas keperawatan. Jika ada dari kondisi ini yang tidak terpenuhi,
maka perawatan pasien terhadap pasien rawat inap dan dilakukan setiap hari di fasilitas
keperawatan. Jika ada dari kondisi ini yang tidak terpenuhi, maka perawatan pasien tersebut
tidak akan mendapat pertanggungan. Dokumentasi juga harus menunjukkan validitas
perawatan rehabilitatif yang terampil dengan menggambarkan harapan yang masuk akal
terhadap perbaikan atau pelayanan yang diperlukan untuk membuat program yang stabil.
Jumlah, frekuensi, dan durasi pelayanan harus beralasan dan diperlukan (Eliopoulus, 1992).
Sejak Juli 1998, ketika sistem pembayaran (Perspektive payment system, PPS)
memulai program fase 4 tahunya, maka cara pengisian MDS akan menentukan tingkat
penggantian biaya untuk residen Medicare difasilitas keperawatan terampil. Penggantian
biaya ini dilakukan berdasarkan dokumentasi pengkajian dan pelayanan yang diberikan
diunit pelayanan. Dokumentasi harus mengomunikasikan dan memperkuat status kesehatan
dan fungsional pasien, respons pasien terhadap pengobatan, pemberian pelayanan, dan
kualitas perawatan. MDS yang dikode secara akurat merupakan bagian terpenting dari
dokumentasi tersebut.
Untuk pasien medicare, pengkajian yang komprehensif harus lebih sering di isi-pada
hari ke-5, ke-14, ke-30, ke-60, dan ke-90. Selain itu, dokumentasi harus mencakup
pemulangan, rawat ulang, pernyataan spesifik atau bagian informasi latar belakang. Fasilitas
harus m,emilih apakah pengkajian hari ke-5 atau ke-14 yang akan dijadikan sebagai
pengkajian masuk, termasuk RAP, dan mengadakan pertemuan rencana perawatan
interdisiplin.
Balanced Budget Act 1997, yang ditandatangani oleh Presiden Clinton, membuat sistem
pembayaran prospektif (prospektif payment system, PPS) untuk fasilitas keperawatan. PPS
merupakan perubahan terbesar dalam Medicare untuk perawatan subakut sejak undang-
undangnya dibuat tahun 1966. Dahulu, fasilitas keperawatan bersertifikasi Medicare telah
dibayar berdasarkan sistem biaya; yaitu, secara retrospektif, pemberi perawatan melakukan
kunjungan yang sebenarnya tidak terbatas, menginstruksikan terapi, dan menggunkan
persediaan tanpa henti, karena mengetahui bahwa mereka akan diganti oleh Medicare,
tanpa memikirkan respons dan hasil yang dicapai oleh pasien.
Dibawah PPS, penggantian biaya dilakukan berdasarkan dokumentasi klinis
pengkajian dan respons pasien terhadap pengobatan dan terapi. MDS adalah alat yang
menentukan tingkat penggantian biaya individu disetiap fasilitas. Informasi pengkajian dalam
MDS akan digunakan untuk menghitung dan menetapkan setiap pasien kedalam 1 dari 44
resource Utilization Groupsyang berbeda, versi III (RUGs III). Setiap kategori RUG III
memiliki nilai penggantian biaya yang berbeda dan setiap pasien masuk kategori yang
berbeda pula. Medicare ditetapkan hanya menerima satu kelalaian dalam pembayaran,
yang akan digunakan jika terdapat kesalahan pengkodean (dilakukan oleh fasilitas) yang
ditemukan ketika MDS dikumpulkan secara elektronik ke negara bagian. Karena itu
dokumentasi merupakan hal yang sangat penting bagi pembayaran. Fasilitas dibayar setiap
hari berdasarkan kondisi pasien seperti yang tercermin pada katergori RUG. Setiap fasilitas
harus mampu menghasilkan dokumentasi yang menunjukkan gambaran setiap pasien yang
komprehensif, sepanjang hari, dan 7 hari dalam seminggu. Jika tidak, kesempatan untuk
melakukan penggantian biaya yang benar akan hilang. Setiap variasi kecil dalam pengkajian
MDS dapat membuat perbedaan yang sangat besar dalam penggantian dana bila informasi
MDS dikonversikan ke kode RUG. Perbedaan antara pasien yang dikaji memerlukan
rehabilitasi “ekstra tinggi” dengan aktivitas dihidupnya di kode sebagai “sedang” dan pasien
lain yang memerlukan rehabilitasi “ekstra tinggi” dengan aktivitas hidupnya di kode sebagai
“mandiri” dapat berarti ratusan dolar penggantian biaya yang hilang untuk setiap bulanya.
Meskipun kesalahanj seperti ini dapat dikoreksi, kehilangan pendapatan tidak dapat
dikumpulkan secara retroaktif. Perawat dan klinisi saat ini menentukan secara efektif
penggantian biaya tersebut sambil mengumpulkan informasi, membuat pengkajian, dan
mengisi MDS. Pengkodean yang terlalu tinggi dapat menyebabkan “bendera merah” bagi
tim peneliti (dalam beberapa kasus, menyebabkan denda sampai $5000 perinsiden).
Persyaratan dokumentasi akan meningkat dibawah PPS, dan dokumentasi harus
mendukung keputusan perencanaan perawatan. Rencana perawatan Awal, tahunan, dan
Perubahan Signifikan harus mencerminkan pengkajian RAP. Catatan dan ringkasan
peninjauan triwulan harus mengevaluasi perkembangan pasien kearah pencapaian tujuan
dan perbaikan masalah. Setiap fasilitas perlu menciptakan tehnik yang menghemat waktu
untuk menghindari kelebihan sambil tetap mendukung informasi MDS dan keputusan
rencana perawatan dan secara akurat mencerminkan pengkajian RAP.
Aturan tahun 1986 dan 1996 jumlah tuntutan hukum yang melibatkan rumah perawatan
meningkat secara dramatis. Sebuah penelitian pada tahun 1986 menunjukkan bahwa pasien
lansia cenderung kurang ingin mengajukan tuntutan malpraktik dan klaim mereka, dan jika
tuntutan itu berhasil hanya akan menghasilkan uang yang lebih sedikit daripada yang
diajukan oleh penggugat yang lebih muda. Gugatan terhadap rumah perawatan
mendapatkan area tuntutan yang berkembang paling cepat di Amerika Serikat sejak tahun
1996. Penggugat rumah perawatan mendapatkan uang empat kali lebih banyak daripada
jenis tuntutan cedera yang lain (fox, 10997).
Masalah Liabilitas
dalam rangka mengidentifikasi jenis kasus yang dituntut atas nama pasien perawatan
jangka panjang, maka dilakukan peninjauan kembali terhadap putusan yang dipublikasikan
dalam jurnal putusan malpraktik medis nasional Medical Malpractice Verdict, Settlement and
Experts (Iyer, 1996). Analisis dilakukan juga terhadap putusan dan penyelesaian yang
melibatkan rumah perawatan sejak januari 1993 sampai september 1995. Gambar 14-10
menunjukkkan hasil analisis tersebut. Meskipun kasus-kasus tersebut tidak termasuk dalam
gambar, data dari jurnal yang sama sejak periode januari 1993 sampai mei 1998 juga
ditinjau ulang untuk menentukan apakah kecendrerungan yang ada pada periode (1993
sampai 1995) juga masih terdapat pada kasus-kasus yang lebih baru. Kasus-kasus yang
melibatkan dugaan tindakan malpraktik dokter tidak dimasukkan kedalam contoh.
Pembaca harus cermat dalam menarik kesimpulan yang dilaporkan diatas. Ternyata
kasus-kasus yang diperiksa karena adanya malpraktik dan tidak dicatat, seperti halnya
kasus-kasus yang tidak ditindaklanjuti sebelum tercapai penyelesaian tidak dilaporkan
dalam publikasi putusan juri. (Editor Medical Malpractice Verdict, Settlement and Experts
dan danyak mensurvei publikasi putusan juri, tetapi banyak kasus-kasus perawatan jangka
panjang yang tidak dilaporkan dalam jurnal ini). Ukuran sampelnya kecil untuk untuk setiap
jenis masalah pertanggungjawaban, dan tidak mewakili jenis kasus ini. Penelitian ini bersifat
deskriptif dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk menarik hubungan statisyik antara jenis
kasus dan gugatan yang diajukan. Ketika meninjau rentan keputusan, catat bahwa
beberapa penyelesaian tetap dirahasiakan, karena itu jumlahnya tidak muncul dalam
rentang keputusan. Tetapi, observasi dapat ditarik dari kedua sampel. Keterangan berikut ini
berhubungan dengan sampel dari tahun 1993 sampai 1995 kecuali tidak dicatat sebaliknya :
1. Jatuh menjadi masalah gugatan yang paling sering untuk dipopulasi pasien
perawatan jangka panjang. Kecenderungan ini terus berlanjut pada data tahun 1997
sampai 1998.
2. Hampir semua pristiwa jatuh tidak menyebabkan fraktur, maka biasanya akan
berhubungan dengan gugatan. Penggugat memenangkan sebagian kasus besar ini
pada kedua penelitian (1993-1995 dan 1997-1998).
3. Bagi penggugat ulkus diabetikum tidak sesukses kasus jatuh. Hasil yang
kontroversial terjadi pada putusan masalah malpraktik antara tahun 1993-1995. Pada
kasus ulkus dekubitus yang dilaporkan antara tahun 1997-1998, penggugat
memenangkan semua kasus. Ganti rugi tertinggi adalah $83 juta (akan
dideskripsikan pada akhir bab ini).
4. Penggugat memiliki tingkat keberhasilan tertinggi pada kasus-kasus terdesak.
Residen yang terdesak oleh maknan, seleang pemberi larutan makanana, lebih
parah lagi, ada dua individu yang tercekik restrein dada. Semua kasus-kasus ini
menyebabkan kematian pada pasien. 1997-1998, yang mengakibatkan hukuman
ganti rugi (Laksa,1997h).
5. Penggugat juga berhasil pada kasus-kasus infeksi, tingkat keputusan kasus infeksi
lebih rendah jika dibandingkan dengan kasus ulkus dan terdesak, yang secara
berturut-turut menghasilkan ganti rugi sebesar $2,7 juta dan $2,4 juta.
6. Semua kasusu yang melibatkan perilaku pasien yang suka berkeliaran di fasilitas
tanpa izin hingga menyebabkan kematian residen tersebut. Pembelaan diri yang
berhasil dimenangkan hanya satu dari sekian kasus yang dilaporkan. Tiga kasus
“berkeliaran” yang terjadi pada tahun 1997-1998, semuanya menyebabkan kematian
pada pasien dan dimenangkan oleh penggugat.
7. Kaus penyegaran yang melibatkan penganiayaan oleh staf rumah perawatan dan
pasien lain. Kasus kategori ini menyebabkan pemberian putusan yang paling tinggi
($3,6 juta) di antara kasus-kasus yang terjadi pada kerangka waktu 1993-1995.
Penggugat selalu memperoleh kemenangan pada kasus-kasus y6ang melibatkan
penyerangan dan penganiayaan.
8. Kesalahan pemberian obat yang menyebabkan kematian residen pada tiga dari
empat kasus yang dilaporkan. Penggugat menang b75% dari kasus tersebut.
9. Sebalinya, kegagalan mencegah bunuh diri menyebabkan putusan pembelaan diri
pada ketiga kasus yang dilaporkan.
10. Kasus-kasus yang melibatkan turunnya berat badan, malnutrisi dan obstruksi usus
kurang dapat diperkirakan dalam hal keberhasilannya. Penggugat dan tergugat
memiliki kesempatan yang hampir sama dalam memmenagkan kasus-kasus jenis ini.
11. Dua kasus luka bakar yang dilaporkan dimenangkan oleh penggugat dan relatif
menghasilkan ganti rugi yang cukup tinggi. Data tahun 1997-1998 juga terdapat satu
kasus luka bakar, yang dimenangkan oleh penggugat.
Jatuh
Hampir semua perawatan memiliki residen lansia yang konfusi dengan presentase yang
sangat tinggi. Laporan tahun 1995 tetang kesehatan mental di rumah perawatan melibatkan
kedalaman masalah kesehatan mental residen yang harus dihadapi oleh staf rumah
perawatan (Foltz-Gray,1995). Laporan ini meyataka sebanyak 88% seluruh pasie rumah
perawatan menunjukkan masalah kesehatan mental, seperti demensia, depresi, atau
penyakit alzheimer. Lebih setengahnya dari pasien menunjukkan perilaku seperti berkeliaran
atau kabur dari fasilitas. Penyakit Alzhiemer menyerang sejumlah besar pasien difasilitas
perawatan jangka panjang.
Salah satu perubahan sangat dramatis dalam standar keperawatan adalah mengenai
penggunaan restrein fisik dan kimia. Kesadaran akan bahaya restrein dilakukannya upaya
untuk mengurangi rutinitas penggunaan restrein.
Penelitian tentang bahaya pada pasien, argumentasi tentang etika pasien direstrein, dan
batatasan-batasan dalam penggunaan restrein berdampak sangat besar pada penggunaan
restrien. Penggunaan restrein di perawatan jangka panjang saat ini sangat dibatasi, dan
penggunaan restrein diperawatan akut menjadi semakin dibatasi oleh joint commission for
the accreditation of healthcare organization (JCAHO) dan peraturan negara bagian.
Reistrein fisik termasuk penggunaan penghalang tempat tidur, kursi geritrik (disebut
sebagai :geri chair”), ikat pinggang, rompi dada, restrein kulit, dan alat buatan sendiri,
seperti perban, kasa, atau kain (Moretz, Dommel, Deluca,1995). Restrein kimia mencakup
penggunaan sedasi untuk mengurangi kekerasan, gangguan, atau perilaku yang tidak
aman.
Masalah tentang gugatan tertentu akan memengaruhi penggunaan restrein difasilitas
perawatan jangka panjang, karena kasus-kasus tersebut dapat menyebabkan ganti rugi
yang sangat besar. Dalam tinjauan kasus-kasus perawatan jangka panjang yang melibatkan
peristiwa jatuh yang dipublikasikan dari januari 1997sampai mei 1998, putusan dan biaya
penyelesaianya memiliki rentang dari $112 ribu sampai $1.250.00. “ketentuan yang lama
menimbulkan pertentangan antara pemberi perawatan dan penyelesaian yang lebih
manusiawi. Akankah pasien yang berperilaku menyarang akan membahayakan petugas
atau pasien lainya? Akankah fasilitas bertanggung jawab jika terjadi cedera? Ancaman
tuntutan hukum menghantui penyelenggara dan direktur keperawatan yang memulai cara
bebas restrein” (Foltsz-Gray, 1995).
Seorang residen rumah perawatan berusia 87 tahun jatuh dari tempat tidur dan tulang
pinggulnya patah. Ia meninggal 13 bulan setelah peristiwa jatuh tersebut. Istrinya menuntut bahwa
tergugat melakukan kelalaian karena tidak memasang penghalang tempat tidur. Pasien memberikan
kaset vidio yang menunjukkan secara detail insiden sebelum ia meninggal. Pernyataan dilakukan
bahwa tergugat telah mengubah catatan yang seakan-akan pasien tersebut memiliki kemampuan
lebih dari yang sebenarnya, dan bahwa pasien menandatangani format persetujuan yang
mengizinkan tidak terpasangnya penghalang tempat tidur. Juri memberikan ganti rugi sebesar
$112.000. untuk penggugat (Laska, 1998c).
Yang tidak jelas pada deskripsi kasus diatas adalah catan mana dari pernyataan
penggugat yang sudah diubah (Msl.yang menyatakan kemampuan pasien). Catat bahwa
“OBRA sudah membuat langkah akhir untuk adanya pemalsuan informasi MDS. Individu
yang ingin menyebabkan individu lain mensertifikasi materi dan pernyataan pasien dalam
dokumen pengkajian pasien merupakan subjek dari hukuman finansial yang jumlahnya tidak
lebih dari $5000 untuk setiap pengkajian (Federal Nursing Home Requrements, OBRA
42)”(Fox, 1997).
Kasus berikut ini melibatkan perubahan rekam medis yang berkaitan dengan
kematian akibat tercekik restrein dada :
Seorang pasien rumah perawatan berusia 31 tahun, tunanetra, menderita retardasi mental
ditemukan tercekik restrein dada yang diikatkan ditempat tidurnya. Ia berusaha menarik tempat
tidurnya kelorong diluar kamarnya sebelum ia meninggal. Anggota staf mengatakan pada polisi yang
menyelidiki insiden tersebut bahwa jumlah staf pada saat kematian pasien tersebut sangat sedikit,
dan seseorang biasanya akan mendengar panggilanya.
Bukti juga menyatakan bahwa catatan klinis pasien sudah diubah setelah kematianya untuk
menunjukkan seakan-akan pasien tersebut menerima pemantauan staf lebih dari yang sebenarnya.
Penggugat menyatakan adanya kelalaian dan kelalaian kasar terjadi pada rumah perawatan serta
pemiliknya. Klaim mencakup ketidakadekuatan pemantauan, kegagalan untuk menyediakan staf yang
adekuat, kegagalan untuk melatih staf tentang penggunaan restrein, dan dengan sengaja
mengabaikan resiko penggunaan restrein yang tidak tepat. Penggugat berusaha menunjukkan bahwa
penggunaan restrein yang dilakukan oleh tergugat melanggar instruksi pabrik pembuatanya. Instruksi
ini mencakup pelarangan penggunaan restrein dada untuk pasien yang gelisah, agitasi, yang
memerlukan pemantauan ketat, dan menggunakan penghalang tempat tidur dengan restrein.
Penyelesaian berhasil dicapai $1 juta (Laska, 1998a).
Masalah yang berkaitan dengan perubahan rekam medis didiskusikan lebih rinci
pada bab 6
Dokumentasi percakapan saat keluarga diberi tahu tentang perlunya pemakaian
restrein memiliki dampak yang sangat besar pada pembelaan diri perawat pada kasus
malpraktik keperawatn, seperti yang digambarkan pada kasus berikut ini :
Staf difasilitas jangka panjang mengajukan penggunanan restrein posey untuk mencegah
bahaya jatuh pada residen berusia 78 tahun. Penggugat menolak menggunakan restrein. Wanita
tersebut jatuh berulang kali dan setiap kali jatuh ia diberitahu tentang penggunaan restrein tersebut,
tetapi mereka tetap menolak. 2 hari sebelum meninggal residen jatuh dari kursi rodanya, kepala nya
terbentur. Evaluasi di unit gawat darurat menunjukkan tidak adanya indikasi pemburukan serebral.
Residen dikembalikan ke fasilitas perawatan jangka panjang tempat kondisinya tetap ormal sampai 2
hari kemudian, setelah itu kondisi ya mulai memburuk, menghubungi dokter tentang perubahan
kondisinya ini, residen kemudian ditemukan meninngal.
Penggugat menuduh staf rumah perawatan telah melakukan kelalaian karena gagal
mencegah residen jatuh dari kursi roda. Tergugat menyatakan bahwa penggugat menolak pemakaian
restrein untuk mencegah cedera akibat jatuh. Penggughat juga menyatakan bahwa staf melakukan
kelalaian karena tidak memantau residen setelah jatuh. Tergugat menyatakan bahwa tidak terdapat
gejala-gejala medis sampai sesaat sebelum ia meninggal. Putusan dimenangkan oleh tergugat
(Laska, 1997g).
Seorang wanita berusia 82 tahun masuk ke rumah perawatan tempat ia jatuh dan menderita
fraktur panggul kanan. Pada saat masuk dokternya telah menginstruksikan pemasangan penghalang
tempat tidur ketika ia berada ditempat tidur. Residen memiliki riwayat jatuh sebelum masuk kefasilitas
tersebut. Setelah masuk untuk dirawat, satu penghalang tempat tidurnya tertap terpasang dan
satunya lagi dibiarkan tidak terpasang. Residen mendapat percocet (oksikodon) dan elavil
(amitriptilin). Residen menyatakan bahwa ia turun sendiri dari tempat tidur dan akan kekamar mandi
kira-kira pukul 16.00 karena tidak ada respon terhadap panggilannya. Fraktur tketika ia menuju
kekamar mandi. Residen menyatakan terpeleset genangan air.
Pada saat jajak pendapat di pengadilan wanita tersebut (penggugat) menyatakan bahwa
fasilitas perawatan jangka panjang telah melakukan kelalaian karena hal berikut : (1) gagal mengikuti
instruksi dokter btentang posisi penghalang tempat tidur. (2) membiarkan adamnya genangan air
dilantai; dan (3) gagal berespon terhadap bel panggil ketika ia meminta bantuan. Tergugat
menyanggah dengan menyatakan bahwa penggugat berhak untuk menolak restrein dan ia secara
khusus meminta agar satu penghalang temp-at tidur dibiarkan terpasang dan satunya lagi dibirkan
terbuka agar ia dapat duduk ditepi btempat tidur. Menurut tergugat menggugat berusaha
menggunakan bel panggil sebelum turun dari tempat tidur padahal ia sudah di instruksikan untuk
melakukannya sedikit nya sebanyak 3 kali. Tergugat menyangkal dengan mengatakan bahwa tidak
ada air dilantai, dan menegaskan bahwa jatuhnya penggugat konsisten dengan riwayat jatuh
sebelumnya. Putusan juri dimenangkan oleh tergugat (Laska,1997c).
Ulkus Dekubitus
Pasien lansia yang lemah di rumah p[erawatan beresiko menderita ulkus dekubitus.
Tuntutan hukum yang berkaitan dengan kerusakan kulit merupakan salah satu pernyataan
yang paling bayak mendapat ganti rugi dan penyelesaian kasus dari tahun 1997-1998. Ganti
rugi dan penyelesaian kasus tersebut memiliki rentang dari $75.000 - $83 juta, serta enam
dari sembilan kasus dimenangkan oleh penggugat dengan ganti rugi finansial antara
$400.000 dan $640.000. pentingnya pencegahan ulkus telah banyak menyita perhatian
pada beberapa tahun terakhir ini. Dan penelitian telah difokuskan pada tekhnologi baru
untuk mencegah dan menyembuhgkan luka tekan yang sudah ada.
Seorang residen berusia 83 tahun sadar secara mental tetapi tidak mau berjalan ketika
berada dipu7sat perawatan jangka panjang. Ia juga menderita diabetes. Ketika berada di tempat
perawatan ia menderita dehudrasi berat kemudian di hospitalisasi. Setelah kembali difasilitas
perawatan jangka panjang, ia menderita dekubitus dan dihospitalisasi lagi. Wanita tersebut meninggal
karena infeksi akibat dekubutus. Penggugat menuduh adanya kelalaian, kelalaian berat, dan
kecurangan, serta menduga bahwa dehidrasi yang terjsdi adalah akibat kegagaglan pemberian air.
Penggugat menyatakan bahwa masalah air terutama disebabkan oleh kurang tersedianya staf, dan
mereka menunjuk pada masalah-masalah kesehatan yang ada di fasilitas (18 pasien dikirirm ke
rumah sakit selama beberapa minggu sebelum kematian penggugat). Tergugat menyangkal adanya
kelalaian dan menyertakan bahwa luka dekubitus yang menjadi terinfeksi, berkembang dan terinfeksi
dirumah sakit. Tergugat menyatakan bahwa diabetes wanita itu yang menyebabkan terjadinya
kerusakan sistem. Juri menemukan adanya kelalaian dan kecurangan, dan penggugat mendapatkan
ganti rugu sebesar $13 juta dan $70 jutra untuk hukuman kerusakan (Laska,1998b).
Dokumentasi kerusakan kulit yang sudah ada sebelumnya harus mengikuti sistem
pentahapan yang umum digunakan yang dijelaskan pada bab 2. Pengobatan yang tepat
harus diberikan dan didokumentasiakn menurut standar perawatan yang diterima secara
nasional. Pada kasus berikut rumah sakit dan rumah bperawatan menjadi tergugat dalam
kasus ulkus dekubitus :
Penggugat, berusia 88 tahun dikirirm ke rumah sakit tergugat untuk menjalani amputasi
tungkai kanan. Pada saat berada dirumahb sakit ia menderita luka dekubitus kecil. Residen kemudian
dikembalikan kerumah perawatan tergugat, luka tersebut sudah diketahui tetapi tidak diobati. Kondisi
penggugat memburuk samapi titik terjadinya peristiwa yang mengancam kehidupan, dan ia
dikembalikan lagi kerumah sakit. Setelah 47 hari dirumah sakit penggugat meninggal karena
septikemia akibat dekubitus. Putusan denda diberikan kepada ke dua tergugat (rumah sakit dan
rumah perawatan) sebesar $450.000 (Laska,1997b).
Luka Bakar
Luka bakar merupakan sumber utama terjadinya cedera pada pasien. Luka bakar dapat
terjadi dengan berbagai cara, termasuk tertumpah makanan atau cairan panas, kebakaran,
peralatan listirk (kotak 14-1), stop kontak, dan mandi air panas atau rendaman air panas.
Perawat diharapkan untuk mengkaji resiko luka bakar dan melakukan tindakan pencegahan
untuk menurunkan bahaya ini. Cedera luka bakar terjadi lebih sering pada individu diatas
usia 60 tahun diluar proporsi semua kelompok usia (kecuali untuk anak yang masih sangat
muda), dan korban lansia mengalami morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada
kelompok usia yang lain, mayoritas dari cidera ini dapat dicegah. Lansia beresiko menderita
luka bakar karena faktor-faktor berikut :
1. Penuruan sirkulasi, yang memengaruhi persepsi residen terhadap suhu sesuatu
seperti cairan panas
2. Kerusakan sensorik, yang menghilangkan kewaspadaan residen terhadap panas
3. Kerusakan kognitif, yang menurunkan kewaspadaan residen akan terbakar dan juga
menempatkan pasien pada situasi beresiko tinggi
4. Lambatnya waktu reaksi dan kerusakan mobilitas, yang menghambat residen
menjauhi sumber panas
5. Tremor pada tangan dan badan
Luka bakar yang mengenai 20% samapi 30% permukaan tubuh residen bersifat mematikan
bagi sebagian besar individu yang berusia diatas 60. Individu dengan luka bakar lebih dari
40% permukaan tubuh, atau 20% permukaan tubuhnya dan digabung dengan inhalasi asap,
prognosis yang sangat buruk untuk dapat bertahan hidup. Hal ini benar terutama jika
individu tersebut menderita penyakit jantung atau paru yang sudah ada sebelumnya.
Fasilitas perawatan jangka panjang bertugas memberi perawatan untuk menurunkan resiko
luka bakar (Petro, 1989).
KOTAK 14-1
Tips pendokuetasian luka bakar akibat peralatan listrik
1. Jika sebuah alat tidak berfungsi dengan benar, langkah- langkah untuk
menyelesaikan masalah tersebut dan dokumentasikan apa yang sudah dilakukan.
2. Jika alat tersebut rusak selagi digunakan, dokumentasikan seluruh kejadian.
Jelaskan intervensi yang dilakuka atas nama residen dan beritahuka kejadian
tersebut kepada manajer resiko.
3. Periksa kulit residen sebelum dan sesudah pemasangan bantalan pemanas.
4. Pantau residen dengan cermat ketika bantalan panas tersebut dipasang pada
kulitnya. Pada beberapa kasus sudah didokumentasikan juga residen yang
menderita luka bakar akibat pemakaian bantalan pemanas yang terlalu lama. Waktu
pemakaian tidak lebih dari 20 menit. Laporkan segera perubahan kulit yang terjadi
akibat panas. Luka bakar akibat bantalan pemanas merupakan masalah klinis dan
manejemen resiko serius yang perlu penanganan segera.
5. Safe medical devices act 1990, menginstruksikan rumah sakit dan fasilitas lain harus
melaporkan kejadian ketika alat medis menyebabkan kematian, menimbulkan
penyakit yang serius, atau mengakibatkan cedera pada residen. Hukum
mengharuskan fasilitas untuk melaporkan kejadian yang berhubungan dengan
peralatan yang sampai menyebabkan kematian ke food and drug administration
(FDA) dan pabrik (jika diketahui). Kejadian yang menyebabkan penyakit yang serius
dan cedera harus di laporkan ke pabrik atau ke FDA (jika pabrik tidak diketahui).
Kotak 14-2
Apa yang harus dilakukan jika residen merokok
Jika residen merokok, dokumentasikan pengkajian faktor resiko luka bakar dan
mengimplementasikan intervensinya. Jika tepat, masukkan intervensi berikut :
Instruksikan residen untuk merokok di tempat yang aman dan dapat diawasi.
Singkirkan bahan-bahan rokok dari residen yang tidak mampu atau tidak mau
mematuhi praktik merokok yang aman.
Instruksikan keluarga tentang bahanya residen merokok.
Minta keluarga untuk tidak membawa rokok atau bbahan rokok lainnya.
Tetap bersama residen ketika ia merokok
Pada kasus di Texas, residen rumah perawatan yang berusia 84 tahun menderita penyakit
Alzheimer. Ia sudah berusaha meninggalkan rumah perawatan tersebut sebanyak empat kali. Pada
suatu hari seorang karyawan rumah perawatan itu meninggalkan kunci kontak mobilnya di dalam
mobil. Residen tersebut mengendarai mobil itu sejaug 25 mil dari rumah perawatan. Kira-kira 1 bulan
sesudahnya, tubuh pasien ditemukan di dalam mobil dekat pohon ditepi jalan. Penggugat
menyatakan bahwa tergugat melakukan kelalaian karena gagal mengawasi dan mendidik residen dan
karyawannya secara adekuat. Tergugat menyatakan bahwa standar perawatan tidak dilanggarv dan
bahwa karyawan yang meninggalkan kuncinya di dalam mobil tidak bertindak dalam kaitannya
sebagai karyawan ketika kuncinya tetinggal. Dicapaib kesepakatan sebesar $300.000 (Laska,1997a).
Seorang wanirta Michigan kabur dari rumah perawatan pada bulan januari meskipun bsudah
memakai alat monitor. Keesokan harinya ia ditemukan mati membeku di luar di balik pintu. Pabrik alat
monitor tersebut dikarenakan denda sebesar #20.000 dan rumah perawatan juga dikenakan denda
$180.000 (Laska, 1997e).
Apakah alat tersebut yang rusak atau staf yang tidak mendengar bunyi alarmnya, hal
ini tidak dijelaskan pada kasus tersebut. Setelah residen ditemukan hilang, upaya fasilitas
untuk mencari residen tersebut harus didokumentasikan dengan lengkap dan cermat,
seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya.
Tinjauan kasus yang melibatkan perilaku berkeliaran menunjukkan bahwa dapat
terjadi kematian karena tertabrak mobil, fraktur, membeku sampai mati di cuaca buruk, dan
cedera berat lainnya.
Pada kasus llinois seorang residen kabur dari fasilitas perawatan jangka panjang dan
ditemukan 24 jam kemudian-terbaring di jalur rel kereta api dalam keadaan lemah, konfusi, dan
dehidrasi berat. Ia menderita pneumonia dan meninggal. Juri memutuskan ganti rugi sebesar
$137.371 (Laska, 1997f).
Pemberian perawatan yang tepat sesuai standar perawatan, disertai dengan dokumentasi
yang lengkap dalam rekam medis, merupakan alat pembelaan diri yang terbaik terhadap
tuntutan penganiayaan dan kelalaian, seperti yang digambarkan pada kasus berikut :
Kasus Oregon menggambarkan konsep pengabaian. Seorang wanita 82 tahun tinggal dipanti
jompo. Ketika anak residen tersebut menandatangani permintaan pelayanan, ia diberi tahu bahwa
fasilitas memantau kehadiran residen pada saat makan malam dan akan memeriksa residen yang
tidak ikut makan malam. Wanita tersebut jatuh dikamar mandi dan terjepit antara toilet dan dinding. Ia
berbaring disana tanpa ada yang memperhatikan selama hampir 3 hari, terjebak dalam posisi miring,
sampai ia ditemukan oleh anak laki-lakinya. Penggugat menyatakan bahwa selama ia berbaring
disana, ia berusaha memanggil tetapi tidak terdengar. Ia menekan tombol gawat darurat, yang hanya
diaktifkan sebagian dan tidak efektif. Lebih jauh lagi,l ia tidak ikut makan malam sebanyak tiga hari.
Ketika ia ditemukan, ada 2 koran hari sebelumnya tergeletak didepan pintu unitny. Wanita tersebut
menderita dehidrasi berat, ulkus deklubitus, fibrilasi jantung dan inkoninensia akibat insiden tersebut.
Ia harus memakai kursi roda dan membutuhkan bantuan akibat kelemahan dan demensia. Sebelum
kecelakaan itu ia aktif secara mental dan mampu mengatur urusan keuanganya sendiri. Juri
memutuskan ganti rugi sebesar $962.500 (Laska, 1998d).
Banyak dari kasus ulkus dekubitus yang sudah dijelaskan sebelumnya juga termasuk
dalam kategori kasus kelalaian. Pada kasus terakhir yang akan didiskusikan pada bagian ini,
perkembangan ulkus dekubitus, pneumonia, dan hiperglikemia merupakan bukti adanya
kelalaian :
Seorang pria penderita diabetes yang berusia 77 tahun masuk kerumah perawatan untuk
pemulihan dari pneumonia. Setelah kira-kira 6 minggu, pria tersebut ditemukan menderita dekubitus,
pneumonia, dan gula darah tinggi. Ia masuk kerumah sakit, yang menemukan bahwa ia mengalami
dehidrasi dan krusta karena feses. Residen tersebut meninggal 10 hari kemuadian karena
pneumonia, komplikasi dekubitus, gula darah yang tidak terkendali, dan dehidrasi. Tergugat
menyatakan bahwa almarhum sudah dipantau dengan tepat ketika berada dibawah perawatanya. Juri
mengenakan denda $605.523. pemilik rumah perawatan membayar denda dengan jumlah yang
dirahasiakan (Laska, 1997d).
Lingkup Masalah Praktik
Selaian masalah liabilitas yang sudah dijelaskan diatas (msl.jatuh, ulkus dekubitus, luka
bakar, berkeliaran, penganiayaan, dan kelalaian), sumber tambahan liabilitas untuk perawat
pelayanan jangka panjang adalah melanggar l,ingkup praktik perawatan. Garis batas yang
jelas sering terdapat antara diagnosis medis dan keperawatan. Levenson (1993) mencatat
bahwa perawat dan dokter terlibat dalam mengenali perubahan kondisi residen,
mendefinisikan masalah dengan tepat, dan menentukan penyebab masalah. Perawat
memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menentukan keinginan residen dan
keluarga berkaitan dengan penatalaksanaan perawatan. Perawat dan dokter mengevaluasi
respons residen terhadap pengobatan.
Perawat yang berpraktik difasilitas perawatan jangka panjang berada pada posisi
membuat keputusan klinis tanpa dokter. Jika perlu, perawat pelayanan jangka panjang
memiliki pilihan untuk mengevaluasi residen dengan mengirimnya keruang gawat darurat
rumah sakit lokal. Banyak perawat pelayanan jangka panjang yang m,enyambut baik
kesempatan untuk melatih penilaian dan otonomi keperawatan mereka. Kedua hal ini
merupakan sumber kepuasan dan dapat menimbulkan liabilitas jika penilaian klinis perawat
tidak digunakan atau salah. Dokumentasi proses pengkajian, informasi yang disampaikan
pada dokter (yang biasanya tidak berada ditempat), dan tindakan yang dilakukan
merupakan hal yang penting untuk membuktikan bahwa perawat sudah bertindak tepat
dalam lingkup praktik keperawatan.
Kasus berikut ini bersifat instruktif karena adanya dugaan bahwa perawat bertindak
tanpa instruksi dokter :
Seorang wanita texas berusia 91 tahun merupakan residen baru dirumah perawatan tergugat.
Ia tidak ditempatkan diruang yang aman, dan pada hari keduanya ia kabur. Perawat tergugat
membawanya kembali keruangan dan merestreinya tanpa instruksi dokter. Tidak hanya itu perawat
juga mengambil Valium cair milik residen lain (diazepam) dan menginjeksikanya keleher wanita
tersebut tanpa dengan bantuan perawat tergugat yang lain. Residen direstrein selama 55 hari tanpa
instruksi dokter. Residen mengatakan bahwa residen lain mencoba melepaskan restrein tersebut, dan
karena usia dan kelemahanya, ia jatuh berulang kali dan menyebabkan cedera. Ia juga mengatakan
bahwa tergugat tidak pernah mencatat insiden pertama dan tidak memberi tahu dokter tentang
peristiwa jatuh tersebut. Ketika akhirnya insiden itu dilaporkan, Dounty Sheriff’s Departemen dan
Texas Departement of Human Services terlibat. sanksi diberikan pada rumah perawatan, dan dicapai
kesepakatan sebesar $1.250.000 (Laska, 1997).
Melewati batas legal keperawatan (seperti yang terlihat pada perawat Texas ketika
mereka memberikan valium) berarti perawat berhasil memberikan obat tanpa izin. Tindakan
serupa yang menyebabkan tuntutan kriminal terhadap dua perawat Colorado, digambarkan
pada kasus berikut :
Dua perawat dipelayanan jangka panjang di Colorado melewati batas antara praktik
keperawatan dan praktik medis sehingga menjadi subjek tuntutan hukum. Pada People v.Nygren, 696
P2d 270 (C0, 1985), William Fentres adalah seorang residen difasilitas perawatan jangka panjang.
Pada suatu pagi, william marah dan mempersulit pembantu untuk membersihkan ruanganya. Perawat
dan pembantu perawat mengikatnya ditempat tidur dengan sabuk restrein. Kemudian, pembantu
perawat secara tidak sengaja mendengar percakapan antara direktur keperawatan dan perawat yang
bertugas tentang rencana mereka yang memberikan suntikan Thorazine kepada William
(klorpomazin, obat penenang mayor). Kemudian disore harinya, pembantu perawat tersebut
mendengar kembali diskusi mereka masih tentang pemberian kembali suntikan thorazine.
William meninggal dihari yang sama. Dokter residen bersaksi bahwa ia tidak pernah
meresepkan Thorazine pada residen saat berada dirumah perawatan. Ia juga menyatakan bahwa
karena Mr.fentress menderita retardasi mental, ia tidak mampu memberikan informed Consent untuk
pemberian obat. Bukti medis menunjukkan bahwa Thorazine berada dalam darah Mr.fentrss setelah
kematianya. Kadar Thorazine sebanding dengan stupor dan kerusakan fungsi fisik dan mental yang
tampak setelah injeksi. Perawat bersalah atas tuntutan kriminal (Tammeleo, 1985).
Pada kasus kedua diatas perawat melangkah terlalu jauh dari batas-batas praktik
keperawatan. Pemahaman yang adekuat tentang batasan tindakan praktik keperawatan
merupakan hal yang penting untuk berfungsinya perawat pelayanan jangka panjang.
RINGKASAN
REFERENSI
Davis WE : the introduction to health care administration,Bossier, La, 1993, Publicare Press.
Fiesta J: legal issues in long term care : part I, nurs manage 27 (2) : 18, 1996b
Feutz-harter S, laughlin S : Legal issues long – term care, J nurs low 5 (1) : 57, 1998
Laska L,ed: ninety-four-year-old michigan women wonders away from nursing home,
medical malpraktic verdicts,settlements and experts hlm.27 Agustus 1997e.
Fiesta J : Legal issues for long – term care providers, New York, 1996, delmar.
Sullivan G : Long – term care on trial, contemp long temp care, hlm. 38, maret 1996
Tammeleo A, ed : thorazine injected, patient dies, criminal charges, regan rep nurs law, hlm.
4, mei 1985
Laska L ed : patient elopes from nursing home, medical malpractice verdicts, setlements
and expert, hlm. 28, januari 1997f.
Gaffney J : Toward ea less restrictive environment, geriatr nurs (7) : 94, 1998.
Fox S : primum non nocere (first do no harn) : nursing home litigation : part II, J legal nurse
consult 8 (4) : 8, 1997
Laska L ed : repeated falls in nursing home, malpractice verdicts, setlements and expert,
hlm. 30, juni 1997g.
Eggland ET : nursing administration manual for long term care fasilties, glen arm, md, 1992,
health education, New York